Anda di halaman 1dari 2

Mas Hakim Akik

Afina Mahardhika, 1306402936

Hari hampir menjelang pagi, sayup-sayup suara adzan subuh mulai terdengar
dari masjid. Beberapa rumah mulai mematikan lampu, pertanda penghuninya telah
bangkit dari ranjang. Berbeda dengan penghuni rumah bernomor 30 di samping
pertigaan. Ia baru saja selesai menunaikan tugasnya semalaman dan akan segera
menancapkan gas menuju pasar terdekat. Pemuda tersebut bernama Shidiq. Usianya
28 tahun dan belum menikah. Ia adalah seorang pengasah batu akik.
Menjadi seorang pengasah batu akik bukanlah cita-cita Shidiq. Ia adalah
seorang lulusan Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dengan peminatan hukum
agrarian. Hitam putih dunia hukum di Indonesia menyebabkan Shidiq keluar dari
pekerjaan sebelumnya sebagai freelance di kantor notaris. Ia lebih memilih untuk
menekuni hobinya memelihara burung dara sembari menjadi penulis serabutan di
buletin komunitas pecinta burung dara. Ia terjun ke dunia akik ini sejak setahun lalu,
kala demam batu akik mulai merambah di Indonesia.
Penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan jenis
pekerjaan yang tergolong tidak populer, menjadi alasan utama pekerjaan ini masih
dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tak jarang, ia mendapat celaan dari orangorang di sekitarnya. Orang-orang pasar kerap menyebutnya Mas Hakim Akik karena
predikatnya sebagai sasrjana hukum dan pekerjaannya sebagai pengasah batu akik.
Namun, hal ini tidak menjadi halangan bagi Shidiq untuk tetap bertahan sebagai
pengasah batu akik.
Pagi ini Shidiq sudah siap berangkat ke pasar untuk menyetor batu yang telah
ia ubah menjadi perhiasan cantik. Sesampainya di rumah, ia akan membaringkan
tubuhnya di ranjang untuk beberapa saat. Dalam tidurnya, sesekali ia bermimpi

menjadi tokoh inspiratif yang dimuat di majalah sebagai seseorang yang teguh
menjalani pekerjaan sesuai minatnya.

Anda mungkin juga menyukai