Anda di halaman 1dari 11

URUSAN AGROTEKHNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN-PETRNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segenap
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari segala yang penulis tulis pada makalah ini masih kurang sempurna, maka
segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini akan
senantiasa penulis nantikan. Penulis juga berharap yang ditulis dalam makalah ini dapat
berguna bagi pembaca.
Malang, 25 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .... I
KATA PENGANTAR
.
II
DAFTAR ISI
......... III
DAFTAR TABEL
........
IV
BAB I PENDAHULUAN
. 5
1.1 Pengertian Pertanian Organik 5
BAB II PEMBAHASAN
7
2.1 Dinamika Pasar Input-Output Komoditas Padi 7
2.1.1 Dinamika Pasar Input .. 7
2.1.2 Dinamika Pasar Output .. . 8
2.2 Implikasi Kebijakan ..... 9
2.3 Analisa Usaha Pertanian Padi Organik ...........
10
2.3.1 Gabah Organik ............................................. 11
2.3.1 Gabah Konvensional .. 13
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .........
DAFTAR PUSTAKA
............................

17

16

DAFTAR TABEL
Tabel Perbandingan Operasional Budidaya Organik dan Konvensional per hektar 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah
melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional
attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
a. Penyediaan pupuk organik
Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian
organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara
utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari
pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering
bahan jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan
KCl.
b. Teknologi pendukung
Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi
budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan
rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama
perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman
seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah
membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama
dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di
musim hujan.
c. Pemasaran
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar
negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah
ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama
adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang
akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu
produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam
negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masingmasing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyataannya banyak yang masih
mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida.

BAB II
PENBAHASAN
2.1 Dinamika Pasar Input-Output Komoditas Padi
Petani meningkat; urea meningkat dari Rp55.000 menjadi Rp65.000/sak atau harga eceran
dari Rp1.100 menjadi Rp1.300/kg. Kenaikan harga pupuk urea ini diikuti dengan naiknya
harga pupuk lain. Harga SP-36 meningkat dari Rp1.650 menjadi Rp1.750/kg, KCl dari
Rp1.765 menjadi Rp1.865/kg, dan ZA dari Rp1.050/kg menjadi Rp1.200/kg. Kenaikan harga
pupuk tersebut mendorong petani untuk mengurangi penggunaan pupuk baik jumlah maupun
jenisnya. Sementara itu harga gabah pada musim hujan atau panen raya jatuh hingga hanya
Rp850-Rp900/kg.Pasar Tenaga Kerja Upah untuk pengolahan tanah dengan traktor berkisar
antara Rp300.000-Rp350.000/ha, tergantung jarak lahan sawah dari jalan serta sistem
pembayarannya. Upah tanam berkisar antara Rp275.000-Rp300.000/ha dan dibayar secara
tunai. Sistem upah harian sudah jarang ditemui. Untuk kegiatan pengolahan tanah dan
penyemprotan, tingkat upah berkisar antara Rp20.000-Rp25.000/ hari dan untuk kegiatan
lainnya Rp12.000-Rp15.000/hari. Pada sistem upah panen dengan bawon, yang pada
dasarnya merupakan upah borongan dalam bentuk natura, tingkat upah pada sawah beririgasi
teknis adalah 1/8 bagian untuk pemanen, dan pada sawah irigasi sederhana dan tadah hujan
1/7 bagian. Tingkat upah yang cukup tinggi tersebut, bila tidak diimbangi harga gabah yang
memadai, akan menurunkan minat petani untuk menanam padi.
2.1.1 Dinamika Pasar Input
1. Pasar Benih
Pemasok benih padi di Kabupaten Sidrap adalah PT Sang Hyang Seri (40%), PT Pertani
(30%), Balai Benih Induk (10%), produsen swasta (10%), serta kelompok tani binaan Dinas
Pertanian (10%). Varietas yang dihasilkan oleh PT SHS di antaranya adalah IR42, IR66,
IR64, IR74, Ciliwung, Celebes, Membramo, Towuti, Widas, dan Way Apo Buru. Sementara
itu PT Pertani menghasilkan varietas Ciliwung, Selebes, dan varietas lain. Berbeda dengan di
Jawa yang lebih menyukai IR64, petani di Sidrap lebih menyukai varietas Ciliwung. Luas
pertanaman varietas ini mencapai 450 ha per tahun, sedangkan IR64 hanya 112 ha. Harga jual
benih sampai di gudang penyalur (lini IV) adalah Rp2.350-Rp2.450/kg dan harga jual
penyalur Rp2.500-Rp2.600/kg, sedangkan harga di pengecer Rp2.750-Rp2.850/kg. Harga
benih berlabel dan risiko kegagalan panen yang makin tinggi menyebabkan petani di lahan
sawah beririgasi hanya menggunakan benih berlabel satu kali setahun dan petani pada tipe
lahan lainnya menggunakan benih berlabel satu kali tiap dua tahun. Setelah menggunakan
benih berlabel, petani akan menggunakan benih hasil sendiri hingga 2-4 musim tanam.
Kondisi ini diperburuk oleh sistem distribusi dan pemasaran benih padi yang hanya

berdasarkan pada pesanan dari kios atau toko pertanian.


2. Pasar Pupuk
Penghapusan subsidi dan pembebasan sistem distribusi/pemasaran pupuk pada bulan
Desember 1998 pada awalnya berdampak positif terhadap distribusi pupuk, karena
mekanisme pasar semakin berjalan. Hal ini ditunjukkan oleh: (1) tumbuhnya agen penyalur
pupuk baik di tingkat propinsi maupun kabupaten yang dapat mengakses ke lini II bahkan ke
lini I, (2) tumbuhnya kios-kios di tingkat pedesaan sehingga ketersediaan pupuk di tingkat
lokal lebih terjamin, (3) tumbuhnya persaingan yang sehat di antara pelaku pasar. Namun,
pada MH 2000/2001 dampak negatif mulai
terlihat berupa kelangkaan pupuk terutama urea. Berdasarkan informasi dari Kantor
Pemasaran Kabupaten (KPK) PUSRI Sidrap dan pedagang penyalur pupuk, kelangkaan
tersebut disebabkan oleh: (1) setelah subsidi dicabut dan distribusi pupuk dibebaskan, tidak
ada lagi yang bertanggung jawab atau menjamin pupuk hingga lini III; (2) timbulnya
spekulan pupuk; (3) mengalirnya pupuk domestik ke luar negeri; (4) terhambatnya kegiatan
bongkar-muat akibat hujan
yang terus-menerus padahal permintaan pupuk pada musim hujan ustru sangat tinggi. Kondisi
ini menyebabkan harga pupuk di tingkat.
2.1.2 Dinamika Pasar Output.
Surplus beras di Sulawesi Selatan menurut perhitungan Dinas Pertanian Propinsi dan
Dolog kurang lebih 1,2 juta ton/tahun. Adanya surplus beras tersebut telah mendorong
berkembangnya pemasaran beras ke luar daerah. Diperkirakan pengiriman beras antarpulau
oleh
pedagang melalui pelabuhan Pare-Pare dan Makassar hanya 216 ribu ton, tetapi realisasinya
mencapai sekitar 300 ribu ton. Surplus beras yang diserap Dolog dalam rangka
pengadaan beras nasional mencapai 267 ribu ton, dan pemasaran beras berkualitas yang
diproduksiPT Pertani kurang lebih 8,04 ribu ton/tahun. Produksi beras Sidrap juga
diperuntukkan bagi pengadaan stok nasional melalui Dolog. Pada tahun 2001, pengadaan
stok nasional oleh Sub Dolog wilayah III Sidrap terealisasi 98.556 ton gabah (setara 62.090
ton beras) dan dalam bentuk beras 6.208 ton. Jumlah ini meningkat hampir 71%
dibandingkan dengan pengadaan tahun sebelumnya sebesar 40 ribu ton. Meskipun demikian,
Dolog hanya mampu menyerap 15-20% dari surplus daerah. Harga pembelian Dolog pada
MH 2001 sebesar Rp.1.500/kg GKG atau Rp.2.310/kg setara beras. Kendala yang dihadapi
Dolog dalam menjalankan aktivitasnya adalah: (1) dicabutnya fasilitas KLBI untuk
pengadaan beras, padahal Dolog masih dibebani misi sosial yaitu mempertahankan harga
gabah. (2) dicabutnya kebijakan pemberian tunjangan beras bagi PNS dan menggantinya
dalam bentuk uang, (3) penetapan harga dasar gabah dianggap terlalu tinggi, dan
(4) masuknya beras impor dengan harga yang lebih rendah. Harga gabah saat panen raya
berkisar antara Rp.800-Rp. 900/kg GKP, sedangkan pada musim paceklik (DesemberJanuari) harga bisa mencapai Rp.1.100-Rp.1.200/kg GKP. Kenaikan harga beras yang tinggi
di Jakarta dan kota-kota besar di Jawa pada periode puncak krisis, hanya sedikit
meningkatkan harga beras di Sulawesi Selatan. Harga beras kepala spesial naik dari
Rp.2.900/kg menjadi Rp.3.100- Rp.3.200/kg, beras kepala super dari Rp.2.600/kg menjadi
Rp.2.900/ kg, dan beras kualitas medium dari Rp.2.300 Rp2.400/kg menjadi Rp.2.500Rp.2.600/kg. Harga beras selebes atau kristal produksi PT Pertani relatif stabil dengan harga
Rp.3.800-Rp3.900/kg.
2.2 Implikasi Kebijakan.
Adanya stagnasi luas areal tanam, panen, produktivitas, dan produksi menunjukkan kurang

adanya insentif dalam usaha tani padi. Implikasi kebijakan yang diperlukan adalah: (1)
pengkajian ulang kebijakan penghapusan subsidi benih dan pupuk, mengingat sebagian besar
petani belum menggunakan benih berlabel dan pupuk secara berimbang; (2) pembangunan
dan
pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi yang kurang berfungsi, sedangkan penyerahan
operasi dan pemeliharaan irigasi kepada petani perlu ditinjau kembali; (3) mengintesifkan
kegiatan litbang terutama penemuan varietas unggul; varietas padi unggul yang ada seperti
Ciliwung, IR64, IR66, dan IR74 sudah terlalu lama; (4) peningkatan eksistensi kelembagaan
BPTP dalam menghasilkan teknologi spesifik lokasi; (5) penyuluhan dan bimbingan melalui
kelompok tani dan demplot; (6) perlunya komisi atau badan perlindungan petani terhadap
maraknya berbagai pupuk alternatif, PPC, dan obat-obatan yang diduga palsu; dan (7)
menjamin berjalannya mekanisme pasar baik pada pasar input maupun output sehingga
terbentuk pasar bersaing yang berkeadilan (Saptana).
2.3 Analisa Usaha Pertanian Padi Organik
Berikut ini disajikan perbandingan analisis usaha budidaya organik dan konvensional pada
padi. Analisis dibuat untuk luasan lahan satu hektar, nilai atau harga yang digunakan berlaku
untuk daerah Lubuk Cemara, Kab Serdang Bedagai , Sumatra Utara pada Musim tanam bulan
Mei Agustus Tabel 1
Tabel Perbandingan Operasional Budidaya Organik dan Konvensional per hektar
No
Organik
Konvensional
1 BENIH 10 kg Rp 10.000 Rp 100.000
2 PUPUK DASAR
Kompos
Bahan Fermentasi
KCL
SP36
Pupuk Organik 2000 Kg
2 Kg
10 lt Rp 750
Rp 40.000
Rp 40.000
Rp 80.000
Rp 400.000
150 Kg
100 Kg
100 Kg
- Rp 1.400
Rp 2.800
Rp 1.850
- Rp 210.000

Rp 1.500.000

40 Kg Rp 6.500

Rp 260.000

Rp 280.000
Rp 185.000
3 PUPUK SUSULAN
Kompos
Urea
KCL
SP36
Pupuk Organik 7 kg
-

Rp 70.000
-

Rp 490.000
100 Kg
50 Kg
50 Kg
- Rp 1.400
Rp 2.800
Rp 1.850
- Rp 140.000
Rp 97.500
Rp 92.500
4 PENYEMPROTAN
Pupuk Organik 5 lt
5 PESTISIDA
Pestisida Organik
Pestisida Kimia 2
- Rp 40.000
- Rp 80.00010 lt Rp 50.000 Rp 500.000
6 TENAGA KERJA
Pengolahan lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan

Rp 40.000

Rp 200.000

Penyemprotan
Pemanenan
Rp 450.000
Rp 200.000
Rp 150.000
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 1.875.000
Rp 450.000
Rp 200.000
Rp 150.000
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 1.125.000

Rp 625.000

Rp 625.000

Biaya Non Tehnis


Bunga Pinjaman Tengkulak
Potongan hasil Panen -

15%

4%

Rp 5.376.704

Rp 11.250.000

Rp 806.506

Rp 450.000
TOTAL MODAL
Rp 6.100.000
Rp 5.721.506
HASIL 7.500 Kg Rp 2.500 Rp 18.750.000
4.500 Kg Rp 2.500 Rp
11.250.000
KEUNTUNGAN
Rp 12.650.000
Rp 5.528.494
Terlihat bahwa, biaya operasional budidaya padi dari penyediaan benih hingga penanaman
padi organik Pola LMTO dan konvensional tidak terlalu berbeda. Perbedaan tampak pada
penggunaan asupan-asupan eksternal bagi perawatan tanaman.
Pada budidaya organik Pola LMTO penggunaan pestisida organik tidak mutlak dibutuhkan,
bila di butuhkan cukup dengan pemakaian 2 lt/H dengan harga Rp 40.000/lt
Dengan asumsi tidak terjadi puso dan lahan organik telah terbentuk, setiap hektar sawah akan
mampu menghasilkan gabah 7.5 ton, sedangkan sawah konvensional menghasilkan gabah 4.5
ton/H .. Bila harga gabah organik Pola LMTO dan konvensional dihargai sama yaitu Rp.
2.500,- per kilo gram, maka petani organik akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp.
18.750.000,-. Dengan demikian, keuntungan petani organik sebesar Rp. 13.140.000,- dan
petani konvensional hasil gabah sebesar Rp. 11.250.000,-, keuntungan Rp 5.528.494. Artinya,
dilihat dari sudut asupan pertanian saja dengan cara membandingkan hasil pendapatan,
budidaya pertanian organik dengan pola LMTO lebih menguntungkan 50 persen
dibandingkan dengan pertanian konvensional.
Dari segi aspek bisnis Kilang Padi, budidaya pertanian organic Pola LMTO lebih
menguntungkan karena rendemen gabah lebih tinggi, budidaya konvensional rendenem 50%.

Pola LMTO bisa mencapai 60 70 %. Jadi ada selisih 10-20%.


Hal lain dari budidaya konvensional yaitu pengaruh dari para tengkulak yang telah lama
berperan dalam keterpurukan petani Indonesia, karena memanfaatkan mereka sebagai lahan
bisnis dengan cara yang tidak adil.
Dalam data di atas, tidak dimasukannya biaya sewa lahan karena biaya tersebut dapat
dianggap sama antara lahan organik Pola LMTO dan non organik.
Ditinjau dari kelayakan usaha, secara finansial dapat dilihat dari BEP (break event point),
radio B/C (benefit cost), dan ROI (return of investment) dengan asumsi menggunakan harga
beras organis dan non organik saat ini.
1. Gabah Organik
a. BEP
Suatu usaha budidaya dikatakan berada pada titik impas atau balik modal berarti bahwa
besarnya hasil sama dengan modal yang dikeluarkan. Perhitungan BEP ada dua, yaitu BEP
volume produksi dan BEP harga produksi.
BEP Volume produksi = Biaya produksi = Rp. 5.610.000,- = Rp. 2.244/Kg
Harga produksi Rp. 2.500,Artinya, titik balik modal usaha budidaya organik Pola LMTO dapat tercapai pada tingkat
volume produksi sebanyak 2.244 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional = Rp. 5.610.000,- = Rp.748,-/Kg
Jumlah produksi 7.500,- kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah organik Pola LMTO yang diperoleh dijual
dengan harga Rp.748,- per kilogram.
Rasio B/C
Rasio B/C merupakan ukuran perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya operasional.
Dengan rasio B/C akan diperoleh ukuran kelayakan usaha. Bila nilai yang diperoleh lebih
dari satu maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu
maka usaha tersebut dikatakan tidak layak.
Rasio B/C = Hasil Penjualan = Rp. 18.750.000,- = 3.34
Biaya Operasional Rp. Rp. 5.610.000,Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 18.750.000,- akan diperoleh hasil penjualan
sebesar 3.34 kali lipat sehingga sangat layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal.
ROI = Keuntungan x 100% = Rp. 13.140.000 x 100% = 3.34%
Biaya Operasional Rp. 5.610.000,Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp.
334,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini sangat amat efisien.
2. Gabah Konvensional
a. BEP
BEP Volume produksi = Biaya produksi = Rp 5.721.506,- = Rp. 2.288,60 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,Artinya, titik balik modal usaha budidaya konvensional dapat tercapai pada tingkat volume
produksi sebanyak 2.288,60 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi= Biaya operasional = Rp. 5.721.506,- = Rp.1.271.44,-/Kg
Jumlah produksi 4.500,-kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah konvensional yang diperoleh dijual
dengan harga Rp. 1.271.44,- per kilogram.
Rasio B/C

Rasio B/C = Hasil Penjualan = Rp. 11.250.000,- = 1.96


Biaya Operasional Rp. 5.721.506,Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.721.506,- akan diperoleh hasil penjualan
sebesar 1.96 kali lipat sehingga layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
ROI = Keuntungan x 100% = Rp. 5.528.494
Add caption

x 100% = 96.6%
Biaya Operasional Rp 5.721.506
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp.
96.6,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini masih efisien.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pertanian padi organik sangatlah baagus untuk dibudidayakan karena mengingat kelangkaan
pupuk subsidi dan sangat baik untuk menjaga kesuburan tanaman maupun tanah itu sendiri.
Pertanian padi organik juga efisien dengan tumbuhnya hama dan penyakit
Nilai ekonomis pasar tentang produksi padi organik juga tinggi baik dipasar domestic
maupun pasar internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi. 2011. Prospek Pertanian Organik Di Indonesia (online)
http://dewiseptianawati.blogspot.com/2011/02/subsidi-pupuk-dan-mekanisme-pasar-

pada.html.
Di akses 25 Mei 2011
Hutauruk, J. 1996. Analisis Dampak Kebijakan Harga Dasar Padi dan Subsidi Pupuk
Terhadap Permintaan dan Penawaran beras di Indonesia. Tesis Magister Sains:
Institut Pertanian Bogor.
lmto. 2008. Pertanian Padi Organik. (online). http://into.blogspot.com/2008/1/ AnalisaUsaha-Pertanian-Padi-Organik.html. Di akses 27 Mei 2011
Diposkan oleh Dhien di 09.32
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1 komentar:

1.
omyosa21 Juli 2011 01.42
MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM
KETIKA PANEN TIBA
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produkproduk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara
lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah
merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa
awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun
1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai
dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan
produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita
juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau
pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal
musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama
kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin
tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika
panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani
mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY)
beberapa tahuin yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali
kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya,
kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini
masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada
umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat
menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.
Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan
yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia,
sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun
lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani
kita mungkin dapat kami tawarkan, yaitu: BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN
SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB
LENGKAP AVRON / SO + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+
).
Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti
yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis,
dan hasilnya bisa meningkat 60% 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA
YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN
SEKARANG KAPAN LAGI?
CATATAN: Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan
memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat
pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara
mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas
petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk
Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu
menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik
diseluruh wilayah Indonesia.
Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.
Terimakasih,
Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072
Balas
Muat yang lain...
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2011 (1)
o Juni (1)

makalah pertanian organik

Mengenai Saya
Dhien
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai