Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah PAPER
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam ekonomi makro ada beberapa keadaan ekonomi yang menjadi
idaman kebanyakan pemerintah dan masyarakat di negara-negara di bumi ini
seperti tingkat kesempatan kerja/tingkat empoloyment yang tinggi, peningkatan
kapasitas produk nasional yang tinggi, tingkat pendapatan nasional yang tinggi,
keadaan perekonomian yang stabil, neraca pembayaran luar negeri yang
seimbang, dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Namun sebagaimana yang
diketahui bahwa dari tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro seperti yang
disebutkan di atas ada yang usaha pencapaiannya mempunyai arah yang
berlawanan satu dengan yang lainnya.
Secara umum, para pakar ekonomi menilai kinerja perekonomian makro
dengan melihat beberapa variabel kunci, dan yang dianggap paling penting antara
lain adalah produk domestik bruto, tingkat pengangguran dan inflasi (Samuelson,
1995) Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk
mewujudkan
keadaan
yang
lebih
baik
secara
bersama-sama
dan
pembangunan
dan
hasil
yang
dicapai
bisa
meningkatkan
satu
tolak
ukur penting
dalam menentukan
keberhasilan
makro, dalam hal ini adalah tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian dengan maksud agar supaya keadaan perekonomian tidak terlalu
menyimpang dari keadaan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang maka yang menjadi pertanyaan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 19912012?
2. Bagaimana perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia tahun
1991-2012?
3. Bagaimana perkembangan Inflasi di Indonesia tahun 1991-2012?
4. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah dan inflasi terhadap Produk
Doestik Bruto di Indonesia (1991-2012)?
Maka perlu dilakukan penelitian untuk permasalahan ini dengan judul
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi terhadap Produk Domestik
Bruto di Indonesia (1991-2012)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah serta rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Inflasi dan untuk mengetahuai Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah dan Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto di
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan di negara tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode langsung
Metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data
yang bersumber dari negara yang bersangkutan, tidak termasuk data yang
diperoleh dari angka nasional atau daerah lain. Perhitungan Produk
Domestik Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan,
yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan.
Pendekatan Produksi:
Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha
(sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)
pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas
dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa
perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).
Pendekatan Pengeluaran:
Produk Domestik Bruto adalah semua komponen permintaan akhir
yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap
domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto
(merupakan ekspor dikurangi impor).
Pendekatan Pendapatan:
tidak
langsung
merupakan
penghitungan
dengan
cara
menggunakan data yang bersumber dari daerah lain yang bersangkutan, seperti
data nasional. Perkiraan dilakukan berdasarkan alokasi, dengan mengalokasikan
data tersebut ke negara yang bersangkutan, yaitu menggunakan alokator yang
cocok dengan sektor masing-masing metode tidak langsung ini sedapat mungkinn
dihindari, karena dalam praktek penghitungan PDB, metode ini sangat jarang
dilakukan oleh karena mengandung banyak kelemahan.
2.1.2
Pengeluaran Pemerintah
Ungkapan lainnya yang dapat menggantikan variabel ekonomi agregatif
ini antara lain ialah pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa atau
government purchase of goods an services, yang sering juga hanya disingkat
pengeluaran pemerintah atau government expenditure yang sering disimbolkan
dengan G. Dari istilah-istilah tersebut jelas bahwa pengeluaran- pengeluaran
pemerintah di mana pemerintah secara langsung memperoleh balas jasa atas
pengeluaran tersebut sajalah yang dapat kita masukan ke dalam kategori variabel
ekonomi agregatif G. Namun pengeluaran-pengeluaran seperti pembayaran
pensiun, beasiswa, subsidi dalam berbagai bentuk dan berbagai macam bantuan
finansial yang diberikan kepada sektor swasta tidak dapat dimasukan kedalam
kategori ini karena harus dimasukan ke dalam kategori transfer pemerintah
(Reksoprayitno, 2000).
1. Teori Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari
kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tindakan pemerintah untuk
mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan
dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari
kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output,
maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi. .
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,
namun pada tahap ini peranan investasi investasi swasta sudah semakin
membesar. Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,
investasi swasta dalam persentase terhadap GDP semakin besar dan persentasi
investasi pemerintah dalam persentasi terhadap GNP akan semakin kecil. Pada
tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan bahwa pembangunan
ekonomi,
aktivitas
pemerintah
pengeluaranpengeluaran
untuk
beralih
aktivitas
dari
sosial
penyediaan
seperti
prasarana
halnya
ke
program
10
11
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja perjalanan Dinas
Belanja Pinjaman
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Operasi Lainnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
12
13
14
yang mengalami kenaikan harga dalam waktu yang relative singkat. Seperti yang
kita ketahui bahwa suatu hal dapat dikatakan sebagai inflasi jika proses kenaikan
harga naik secara terus-menerus dan dapat memberikan suatu pengaruh bagi
kestabilan perekonomian. Inflasi dapat menyebabkan perubahan yang sangat luas
terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Inflasi mencerminkan stabilitas harga,
semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke
arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan
melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan
purchasing power atau daya beli dari masyarakat.
Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat akan
suatu produk. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para
pekerja atau masyarakat harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat
inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barang-barang yang
diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi tidak ada yang membeli maka
akan banyak perusahaan yang berkurang keuntungannya.
2. Penyebab Terjadinya Inflasi Dalam Perekonomian
Seiring dengan berjalannya perkembangan zaman disuatu negara maka
semakin banyak perubahan dan masalah yang terjadi di suatu negara itu. Seperti
yang dirasakan sekarang ini, jumlah uang yang beredar dimasyarakat semakin
banyak sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara terus menerus
atau secara umum akan barang yang di namakan dengan inflasi. Inflasi sangat
rentan terjadi dimasyarakat. Menurut penyebabnya inflasi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
1.
dengan
cepat
guna
menampung
15
permintaan
yang
melambung
besar. Inflasi ini terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga
terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang
dan
jasa
mengakibatkan
bertambahnya
permintaan
terhadap faktor-faktor
16
17
Adapun berbagai masalah sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi adalah:
1. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat
Dimana tingkat kesejahteraan masyarakat ini dapat diukur dengan tingkat
daya beli masyarakat akan suatu barang sehingga mempengaruhi pendapatan yang
diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan yang semakin rendah,
khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap. Misalnya
seorang yang berpenghasilan rendah maka orang tersebut tidak dapat
menyesuaikan antara penghasilan atau pendapatannya dengan laju inflasi. tingkat
harga akan suatu barang yang dari waktu kewaktu semakin tinggi. Maka makin
tinggi tingkat inflasi, maka makin cepat penurunan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
2. Makin buruknya distribusi pendapatan
Dimana karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang semakin banyak
diiringi juga dengan semakin tinggi harga akan suatu barang maka akan
menyababkan ketidak stabilan bagi msyarakat antara pendapatan dengan
kebutuhan yang harganya semakin meningkat secara terus menerus. Dampak
buruknya inflasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dihindari jika
pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Misalnya jika
tingkat inflasi mencapai angka 20% pertahun, maka pertumbuhan tingkat
pendapatan harus lebih besar dari 20% per tahun. Tetapi dilihat dari pendapatan
riil masyarakat semakin memburuk.
18
menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga akan suatu barang dan jasa akan
terus mengalami kenaikan. Karena makin tingginya nilai atau harga suatu barang
dan jasa maka penawaran akan barang dan jasa itu akan berkurang. Akibatnya,
akibatnya kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Dengan
handirnya kondisi ini maka tentu saja kondisi ekonomi akan menjadi semakin
memburuk.
Jadi secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di
suatu negara. Serta mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidak
stabilan ekonomi, serta merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
.
2.1.4
untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu,
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu negara. PDB , Pengeluaran
Pemerintah dan Inflasi sangat erat kaitannya dalam perekonomian. Ketiga variabel
tersebut memiliki hubungan tumbal balik dalam mempengaruhi perekonomian
suatu negara.
Terdapat hubungan kausalitas antara total pengeluaran pemerintah dengan
PDB. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi PDB karena lebih bersifat
konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti
belanja untuk pembayaran hutang bunga. Sementara pengeluaran pembangunan
memiliki hubungan kausalitas positif dan signifikan terhadap produk domestik
bruto hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor pertanian,
19
infrastrujtur dan transportasi serta pendidikan terhadap pdb dan pengaruh positif
PDB terhadap pengeluaran pemerintah disektor infrastruktur dan transportasi.
PDB diperoleh dari jumlah nilai tambah dan balas jasa yang diterima
seluruh faktor kegiatan ekonomi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
negara. Dengan adanya peningkatan pdb maka akan terjadi peningkatan
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor
peningkatan daya beli masyarakat yang diikuti oleh peningkatan permintaan akan
barang dan jasa dan dapat terjadinya inflasi. Sama halnya dengan fenomena
terjadinya inflasi disuatu negara. Jika terjadi inflasi, maka harga-harga secara
umum akan meningkat, karena jumlah uang beredar dimasyarakat banyak. Maka
produsen akan meningkatkan produksi barang dan jasanya untuk mendapatkan
untung yang sebesar-besarnya. Peningkatan barang dan jasa tersebut juga akan
berpengaruh terhadap peningkatan pdb, karena pdb adalah jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan suatu negara.
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang-barang yang tinggi dan
terus-menerus.Menurut kaum moneteris, inflasi merupakan gejala moneter, yang
berarti bahwa laju pertumbuhan uang yang terus-menerus dapat menimbulkan
tingkat inflasi yang tinggi. Menurut teori kuantitas :
1. Inflasi hanya terjadi kalau ada penambahan dari volume uang yang beredar.
Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, seperti kegagalan panen hanya
akan menaikkan harga-harga untuk sementara saja. Bila uang tidak bertambah,
inflasi akan berhenti dengan sendiri.
2. Laju inflasi ditentukan oleh penambahan uang yang beredar dan oleh harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa datang. Inflasi yang berasal
dari luar negeri dapat bersumber pada perubahan nilai tukar (kurs) dan impor.
depresiasi pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan memberikan
pengaruh positif terhadap laju inflasi yang merupakan pass trough effect dari
barang-barang dan bahan baku impor yang harganya meningkat, sehingga
20
meningkatkan biaya produksi dalam negeri. Artinya kurs mata uang dollar
terhadap rupiah memiliki pengaruh positif terhadap inflasi. Dari sisi dalam negeri,
inflasi bersumber dari perubahan jumlahan uang beredar di masyarakatdan
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan. Laju pertumbuhan
uang yang terus-menerus akan menimbulkan inflasi yang tinggi. Laju
pertumbuhan yang rendah pada akhirnya menyebabkan inflasi yang rendah
sedangkan inflasi yang tinggi tidak dapat berlangsung lama tanpa laju
pertumbuhan uang yang tinggi. Ini juga dapat terlihat pada teori Irving Fisher
yang menyatakan perubahan dalam uang beredar akan menimbulkan perubahan
yang sama cepatnya ke atas harga-harga. Kecepatan perputaran uang memiliki
pengaruh yang sama dengan jumlah uang beredar terhadap tingkat inflasi. Hal ini
karena, untuk mengetahui besarnya perputaran uang (V), Keynes dalam hal ini
membandingkan
dengan
liquidity
preference.Menurutnya,
apabila
menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah adalah sesuatu jangka waktu tertentu
berpindah dari tangan yang satu ke tangan lainnya, maka liquidity preference
menunjukan kesukaan orang untuk menyimpan uang tunai untuk tidak
dibelanjakan.
Negara Indonesia belumlah mencapai keadaan full employment maka
pendapatan nasional dari sisi penawaran masih dapat ditingkatkan. Berdasarkan
pernyataan ahli diatas maka pendapatan nasional merupakan variable yang jelas
mempangaruhi tingkat inflasi di Indonesia. Pendapatan nasional yang digunakan
adalah Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan. Dapat
disimpulkan PDB harga konstan berpengaruh negatif terhadap inflasi.
Maka kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
21
INFLASI
JUMLAH UANG
BEREDAR
NILAI TUKAR
RUPIAH
TERHADAP
DOLLAR AS
DOMESTIK
BRUTO
2.3 HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran
sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Diduga pengeluaran pemerintah dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia periode 1991-2012.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen
dan variabel independen. Variabel dependen adalah
23
24
25
3.5.2
Uji f-statistik
Uji f-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
f-hitung = (R2/(k-1))/((1-R2)/(n-k))
dimana:
R2
= koefisien Determinasi
= jumlah variabel
= jumlah sampel
3.5.3
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan
Uji Multikolinearitas
26
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
adalah
kondisi
dimana
varian
dari
variabel
pengganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi
heteroskedastisitas dalam penaksiran OLS tetap tidak bisa dan tidak lagi efisien
baik dalam sampel besar maupun dalam sampel kecil, serta uji t-test dan uji F-test
akan menyebabkan kesimpulan yang salah.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, maka salah satu cara yang
ditempuh dengan uji white. Jika variabel independen tidak signifikan secara
statistik tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.6.4
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Salah satu
pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dengan
program Eviews adalah uji statistik Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Jika dari hasil perhitungan menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka dalam
model tidak terjadi autokorelasi (Widarjono, 2007).
27
28
BAB IV
ANALISIS DESKRIFTIF
4.1 PERTUMBUHAN PRODUK DOMETIK BRUTO
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi dari tahun ke tahun. Namun
pertumbuhan ekonomi yang tinggi seharusnya mampu disikapi sehingga tidak
lupa untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menjadi pendorong utama
tingginya pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.1 Perkembangan PDB Indonesia(Milliar Rupiah) dan Pertumbuhan
PDB Indonesia dalam Bentuk Persen
TAHUN
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Indonesia
diolah)
54.362
64.765
73.516
86.240
101.443
119.183
144.253
169.252
257.106
275.352
366.143
416.775
462.082
503.299
599.478
758.475
873.403
1.035.419
1.290.541
1.451.316
1.681.580
1.922.392
2.092.379
(data
Perkembangan
PDB (%)
19,14
13,51
17,31
17,63
17,49
21,04
17,33
51,91
7,10
32,97
13,83
10,87
8,92
19,11
26,52
15,15
18,55
24,64
12,46
15,87
14,32
8,84
Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh PDB atas dasar harga berlaku
merupakan gambaran mengenai pendapatan nasional indonesia yang diciptakan
29
oleh faktor-faktor produksi baik berupa barang maupun jasa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel diatas.
Setiap tahum pertumbuhan PDB Indonesia selalu mengalami kenaikan dari
tahun 1990 2013. Pertumbuhan PDB terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu
sebesar 7,10% dari tahun sebelumnya, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi
pada tahun 1998, sebesar 51,91% dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 1991 pertumbuhan PDB sebesar 19,14% kemudian pada tahun
1992 terjadi penurunan yaitu menjadi 13,51%. Pada tahun 1993, 1994, 1995 dan
1996 pertumbuhan PDB berturut-turut mengalami kenaikan yaitu menjadi
17,31%, 17,63%, 17,49% dan 21,04% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1997,
pertumbuhan PDB Indonesia mengalami penurunan menjadi 17,33%, hal ini
dikarenakan
negara
Indonesia
mengalami
krisis
yang
mengakibatkan
30
31
32
Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3 inflasi di Indonesia tahun 1991-2012
TAHU
INFLA
SI
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber:
9,52
4,94
9,77
9,24
8,6
6,5
11,1
77,6
2
9,35
12,55
10,03
5,06
6,4
17,11
6,6
6,59
11,06
2,78
6,96
3,79
4,3
BPS INDONESIA (data
Diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selama periode 1991-2012 kondisi
inflasi cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 1991 ke 1992 perkembangan
inflasi mengalami penurunan dari 9,52 ke 4,94 lalu ditahun 1993 kembali
mengalami peningkatan.
Selama tahun 1994-1996 inflasi cenderung mengalami penurunan hingga ke
angka 6,5. Pada tahun 1998 merupakan tingkat inflasi tertinggi yaitu 77,6 dimana
33
pada tahun ini perekonomian sedang mengalami krisis disegala bidang terutama
ekonomi, ditambah lagi dengan gejolak moneter dunia, selain itu faktor plitik dan
keamanan, dimana sering terjadinya kerusuhan diberbagai wilayah.
Pada tahun 1999 inflasi kembali menurun di angka 2. Ini terjadi akibat telah
menurunnya gejolak moneter diindonesia dan angka ini merupakan angka
terendah yang pernah ada di Indonesia. Namun pada tahun 2000 inflasi kembali
mengalami pelonjakan menjadi 9,35. Ini disebabkan harga-harga dan jasa-jasa
mengalami tekanan lebih berat dari tahun sebelumnya.
Ditahun 2001, 2002 dan 2003 diketahui inflasi mengalami penurunan hingga
menjcapai angka 5,06. Menurunnya tingkat inflasi diharapkan memberikan
peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2004 inflasi
indonesia meningkat walaupun tidak terlalu tinggime menjadi 6,07 dan pada
tahun 2005 inflasi kembali mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi17,11.
Meningkatnya inflasi ini terjadi akibat dari kebijakan pemerintah menaikan harga
BBM sehingga harga-harga dipasar menjadi naik, selain itu nilai tukar Rupiah
juga mengalami depresiasi yanng cukup tinggi.
Pada tahun 29006 dan 2007 inflasi stabil diangka 6,6 dikarenakan kondisi
perekonomian indonesia sudah mulai stabil. Di tahun 2008 inflasi kembali naik
menjadi 11,06 dan tahun 2009 inflasi menurun menjadi 2,78.dari tahun 2010
hingga 2011 inflasi indonesia selalu mengalami penurunan dari angka 6,96 ke
angka 3,79. Dan diakhir tahun 2012 inflasi di Indonesia berada pada angka 4,3.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL ESTIMASI
Dari hasil persamaan regresi berganda pengaruh pengeluaran pemerintah dan
inflasi terhadap produk domestik bruto di Indonesia periode 1991 2012, maka
34
akan didapat hasil estimasi fungsi tersebut dengan mengguakan program Eviews.
Dan dari hasil ini dapat dilihat koefisien regresi dan t hitung pada masing-masing
veriabel independent seperti tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Nilai Koefisien regresi dan t-hitung dari variabel Independent
dalam fungsi pengaruh pengeluaran pemerintah dan inflasi terhadap produk
domestik bruto di Indonesia (1991-2012).
Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 01/06/15 Time: 20:29
Sample (adjusted): 1991 2012
Included observations: 22 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PEP
INFLASI
C
0.140083
0.498503
11.68675
0.239660
0.128668
5.864303
0.584507
3.874326
1.992863
0.5658
0.0010
0.0608
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.466198
0.410008
8.083014
1241.367
-75.57883
8.296861
0.002571
19.99268
10.52326
7.143530
7.292309
7.178578
1.288253
35
variabel
inflasi
sebesar
satu
tingkat
maka
akan
36
terikat. Penjelasan hasil uji t untuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai
berikut:
a. Pengeluaran Pemerintah
Hasil uji t untuk variabel pertumbuhan ekonomi disajikan pada tabel
berikut ini.
ta
Koefisien
Regresi
an
11,686
Pemerinta
75
thitung
0.584
0.140083
t-tabel
Sign
2.093
0,5658
h
Sumber: Data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji t untuk variabel
pengeluaran pemerintah diperoleh nilai t hitung sebesar 0.5845 dan tingkat
signifikasi 0,5658. Jika dibandingkan dengan t tabel pada derajat bebas df=n-k
(22-3=19) sebesar 2,093; maka t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0.5845<2.093)
atau t-hitung terletak didaerah penerimaan Ho dan nilai signifikasi sebesar 0,5658
pada = 5%. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), jadi
Ho diterima artinya pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan produk domestik bruto.
Dengan nilai signifikansi sebesar 0,5658 pada = 5%. Oleh karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig>0,05), dan koefisien regresi memiliki arah
positif sebesar 0.140083, maka hipotesis yang menyatakan diduga pengeluaran
inflasi berpengaruh positif terhadap variabel produk domestik bruto diterima.
37
b. Inflasi
Hasil uji t untuk variabel inflasi disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.3 hasil uji t variabel inflasi
Konstan
Koefisien
t-
ta
Regresi
hitung
t-tabel
Sign
0.498503
3,8743
2.093
0.0010
Variabel
Inflasi
11,686
75
Sumber: Data
diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji t untuk variabel inflasi
diperoleh nilai t hitung sebesar 3,8743 dan tingkat signifikasi 0.0010. Jika
dibandingkan dengan t tabel pada derajat bebas df=n-k (22-3=19) sebesar 2,093;
maka t-hitung lebih besar dari t tabel (3,8743>2.093) atau t-hitung terletak
didaerah penolakan Ho, dan nilai signifikasi sebesar 0.0010 pada = 5%. Oleh
karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05), jadi Ho ditolak artinya
Inflasi berpengeruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto.
Dengan nilai signifikansi sebesar 0.0010 pada = 5%. Oleh karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05), dan koefisien regresi memiliki arah
positif sebesar 0.498503, maka hipotesis yang menyatakan diduga pengeluaran
inflasi berpengaruh positif terhadap variabel produk domestik bruto diterima.
2. Uji F (Secara Simultan)
Uji F (Fisher) digunakan untuk menguji signifikansi model regresi. yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh semua variabel bebas pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja secara bersama-sama terhadap
kemiskinan di Indonesia. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
38
maka model regresi signifikan secara statistik. Analisis regresi dilakukan dengan
menggunakan Eviews.
Hasil rangkuman analisis regresi berganda disajikan berikut ini
Tabel 5.2 hasil analisis Regresi Liniear Berganda
Koefisi
Variabel
en
Konsta
Regres
nta
R2
F
hitung
sign
i
Pengeluaran
0.1400
pemerintah
83
11,686
0.4985
75
0.4661 8.2968
98
61
0.0025
71
Inflasi
03
sumber: data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji F diperoleh nilai F hitung
sebesar 8.296861 dengan nilai signifikansi sebesar 0.002571 pada = 5%. Oleh
karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05), maka penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah dan inflasi secara bersamasama berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia
tahun 1991 2012.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya
persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien
determinasi berkisar antara angka 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol
besarnya koefisien determinansi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil
39
sign
kesimpulan
0.0000001
tidak normal
Hasil uji normalitas dengan uji Jarque-Bera dapat diketahui bahwa residual
model penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig>0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi tidak
normal.
2. Uji Multikolineritas
40
R-square
R-square
regresi
Kesimpulan
PEP
INFLASI
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas dan untuk
mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji White. Jika
variabel independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini adalah
hasil uji heteroskedastisitas terhadap model regresi pada penelitian ini.
Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Obs*R-squared
sign
kesimpulan
Non
4,10686
0.5341
sumber: data diolah
41
Heteroskedastisitas
kesimpulan
Non Autokorelasi
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai sig. sebesar
0.0518 yang berarti menunjukkan tidak terdapat autokorelasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting
untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu,
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB dapat
digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDB
42
(perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDB
menurut harga berlaku dan PDB menurut harga konstan.
PDB diperoleh dari jumlah nilai tambah dan balas jasa yang diterima seluruh
faktor kegiatan ekonomi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara.
Dengan adanya peningkatan pdb maka akan terjadi peningkatan pendapatan yang
diterima oleh faktor-faktor produksi. Maka akan terjadi peningkatan daya beli
masyarakat yang diikuti oleh peningkatan permintaan akan barang dan jasa dan
dapat terjadinya inflasi.
Selain itu Inflasi yang terjadi dalam suatu negara dapat dijadikan tolak ukur
untuk mengetahui banyak atau tidaknya uang yang beredar dalam masyarakat
karena biasanya jika harga barang naik secara terus-menerus dan secara umum di
masyarakat maka dikatan sebagai inflasi, Namun masalah inflasi tidak hanya
berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat
berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Inflasi
merupakan suatu gejolak moneter yang diakibatan karena adanya pertambahan
volume uang beredar lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan output yang
terjadi dalam perekonomian. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang ketat
terhadap jumlah uang beredar agar tingkat inflasi dapat dikendalikan sedemikian
rupa.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, dapat kiranya diajukan
saran sebagai berikut :
1. Untuk menangulangi inflasi, maka pemerintah perlu menerapkan kebijakan
fiskal dan moneter yang tepat. Tujuan kebijakan tersebut untuk menjaga
kestabilan nilai tukar dan kestabilan harga dengan tepat. Bahwa pada dasarnya
tingkat inflasi di Indonesia cukup tinggi karena tingginya tingkat jumlah uang
43
karena
belajar
secarakeseluruhannya
dari
sudah
negara-negara
tinggi,
mereka
yang
tax
cenderung
ratio
pajak
konservatif
44