Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain,
kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan, baik
dalam kondisi normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus menerus
mengamati organ ini. Dari kulit, muncul berbagai asesori yang terindera
manusia; rambut ( kasar dan halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh
mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam kondisi sehat, kulit beserta
aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam keadaan sakit,
mereka mungkin menjadi sumber keresahan.
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan
luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti,
terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tida berambut disebut
kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada kedua
lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di permukaannya yang disebut
dermatoglyphics.
Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling
tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya
akan kelenjar keringat etapi miskin kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki
banyak folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut
yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit ( subkutis),
sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar
sebasea yang berukuran besar.
Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah
dilihat pada kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick
berdasarkan pada kemampuan kulit untuk berpigmentasi ( tanning ) dan
kemungkinan terbakar ( sunbum) pasca pajanan sinar ultraviolet. Terdapat pula
variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi tubuh.
Kulit ( dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan
manusia secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
EPIDERMIS
bakal seramid, yang kelak akan berperan dalam pembentukan sawar lipid pada
stratum korneum. Sawar lipid akan bersinergi dengan sawar struktural yang
terbentuk oleh KIF pada lapisan stratum korneum.
Pada stratum spinosom dan granulosum terdapat sel Langerhans (SL), sel
dendiritik yang merupakan sel penyaji antigen. Antigen yang menerobos sawar
kulit akan difagosit dan diproses oleh SL, untuk kemudian dibawa dan disajikan
kepada limfosit untuk dikenali. Dengan demikian, SL berperan penting dalam
pertahanan imonologik manusia. Keratinosit sendiri hingga derajat tertentu juga
mampu membangkitkan respons imonologik dengan cara melepaskan sitokin
proinflamasi, jika terjadi jejas yang mengancam.
c. Stratum granulosum
Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline granules (KG) yang
terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa. KG mengandung profilagrin dan
loricrin yang penting dalam pembentukan cornified cell envelope (CCE). Secara
sederhana, keratinosit distratum granulosum memulai program kematiannya
sendiri (apoptosis), sehingga kehilangan inti dan organel sel penunjang
hidupnya. Profilagrin akan dipecah menjadi filagrin yang akan bergabung
dengan KIF menjadi makrofilamen. Beberapa molekul filagen kelak akan dipecah
menjadi molekul asam urokanat yang memberikan kelembaban stratum korneum
dan menyaring sinar ultraviolet. Loricrin akan bergabung dengan protein-protein
struktural dermosom, dan berikatan dengan membran plasma keratinosit. Proses
proses tersebut menghasilkan CCE yang akan menjadi bagian dari sawar kulit di
stratum korneum.
Waktu yang diperlukan bagi keratinosit basal untuk mencapai stratum korneum
kira-kira 14 hari, dan dapat lebih singkat pada keadaan hiperproliferasi misalnya
psoriasis dan dermatitis kronik.
d. Stratum korneum
CCE yang mulai dibentuk pada stratum korneum akan mengalami penataan
bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG. Susunan kedua komponen sawar
kulit tersebut sering dikiaskan sebagai brick and mortar, CCE menjadi batu bata
yang diliputi oleh lipid sebagai semen di sekitarnya. Matrik lipid ektraselular
ampuh menahan kehilangan air dan juga mengatur permeabilitas , deskuamasi,
akitivitas peptida antimikroba, eksklusi toksin dan penyerapan kimia
secaraselektif. Korneosit lebih berperan dalam memberi penguatan terhadapa
trauma mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan serta
perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu yang diperlukan bagi korneosit
untuk melepaskan diri (shedding) dari epidermis kira-kira 14 hari.
II.
DERMIS
tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada
pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa, groud substance , dan
selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut
dan saraf.
Serabut kolagen (collagen bundles ) membentuk sebagian besar dermis,
bersama-sam serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya.
Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground substance yang
terbentuk dari proteoglikans ( PG) dan glikosaminoglikans ( GAG ). PG dan GAG
dapat menyerap dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga
berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan growth
faktors dalam jumlah besar.
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis. Fibroblas adalah
sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta
elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imonologik
pada kulit yang mampu bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun
mikrobisidal dan tumorisidal.
III.
Subkutis
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu tubuh,
dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang meredam
trauma melalui permukaan kulit. Deposis lemak menyebabkan terbentuknya
lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam
lobus satu sama lain dipisahkan oleh spta.
ADNEKSA KULIT
Yang tergolong adneksa kulit adalah ekrin dan apokrin, serta kuku. Folikel rambut
sering di sebut sebagai unit polisebase karena terdiri atas bagian rambut dan
kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang disebut ismus.
Rambut yang tebal dan berpigmen disebut rambut terminal, misalnya rambut
kulit kepala dan janggut. Rambut yang halus, panjangnya kurang dari 1 cm dan
tidak berpigmen disebut velus, terdapat pada sebagian besar permukaan kuliat
kecuali kulit glabrosa. Unit pilosebasea pada aksila dan inguinal mengandung
kelenjar apokrin, dan pada dada, punggung atas dan wajah memiliki kelenjar
sebasea yang besar. Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagen
( pertumbuhan ), katagen (involusi ) dan telogen (istirahat). Panjang masing
masing fase berbeda pada lokasi kulit yang berbeda. Pada kulit kepala, fase
anagen berlangsung kira-kira selam 3 tahun, fase katagen 3 minggu dan fase
telogen 3 bulan. Pada suatu waktu pada kulit kepala 85% rambut berada pada
fase anagen, sekitar 10% berada pada fase telogen dan sisanya pada tahap
katagen maka, pada keadaan normal dapat ditemukan rambut yang rontok.
Kelnjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis daisebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dermis dalam, dekat
perbatasan dengan subkutis. Kelenjar ini tersebar di seluruh permukaan kulit
kecuali di daerah ujung penis, klitoris, dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi
tubuh berbeda-beda.
Fungsi utama kelenjar eksrin adalah
1. Mengatur penglepasan panas
2. Ekskresi air dan elektrolit
3. Mempertahankan keasaman pemukaan kulit sehingga mencegah
kolonisasi kuman patogen
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; sekret yang dihasilkannya akan
diuraikan oleh kuman sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada
manusia tidak jelas tetapi mungkin sekret kelenjar ini mengandung semacam
feromon.