Anda di halaman 1dari 5

Ragangan Kajian RUU Kebudayaan

Latar Belakang RUU Kebudayaan:


1. Kebudayaan nasional Indonesia harus melalui pengelolaan yg menuju ke arah
kemajuan adab, budaya, dan persatuan. Menjamin unsur-unsur kebudayaan
daerah sebagai identitas bangsa.
2. Pengelolaan kebudayaan harus memperhatikan keragaman, budaya, agama,
tradisi masyarakat.
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan kebudayaan belum dapat dijadikan
landasan hukum yang kuat dan belum sesuai dengan kebutuhan bangsa.
BAB I: Ketentuan Umum
Pasal 1: Definisi-definisi
Pasal 2: Asas Kebudayaan Nasional Indonesia
Pasal 3: Tujuan Kebudayaan Nasional Indonesia

BAB II: Pengelolaan Kebudayaan


Baagian Kesatu: Umum
Pasal 4: Urgensi pengelolaan kebudayaan
Pasal 5: Prinsip pengelolaan kebudayaan
Pasal 6: Tujuan pengelolaan kebudayaan
Pasal 7: Unsur kebudayaan yang tercakup dalam pengelolaan kebudayaan
Pasal 8: Kementerian Kebudayaan. Peraturan lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan
Presiden.
Bagian Kedua: Perencanaan
Pasal 9: Perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pengelolaan kebudayaan.
Pasal 10: Perencanaan tersebut dilakukan di tingkat pusat dan daerah.

Pasal 11: Pelaksana perencana pengelolaan kebudayaan.


Pasal 12: Otonomi perencanaan pengelolaan kebudayaan.
Pasal 13: Rencana induk pusat dan daerah adalah dasar hukum masing-masing.
Pasal 14: Yang menetapkan perencanaan pengelolaan kebudayaan.
Bagian Ketiga: Penyelenggaraan
Pasal 15: Pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan.
Pasal 16: Sasaran penyelenggaraan kebudayaan.
Pasal 17: Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mewujudkan
hak berkebudayaan.
Pasal 18: Cakupan dan tujuan hak berkebudayaan.
Pasal 19: Jati diri dan karakter bangsa adalah landasan berkehidupan.
Pasal 20: Peneguhan jati diri bangsa.
Pasal 21: Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Pasal 22: Peneguhan jati diri bangsa dalam adat istiadat.
Pasal 23: Peneguhan jati diri dan pembangunan karakter bangsa melalui pranata
sosial.
Pasal 24: Peneguhan jari diri dan pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan
dengan mengarusutamakan kebudayaan.
Pasal 25: Peneguhan jari diri dan pembangunan karakter bangsa melalui forum dialog
berupa toleransi, penyelesaian perselisihan secara damai, dan internalisasi nilai dalam
keluarga dan masyarakat.
Pasal 26: Peneguhan jati diri dan pembangunan karakter bangsa melalui kearifan
lokal.
Pasal 27: Pemeliharaan multikulturalisme.
Pasal 28: Perwujudan penumbuhan dan pemeliharaan multikulturalisme.

Pasal 29: Multikulturalisme melalui keharmonisan adalah dengan penanaman nilai.


Pasal 30: Multikulturalisme melalui organisasi.
Pasal 31: Multikulturalisme melalui karya budaya.
Pasal 32: Multikulturalisme melalui pendidikan.
Pasal 33: Multikulturalisme melalui kerjasama kebudayaan.
Pasal 34: Multikulturalisme melalui apresiasi kebudayaan.
Pasal 35: Pemerintah bertanggung jawab menghargai, mengakui, dan melindungi
sejarah dan warisan budaya.
Pasal 36: Penghargaan, pengakuan, dan perlindungan sejarah dan warisan.
Pasal 37: Meliputi bahasa, aksara daerah.
Pasal 38: Meliputi tradisi lisan.
Pasal 39: Meliputi kepercayaan lokal.
Pasal 40: Meliputi sejarah. Tidak ada usaha untuk menggali sejarah.
Pasal 41: Meliputi prasasti.
Pasal 42: Sejarah dan warisan budaya melalui cagar budaya dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Pasal 43: Meliputi upacara tradisional.
Pasal 44: Meliputi kesenian tradisional.
Pasal 45: Meliputi kuliner tradisional.
Pasal 46: Meliputi obat-obatan tradisional.
Pasal 47: Meliputi busana tradisional.
Pasal 48: Pemerintah bertanggung jawab memajukan industri budaya.

Pasal 49: Industri budaya diarahkan untuk meningkatkan kontribusi dalam


pembangunan ekonomi kreatif, mengoptimalkan nilai pelestarian budaya dengan nilai
tambah ekonomi, menciptakan inovasi.
Pasal 50: Pencakupan industri budaya.
Pasal 51: Industrialisasi seni.
Pasal 52: Pemanfaatan produk kerajinan.
Pasal 53: Industrialisasi permainan rakyat.
Pasal 54: Industrialisasi rancang bangun.
Pasal 55: Industrialisasi kuliner tradisional.
Pasal 56: Industrialisasi pengobatan tradisional.
Pasal 57: Promosi dan pemasaran industry budaya.
Pasal 58: Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 59: Diplomasi budaya diselenggarakan untuk meningkatkan citra budaya
Indonesia. Ketentuan selanjutnya diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 60: Pemerintah bertanggung jawab pada pranata kebudayaan dan SDM
kebudayaan. Terdapat standarisasi terhadap pranata kebudayaan agar dianggap oleh
pemerintah. Standar internasional.
Pasal 61: Pemerintah bertanggung jawab memfasilitasi pranata kebudayaan untuk
distandarisasi dan SDM kebudayaan untuk disertifikasi.
Pasal 62: Pranata kebudayaan dan SDM kebudayaan yang akan menyelenggarakan
kegiatan kebudayaan secara internasional.
Pasal 63: Pencakupan pranata kebudayaan.
Pasal 64: Meliputi lembaga adat
Pasal 65: Meliputi lembaga pengelola kebudayaan.
Pasal 66: Meliputi komunitas kebudayaan.
Pasal 67: Meliputi komunitas adat.

Pasal 68: Pencakupan SDM kebudayaan.


Pasal 69: Apresiasi kepada seniman.
Pasal 70: Apresiasi kepada maestro.
Pasal 71: Pembinaan pialang budaya.
Pasal 72: Pemerintah bertanggung jawab melestarikan prasarana dan sarana
kebudayaan.
Pasal 73: Pencakupan sarana dan prasarana kebudayaan.
Pasal 74: Pelestarian darana dan prasarana kebudayaan.
Pasal 75:

Anda mungkin juga menyukai