Inggris. Di media sosial Line contohnya. Akun meme Islam yang bernama Halal
Jokes dikelola oleh seorang warga Indonesia. Meskipun demikian, bahasa yang
digunakan bukanlah bahasa ibu kita melainkan bahasa Inggris. Hal itu mungkin
dilakukan pemilik akun tersebut untuk agar kontennya dapat dinikmati warga
mancanegara. Pengguna media sosial Line juga semakin sering menggunakan
bahasa Inggris. Argumen yang digunakan adalah bahwa bahasa Inggris bisa
dengan lebih tepat dan presisi mengungkapkan maksud yang ingin diutarakan.
Dengan kata lain bahasa Indonesia terdengar sangat tua dan baku atau terlalu
resmi.
Dalam dunia masa kini yang berputar karena perdagangan dan tak jarang
yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan tersier, iklan merupakan hal
yang diperlukan untuk mendongkrak penjualan. Mengapa demikian? Bagian
pemasaran tidak kalah penting dengan bagian penelitian dan pengembangan
produk. Produk tertentu dipasarkan dengan bahasa Inggris untuk memberikan
kesan kekinian dan mewah. Contohnya, iklan-iklan mobil yang ada di Indonesia
rata rata menggunakan bahasa Inggris. Iklan busana pakaian, parfum, dan jam
juga selalu menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris.
Bahasa Inggris sangat dominan pada industri kreatif yang dipasarkan pada
anak muda. Daftar makanan dan minuman di kafe-kafe yang banyak dijejali anak
muda juga ditulis mennggunakan bahasa Inggris. Desain-desain karya anak muda
bangsa Indonesia yang ada di kaos-kaos juga banyak yang berbahasa Inggris.
Radio yang mengisi waktu luang di kala macet di kota besar juga disiarkan tidak
murni dalam bahasa Indonesia tetapi bercampur dengan bahasa lain. Lagu-lagu
yang diciptakan oleh seniman di Indonesia juga sudah banyak yang menggunakan
bahasa Inggris. Pernak-pernik, iklan, poster, dan baliho yang ada di festival dan
konser musik juga dalam bahasa Inggris.
Kosakata bahasa Indonesia juga banyak disusupi bahasa Inggris. Kata kerja
mengimplementasikan lebih sering digunakan daripada kata menerapkan.
Kata merilis juga lebih sering digunakan daripada kata meluncurkan dan
menjustifikasi daripada menghakimi.
memenuhi kebutuhan yang berbeda dari bidang industri lainnya seperti industri
properti atau manufaktur. Industri kreatif melibatkan rasa senang dan emosi
lainnya yang sangat berdampak pada bagian emosional manusia. Sebagai contoh,
akibat pesatnya musik dan drama dari Korea Selatan, bahasa Korea menjadi
sangat diminati oleh negara lain. Potensi yang sama akan terbuang jika dalam
industri kreatif bahasa Indonesia ditinggalkan sama sekali.
Berbicara mengenai potensi, bahasa-bahasa di dunia adalah seperti
sekumpulan tanaman yang masih bisa berkembang. Dalam perjalanannya, ada
tanaman yang telah tinggi sehingga menutupi tanaman yang lain. Terkadang, ada
tanaman yang punah. Padahal, tiap tanaman mempunyai keindahan, kandungan,
dan manfaat tersendiri. Begitu juga dengan bahasa. Bahasa telah berkembang
selama sejarah manusia. Tiap kata memiliki cerita tersendiri dari budaya dan
negara tersebut. Bahkan, beberapa kata yang dianggap sinonim pun masih akan
menimbulkan perasaan yang berbeda dalam penggunaannya. Apabila kata serapan
mengalir terus-menerus ke dalam bahasa Indonesia, menggantikan yang tidak
perlu digantikan, lama-kelamaan kosakata bahasa kita akan menjadi tidak bisa
dibedakan dari kosakata bahasa Inggris.
Teknologi dan arus budaya asing tidak bisa ditolak. Tapi, kita bisa
mengurangi dampak buruk kedua hal tersebut terhadap bahasa Indonesia. Bahkan,
kita bisa menggunakan teknologi untuk memperkuat kedudukan bahasa nasional
kita. Internet telah membuat pengetahuan bebas diakses dimana saja oleh siapa
saja. Keaktifan bangsa Indonesia di Internet dalam menyebarkan bahasa Indonesia
dapat menunjukkan antusiasme dan kesungguhan bangsa Indonesia dalam
menggunakan bahasa Indonesia. Di sisi lain, masyarakat begitu dekat dengan
teknologi dan internet. Dapat dikatakan generasi 2000-an merupakan generasi
internet. Generasi ini memegang roda perekonomian dunia. Dapat disimpulkan
teknologi dalam menyebarkan bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat
penting.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia perlu ditanamkan sejak dini. Tidak hanya
dalam masa anak-anak, dalam usia produktif masyarakat perlu pembinaan
mengenai bahasa Indonesia dalam hal ini tidak perlu militan atau purist. Dengan
melihat masalah-masalah ini, dapat timbul dorongan atau rangsangan kecil untuk
bergerak ke sana. Kita perlu mencontoh negara maju seperti Jepang yang
melakukan westernisasi tanpa meninggalkan bahasa nasionalnya. Jadi, kita perlu
menanamkan sikap disiplin dalam menerapkan penggunaan disiplin bahasa
Indonesia pada diri sendiri terlebih dahulu agar bahasa Indonesia tetap terjaga dan
digunakan oleh bangsa kita sendiri atau bahkan negara lain.
Keadaan bahasa nasional kita seperti kijang yang berada di bibir jurang,
dikelilingi oleh singa-singa yang menggeram dengan suara pelan. Kita tidak tahu
akankah atau sampai kapan bahasa kita mampu bertahan. Pun, jika bahasa kita
mampu bertahan, penuturnya tidak lagi mampu berbicara dengan jelas. Kosakata
dan susunan kalimat dari bahasa asing membuat kita tersedak, seperti debu yang
sedikit demi sedikit menumpuk di tenggorokan. Kijang kita harus mampu
mengelak dan berlari menuju kejayaan.