Anda di halaman 1dari 11

UNDANG-UNDANG NO.

28 TAHUN 2009
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.
Pajak reklame termasuk dalam salah satu jenis pajak yang termasuk dalam jenis pajak
Kabupaten/Kota.
Pasal 47 :
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame, yang meliputi :
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya.
b. reklame kain
c. reklame melekat, sriker
d. reklame selebaran
e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
f. reklame udara
g. reklame apung
h. reklame suara
i. reklame film/slide
j. reklame peragaan
Tidak termasuk sebagai objek pajak reklame adalah :
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan,
warta bulanan dan sejenisnya
b. Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi
untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat
usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama
pengenal usaha atau profesi tersebut.
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
e. Penyelenggara reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 48 :
a. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
b. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
c. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau
badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.
d. Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi
wajib pajak reklame.
Pasal 49 :
a. Dasar pengenaan pajak reklame adalah Nilai Sewa Reklame.
b. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dengan
memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka
waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.
c. Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
d. Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 50 :
a. Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25 %.
b. Tarif pajak reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 51 :

a. Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan dasar pengenaan pajak Nilai Sewa
Reklame sesuai dengan yang telah ditetapkan Peraturan Daerah.
b. Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat reklame tersebut
diselenggarakan.

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NO. 4 TAHUN 2012 TENTANG


PENYELENGGARAAN REKLAME

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk, corak, ragamnya
untuk tujuan komersial dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau
didengar dari suatu tempat umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.
Penyelenggara reklame adalh orang atau badan yang menyelenggarakan reklame baik
untuk dan/atas namanya sendiri dan/atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya.
Titik reklame adalh tempat dimana bidang reklame didirikan dan/atau ditempatkan.
Peletakan reklame adalah tempat tertentu dimana titik reklame ditempatkan baik didalam
maupun di luar ruangan.
Pola penyebaran peletakan reklame adalah peta yang dijadikan acuan dan arahan untuk
peletakan reklame.
Tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling bawah bidang reklame dan permukaan
tanah rata-rata atau bidang atap datar/plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan
konstruksi tempat kedudukan peletakan konstruksi reklame.
Ketinggian reklame adalah jarak antara ambang paling atas bidang reklame dari permukaan
tanah rata-rata atau bidang atap datar/plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan
konstruksi reklame.
Panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang
reklame yang diatur dengan baik dalam suatu komposisi yang estetis, baik dari segi
kepentingan penyelenggara, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan
pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya.
Pola penyebaran peletakan reklame didasarkan pada kawasan (zoning) terdiri dari :
a. Kawasan penyelenggaraan reklame :
- Kawasan khusus, yaitu kawasan dengan karakter/ciri tertentu yang memiliki kualitas
lingkungan dan arsitektur bangunan yang baik, diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan reklame dengan menempel dibagian depan bangunan.
- Kawasan selektif adalah kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan dan
titik reklame terpilih yang meliputi lokasi bersejarah, lokasi konservasi dan
preservasi, lokasi lain yang dipertimbangkan dan ditetapkan oleh Walikota
berdasarkan rekomendasi Tim Teknis.
- Kawasan umum, yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan dan
titik reklame di luar kawasan khusus dan kawasan selektif.
b. Kawasan tanpa penyelenggaraan reklame (kawasan bebas adalah kawasan yang tidak
diperbolehkan diselenggarakan kegiatan reklame yaitu gedung dan/atau halaman kantor
pemerintahan, tempat pendidikan, tempat-tempat ibadah, lintasan jalan kereta api,
rumah sakit, kantor militer/kepolisian, taman kota, Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, Jalan
R.A.A Wiranatakusumah, Jalan Pajajaran, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Rd. Junjunan dan
Jalan Pasteur.
c. Dikecualikan adalah reklame pada jembatan penyeberangan orang (JPO,reklame yang
menunjukkan identitas bangunan/kegiatan, serta reklame yang tidak berhubungan
dengan identitas bangunan/kegiatan dengan cara penempatan pada halaman,
bangunan atau bangun-bangunan pada kawasan bebas yang berbatasan dengan
lawasan lainnya.

Perletakan reklame dirinci menjadi titik-titik reklame. Titik-titik reklame ditempatkan pada
kawasan selektif dan umum yang terdiri dari :
a. Titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota
b. Titik-titik reklame di luar sarana dan prasarana.

Pemanfaatan titik-titik reklame strategis dikenakan niali strategis penyelenggaraan reklame


tambahan.
a. Pemanfaatan titik-titi reklame dengan ukuran lebih dan/atau sama dengan 32 m 2 pada
sarana dan prasarana kota dikenakan niali strategis penyelenggaraan reklame
tambahan.
b. Jangka waktu pemanfaatan titik-titik reklame paling lama 1 tahun sejak diterbitkan izin
penyelenggaraan reklame dan dapat diperpanjang kembali sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penyelenggaraan reklame dibedakan menurut jenis, ukuran, konstruksi dan kelas jalan.
Penyelenggaraan reklame menurut jenisnya adalah :
- Reklame papan atau billboard, megatron, videotron dan light emitting diode (LED)
- Reklame layar
- Reklame melekat, sticker, grafitty dan mural
- reklame selebaran/brosur
- Reklame berjalan termasuk pada kendaraan
- Reklame udara
- Reklame film/slide
- Reklame running text
- Reklame neon box
Penyelenggaraan reklame menurut ukurannya adalah :
- 1 meter x 2 meter

- 2 meter x 4 meter
- 3 meter x 5 meter
- 4 meter x 6 meter
- 4 meter x 8 meter
- 5 meter x 10 meter
- Ukuran lainnya
Penyelenggaraan reklame menurut konstruksinya adalah :
- Konstruksi berat, untuk reklame jenis megatron, videotron, light emitting diode (LED),
billboard bando jalan dan jembatan penyebrangan orang (jpo), terdiri dari :
1. Kaki tunggal adalah sarana reklame yang sistem kaki konstruksinya hanya satu.
2. Kaki ganda adalah sarana reklame yang sistem kaki konstruksinya terdiri atas
dua tiang.
3. Rangka adalah sarana reklame yang sistem kaki konstruksinya berbentuk
rangka dengan mempertimbangkan estetika.
4. Menempel adalah sarana reklame yang konstruksinya menyatu pada bagian
bangunan dengan memakai konstruksi-konstruksi tambahan yang menyatu
dengan konstruksi bangunan tersebut.
- Konstruksi ringan untuk jenis reklame di luar.
Penyelenggaraan reklame menurut kelas jalan adalah :
- Jalan arteri primer (Jalan Nasional)
- Jalan arteri sekunder (Jalan Propinsi)
- Jalan kolektor (Jalan kota)
- Jalan lokal/lingkungan
- Jalan tol

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NO. 2 TAHUN 2010


TENTANG PAJAK REKLAME

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.


Nilai Jual Obyek Reklame (NJOR) adalah keseluruhan pembayaran/pengeluaran biayabiaya yang dikeluarkan oleh pemilik dan/atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal
ini adalah biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran/ongkos
perakitan, pemancaran, peragaan, penayangan, pengecetan, pemasangan dan transportasi
pengangkutan dan lain sebagainya sampai dengan bangunan reklame selesai, dipancarkan,
diperagakan, ditayangkan, dan/atau terpasang di tempat yang telah diizinkan.
Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik
lokasi pemasangan reklame berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota
untuk berbagai aspek kegiatan.
Nilai Sewa Reklame (NSR) adalah dasar penetapan pajak yang diperoleh dengan cara
menambahkan Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) dengan Nilai Strategis Pemasangan
Reklame (NSPR).
Obyek pajak adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan reklame terdiri
dari :
a. Reklame papan atau billboard, megatron, videotron dan Light Emitting Diode (LED).
b. Reklame layar
c. Reklame melekat (sticker)
d. Reklame selebaran/brosur
e. Reklame udara
f. Reklame film/slide
g. Reklame teks berjalan (running text)
h. Reklame neon box
i. Reklame grafiti (grafitty)
Tidak termasuk sebagai objek pajak reklame adalah :
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan,
warta bulanan dan sejenisnya
b. Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi
untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat
usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama
pengenal usaha atau profesi tersebut.
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau pelakukan
pemesanan reklame.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
Dasar pengenaan pajak adalah nilai sewa reklame.
Nilai Sewa Reklame, didasarkan atas NJOR dan NSPR, dengan rumus sebagai berikut :
NSR = NJOR + NSPR
Terhadap Nilai Sewa Reklame di dalam ruangan (indoor) dihitung sebesar 75 % dari Nilai
Sewa Reklame di luar ruangan (outdoor).
NJOR dihitung berdasarkan ukuran reklame, harga dasar ukuran reklame, ketinggian dan
harga dasar ketinggian reklame dengan rumus sebagai berikut :
NJOR = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame) + (Ketinggian Reklame x Harga
Dasar Ukuran Reklame)
Harga dasar ukuran dan harga dasar ketinggian seluruh jenis reklame serta cara
perhitungannya ditetapkan oleh Walikota dan khusu untuk naskah reklame rokok ditetapkan
lebih besar dibandingkan harga dasar naskah reklame lainnya.

NSPR dihitung berdasarkan nilai fungsi ruang (NFR) pada lokasi pemasangan, nilai sudut
pandang (NSP), dan nilai fungsi jalan (NFJ) dengan rumus :
NSPR = (NFR + NSP + NFJ) X Harga Dasar NSPR.
Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % .

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NO 213 TAHUN 2012


TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN REKLAME

Pola penyebaran perletakan reklame adalah sebagai berikut :


a. Kawasan penyelenggaraan reklame :

Kawasan khusus, yaitu kawasan dengan karakter/ciri tertentu yang memiliki kualitas
lingkungan dan arsitektur bangunan yang baik, diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan reklame dengan menempel dibagian depan bangunan.
- Kawasan selektif adalah kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan dan
titik reklame terpilih yang meliputi lokasi bersejarah, lokasi konservasi dan
preservasi, lokasi lain yang dipertimbangkan dan ditetapkan oleh Walikota
berdasarkan rekomendasi Tim Teknis.
- Kawasan umum, yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan kegiatan dan
titik reklame di luar kawasan khusus dan kawasan selektif.
b. Kawasan tanpa penyelenggaraan reklame (kawasan bebas adalah kawasan yang tidak
diperbolehkan diselenggarakan kegiatan reklame yaitu gedung dan/atau halaman kantor
pemerintahan, tempat pendidikan, tempat-tempat ibadah, lintasan jalan kereta api,
rumah sakit, kantor militer/kepolisian, taman kota, Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, Jalan
R.A.A Wiranatakusumah, Jalan Pajajaran, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Rd. Junjunan dan
Jalan Pasteur.
c. Dikecualikan adalah reklame pada jembatan penyeberangan orang (JPO,reklame yang
menunjukkan identitas bangunan/kegiatan, serta reklame yang tidak berhubungan
dengan identitas bangunan/kegiatan dengan cara penempatan pada halaman,
bangunan atau bangun-bangunan pada kawasan bebas yang berbatasan dengan
lawasan lainnya.

Berdasarkan kategori perletakan titik reklame, terdapat 5 jenis kelas jalan :

Teknis penempatan dan pemasangan reklame :

Kriteria penempatan dan pemasangan reklame :

Anda mungkin juga menyukai