LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ANATOMI
a. Tulang dan jaringan ikat
Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra yang secara
keseluruhan membentuk kurva lordosis bila dilihat dari lateral. Dapat dibagi
menjadi 2 regio, regio atas (C1, C2) dan regio bawah (C3 - C7). Terdapat
perbedaan nyata antara kedua regio tersebut baik secara anatomi maupun
fungsionalnya (Saladin, 2003)
Regio atas
Secara struktural terdapat perbedaan yang jelas antara tulang C 1 (atlas)
dan C2 (axis). Tulang C1 tidak mempunyai corpus vertebra, berbetuk cincin
dengan kedua masa lateral dihubungkan dengan arkus anterior dan
posterior. Sedangkan C2 mempunyai corpus vertebra, arkus anterior yang
menebal ditengah membentuk prosesus odontoid, arkus posterior, dan
prosesus spinosus (Saladin, 2003)
Regio bawah
Vertebra Cervical 3, 4, 5 :
2
c. Articulatio
Persendian antara kepala dan vertebra Cervical atas :
1) Articulatio atlantooccipitalis
2) Articulatio atlantoepistrophica
Persendian tiap vertebra cervical, mempunyai 5 buah facies articularis :
3
d. Saraf
Saraf yang keluar dari vertebrae Cervical berjumlah 8, dimulai dari C 1
sampai dengan C8. Pada daerah cervical sendiri terdapat dua plexus yakni
plexus cervicalis (C1-C4) dan plexus brachialis (C4-T1). Masing-masing memiliki
miotom dan dermatom berbeda antara lain:
(Saladin, 2003)
e. Biomekanik leher
Vertebrae cervical mempunyai fungsi sebagai penopang kepala dan
mempertahankan posisi kepala dan untuk stabilitas dan mobilitas. Gerakan
fleksi ekstensi terjadi pada articulatio atlantooccipitalis, juga bisa terjadi di
antara C1 dan C2. Semua itu dikendalikan oleh otot-otot suboccipital dan
ligamentum atlantooccipital. Gerakan fleksi-ekstensi dan pembatasan lateral
fleksi disebabkan oleh uncovertebral. Bentuk dari corpus yang lebih lebar
pada arah lateral memungkinkan pergerakan fleksi-ekstensi dibanding dengan
lateral-fleksi (Cailliet, 1991; Saladin, 2003).
Pergerakan rotasi pada persendian atlantoaxial seperti fenomena kursi
putar, dengan stabilisasi dan kontrol oleh ligamentum yang membentuk kapsul
persendian atlantoaxial yang bersifat diarthrosis. Bentuk corpus dari C3-C7
yang seperti pelana memungkinkan untuk gerakan miring dan rotasi. Posisi
dari persendian posterior hampir tegak lurus pada bidang sagittal sehingga
memungkinkan rotasi pada bidang horizontal dan lateral bending. Pada
spatium intervertebral C5-C6 terjadi range of motion yang besar pada gerak
fleksi-ekstensi dan kemungkinan menjadi faktor penyebab dalam terjadinya
spondylosis pada bagian ini (Cailliet, 1991; Saladin, 2003).
Range of Motion (R.O.M.) adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi dengan seluruh kekuatan. Tiap sendi memiliki R.O.M. yang
berbeda-beda yang diukur menggunakan goniometer. Pada bagian cervical
R.O.M normal pada fleksi adalah 70. Pada ekstensi 40. Pada lateral bending
60. Dan pada rotasi 90 (Cailliet, 1991).
2.2
DEFINISI
Cervical Root Syndrome atau Cervical Disc Syndrome merupakan
kumpulan gejala akibat penekanan pada saraf spinal yang sering diakibatkan
oleh proses degenerasi pada vertebrae dan discus intervertebralis pada
daerah leher. Kondisi ini sering diakibatkan oleh spondylosis cervicalis atau
osteoartritis yang terjadi pada vertebrae Cervical (Rubin, 2007).
2.3
EPIDEMIOLOGI
Cervical Root Syndrome sering didapatkan pada orang yang berusia
lebih dari 55 tahun (Rubin, 2007). Penderita Cervical Root Syndrome ini
sendiri diperkirakan antara 85 per 100.000 orang di Amerika Serikat (Abbed,
2007). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Makela dan rekan, nyeri
leher dialami oleh 9,5% laki-laki dan 13,5% perempuan (Malanga, 2009).
Meskipun insidennya tinggi dan terlihat dengan pemeriksaan radiologi namun
sering tidak menunjukan gejala atau keluhan (asimptomatis) (Susilo, 2010).
2.4
ETIOLOGI
Kerusakan dapat terjadi sebagai akibat penekanan material diskus
yang mengalami ruptur, adanya perubahan degeneratif pada tulang, arthritis
atau cedera lain yang memberi tekanan pada akar saraf. Pada usia paruh
baya, perubahan degeneratif pada diskus dapat menyebabkan tekanan pada
radix saraf. Pada usia muda, radiculopathy cervical cenderung terjadi karena
rupturnya diskus sebagai akibat dari trauma. Material diskus kemudian
menekan akar saraf dan menyebabkan rasa sakit (Eubanks, 2010).
2.5
FAKTOR RESIKO
a. Genetik
7
2.6
PATOFISIOLOGI
2.7
DIAGNOSIS
A. Anamnesa
1. Nyeri dan kaku di belakang leher dan sekitarnya
2. Rasa nyeri dan tebal yang menjalar ke bahu dan lengan
3. kelemahan pada lengan dengan keluhan tidak mampu untuk menyisir
rambut, memasang bra, atau untuk mengambil dompet dalam saku.
4. Iritasi pada akar saraf keenam dan ketujuh dapat menyebabkan nyeri
pada bahu, lengan, lengan bawah, pergelangan tangan, dada dan mati
rasa serta kesemutan pada telunjuk, jari tengah dan jari manis (Jackson,
2010).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit,
bagaimana posisi kepala dan leher selama wawancara biasanya pasien
10
menekukan kepala menjauhi sisi yang cedera dan leher terlihat kaku.
Gerak leher ke segala arah menjadi terbatas, baik yang mendekati
maupun menjauhi sisi cedera (Noerjanto, 1996).
2. Palpasi
- Nyeri tekan di bagian belakang leher
- Spasme otot-otot leher
- Pemeriksaan ROM leher terbatas dan nyeri terutama pada
-
11
4. Tes Valsava
Dengan tes ini, tekanan intrakranial dinaikkan, bila terdapat proses
desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan
dinaikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler.
Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis di kanalis
vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal
menurut valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia
menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang
berpangkal di leher menjalar ke lengan (Tejo, 2009)
5. Tes Nafziger
Dilakukan pada posisi berbaring atau berdiri dengan menekan vena
jugularis dengan kedua tangan pemeriksa sementara pasien mengejan,
akan terjadi peningkatan tekanan intracranial yang akan diteruskan
sepanjang rongga arachnoidal medulla spinalis. Adanya proses desak
ruang kanalis vertebralis akan menimbulkan nyeri radikuler (Tejo,
2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiografi cervical
Foto polos cervical biasanya rutin dilakukan pada pasien dengan
cervical root syndrome dengan kecurigaan spondilosis servikalis. Untuk
keperluan tersebut maka foto dibuat dengan berbagai proyeksi anteriopostrior, lateral, obliq kanan-kiri. Pada pemeriksaan ini dinilai keadaan
tulang, foramen, diskus, adanya spur hingga dapat ditentukan tingkat
spondilosis.
2. MRI
13
2.10
DIAGNOSA BANDING
1. Sindroma Thoracic Outlet
2. Carpal Tunnel Syndrome (Cailliet, 1991)
2.11
KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain atrofi otot-otot leher dan
lengna serta ketidakmampuan tangan untuk melakukan aktifitas (Sidharta,1984).
2.12
PROGNOSIS
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Anatomy and Physiology. 2014. Study Blue
(http://www.studyblue.com/notes/note/n/anatomy--physiology-/deck/4113566)
Cailliet, Rene. 1990. Neck and Arm Pain ; F.A Davis Company, Callifornia.
Emil R. 2004. Sindroma servikal. Semarang: FK UNDIP.
Eubanks, J. cervical radiculopathy. National Institute of Neurological Disorders and
Stroke. American Family Physician, Jan. 1, 2010. University of Maryland
School of Medicine: Maryland Spine Center.
http://s0ftpedia.pw/files/spurling%20test&id=mix
Jackson, Ruth. 2010. The Classic: The cervical root syndrome. Scranton, IA USA
22