I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya alam yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang digunakan untuk keperluan
pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat pulih (reversible) dan dapat
pula sebagai sumberdaya yang dapat habis. Dalam usaha pertanian tanah mempunyai
fungsi utama sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat
penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh
sejumlah interaksi sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi
habitat akar aktif tanaman. Banyaknya jenis tanah yang disekitar Yogyakarta otomatis
memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan cara untuk
mengetahui nilai kesuburan tanah secara aktual, kesuburan tanah aktual adalah
kesuburan tanah alamiah tanpa tambahan apapun.
Pada awal budidaya pertanian, hara yang diperlukan untuk produksi tanaman hanya
mengandalkan sumber alami dari tanah, baik yang bersumber dari bahan organik dan
dari bahan mineral tanah, tanpa adanya pasokan hara dari luar. Setelah hara setempat
topografi berpengaruh pada kandungan lengas tanah dalam mempercepat kehilangan lengas
atau sebaliknya, yaitu mengawetkannya (Boyzeric, 2010).
Aspek penting kesuburan tanah dalam hubungannya dengan P adalah serapan P oleh
tanaman selama periode kekurangan (stress) air, karena sebagian besar P yang diserap oleh
tanaman melalui proses difusi menunjukkan bahwa serapan P oleh kecambah jagung
berkurang sesuai dengan penurunan kadar air tanah atau peningkatan stress/kekurangan air.
Pengaruh kekurangan air terhadap serapan P tanaman dapat dikurangi dengan pemberian P
yang tinggi (Lopulisa, 2004).
Masingmasing metode
pemberian
pupuk
ada
kelebihannya
dengan
pertimbangan makin menyebar menyebabkan K makin banyak kontak dengan bahan bahan tanah, dan kondisi ini sangat merugikan apabila pada tanah-tanah yang mempunyai
kemampuan menfiksasi K tinggi. Sedangkan apabila pemberian pada tempat tertentu (tugal
atau alur) maka konsentrasi pada bagian-bagian tertentu tinggi sebaliknya bagian lain
sedikit. Terlalu banyak konsentrasi K dapat merusak tanaman muda atau perakaran, yang
akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Suwarno, 2003).
III.
METODOLOGI
Praktikum Kesuburan, Pemupuan, dan Kesehatan Tanah Acara II yang berjudul
Manajemen Kesuburan Tanah, Nilai Kesuburan Tanah Dan Pengaruh Pemupukan
dilaksanakan pada tanggal 14 September 2015 di Laboratorium Kesuburan dan Kimia
Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada peraktikum ini dilakukan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Manajemen
Kesuburan Tanah, Nilai Kesuburan Tanah Dan Pengaruh Pemupukan.
1 Manajemen kesuburan tanah
Melakukan observasi/pengamatan langsung dilahan petani untuk melakukan
wawancara dengan petani dan mengisi lembar pengamatan dan penelusuran data
terkait (terlampir). Melakukan dokumentasi dan membuat makalah beserta slide
2
untuk presentasi
Nilai Kesuburan Tanah
Dilakukan dengan metode Neubauer (individual). Mengambil tanah permukaan 010cm dari 10-20 titik pada satu lahan sawah, jadikan satu agar homogeny.
jam, timbang bobot kering tanaman. Untuk control digunakan media pasir kuarsa.
Pengaruh Pemupukan
Masukkan tanah yang disediakan ke dalam pot plastik 2 L. Tanami setiap pot
dengan bibit yang tersedia. Dengan perlakuan penyiraman: a) air, (b) biosluri
kepekatan 10%. Kemudian pengamatan setiap minggu meliputi tinggi tanaman,
kenampakan visual (morfologi dan warna). Pada akhir percobaan potong tanaman
tepat pada pangkal batangnya Timbang bobot segar dan bobot kering
brangkasan(shoot). Bobot kerin diperoleh setelah jaringan tanaman tersebut dioven
pada temperatu 60C selama >48 jam.
IV. PEMBAHASAN
Kesuburan
tanah
dapat
didefinisikan
sebagai
kemampuan
tanah
untuk
menyediakan substrat atau nutrisi dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang.
Kesuburan sendiri merupakan fungsi dari kekayaan tanah yang berupa nutrisi, lengas,
mineral, dan bahan organik tanah (Du and Zhou, 2009). Selain itu, kesuburan tanah sendiri
terdiri dari kesuburan secara fisik, kimia, dan biologi. Kesuburan secara fisik berupa
struktur, tekstur yang pada umumnya mempengaruhi kesuburan lainnya. Kesuburan kimia
dapat berupa nutrisi itu sendiri atau pH tanah sedangkan kesuburan biologi dapat berupa
keberadaan mikroorganisme dll.
Pada praktikum ini, status kesuburan tanah akan ditentukan dengan menggunakan
metode Neubauer. Metode ini merupakan metode yang berbasis analisis tanaman. Uji ini
mengasumsikan bahwa tanaman menyerap nutrisi sebesari jumlah nutrisi yang ada di dalam
tanah tersebut. Uji dilakukan dengan menumbuhkan benih yang banyak pada jumlah tanah
yang sedikit, sehingga diharapkan akar tanaman akan menyerap semua bentuk nutrisi
tersedia yang berada di dalam tanah tersebut dalam waktu yang singkat. Uji ini merupakan
uji kualitatif dimana tanaman yang ditumbuhkan pada media campuran (kwarsa dan tanah
yang diuji) akan dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh dalam media kwarsa
(kontrol). Selisih perbedaan antara keduanya merupakan suatu gambaran banyaknya nutrisi
yang diambil tanaman dari dalam tanah (Datta, 2003; Purbo, 1999).
Tabel 1. Hasil Pengamatan Padi
Perlakua
n
BS
BK
T1
T2
T3
Kontrol
1,25
0,88
6,8
7,9
5,9
Tanah-1
3,78
1,06
19
16
15,4
Tanah-2
3,51
1,03
15,3
14,5
16
Tanah-3
3,56
1,15
12,2
14,3
11,4
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi suplai nutrien ke dalam tanaman, yaitu
faktor tanah, lingkungan dan karakteristik tanaman itu sendiri. Faktor tanah yang paling
utama adalah ada tidaknya unsur yang berkaitan, defisiensi unsur pada umumnya terjadi
pada tanah yang didominasi oleh pasir karena rendahnya nilai KPK. Faktor yang lain
adalah pH tanah, tekstur tanah, kadar lengas dll. Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh
adalah OPT, racun, suhu dll. Sedangkan karakteristik tanaman sendiri adalah kemampuan
akar, dan karakteristik lainnya (Brown, 1996). Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang
mempengaruhi hasil dari praktikum ini hanyalah faktor yang pertama. Hal ini dikarenakan
rancangan yang dilakukan pada metode ini dimaksudkan untuk meminimalisir pengaruh
dari kedua faktor lainnya. Meminimalisir faktor lingkungan dilakukan dengan penanaman
dalam rumah kaca dimana semua unsur lingkungan cenderung akan merata, sedangkan
faktor tanaman dilakukan dengan menggunakan benih yang sama (varietas, tanggal
produksi dll). Dengan demikian pengamatan akan lebih terfokuskan pada faktor tanah. Uji
Neubauer menjadikan pengamatan lebih difokuskan kepada nutrisi tersedia yang berada
dalam tanah. Pada uji ini sendiri dilakukan penanaman pada media kwarsa sebagai kontrol.
Menurut Harley and Gilkes (2000) pasir kwarsa mengandung nutrisi tanaman dalam jumlah
yang sangat sedikit dan kandungan nutrisi yang terjerap dalam mineral kwarsa merupakan
nutrisi yang tidak tersedia bagi tanaman sehingga keberadaan kwarsa tidak akan
mengganggu kandungan nutrisi yang berada pada tanah. Dari hasil yang didapat, diketahui
bahwa tanah tersebut masih mengandung nutrisi yang tersedia bagi tanaman. Namun perlu
adanya pembandingan dengan pertumbuhan tanaman potensialnya.
bermanfaat saat
musim kemarau.
Meningkatkan kesuburan tanah. Tanah menjadi lebih bernutrisi dan lengkap
kandungannya.
Meningkatkan aktivitas cacing dan mikroorganisme Pro-Biotik tanah yang
bermanfaat untuk tanah dan tanaman (Biru, 2014).
Gambar 2.1 Pengaruh pemupukan pada tanaman sawi, dengan bio-slurry (kiri) dan
tidak (kanan).
Table 2.1 Hasil Pengamatan Tanaman Sawi
Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Panjang Akar
Tanaman
ke
1
2
1
2
1
2
Perlakuan
Bio-slurry
Tanpa Bio-slurry
31,9 cm
26,5 cm
8
7
9 cm
10 cm
-
Pada percobaan yang dilakukan mengenai pengaruh pemupukan, digunakan bioslurry untuk mengetahui apakah pengaruh dan bagaimana perbedaan tanaman yang diberi
bio-slurry dengan yang tidak. Pada pot pertama ditanamam dua (2) buah bibit tanaman sawi
dan juga pada pot kedua. Kemudian pot pertama disiram dengan air biasa sedangkan pada
pot kedua diberikan bio-slurry pada awal penanaman dan juga disiram dengan air biasa.
Setiap harinya tanaman juga harus disirami agar tumbuh dan berkembang.
Dapat dilihat dalam gambar dan juga tabel yang sudah disediakan, bahwa pada pot
pertama yang disiram dengan air biasa tidak ada apapun didalam pot. Lalu pada pot kedua
yang diberi bio-slurry tumbuh subur dan hijau dengan rata-rata tinggi tanaman adalah 29,2
cm, rata-rata jumlah daun adalah 7,5 dan rata-rata panjang akarnya adalah 9,5 cm. Pada pot
pertama tidak terdapat tanaman apapun bukan karena tanaman sawi tersebut mati atau layu
atau tidak dapat tumbuh, namun karena faktor hama.
Ketika hendak melakukan penyiraman pada minggu ke-3, ditemukan seekor larva
dari Plutella xylostella yang merupakan hama penting pada tanaman hortikultura. Selain
pada sawi, Plutella xylostella ini juga menjadikan tanaman kubis dan lobak sebagai
inangnya. Ulat kubis banyak memakan daun muda dan daun tua. Jenis kerusakan oleh ulat
kubis ini sangat khas yaitu daun menampilkan jendela putih tidak teratur, jarang lebih besar
dari 0,5 cm yang kemudian memecah ke lubang bentuk (Kalshoven, 1981). Sehingga, pada
saat itu keadaan tanaman sawi didalam pot sudah habis dimakan oleh Plutella xylostella ini
dan hanya tersisa tulang daun dan juga batangnya, itu saja tanaman sawi didalam pot
pertama tersebut tidak tumbuh sebagus tanaman sawi di pot kedua. Dan ketika pengamatan
minggu selanjutnya, ternyata sudah tidak ada lagi tanaman yang tersisa didalam pot
pertama, yang ada hanyalah gulma-gulma yang subur karena tanah didalam pot masih
disiram dengan air berharap tanaman sawi akan tumbuh kembali.
Itu berarti, ketidakberhasilan tanaman sawi ini tumbuh dan berkembang tidak
berpengaruh terhadap faktor pemupukan atau tidak, namun karena faktor lingkungan yang
menyebabkan larva tersebut dapat menjadikan tanaman sawi tersebut inangnya dan
akhirnya tanaman sawi tersebut tidak dapat tumbuh. Namun, melihat dari pertumbuhan
sebelum tanaman sawi didalam pot pertama habis termakan larva Plutella xylostella,
pertumbuhan tanaman sawi didalam pot kedua lebih baik dan lebih bagus dari tanaman
sawi didalam pot pertama. Tanaman sawi didalam pot pertama tumbuh lebih lambat dan
tidak besar seperti tanaman sawi pada pot kedua. Ini menandakan bahwa kandungan yang
ada dalam pupuk (bio-slurry) yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesuburan tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk
menyediakan substrat atau nutrisi dimana tanaman dapat tumbuh dan
berkembang.
2. Pemupukan merupakan suatu proses penambahan bahan yang diberikan ke
dalam tanah baik yang organik maupun yang non organik dengan maksud untuk
mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan meningkatkan
produksi tanaman.
3. Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi suplai nutrien ke dalam tanaman, yaitu
faktor tanah, lingkungan dan karakteristik tanaman itu sendiri.
4. Kandungan yang ada dalam Bio-slurry yang diberikan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
B. Saran
Perlu ada pengamanan terhadap pengaruh hama di rumah kaca, sehingga tidak
mengganggu hasil diluar variabel uji.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Training Material of Biogas Technology. In: International Training
Workshop on Biogas Technology for Developing Countries. Yunnan Normal
University. China. 164 p.
Anonim. 2012. Mengembalikan Kesuburan Tanah. http://pertaniansehat.com/read/2012/
05/24/mengembalikan-kesuburan-tanah.html diakses tanggal 8 Oktober 2015.
Biru. 2013. Pedoman Pengguna dan Pengawas Pengelolaan dan Pemanfaatan Bio-slurry.
Tim BIRU, Jakarta.
Boyzeric 2010. Manfaat Mengetahui Kandungan Lengas Tanah Dalam Bidang Pertanian
Adalah Lengas Berperan Sangat Penting Dalam Proses Genesa Tanah. http:
//www.scribd.com/ doc/ 80528518/ Manfaat-Mengetahui-Kandungan-LengasTanah-Dalam-Bidang-Pertanian-Adalah-Lengas-Berperan-Sangat-Penting-DalamProses-Genesa-Tanah . Diakses tanggal 8 Oktober 2015.
Brown,P. H. dan K. Uriu. 1996. Nutrition Deficiensies and Toxicities: Diagnosing and
Correcting Imbalances. In Micke, W. C (Ed). Almod Production Manual. Division
of Agriculture and Natural Resources, University of California, California.
Datta, S. C. 2003. Plant Physiology. New Age International (P) Limited, Publishers, New
Delhi.
Du, C. and J. Zhou. 2009. Evaluation of Soil Fertility Using Infrared Spectrodcopy- A
Review. In Lichtfouse, E (Editor). Climate Change, Intercropping, Pest Control
and Beneficial Microorganism. Springer, New York.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Harley, A.D. and R. J. Gilkes. 2000. Factor influencing the release of plant nutrient
elements from silicate rock powders: a geochemical overview. Nutrient Cycling in
Agroecosystems 56: 11-36.
Iwan 2004. PenggunanPupuk Kimia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
18404/4/Chapter%20II.pdf . Diakses tanggal 8 Oktober 2015.