Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATA KULIAH PENGAUDITAN II

PENYELESAIAN PENAGIHAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

DISUSUN OLEH:

ANDRE EKO WIBOWO

F0313007

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015

Dalam merancang pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit. Jika
diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file induk terkait serta sama dengan
buku besar umum. (detail tie-in)
Piutang usaha yang dicatat ada. (keberadaan)
Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (kelengkapan)
Piutang usaha sudah akurat.(keakuratan)
Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
Pisah batas piutang usaha sudah benar. (pisah batas)
Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (nilai realisasi)
Klien memiliki hak atas piutang usaha. (hak)

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)


Pemahaman mengenai industry dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena itu auditor harus
melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha, auditor
mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor dapat meningkatkan risiko
inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun
neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun
yang paling material, bahkan untuk saldo piutang yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus
penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat signifikan.
Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan
pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut:
keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan. Jadi
sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas baik karena kesalahan maupun karena
kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja
penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi) karena sulit menentukan saldo yang benar.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya harus
cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan
hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga aspek pengendalian internal:
1.
2.
3.

Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan


Pengendalian terhadap pisah batas
Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih

Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang direncanakan
dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo. Merancang dan Melaksanakan Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II).
Bab sebelumnya membahas prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil pengujian-pengujian tersebut. Hasil
pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan
penerimaan kas harus direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana
risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika melaksanakan
pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian besar prosedur analitis yang
dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas
rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara
keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun
laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur
dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan
mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa,
auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon manajemen harus dievaluasi
secara kritis.
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan Gambar 16-7. Risiko deteksi
ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif auditor setelah
mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap factor yang tercantum. Tugas
menhubungkan factor yang direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak
jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan. Setelah
memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian
auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan
waktu.
KONFIRMASI PIUTANG USAHA
Adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita mengenai perancangan pengujian atas rincian
saldo piutang usaha. Intinya lebih menekankan pada konfirmasi itu disini, seolah-olah sebagai bukti yang
bisa diandalkan. Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS 67 (AU 330)
menyediakan 3 pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi :
1.
2.

Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaan tertentu seperti toko
diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu kredit.
Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responsnya
kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.

3.

Gabungan tingkat risiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.

Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang akan
digunakan.
1. Konfirmasi positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu
benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah
pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi
lainnya.
3. Konfirmasi faktur adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan
dikonfirmasi,dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor
tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan auditor, dan harus berdasarkan
fakta dalam audit. SAS 67 menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi negatif hanya diterima jika seluruh
situasi berikut tersedia :
1. Piutang usaha tercipta dari jumlah besar akun-akun yang kecil.
2. Penilaian risiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah
3. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan
pertimbangan
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam
beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren ( ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum nya dan
salah saji yang diterapkan )
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian substantif
atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci lainnya)
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel)
MENGEMBANGKAN DAN MENGUJI PROGRAM AUDIT
Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian yang terinci dalam siklus
penjualan dan penagihan, kita akan menggunakan Hillsburg Hardware Co.
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan pada gambar 16-7 sebagai alat
bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber
setiap baris adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Salah saji yang dapat ditoleransi.


Risiko audit yang dapat diterima.
Risiko inheren.
Risiko pengendalian.
Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
Prosedur analitis.
Risiko deteksi yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai