Hafdzi Maulana
N.K. Amizah Hamzah
Sukdeep
PENDAHULUAN
penyakit yang akut dan seringkali fatal
disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos, yang diambil dari
kata teinein yang berarti teregang
kekakuan umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka
DEFINISI
Penyakit yang timbul karena sistem
saraf pusat terintoksikasi oleh
Clostridium tetani, suatu kuman basil
gram positif yang memproduksi
neurotoksin spesifik
EPIDEMIOLOGI
secara luas di seluruh dunia namun paling sering pada daerah
dengan populasi padat, pada iklim hangat dan lembab
Organisme penyebab ditemukan secara primer pada tanah dan
saluran cerna hewan dan manusia
Transmisi secara primer terjadi melalui luka yang terkontaminasi
EPIDEMIOLOGI
Perkiraan insidensi tetanus secara global adalah 18 per
100.000 populasi per tahun
laki laki dibanding perempuan dengan perbandingan 3
: 1 atau 4 :1
angka kematian tetanus sekitar 45% dan 6 % diketahui
mendapatkan 1 -2 dosis tetanus toksoid
15% pada individu yang tidak divaksin
Angka kematian tertinggi diketahui pada penderita
dengan usia >60 tahun (18%).
ETIOLOGI
Clostridium tetani
ETIOLOGI
Spora ini sulit diwarnai dengan pewarnaan gram, dan dapat
bertahan hidup bertahun tahun jika tidak terkena sinar
matahari
Bentuk vegetatif ini akan mudah mati dengan pemanasan
120oC selama 15 20 menit tapi dapat betahan hidup
terhadap antiseptik fenol, kresol
2 macam eksotoksin yaitu tetanolisin dan tetanospasmin
tetanolisin : kerusakan jaringan yang sehat pada luka terinfeksi
Tetanospasmin ini mempengaruhi pembentukan dan
pengeluaran neurotransmiter glisin dan GABA pada terminal
inhibisi daerah presinaps sehingga pelepasan neurotransmiter
inhibisi dihambat dan menyebabkan relaksasi otot terhambat
Patogenesa
Sanberg dkk
tetanospasmin menginhibisi pelepasan asetilkolin dari sel faeokromositoma
adrenal tikus dan mencegah akumulasi cGMP (cyclic guanosin monophosphate).
MANISFESTASI KLINIS
Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka,
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot
mastikatoris.
2. Kaku kuduk sampai epistotonus (karena ketegangan otot-otot
erector trunki)
3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dengan
abdomen akut)
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat
di kornu anterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke
atas),sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan
kuat pada gigi.
opisthoton
us
Trismus
Risus sardonikus
TYPES OF TETANUS
Tetanus umum:
mempunyai pola ascending, gejala awal trismus diikuti kaku
pada leher, sulit menelan, dan kaku pada otot perut, punggung,
yang dapat berlanjut menjadi spasme umum
Tetanus local : spasme otot di daerah luka
Tetanus sefalik :
umumnya terjadi jika port dentre di kepala, dan gejala
terbatas pada saraf kranial. Dapat berkembang menjadi tetanus
umum.
Tetanus neonatorum :
tetanus pada bayi baru lahir, umumnya karena ibu tidak
diimunisasi saat hamil, port dentre luka sayatan
KLASIFIKASI
Patel dan joag membagi penyakit tetanus ini dalam tingkatan
dengan berdasarkan gejala klinis yang dibaginya dalam 5 kriteria :
Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan
otot tulang belakang
Kriteria 2 : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya
Kriteria 3 : inkubasi antara 7 hari atau kurang
Kriteria 4 : waktu onset adalah 48 jam atau kurang
Kriteria 5 : kenaikan suhu rektal sampai 100 0 farenheit dan aksila
sampai 990 farenheit
KLASIFIKASI
Tingkatan penyakit tetanus :
Tingkat I
KLASIFIKASI
Modifikasi Abletts :
DIAGNOSIS
Mutlak didasarkan pada gejala klinis dan anamnesa:
ANAMNESIS :
- kejang rangsang dan kejang spontan
- sulit membuka mulut
- kaku pada leher
- kaku pada perut
- port dentre : luka yang tidak dirawat
- Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap
Kuduk kaku
Trismus 2 cm
Rhisus sardonikus
Perut papan
Opistotonus
>6-8 jam
< 6 jam
Terkontaminasi
Bersih
Denervasi, iskemik
Neuro/vaskuler intak
PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Diagnosis
ditegakkan secara klinis dari anamnesa dan pemeriksaan fisik dan tidak
tergantung pada konfirmasi bakteriologis.
Darah rutin
Elektrolit
Ureum
Kreatinin
Mioglobin Urin
AGD
Kultur untuk yang infeksi
DIAGNOSIS BANDING
Membedakan kejang dan spasme otot:
- Kejang umum tonik klonik disertai penurunan kesadaran,
sementara spasme
otot berlebih tidak.
-
PRINSIP TERAPI
1.
untuk
mencegah
2.
3.
TERAPI UMUM
Disarankan dirawat di ruang ICU spy tenang & monitor
ketat. Pasien dengan tetanus tingkat II, III, IV sebaiknya
dirawat di ruang khusus dengan peralatan intensif yang
memadai serta perawat yang terlatih untuk memantau
fungsi vital dan mengenali tanda aritmia. Hendaknya pasien
berada di ruangan yang tenang dengan maksud untuk
meminimalisasi stimulus yang dapat memicu terjadinya
spasme.
Cairan infus D5 untuk mencegah dehidrasi dan hipoglikemi
Debridement luka. Luka harus dibersihkan : jaringan
nekrotik dan benda-benda asing harus dihilangkan, abses
diinsisi dan didrainase.
Berikan hTIG dan terapi antibiotika.
Juga penting diberikan obat-obatan pengontrol spasme otot
selama manipulasi luka.
TERAPI KHUSUS
1. Eradikasi bakteri kausatif (antibiotic)
- Metronidazole 500mg po @ IV/ 6 jam selama 7-10 hari
2. Netralisasi Antitoksin yang belum terikat
- Immunisasi pasif : human Tetanus Immune Globulin (hTIG) 500 unit IM @
Anti Tetanus Serum (ATS) 10 000 IU/IM
- Diberikan secepat mungkin setelah diagnosis klinis tetanus ditegakkan
3. Terapi suportif selama fase akut
A. Rigid & spasme otot
Benzodiazepine : memperbesar GABA agonis dengan menghambat inhibitor endogen direseptor
GABA
Baclofen intratekal ( GABA agonis) : 500- 2000i g/ hari diberikan bolus atau infus
Magnesium sulfat (antispasme) : 70mg/kgBB dlm D5% 100ml infus selama 30 menit, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 2g/jam (<60 tahun) dan 1g/jam (>60 tahun) dalam D5% 500ml selama 6
jam
BENZODIAZEPIN
Obat ini mempunyai efek penenang, antikonvulsi dan "muscle relaxant" yang paten dan sangat bermanfaat dalam terapi
tetanus.
Cara kerja diasepam dengan mempertinggi inhibisi GABA-ergic melalui peningkatan afinitas dan efektivitas transmiter
pada reseptor GABA di susunan saraf pusat.
24
mg/jam
KOMPLIKASI
Kematian (sudden cardiac death)
Kasus fatal sering terjadi terutamanya pada pasien yang
berusia lebih dari 60 tahun (18%) dan pasien yang tidak
mendapat vaksinasi (22%). Kematian sering diakibatkan
oleh adanya produksi katekolamin yang berlebihan dan
adanya efek langsung tetanospasmin atau tetanolisin
pada miokardium.
Obstruksi jalan napas
Pasien tetanus sering merasa nyeri hebat waktu
mengalami kejang (spasme) hingga terjadinya
laringospasme (spasme pita suara) hingga
Fraktur
Fraktur pada tulang vertebra atau tulang panjang bisa terjadi karena
kontraksi yang berlebih atau kejang yang kuat.
Hiperaktifitas sistem saraf otonomik
Efek samping yang terjadi pada keadaan ini adalah dengan meningkatnya
tekanan darah (hipertensi) dan denyut jantung yang tidak normal.
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial sering terjadi karena perawatan di rumah sakit yang lama.
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder dapat berupa sepsis akibat pemasangan kateter, hospital-acquired
pneumonias dan ulkus dekubitus.
Hypoxic injury, aspirasi pneumonia dan emboli paru
Emboli paru adalah masalah yang sering ditemukan pada pasien lanjut usia dan
pasien dengan penggunaan obat-obatan. Aspirasi pneumonia adalah komplikasi
lanjut pada tetanus dan sering ditemukan pada 50 -70% pasien yang diotopsi.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung:
Interval Inkubasi yang pendek
Onset kejang yang dini (early onset)
usia
gizi yang buruk
penanganan terhadap komplikasi
Penanganan yang lambat
Apabila terdapat lesi di kepala dan muka yang
terkontaminasi
Tetanus neonatorum
TERIMA KASIH