BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perubahan suatu zat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan fisika dan
perubahan kimia. Perubahaan fisika itu sendiri merupakan perubahan materi yang
tidak menghasilkan zat baru, dimana yang mengalami perubahan hanyalah bentuk
dan wujudnya. Sebagai contoh dari perubahan fisika adalah perubahan-perubahan
yang terjadi dalam siklus air, sedangkan perubahan kimia adalah perubahan suatu
materi yang akan menghasilkan zat baru, dan perubahan kimia ini sering disebut
dengan reaksi kimia.
Dalam suatu reaksi kimia, kita dapat mengetahui gejala-gejala
terbentuknya zat baru yang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya reaksi kimia
antara lain, timbulnya gas, adanya endapan, terjadinya perubahan warna dan
terjadi perubahan suhu.
Setiap zat murni yang diketahui, baik unsur maupun senyawa, mempunyai
nama dan rumus unsurnya sendiri. Cara tersingkat untuk memberikan suatu reaksi
kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalam bentuk suatu
persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar informasi
mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar
pernyataan kualikatif yang menguraikan zat-zat yang terlibat.
Pengetahuan mengenai stoikiometri dalam merencanakan suatu percobaan
maupun dalam industri, dengan memahami apalagi mempraktikan stoikiometri
maka kita dapat menghitung atau mempraktikan jumlah zat yang harus
direaksikan serta mempraktikan jumlah produknya.
Selain gejala-gejala yang disebut di atas dalam reaksi kimia kita harus
mengetahui secara pasti jumlah zat yang bereaksi. Untuk itu kita harus
menggunakan serta memerlukan suatu yang menyatakan jumlah zat yang telah
bereaksi. Di mana satuan tersebut adalah mol dan cara penghitungan zat dalam
reaksi kimia disebut stoikiometri. Sehingga dalam percobaan ini kita akan
mengetahui apa sebenarnya artistoikiometri dan bagaimana pengaruhnya terhadap
69
70
reaksi kimia.
Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam
suatu reaksi kimia. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan titik maksimum
dan titik minimum pada suatu sistem. Selain itu, untuk menentukan reaksi itu
berlangsung stoikiometri atau non stoikiometri, sedangkan reaksi stoikiometri
adalah reaksi yang habis bereaksi, non stoikiometri adalah reaksi yang tidak habis
bereaksi.
Selain itu, untuk mengetahui beberapa cara penting untuk mereaksikan
suatu larutan dengan jumlah atau kuantitas tertentu sehingga menghasilkan
produk-produk yang masih menyisakan sebagian zat pereaksi ataupun tidak,
percobaan stoikiometri ini juga memberikan manfaat yang begitu besar, salah
satunya adalah dalam pembuatan makanan ataupun obat-obatan yang dapat
dilakukan dengan prinsip stoikiometri.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan mengenai stoikiometri dengan
menggunakan larutan NaOH dan HCl dicampurkaan begitu juga dengan larutan
H2SO4 dan menggunakan thermometer , dan dilakukan pengukuran volume dan
suhu masing-masing larutan, juga untuk mengetahui suhu suatu campuran maka
harus diketahui suhu mula-mula dari masing-masing zat dan untuk mengetahui
bagaimana reaksi stoikiometri, non stoikiometri pereaksi pembatas maupun
pereaksi sisa.
1. 2 Tujuan Percobaan
-
Mengetahui pereaksi sisa dan pereaksi pembatas dalam sistem NaOH 1 MHCl 1 M,dan NaOH 1 M- H2SO4 1 M.
Mengetahui titik minimum dan titik maksimum dalam sistem NaOH 1 MHCl 1 M,dan NaOH 1 M- H2SO4 1v M.
71
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Massa atom dihitung dalam satuan massa atom (Sma), satuan relatif yang
didasarkan pada nilai yang tepat 12 untuk isotop karbon-12. Massa atom dari
atom-atomunsur tertentu biasanya adalah nilai rata-rata dari distribusi isotop alami
unsur tersebut. Massa molekul dari suatu molekul adalah jumlah massa atom dari
atom-atom yang ada pada molekul tersebut. Massa atom dan massa molekul dapat
ditentukan secara tepat dengan menggunakan spektrometer massa (Chang, 2005).
Satu mol adalah sejumlah bilangan avogadro (6,022x1023)dari atom,
molekul, atau partilkel lain. Massa molar (dalam gram) suatu unsur atau senyawa
nilainya sama dengan massa dari atom, molekul atau satuan rumus lain (dalam
Sma) serta mengandung atom (pada unsur), molekul, atau satuan rumus lain yang
paling sederhana (pada senyawa ionik) sebanyak bilangan avogadro (Chang,
2005).
Persen komposisi massa dari suatu senyawa adalah persentase massa dari
tiap unsur yang ada. Jika kita mengetahui komposisi persen massa suatu senyawa,
kita dapat menyimpulkan rumus empiris dari senyawa tersebut dan juga rumus
molekulnya jika diketahui perkiraan massa molar (Cheng, 2005).
Perubahan kimia, disebut reaksi kimia, digambarkan dengan persamaan
kimia. Zat yang mengalami perubahan, yaitu reaktan, ditulis pada sisi kanan dari
tanda panah. Persamaan kimia harus setara dan mengikuti hukum kekekalan
massa. Jumlah atom tiapjenis unsur dalam reaktan dan produk harus sama (Chang,
2005).
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan
dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan
menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan
kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Pereaksi pembatas adalah
71
72
reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini membatasi
jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasikan dalam suatu
reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil daripada jumlah maksimum yang
mungkin diperoleh (hasil teoritis). Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai
persen hasil (Chang, 2005).
Karena kita mengetahui identitas tiap reaktan, kita dapat menuliskan
rumus kimianya. Identitas produk lebih sulit ditentukan. Dalam reaksi yang
sederhana seringkali
yang lebih rumit yang melibatkan tiga atau lebih produk, para kimiawan mungkin
perlu mengerjakan percobaan lebih lanjut untuk menentukan adanya senyawasenyawa yang khusus (Chang, 2005).
Setelah kita dapat mengidentifikasi seluruh reaktan dan produk serta
menuliskan rumus yang tepat, kita urutkan secara konvensional, yaitu reaktan di
sebelah kiri, dipisahkanoleh tanda panah dari produk di sebelah kanan. Persamaan
yang ditulis pada tahap ini, biasanya tidak setara, yaitu jumlah tiap jenis atom
pada sisi yang satu berbeda dengan jumlahnya di sisi yang lain. Secara umum kita
dapat menyatakan persamaan kimia melalui beberapa tahap sebagai berikut:
-
berbeda.
-
Pertama-tama, carilah unsur yang muncul hanya sekali pada tiap sisi
persamaan dengan jumlah atom yang sama pada tiap sisi. Rumus molekul
yang mengandung unsur-unsur ini pasti mempunyai koefisien yang sama.
Karena itu, tidak perlu menggunakan koefisien unsur-unsur tersebut pada
73
saat ini. Kemudian, carilah unsur-unsur yang cuma muncul sekali pada
tiap sisi persamaan tetapi mempunyai jumlah atom yang berbeda. Unsurunsur ini harus diserakan. Akhirnya, setarakan unsur-unsur yang harus
disetarakan. Akhirnya, setarakan unsur-unsur yang muncul pada dua atau
lebih rumus pada sisi persamaan yang sama.
-
74
75
(2. 3)
dimana:
p= tekanan gas (atm)
v= volume (erter)
n= mol gas ( mol)
R= tetapan gas universal (0,082 l atm/mol k)
T= suhu (k)
Perubahan-prubahan P, v, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisikondisi tertentu dapat dicerminkan dalam hokum-hukum dasar berikut: hukum
Boyle, hokum ini menunjukan penurunan dari persamaan garis ideal dengan n 1=
n2 dan T1=T2, sehingga dari persamaan ini diperoleh rumus: P1V1=P2V2
Hukum Gay-Issac, hokum ini merupakan peruasan hokum sebelumnya dan
diturunkan dengan keadaan harga n1=n2.
Hokum Avogadro, Pada suhu dan teknan yang sama, gas-gas yang volumenya
sama mengandungkan jumlah mol yang sama. Dari kenyataan ini dtentukan
bahwa pada keadaan STP (oC, 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22,4 liter,
volume ini disebut sebagai volume molar gas. Pada P dan T tertentu berlaku
rumus:
V1=V2 (untuk mol 1 dan mol 2)
(Ralph, H, 1987).
(2. 4)
76
atom
yang
(Sastrohamidjojo, 2001).
meunjukan
suatu
kenaikan
dalam
biloks
77
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1 Alat dan Bahan
3. 1. 1 Alat
-
Botol semprot
Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet tetes
Thermometer
Corong kaca
2 buah erlenmeyer
3. 1. 2 Bahan
-
Larutan NaOH 1 M
Larutan HCl 1 M
Larutan H2SO4 1 M
Aquades
Tisue
Kertas lebel
Sabun cair
3. 2 Prosedur Percobaan
78
79
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Pengamatan
4. 1. 1 Sistem NaOH 1 M-HCl 1 M
No
V NaOH 1 M
.
1.
2.
3.
2 ml
3 ml
4 ml
V HCl 1 M
T NaOH 1 M
T HCl 1 M
T Campuran
4 ml
3 ml
2 ml
(oC)
31oC
30oC
31oC
(oC)
29oC
31oC
32oC
(oC)
32oC
33oC
31oC
V HCl 1 M
T NaOH 1 M
T HCl 1 M
T Campuran
4 ml
3 ml
2 ml
(oC)
31oC
32oC
33oC
(oC)
31oC
32oC
32oC
(oC)
33oC
33oC
34oC
V NaOH 1 M
.
1.
2.
3.
2 ml
3 ml
4 ml
4. 2 Reaksi
-
NaOH+HClNaCl+H2O
2NaOH+H2SO4 Na2SO4+2H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pada sistem NaOH-HCl
4.3.1.1
80
Na2SO4 + 2H2O
1 mmol
2 mmol
79
1 mmol
2 mmol
: Non stoikiometri
: H2SO4
: NaOH
: Na2SO4
=
=
= 0,17 M
4.3.1.2 3 ml NaOH 1 M dan 3 ml H2SO4 1 M
mmol NaOH
= M.v
= 1. 3
= 3 mmol
mmol H2SO4
= M.v
= 1.3
= 3 mmol
H2SO4 + 2NaOH
Na2SO4 + 2H2O
M:
3 mmol
3 mmol
R:
1,5 mmol 3 mmol
1.5 mmol 3 mmol
S:
1.5 mmol
1,5s mmol 3 mmol
Jenis reaksi
: Non Stoikiometri
Pereaksi sis
: H2SO4
Pereaksi pembatas
: NaOH
Hasil reaksi
: Na2SO4
M Na2SO4
=
=
= 0,25 M
81
= M.v
= 1.4
= 4 mmol
mmol H2SO4
=M.v
= 1.2
= 2 mmol
H2SO4 +
M:
2 mmol
R:
2 mmol
S:
0
Jenis reaksi
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Hasil reaksi
M Na2SO4
2NaOH
4 mmol
4 mmol
0
Na2SO4 + 2H2O
2 mmol
2 mmol
: Stoikiometri
::: Na2SO4
4 mmol
4 mmol
=
= 0,3 M
4.3.2 Pada sistem NaOH-HCl
4.3.2.1 2 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCl 1 M
mmol NaOH
= M.v
= 1. 2
= 2 mmol
mmol HCl
= M.v
= 1.4
= 4 mmol
HCl + NaOH
NaCl + H2O
M:
4 mmol
2 mmol
R:
2 mmol
2 mmol
2 mmol
2 mmol
S:
2 mmol
2 mmol
2 mmol
Jenis reaksi
: Non Stoikiometri
Pereaksi pembatas
: NaOH
Pereaksi sisa
: HCl
Hasil reaksi
: NaCl
MNaCl
=
=
= 0,3 M
82
= M.v
= 1. 3
= 3 mmol
mmol HCl
= M.v
= 1.3
= 3 mmol
HCl + NaOH
NaCl + H2O
M:
3 mmol
3 mmol
R:
3 mmol
3 mmol
3 mmol
3 mmol
S:
3 mmol
3 mmol
Jenis reaksi
: Stoikiometri
Pereaksi pembatas
:Pereaksi sisa
:Hasil reaksi
: NaCl
mNaCl
=
=
= 0,5 M
4.3.1.1 4 ml NaOH 1 M dan 2 ml HCl 1 M
mmol NaOH
= M.v
= 1.4
= 4 mmol
83
mmol HCl
= M.v
= 1. 2
= 2 mmol
HCl + NaOH
2 mmol
4 mmol
2 mmol
2 mmol
2 mmol
M:
R:
S:
NaCl + H2O
2 mmol
2 mmol
Jenis reaksi
: Non Stoikiometri
Pereaksi Pembatas
: HCl
Pereaksi sisa
: NaOH
Hasil reaksi
: NaCl
MNaCl
2 mmol
2 mmol
=
= 0,3 M
4. 5 Pembahasan
Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara zat ang berkaitan dengan
reaksi kimia sebagai cabang ilmu yang mempelajari hubungan kuantitatif dari
komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. Kata stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani, yaitu stoikheion yang berarti elemen dan metria yang berarti
ukuran stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antara unsur-unsur
dalam suatu rumus kimia. Contoh:
= 0,034 mol
Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam
reaksi tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau
79
tidak ada pereaksi pembatas.
Reaksi non stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi tidak
akan habis ketika bereaksi dan akan bersisa.
Dalam suatu reaksi kimia juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm.
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang melepas kalor atau kalor yang
84
2. Reaksi penetralan
-
(literatur: kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0900570/materi%203,html)
Contoh reaksi eksoterm adalah gamping atau kapur tohor, CaO (s) dimasukan
dalam air.
CaO+H2OCa(OH)2
Selain itu, contoh reaksi eksoterm di kehidupan sehari-hari adalah membakar
minyak
tanah
di
kompir
minyak
dan
nyala
api
unggun
(literatur:
retnomayapede.blogspot.com).
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap kalor atau kalor yang
berpindah dari lingkungan ke system, dan perubahan entalpi bernilai positif.
1. Penguraian garam dapur
CaCO3CaO(s)+CO2(g)
2. Pelarutan garam nitrat
KNO3+H2OKNO
(literatur: kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0900570/materi%203,html)
Contoh reaksi endoterm adalah pelarutan ammonium klorida, NH4Cl.
NH4Cl+AirNH4
Selain itu, contoh lain dari reaksi endoterm yakni proses fotosintesis pada
tumbuhan dan usimilasi.
(literatur: retnomayapede.blogspot.com).
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis, terkadang dijumpai salah
85
Gelas kimia berfungsi untuk menaruh larutan yang telah diukur di gelas
ukur.
Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan sejumlah cairan dari wadah lain
ke wadah yang lainnya lagi.
Rumus molekul:
H2SO4
Besar molekul:
98,08 gr/mol
Densitas:
1,84 gr/ml
Asam sulfat berupa cairan bening, tak berwarna dan tak berbau
86
Korosif
suhu larutan, thermometer belum stabil dan juga masih mengukur suhu tubuh
praktikan ataupun suhu ruangan sehingga suhu sistem yang idapat kurang akurat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stoikiometri yaitu perubahan suhu yang
digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut dan konsentrasi
pada larutan tersebut semakin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat
reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang
bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stoikiometri yaitu:
-
- reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
- reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini
disebabkan karena ikut berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energy
untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terlambat dalam molekul zat
yang banyak Sl.
87
Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikan
dengan demikian suhu meningkat. Maka energy kinetic molekul-molekul zat
yang bereaksi akan bertahan sehingga akan lebih banyak
Konsentrasi
Dari berbagai percobaan menunjukan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat
yang makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi masih
banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya
tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
Pada percobaan kali ini setiap sistem diberikan perlakuan yang sama,
yaitu:
-
88
89
Larutan NaOH, HCl, H2SO4 fungsinya adalah sebagai bahan yang diuji
dalam percobaan ini yang akandicari suhu, dan ditentukan pereasinya dan
jenis stoikiometrinya.
volume masing-masing reagen. Pada grafik 4. 4. 1 dapat kita lihat apabila semakin
banyak pereaksi yang bereaksi atau semakin sedikit pereaksi yang tersisa maka
90
91
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Setelah dilakukan percobaan dapat diketahi jenis reaksi yang terjadi pada
sistem NaOH 1 M-HCl 1 M adalah pada percobaan NaOH 2 ml dengan
HCl 4 ml reaksi
92
DAFTAR PUSTAKA
93
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Ralph, H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Sastroharmidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Bandung: ITB