PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera
dan dapat diperhitungkan di dunia internasional.
Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa segala
upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatakan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya
dengan pembaharuan kurikulum yang dilakukan secara berkala yang sementara ini berjalan
adalah KURIKULUM 2013 yang dalam sistemnya melibatkan siswa secara lebih aktif untuk
belajar.
Untuk dapat berpikir aktif siswa harus dibiasakan untuk membangun pemikirannya sendiri.
Membangun suatu pemikiran dapat dimulai dengan memberikan suatu rangsangan, karena di
dalam pemikiran sudah terdapat pengalaman-pengalaman yang tersimpan yang diperoleh dari
lingkungan. Proses ini disebut dengan construct, dan telah dikembangkan menjadi
pandangan konstruktivisme.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian konstruktivisme
2. Aliran konstruktivisme
3. Karakteristik konstruktivisme
4. Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
5. proses belajar menurut konstruktivisme
6. kelebihan dan kelemahan teori konstruktivisme
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan pada makalah ini adalah:
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan wawasan baik penulis maupun pembaca
mengenai salah satu teuri belajar yakni teori belajar konstruktivisme. Memahami serta
mampu untuk menghayati teori belajar konstruktivisme. Serta dapat mengetahui mengenai
Belajar menurut teori konstruktivisme, Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme,
Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme, Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar
konstruktivisme.
D.
MANFAAT
Manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Bagi siswa, dapat mengembangkan peran aktifnya dalam proses pembelajaran.
2.
Bagi guru, dapat membantu dalam membelajarkan siswa lebih aktif dan efektif.
3.
Dapat menjadi salah satu literatur bagi pengembangan makalah atau penelitian
pendidikan selanjutnya.
Trimanjuniarso.wordpress.com
Bab II
pembahasan
1.
PENGERTIAN KONSTRUKTIVISME
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern (Annisa : 2011).
Sagala (2011 hal:88) Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Tetapi
manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru di mana pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan,
sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi
perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai
asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan
adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini
berarti bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi
dengan lingkungan dan orang lain.
2.
KARAKTERISTIK KONSTRUKTIVISME
3.
Peserta didik dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan apa yang diamati
atau diajarkan oleh guru, tetapi secara aktif menyeleksi atau menyaring, memberi arti dan
menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang
dikonstruksipeserta didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa
atau informasi yang diterimanya. Mnurut Supardan (2010) penerapan konstruktivisme dalam
pembelajaran adalah :
1. Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa
Guru dapat menambahkan unsur-unsur untuk belajar membuat aktivitas yang relevan kepada
para siswa. Sebagai contoh, para siswa SMA/MA di Jakarta dan para guru di Kota-kota besar
laina (Medan, Banda Aceh, Sorong, Ambon, dsb) menyusun suatu pertukaran di mana anak
SMA/MA di jakara menulis syair dan nyanyian yang berkenaan dengan lirik lagu daerah,
rumah dan pakaian adat, musik, upacara adat dan religi, sampai kepada jenis-jenis tradisi
serta makanan kedaerahan yang khas. Kedua kelompok (siswa SMA/MA Jakarta dengan di
kota-kota besar lainya bisa mengirimkan hasil itu pada suatu Halaman web, maupun e-mail.
Struktur situasi para guru sedemikian sehingga para siswa memperoleh 5 ketrampilan dalam
beberapa bidang (penulisan, musik, komunikasi, dan konstruksi halaman-Web, e-mail) itu
mempunyai peningkatan dalam arti ketika proyek pelajaran itu berproses.
2. Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke
dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Menyiapkan para siswa untuk menulis cerita
mereka sendiri, dan memperkenalkan gagasan untuk melalui visual. Para siswa dapat
menyusun kembali bagian-bagian dari suatu cerita bahkan materi video digitisasi. Aktivitas
terakhir mungkin mengijinkan para siswa untuk merekonstruksi cerita
3. Pendapat siswa merupakan jendela mereka untuk bernalar
Para siswa juga harus mempunyai suatu kesempatan untuk mengelaborasi merinci dan
menjelaskan. Kadang-kadang, perasaan anda terlibat dalam, atau apa yang siswa pikirkan dan
kemukakan mereka bukanlah hal yang penting. Hal ini adaah anggapan yang keiru, karena itu
jika siswa memulai dengan konsep yang tidak/kurang jelas maka dapat dilacak dengan
peranyaan-peranyaan seperti; mengapa?, dan bagaimana?. Gunakan jawaban siswa itu
untuk mengarah kepada adanya anggapn yang kuat sehingga dapa mengokohkan vaiditas
jawaban siswa tersebut. Sebab dalam belajar konstruktivisme pengetahuan menuntut tidak
hanya waktu untuk mencerminkan atau menguaraikan tetapi juga untuk waktu praktik
menjelaskan. Dengan demikian kedudukan dan peranan demonstarsi, siswa tidak hanya
dituntut dalam pengembangan kelancarannya saja melainkan terhindar dari situasi dan
kondisi yang dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam bercakap.
4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal
yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya. Ketika para siswa terlibat
dalam pembahasan topik, maka guru harus memonitor jalannya dan proses pengembangan
persepsi mereka dalam belajar.
Trimanjuniarso.wordpress.com
4.
sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan
dan bantuan ketika peserta didik kesulitan belajarsehingga pembelajran menjadi bermakna
dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengonstruksi sendiri pengetahuannya.
5.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME
Kelebihan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:
Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir
untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam semua
situasi;
Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman
mereka;
Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid
berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses mendapatkan
ilmu pengetahuan maupun wawasan baru;.
Kelemahan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:
(1)
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi;
(2)
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda;
(3)
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
(4)
meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar,
tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan
dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya
mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;
(5)
Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.
Trimanjuniarso.wordpress.com
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar menurut teori konstruktivisme adalah merupakan suatu upaya keras yang sangat
personal, sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai
konsekuensinya seharusnya diaplikasikan dalam konteks dunia nyata. Tokoh-tokoh dalam
teori belajar konstruktivisme antara lain Jean Piaget, Vygosky, Jhon Dewey dan Von
Graselfeld.
Prinsip-Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme Pembelajaran Sosial (social leaning),
ZPD (Zone of Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship),
Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Seperti halnya teori lainnya teori belajar
konstruktivisme juga terdapat beberapa kelebihan maupun kelemahan.
SARAN
1. Penarapan konstruktivisme dalam pembelajaran sebaiknya dilakukan untuk melatih
siswa dalam membangun dan mengembangkan cara berfikir kreatifnya. Hal ini dapat
membuat siswa lebih mudah untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks.
2.
Guru sebaiknya lebih kreatif dalam menyjikan pelajaran karena akan sangat
berpengaruh terhadap ketertarikan siswa untuk belajar.
Trimanjuniarso.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
Trimanjuniarso.wordpress.com