Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Perbedaan pendapat pada manusia adalah suatu kenyataan yang


tidak bisa dipungkiri. Jika manusia sejak kecilnya memandang alam
sekitarnya dengan pandangan filosofis, sementara pandangan orang
berbeda-beda dan gambaran dan imajinasi manusia juga berbeda-beda.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam kenyataan kehidupan
kaum muslimin. Setelah terbagi kepada beberapa aliran dalam bidang
teologi yang semulanya hanya dilatarbelakangi persoalan politik, seperti:
Jabariyyah, Qadariyyah, Mutazilah, Asyariyyah, Maturidiyyah. Masingmasing aliran berbeda pendapat dalam mengemukakan konsep mereka
dalam bidang teologi, disamping disebabkan karena munculnya perbedaan
persepsi dalam memberikan peluang untuk munculnya perbedaan persepsi
dan memberikan interpretasi khususnya dalam lapangan teologi seperti
masalah siafat-sifat Tuhan, perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan
keadilan, kehendak mutlak Tuhan, akal dan wahyu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEKUASAAN DAN KEHENDAK MUTLAK TUHAN


Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa dan Maha
berkehendak. Keyakinan demikian disepakati oleh semua umat Islam.
Namun, mereka berbeda pendapat tentang kemutlakan kekuasaan dan
kehendak Tuhan itu, apakah kehendak dan kekuasaan Tuhan itu bersifat
mutlak tanpa batas atau ada batas-batas tertentu sehingga Tuhan tidak
berkuasa mutlak.1
Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan menurut beberapa aliran:
1. Al-Asyari
Dalam menjelaskan kemutlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan al-Asyari
menulis dalam Al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun,
diatas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan
dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat
Tuhan. Tuhan bersifat absolut dalam kehendak dan kekuasaannya.2
Allah adalah satu-satunya pencipta. Perbuatan manusiapun adalah
ciptaannya, sesuai dengan firman Allah:

Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan

kamu dan apa yang


kamu perbuat itu. (al-Syaffat :96)
Dari keterangan ayat diatas, jelas bahwa al-Asyari
menghubungkan antara ilmu Tuhan dan kehendaknya
untuk menolak pendapat yang menyatakan bahwa
kehendaknya menyalahi apa yang diketahuinya.

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta; PT Raja Grafindo persada,


1996), h. 164

Harun Nasution, Theologi Islam, (Jakarta; UI press, 1986), h. 118


2

Perbuatan manusia termasuk ciptaan Allah, bukan


manusia. Bilangan manusia berbuat baik, itu sudah
ketentuan Allah sesuai dengan rahmatnya, dan bila
manusia berbuat jahat itu juga atas kehendak Allah, sesuai
dengan kekuasaan dan keadilannya. Segal sesuatu yang
terjadi dialam ini hasil perbuatan Allah yang telah
ditentukannya sejak azali.
Oleh karena itu, Tuhan bagi al-asyari berkuasa dan
berkehendak mutlak, mak tuhan dalam paham mereka
tidak terikat pada janji-janji, nilai-nilai keadilan, hikmah,
dan kepentingan manusia lainnya.3 Sebagaimana Allah
berfirman:

Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia


memelihara segala
2.

sesuatu.(QS. Az-Zumar: 62)

Mutazilah
Kaum mutazilah berpendapat bahwa kekuasaan

Tuhan sebenarnya tidak bersifat mutlak lagi. Sebagai


terkandung dalam uraian nadir, kekuasaan mutlak Tuhan
telah dibatasi oleh kebebasan yang menurut paham
mutazilah telah diberikan kepada manusia dalm
menentukan kemauan dan perbuatan. Seterusnya,
kekuasaan mutlak itu dibatasi pula oleh sifat keadilan
tuhan.4 Hal-hal yang membatasi kekuasaan Tuhan itu
antara lain:
3

Yahya Jaya, Theologi Agama Islam Klasik, (padang, Angkasa Raya,


2000), h. 147

Harun Nasution, Op.cit. h.118


3

a. Kewajiban-kewajiban Tuhan untuk menunaikan janjijanjinya seperti janji memasukkan orang yang soleh
kedalam surga dan orang yang berbuat jahat kedalam
neraka.
b. Kebebasan manusia untuk melakukan perbuatannya.
Menurut mutazilah, Allah memberikan kebebasan
kepada manusia untuk melakukan perbuatan. Kaena itu,
manusia menciptakan perbuatannya sendiri. Manusialah
yang memilih dan menentukan apa yang akan ia
perbuat, karena Allah sudah memberikan kebebasan
kepada manusia untuk memilih dan menentukan
perbuatannya, maka kekuasaan Tuhan terhadap
perbuatan manusia itu tidak mutlak lagi.
c. Hukum alam, Allah menciptakan alam semesta ini
dengan hukum-hukum tertentu yang bersifat tetap.
Hukum-hukum itu biasanya dinamakan hukum alam,
seperti matahari terbit disebelah timur dan terbenam
disebelah barat.5 Hal ini didasarkan oleh firman Allah:

Artinya: Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orangorang yang

telah terdahulu sebelum

(mu), dan kamu sekali-kali tiada

akan

mendapati peubahan pada sunnah Allah.( QS. AlAhzab:62


3. Mathuridi

Yusran Asmuni, Op.cit, h.164-165


4

Dalam memahami kehendak dan kekuasan dan


kehendak mutlak Tuhan, terpecah menjadi 2 kelompok,
yaitu;
a. Al-maturidiyyah Bukhara
Al-maturidiyyah bukhara ini menganut paham
masyiah dan ridha yang memandang bahwa manusia
melakukan perbuatan adalh atas kehendak Tuhan,
Namun tidak semuanya menueut ridhanya. Manusia
melakukan perbutan baik adalah atas kehendak Tuhan
dan Ridhanya. Sebaliknya, bila manusia melakukan
perbuatan jahat, hali itu juga merupakan kehendak
Tuhan tetapi bukan atas ridhanya.
b. Al-maturidiyyah Samarkand
Adapun kaum mathuridi kelompok Samarkand
tidaklah sekeras kelompok bukhara dalam
mempertahankan kemutlakan kekuasaan tuhan, akan
tetapi tidak pula memberikan batasan sebanyak
batasan yang diberikan kaum mutazilah bagi
kekuasaan mutlak tuhan. Batasan-batsan yang
diberikan kaum maturidi kelompok Samarkand ini
adalah:
a) Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan
yang menurut pendapat mereka ada pada
manusia.
b) Keadaan tuhan menjatuhkan hukuman bukan
sewenang-wenang, tetapi berdasarkan atas
kemerdekaan manusia dalam mempergunakan
daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya untuk
berbuat baik atau berbuat jahat.
Sebagaimana firman Allah:

Artinya: Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu


dijadikan-Nya satu

umat (saja), tetapi Allah hendak

menguji kamu terhadap

pemberian-

Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat


kebajikan. (QS. Al-Maidah:48)
Ayat diatas dipahami oleh mathuridi Samarkand
bahwa Tuhan sebenarnya berkuasa membuat manusia
yang ada dibumi menjadi beriman, atau membuat
sementara manusia berada didalam hidayah Allah.
Namun, Allah tidak melakukannya disebabkan oleh
kemerdekaan berkemauan dan berbuat yang memang
ada dalam diri manusia.

B. KEADILAN TUHAN
Masalah keadilan Tuhan erat sekali kaitan dengan
kehendak dan kekuasaan mutlak tuhan dan janji-janji tuhan
dalam Al-Quran yang akan memberikan kenikmatan bagi orang
yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat dosa
dan maksiat. Keadilan Tuhan menurut beberapa aliran
1. Mutazilah
Menurut mutazilah semua perbuatan Tuhan bersifat
keadilan semata dan tidak ada yang mengandung
6

Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran islam,


(Jakarta, Amzah,2012), h. 254-255
6

hikmah dialam ini. Dalam berbuat, Tuhan tidak bersifat


zalim dan jahat kepada makhluknya. Kalau Tuhan
bersifat zalim dan jahat berarti ia mengingini kezaliman
dan kejahatan, dan hal itu bertentangan dengan sifat
kemahasempurnakan dan kemahasuciannya. Secara
rinci dapat dikemukakan dasar pemikiran mutazilah
tentang keadilan Tuhan sebagai berikut:
a. Dasar kepentingan manusia
Kaum mutazilah berpendapat bahwa semua
perbuatan Tuhan tidak sia-sia, ada hikmah dan
tujuannya. Perbuatan sia-sia (bathil) merupakan
perbuatan orang bodoh dan Tuhan mustahil memiliki
sifat demikian. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang dan
segala sesuatu yang dijadikannya dialamini untuk
kepentingan manusia.
b. Dasar kewajiban Tuhan berbuat baik dan yang terbaik
Menurut mutazila, demi untuk bebuat baik dan
terbaik kepada makhluknya. Keadilan berarti bahwa
Tuhan harus berbuat sepantasnya dan sesuai dengan
kepentingan manusia, misalnya: memberi upah dan
hukuman pada manusia sejajar dengan corak perbuatan
yang dilakukannya. Manusi harus memiliki balasan dari
pebuatan baiknya dan mendapatkan hukuman dari
perbuatan jahatnya.
c. Dasar kebebasan manusia
Menurut mutazilah, perbuatan manusia bukan
perbuatan Tuhan melainkan perbuatan manusia itu
sendiri yang diwujudkan melalui daya dan kehendak
yang ada padanya. Tanpa adanya kebebasab bagi
manusia dalam berkehendak dan berbuat berarti Tuhan
tidak adil dalam meminta pertanggungjawaban atas
perbuatan manusia. Dengan demikian, dasar keadilan
7

Tuhan bagi mutazilah berhubungan erat dengan paham


kebebasan manusia.
Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan sandaran dalam
memperkuat pendapat mutazilah ialah:
Al-Anbiya: 47

Artinya: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada

hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang


sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan
cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.
Yaasin: 54

Artinya: Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan


sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa
yang telah kamu kerjakan.
2. Asyariyyah
Pandangan asyariyyah tentang keadilan Tuhan
berdasarkan atas kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
yang tidak terbatas. Tuhan adil berarti ia merdeka
berbuat segala sesuatu sebagai penguasa dan pemilik
8

tunggal alam ini, tanpa ada yang membatasi. Keadilan


mereka artikan sebagai menempatkan sesuatu pada
tempatnya dan adil karena makhluk adalah ciptaan dan
miliknya. Tuhan mustahil bersifat zalim karena ia bersifat
kemahasempurnaan dan mahasuci.
Asyari sendiri juga berpendapat bahwa Tuhan
tidaklah berbuat salah kalau memasukkan seluruh
manusia kedlam neraka. Perbuatan salah dan tidak adil
adalah perbuatan yang melanggar hukum. Al-Gazali
berpebdapat bahwa ketidakadilan akan timbul hanya jika
seseorang melanggar hukum, Tuhan tidaklah berbuat
salah dan tetap bersifat adil, upah yang diberikan Tuhan
hanyalah berupa rahmat dan hukuman tetap merupakan
keadilan Tuhan.
Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan sandaran dalam
menyampaikan pendapat asyariyyah adalah:
Al-Buruj: 16

Artinya: Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.


Yunus; 99

Artinya: Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah


beriman semua orang

yang di muka bumi

seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)

memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang


beriman semuanya ?
9

3. Maturidiyyah
Pandangan maturidiyyah tentang keadilan Tuhan
pada umumnya tidak jauh berbeda dengan mutazilah.
Pandangan maturidiyyah yang mirip dengan mutazilah
adalah golongan Samarkand, sedangkan golongan
bukhara mirip dengan asyariyyah dalam masalah
keadilan Tuhan. Menurut maturidiyyah Samarkand Tuhan
memang mempunyai hikmah dan tujuan (tendensi)
menciptakan alam, akan tetapi tendensi tersebut tidak
mutlak untuk kepentingan manusia. Golongan bikhara
berpendapat bahwa tidak ada yang mendorong
(tendensi) Tuhan menciptakan alam melaikan akibat
sifat kekuasaan dan kehendak mutlaknya. 7
Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan sandaran dalam
memperkuat pendapat maturidiyyah adalah :
Al-Anam: 149

Artinya: Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi


kuat; Maka

jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi

petunjuk kepada kamu

semuanya".

Al-Maidah: 48

Yahya jaya, Op.cit, h. 151


10

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan


membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan

sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab


yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap
umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan
11

yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya


kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu,

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kehendak mutlak Tuhan
Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa dan Maha
berkehendak. Keyakinan demikian disepakati oleh semua umat Islam.
Namun, mereka berbeda pendapat tentang kemutlakan kekuasaan dan
kehendak Tuhan itu. Mengenai hal ini terjadi perbedaan pendapat:
a. Mutazilah berpendapat bahwa kekuasaan Tuhan
sebenarnya tidak bersifat mutlak lagi. Sebagai
terkandung dalam uraian nadir, kekuasaan mutlak
Tuhan telah dibatasi oleh kebebasan yang menurut
paham mutazilah telah diberikan kepada manusia
b. Asyariyah berpendapat bahwa Tuhan bersifat absolut dalam
kehendak dan kekuasaannya.

12

Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa Tuhan sebenarnya


berkuasa membuat manusia yang ada dibumi menjadi
beriman, atau membuat sementara manusia berada
didalam hidayah Allah. Sedangkan maturidiyyah bukhara
berpendapat bahwa Manusia melakukan perbutan baik adalah
atas kehendak Tuhan dan Ridhanya. Sebaliknya, bila
manusia melakukan perbuatan jahat, hali itu juga
merupakan kehendak Tuhan tetapi bukan atas ridhanya.
2. Keadilan Tuhan
Masalah keadilan Tuhan erat sekali kaitan dengan
kehendak dan kekuasaan mutlak tuhan dan janji-janji tuhan
dalam Al-Quran yang akan memberikan kenikmatan bagi
orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang
berbuat dosa dan maksiat.

B. SARAN
Demikianlah penulisan makalah ini, untuk kebaikan
dan kesempurnaan makalah ini selanjutnya, penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.

13

Anda mungkin juga menyukai