Anda di halaman 1dari 16

ARUS BOLAK-BALIK

Jika kita mengukur tegangan (V) sebuah sumber tegangan searah (batere) maka besar tegangannya akan selalu tetap
setiap saat, begitu juga jika kita ukur arusnya (I), maka akan diperoleh nilai yang selalu tetap. Berbeda jika kita mengukur sumber
tegangan bolak-balik (AC), polaritas tegangan (kutub-kutub) dan besarnya berubah secara periodik. Akibat perubahan polaritas ini
akan menyebabkan arah arus yang dihasilkan berubah secara periodik pula.
Karena perubahannya periodik maka pada arus dan tegangan bolak balik dikenal dengan periode dan frekwensi.
Perubahan yang terjadi pada arus atau tegangan bergantung pada waktu dan mengikuti fungsi sinus. Karena nilai arus dan
tegangan selalu berubah secara periodik, maka didefinisikan nilai-nilai pada arus dan tegangan AC yaitu sebagai berikut :
Besaran-besaran pada tegangan dan arus bolak-balik
A. Nilai-nilai setiap saat : Arus (I) Dan Tegangan (V) pada Setiap Saat
Perubahan yang terjadi pada besar arus (I) dan tegangan (V) mengikuti fungsi sinus, sehingga arus dan tegangan dapat
dituliskan sebagai berikut
Tegangan setiap saat dapat dinyatakan
V = Vmaks sin t

V Vmaks

2
t
T

sin

Dan arus setiap saat dapat dinyatakan


I = Imaks sin t

I I maks

sin

2
t
T

B. Nilai-Nilai Maksimum : Arus (I) Dan Tegangan (V) maksimum


Nilai-nilai maksimum adalah nilai tertinggi yang dari arus atau tegangan bolak-balik.
C. Nilai-Nilai Efektif : Arus (I) Dan Tegangan (V) Efektif
Nilai-nilai arus atau tegangan bolak-balik yang setara dengan nilai pada arus searah
Hubungan Nilai Efektif dan Nilai Maksimum
Nilai efektif adalah nilai-nilai arus atau tegangan bolak-balik yang setara dengan nilai pada arus searah. Kesetaraan
yang dimaksud adalah kesetaraan menghasilkan kalor atau dengan kata lain arus efektif adalah arus bolak-balik yang
menghasilkan jumlah kalor yang sama dengan arus searah. Hubungan antara arus efektif dan arus maksimum dinyatakan dengan

i efektif =

imaksimum
2

Sedangkan hubungan antara tegangan maksimum dengan tegangan efektif dinyatakan dengan :

V efektif =

V maksimum
2

Diagram Fasor
Setiap nilai yang dinyatakan dalam sebuah grafik sinusoidal dapat dinyatakan dalam sebuah grafik yang disebut dengan
diagram fasor. Fasor adalah gambar anak panah yang berputar dengan acuan dari sumbu x positif berputar berlawanan dengan
arah jarum jam. Panjang anak panah ini sama dengan panjang dari nilai maksimum. Fungsi utama dari fasor adalah untuk
memetakan fase (keadaan getaran). Contoh

Dalam satu sumbu bisa juga digambar beberapa buah grafik, berikut adalah contoh yang memperlihatkan fasor dari fase antara
tegangan dan arus. Fasor berimpit artinya tidak ada perbedaaan fase

berikut adalah contoh yang memperlihatkan fasor dari fase antara tegangan dan arus.fasor tidak berimpit artinya ada perbedaaan
fase

1.

RANGKAIAN RESISTIF
Rangkaian resestif adalah rangkaian yang terdiri dari satu atau sejumlah resistor (hambatan) yang dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik. Ketika resistor dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka pada resistor akan
muncul tegangan (VR) dan akan mengalir arus listrik (i). Jika suatu rangkaian terdiri dari resistor dan sumber tegangan AC
saja, maka ternyata antara arus dan tegangan tidak mengalami perbedaan fase,
R

rangkaian seperti ini disebut rangkaian resistif. Jika digambar dengan menggunankan fasor, maka fasor tegangan dan fasor arus
akan berimpit

R adalah hambatan, Besar R ditentukan dengan persamaan

Vef
i

Jika suatu rangkaian terdiri dari induktor dan sumber tegangan AC saja, maka fase tegangan mendahului fase arus atau dengan
kata lain mengalami perbedaan fase Perbedaan fase tegangan dan arus adalah 900,

XL
rangkaian seperti ini disebut rangkaian induktif. Jika digambar dengan menggunankan fasor, maka fasor tegangan dan fasor arus
akan seperti berikut

XL adalah reaktansi induktif , Besar XL ditentukan dengan persamaan

XL

Vef
I ef

L 2 f L

Jika suatu rangkaian terdiri dari kapasitor dan sumber tegangan AC saja, maka ternyata fase tegangan terlambat dari fase arus
atau dengan kata lain mengalami perbedaan fase, perbedaan fase tegangan dan arus adalah 90 0, rangkaian seperti ini disebut
rangkaian kapasitif.

Jika digambar dengan menggunankan


fasor, maka fasor tegangan dan fasor arus akan seperti berikut
XC

XC adalah reaktansi kapasitif , Besar XC ditentukan dengan persamaan

XL

Vef
I ef

1
1

C 2 f C

Rangkaian Seri pada Arus Searah


Satu rangkaian dapat tersusun dari berbagai komponen, komponen itu dapat berupa resistor, kapasitor, atau induktor. Susunan
antara komponen dapat berupa susunan seri atau paralel. Kita akan meninjau bagaimanan jika komponen tersebut disusun
secara seri kemudian dihubungkan dengan tegangan bolak-balik, tinjauan kita dibatasi pada tiga jenis rangkaian seri sederhana,
yaitu rangkaian seri penghambat R dengan induktor L, rangkaian seri penghambat R dengan kapasitor C, dan rangkaian seri R, L,
dan C. Kita akan menggunakan diaram fasor untuk peninjauan ini. Pada waktu menggambar diagram fasor untuk suatu besaran
bolak-balik, sebaiknya digambar lebih dahulu fasor untuk besaran yang dimiliki bersama oleh suatu rangkaian. Misalnya, dalam
hal rangkaian seri, arus I adalah besaran yang sama untuk tiap komponen. Dalam hal ini fasor I sebaiknya digambar lebih dahulu
daripada fasor V. Fasor i ini digambar mendatar dan digunakan sebagai acuan (Untuk rangkaian paralel tentunya fasor V yang
digambar terlebih dahulu!).
1. Rangkaian R-L Seri
Misalkan ujung-ujung penghambat R dan induktor L yang dirangkai seri, diberi tegangan bolak-balik V seperti pada Gambar
berikut.
R

VL

VR

Diagram Fasor
Rangkaian RL

Arus Rangkaian
I mengalir dengan
RL besar yang sama melalui kedua komponen tersebut, karena itu kita gambar fasor I mendatar. Misalkan
tegangan pada ujung-ujung penghambat R adalah VR.. VR sefase dengan I. Jadi VR digambar searah dengan I Misalkan
tegangan pada ujung-ujung L adalah VL. VL mendahului I dengan fase sebesar. 90. VL digambar dengan sudut 90 terhadap I
ke arah putaran fasor (berlawanan arah putaran jarum jam). Dari Gambar dapat dilihat bahwa:
V2 = VR2 + VL2
Menurut hukum Ohm, V = IR, dan menurut persamaan V L = IXL. Persamaan diatas menjadi:

V I R2 X L

V2 =I2(R2 + XL2)

disebut sebagai impedansi rangkaian seri R L, yang dimaksud. Impedansi biasanya diberi lambang Z. Impedansi

R XL
2

suatu rangkaian merupakan ukuran bagi hambatan rangkaian terhadap arus yang mengalir di dalam rangkaian. Untuk V tetap.
Ditulis dalam konsep impedansi, (yaitu tegangan dibagi arus) persamaan menjadi:

V
Z
I

R2 X L

Dari diagram fasor padarangkaian resistif terlihat bahwa V mendahului I dengan sudut fase sebesar (misalkan) . Dapat saja
dikatakan bahwa I tertinggal sebesar dari V. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudut memenuhi persamaan:

tg

VL IX L X L

VR
IR
R

contoh soal
Diketahui resistor 100 , Induktor dengan induktansi 5 H. dihubungkan secara seri dengan sumber tegangan AC 220 V , 50Hz.
Berapakah besar arus yang mengalir? Berapakah fase antara tegangan V dengan kuat arus I?
2. Rangkaian R-C Seri
Misalkan ujung-ujung resistor R dan ka-pasitor C dirangkai seri, diberi tegangan bolak-balik V seperti pada gambar dibawah. Pada
rangkaian seri, besar arus yang mengalir sama pada tiap komponen. Misalkan arus untuk I. Kita gambar fasor I pada sumbu
mendatar.

XC

VC

Misalkan tegangan pada


V ujung-ujung penghambat R adalah VR. VR sefase dengan I. Jadi VR digambar searah dengan I
VR

Vc

Misalkan tegangan pada ujung-ujung C adalah


VC. VC Fasor
terlambat dari I dengan fase sebesar. 90. VC digambar dengan sudut 90
Diagram
Ranngkaian RC
terhadap I ke arah putaran fasor (berlawanan
arah putaran jarum jam). Dari Gambar dapat dilihat bahwa: :

V2 = VR2 + VC 2
Menurut hukum Ohm, V = IR, dan menurut persamaan V = I-XC. Persamaan diatas menjadi:
V2 =I2(R2 + XC2)

V I R2 X C

disebut sebagai impedansi rangkaian seri RC, Ditulis dalam konsep impedansi (yaitu tegangan dibagi arus),

R XC
2

persamaan menjadi:

V
Z
I

R2 X C

Dari diagram fasor terlihat bahwa V tertinggal oleh I dengan sudut fase sebesar (misalkan) . Dapat saja dikatakan bahwa I
tertinggal sebesar dari V. Sudut fase antara I dan Vc adalah sudut ke arah yang negatif. Besarnya adalah

tg

V L IX C X C

VR
IR
R

contoh soal

-XL
-XC
Sebuah penghambat bila diberi tegangan sebesar 220 V 50 Hz mengalirkan arus sebesar 2,0 A. Berapakah besar kapasitor yang
XL-XC
harus dipasang
R
I
3. Rangkaian R-L-C Seri
Gambar berikut memperlihatkan rangkaian seri R, L, dan C. Sumber tegangan V menyebabkan
arus sebesar I mengalir melalui
XC
rangkaian itu. I sama untuk masing-masing komponen.
XL

XC

VL

-VC
VL- VC
VR

Rangkaian
V RLC

VC

Seperti biasa, karena I adalah samaDiagram


untuk Fasor
semuaRanngkaian
komponen,
RLCfasor I digunakan sebagai acuan dan digambar mendatar. VL
mendahului I dengan 90. Fasor Vc terlambat 90 daripada fasor I. Karena segaris, fasor VL dan fasor VC dapat dijumlahkan
secara aljabar, memperoleh fasor VL - Vc. Fasor V diperoleh dengan menjumlahkan V R dengan (VL - Vc) secara vektor. Hasilnya
adalah: V 2 = VR2 + (VL-VC)2
Karena VR = I R , VL = iXL, dan Vc = iXc, maka: V2 = i2R2 + i2(XL-Xc)2

V I R 2 (XL - Xc) 2
impedansi rangkaiannya adalah

Z R 2 (X L - Xc) 2
Sudut ketertinggalan I terhadap V ditentukan oleh persamaan:

tg

V L VC I X L X C

VR
IR

Dari gambar dapat dilihat bahwa komponen tegangan yang sefase dengan I, yaitu Vr, sama dengan V cos , dengan sudut
antara I dengan V. Jika diingat bahwa I mengalir sama di seluruh komponen rangkaian, maka dapat dikatakan bahwa:

V
Z
I

V
R R
I

V
XL L
I

XC

VC
I

sehingga diagram fasor tegangan pada rangkaian RLC dapat diganti dengan diagram fasor impedansi Z, R, XL, dan Xc
Resonansi
dari persamaan

Kita mengetahui bahwa XL dan Xc besarnya masing-masing bergantung pada

Z R (XL - Xc)
2

frekuensi arus bolak-balik yang melaluinya, menurut persamaan XL = 2fL dan

XC

1
2fC

Jika f bertambah, XL juga bertambah, tetapi Xc berkurang. Dengan anggapan bahwa R tidak serubah terhadap frekuensi. Pada
suatu frekuensi tertentu , xl - Xc dapat mencapai nilai nol. sehingga Z = R

jika XL -XC = 0 , maka

Z R (X L - Xc)
2

Z=R

Z R

Rangkaian bersifat seperti rangkaian R murni. Fase V sama dengan fase I, yang berarti tegangan dan arus berjalan serempak.
Keadaan seperti itu disebut keadaan resonansi rangkaian, pada rangkaian seri. Frekuensi f0 itu disebut frekuensi resonansi

rangkaian. Pada keadaan resonansi XL - Xc = 0, yang berarti XL = Xc, yang berarti pula 2fL =

1
2fC

Dari persamaan ini diperoleh frekuensi resonansi f0 sebagai:

f0

1
2

1
LC

Bila L dinyatakan dalam henry dan C dalam farad, maka satuan f0 adalah hertz.
Pertanyaan dan Soal
1.

Sebuah amperemeter arus bolak-balik yang dipasang seri dengan suatu rangkaian arus bolak-balik menunjukkan arus sebesar
10 A. Sebuah voltmeter yang dipasang paralel dengan rangkaian itu menunjukkan tegangan sebesar 60 V. Berapakan arus
maksimum pada rangkaian itu? Berapakah tegangan maksimum rangkaian itu?

2.

Berapakah reaktansi sebuah kapasitor 100 nF pada frekuensi 50 Hz. Berapa reaktansi itu pada frekuensi 100 Hz?

3.

Berapakah kapasitas sebuah kapasitor yang reaktansinya pada 50 Hz adalah 10 ohm?

4.

Berapakah reaktansi sebuah induktor 10 mH pada frekuensi 50 Hz?

5.

Sebuah induktor sebesar 250 mH dihubungkan dengan tegangan bolak-balik 220 V yang frekuensiya 50 Hz. Berapakah arus
yang mengalir? Berapa daya yang dilepaskan sumber tegangan. Induktor dianggap tidak memiliki hambatan.

6.

Sebuah kapasitor murni, sebuah induktor murni, dan sebuah penghambat murni dihubungkan seri pada suatu sumber
tegangan bolak-balik 60 V. Beda potensial pada ujung-ujung kapasitor. adalah 60 V, pada ujung-ujung induktor adalah 60 V
juga. Berapakah beda potensial pada ujung-ujung penghambat?

7.

Suatu rangkaian yang terdiri dari induktor dan penghambat memiliki impedansi 100 pada frekuensi 100 Hz, dan 100 pada
frekuensi 500 Hz. Berapakah induk-tansi induktor dan berapa hambatan penghambat?

8.

Tegangan pada suatu rangkaian arus bolak-balik diketahui mendahului arus dengan sudut fase 30. Arus efektif rangkaian
adalah 5,0 A. Berapakah induktansi dan hambatan kumparan itu?Berapakah daya yang dilepaskan rang-kaian pada kedua
keadaan itu?

DUALISME GELOMBANG PARTIKEL


A. Teori Kuantum Planck
Dari kehidupan sehari-hari telah kita ketahui, bahwa jika kita memanaskan sebuah logam, maka makin lama logam dipanaskan,
logam tersebut akan berpijar memancarkan cahaya (gelombang elektromagnetik), jika terus dipanaskan, maka warnanya pun
akan berubah, dari merah sampai putih. Pancaran energi oleh suatu benda karena suhunya, disebut radiasi termal.

Dari fenomena itu, para fisikawan tertarik untuk mencari landasan teoritis yang menghubungkan antara suhu dan besaranbesaran pada gelombang elektromagnetik (panjang gelombang, frekwensi, energi) yang dipancarkan oleh suatu benda.
l. Benda Hitam
Radiasi yang dipancarkan benda ketika dipanaskan tidak hanya bergantung pada suhu benda saja, akan tetapi bergantung pada
sifat permukaan benda dan jenis bahan benda, Radiasi yang dipancarkan juga bergantung pada apakah ia memantulkan atau
tidak radiasi dari lingkungan sekitar. Untuk menghilangkan faktor-faktor ini, maka benda yang ditinjau bukan benda biasa,
melainkan sebuah benda yang memiliki permukaan hitam, hal ini dikarenakan warna hitam dapat menyerap seluruh warna
cahaya atau radiasi dari lingkungan sekitar, sehingga efek pemantulan radiasi oleh benda dapat diabaikan. Akan tetapi dialam ini
tidak ada benda yang hitam sempurna (menyerap semua warna cahaya) oleh karena itu benda hitam tidak lagi didefinisikan
sebagai benda berwarna hitam, akan tetapi benda hitam dianalogikan sebagai sebuah rongga dari sebuah benda, dan jika ada
cahaya yang masuk ke rongga tersebut, maka cahaya akan dipantulkan berulang-ulang didalam ronga dan tidak akan pernah
keluar dari rongga. Dengan demikian benda hitam didefinisikan sebagai Suatu benda yang menyerap semua cahaya yang sampai
ke permukaannya. Jika benda hitam dipanaskan.
Fakta empiris yang menghubungkan antara suhu benda hitam dengan besaran-besaran gelombang elektromagnetik (spektrum
radiasi)
Hukum Stefan
Menyatakan bahwa Intensitas radiasi total dari seluruh panjang-gelombang cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam yang
dipanaskan, hanya bergantung pada suhu.
I = T 4
Intensitas radiasi total yang dipancarkan oleh benda lain yang bukan benda hitam,
I = eT 4
T = suhu mutlak benda (K).
= tetapan Stefan-Boltzmann
= 5,67xl0-8Wm-2K-4.
e = koefisien emisi harganya antara 0 dan 1.
Pada benda hitam, e = 1.
I = intensitas radiasi total dari seluruh panjang- gelombang cahaya (W/m2).
Hukum Pergeseran Wien
Menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu suatu benda hitam sempurna dengan panjang gelombang, dari hasil percobaan
Wien ditemukan bahwa intensitas radiasi maksimum yang dipancarkan benda hitam terjadi pada daerah cahaya tampak. Pada
intensitas radiasi maksimum panjang gelombang cahaya yang dihasilkan dikalikan dengan suhu bernilai tetap yaitu sebesar 2,98
X 10 3 mK
maks T = 2,98 X 10 3 mK
usaha untuk menjelaskan fakta empiris yang ditemukan oleh Stefan dan Wien
Rayleigh dan Jeans
Dengan menggunakan teori ekipartisi energi fisika klasik, Rayleigh dan Jeans menjelaskan hubungan antara intensitas radiasi
dari benda hitam dengan panjang-gelombang yang berupa persamaan matematik. Akan tetapi jika persamaan yang dikemukakan
oleh Rayleigh-Jeans diujicobakan dalam eksperimen, maka persamaan yang diajukan hanya berlaku pada daerah panjang
gelombang tertentu saja. Dengan demikian teori rayleigh dan jean gagal menjelaskan pancaran radiasi oleh benda hitam.
Untuk memecahkan masalah ini. Max Planck (1858 -1947) seorang ahli fisika dari Jerman pada tahun 1900, mengemukakan teori
untuk menjelaskan radiasi cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam yang dipanaskan. Misalkan benda hitam digambarkan
sebagai sebuah logam berongga seperti pada gambar berikut

Lubang dari benda logam berongga, bertindak sebagai benda hitam

Planck beranggapan, bahwa ketika dipanaskan atom-atom logam permukaan bagian dalam benda berongga diatas, berperilaku
sebagai osilator (sistem yang bergetar) yang menghasilkan gelombang elektromagnetik. Pada satu saat gelombang
elektromagnetik itu akan keluar lubang sehingga terlihat sebagai radiasi (pijaran) pada benda. Lubang itu bertindak sebagai
benda hitam sempurna.
Setiap osilator seperti atom-atom logam yang bergetar, tidak memancarkan energi secara kontinu (bersambung terus menerus),
tetapi hanya dalam jumlah tertentu disebut dan sering disebut kuantum. Bila suatu osilator, mempunyai frekuenai f, maka osilator
itu akan bergetar dengan energi sebesar hf, 2hf, 3hf, dan seterusnya, atau sebesar nhf. Bilangan n disebut bilangan kuantum, dan
h adalah suatu bilangan tetap disebut tetapan Planck besar h = 6,626xlO-34J.s.
Jadi, setiap osilator mempunyai energi sebesar,
E = nhf
Dengan kata lain, radiasi (pijaran cahaya) dari benda hitam yang dipanaskan tidaklah kontinu, akan tetapi berupa paket-paket
energi yang bersesuaian dengan frekwensinya. Paket-paket energi ini sering disebut dengan foton
Menurut Planck, suatu osilator akan memancarkan energi sebesar hf, bila osilator itu mengalami perubahan tingkat energi
misalnya dari 2hf menjadi hf, atau dari 5 hf menjadi 4 hf.
Dengan teori kuantum Planck ini, gejala pancaran cahaya oleh benda hitam, dapat dijelaskan dengan memuaskan.
Contoh
Berapakah panjang-gelombang cahaya yang dipancarkan benda hitam, pada suhu 2000 K, ketika intensitas radiasiaya mencapai
harga maksimum?
Suatu benda mempunyai koefisien emisi e = 0,41. Berapakah radiasi total yang dipancarkan oleh permukaan benda itu, ketika
dipanaskan sampai suhu 400 K?
B. Efek Foto Listrik
Di dalam sebuah tabung kaca yang hampa udara, terdapat dua buah keping logam konduktor P dan C

Kedua keping itu dihubungkan dengan kutub-kutub sebuah sumber arus listrik E. Bila keping C dihubungkan
dengan kutub positif sumber arus listrik, maka potensial keping C lebih tinggi daripada potensial keping P. Ketika itu elektron
cenderung bergerak dari keping P ke keping C. Untuk mengetahui adanya arus listrik yang mengalir, sebuah galvanometer
G dipasang pada rangkaian itu. Rangkaian arus listrik dapat diatur sehingga beda potensial antara keping P dan C
besarnya berubah-ubah.
Jika keadaan rangkaian dibuat seperti pada gambar maka tidak akan ada arus yang mengalir, karena rangkaian
terbuka, akan tetapi jika pada keping p diberi cahaya dengan frekwensi tertentu, maka galvanometer akan menyimpang,
artinya ada arus yang mengalir. Ini artinya ada elektron yang lepas dari keping p dan pindah ke keping c. Peristiwa
keluarnya elektron dari permukaan logam karena cahaya jatuh ke atas permukaan logam itu disebut efek foto listrik.
Efek foto listrik terjadi pada frekwensi tertentu, dimana dibawah frekwensi ini efek foto listrik tidak akan terjadi, frekwensi
ini disebut frekwensi ambang.
Untuk setiap bahan yang berbeda, frekwensi cahaya yang diperlukan agar terjadi efek foto listrik juga berbeda,
Besar frekwensi ambang tidak bergantung pada intensitas cahaya.
Gejala foto listrik tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan anggapan cahaya sebagai gelombang, sebab jika
menggunakan anggapan cahaya sebagai gelombang maka seharusnya tidak ada frekwensi ambang. Artinya efek foto listrik harus
dapat terjadi pada frekwensi berapapun, asalkan intensitas cahaya besar maka energi kinetik akan bertambah sehingga pada
frekwensi berapapun elektron dapat pindah dari keping p ke keping c
Dengan menggunakan konsep paket energi dari Plank, Einstein menjelaskan peristiwa efek foto listrik sebagai berikut :

telah diketahui bahwa Plank menyatakan energi radiasi itu tidaklah kontinu, akan tetapi berupa paket-paket energi (kuanta)
yang besarnya bersesuaian dengan frekwensi. E = n h f
Jika cahaya yang tidak lain adalah paket-paket energi mengenai sebuah logam, maka paket energi tersebut akan diserap
oleh elektron-elektron logam, akibatnya elektron memiliki energi untuk melepaskan diri dari ikatannya dengan atom. Jika elektron masih
memiliki energi sisa (setelah elektron melepaskan diri), maka energi sisa ini akan dipergunakan sebagai energi kinetik untuk bergerak
kekeping yang lain. Pada keadaan ini berlaku : energi yang diserap sama dengan energi untuk melepaskan diri (E 0) ditambah energi
untuk bergerak (Ek)
E = E0 + Ek
Besar energi kinetik maksimum dapat dicari sebagai berikut
Jika polaritas (kutub) antara keping p dan keping c dibalik, sehingga keping p memiliki potensial yang lebih
rendah dari keping c, kemudian logam p disinari, maka pada beda tegangan kecil galvanometer tetap menyimpang,
artinya ada arus yang mengalir, dengan kata lain elektron masih dapat pindah dari keping p ke keping c, walaupun keping
c memiliki potensial lebih besar dari keping p. jika beda potensial antara keping p dan keping c diperbesar, maka pada
beda potensial tertentu (Potensial tertentu ini sering disebut potensial pemberhenti atau V 0 ) arus tidak mengalir, artinya
elektron tidak bisa pindah dari keping p ke keping c. hal ini terjadi karena gerak elektron menuju keping c terhambat oleh
potensial c yang jauh lebih besar dari potensial keping p, energi kinetik maksimum elektron sama dengan energi listrik
yang diperlukan untuk menghentikan gerak elektron yaitu sebesar e V 0.
Ekmaks = e V0
Jika dimasukan ke persamaan sebelumnya akan diperoleh
hf = E0 + e V0
Dari persamaan ini jelas tidak ada hubungan antara energi kinetik dengan intensitas
Jika energi kinetik sama dengan nol artinya elektron hanya mampu keluar dari logam tapi tidak mampu bergerak
ke keping c, maka
Ekmaks = 0

e V0 = 0

Akibatnya persamaan diatas menjadi


hf0 = E0 f0 = frek pada Ek = 0
f0 adalah frekwensi yang diperlukan untuk melepaskan diri dari permukaan logam (frekwensi ambang).
Karena konsep paket energi dari Plank dapat menyelesaikan gejala pancaran cahaya oleh benda hitam dan efek fotolistrik,
maka konsep ini memperkuat anggapan bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) sebagai partikel
Contoh
1.

Hitunglah energi ambang logam natrium dalam satuan eV untuk mengeluarkan elektron dari permukaannya bila frekuensi f0 = 4,4x10l4H.

2.

Panjang-gelombang cahaya yang jatuh pada permukaan logam 6x10~5 cm dan potensial penghambat 0,5 volt. Berapa energi ambang logam
tersebut?

C. Efek Compton
Fakta eksperimen lain yang menguatkan bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) dapat besipat sebagai partikel
adalah efek compton.
Compton menembakkan sinar-X (gelombang elektromagnetik) pada sebuah keping grafit.

Dari hasil percobaan, Compton menemukan adanya perbedaan panjang gelombang antara sinar-X yang ditembakkan dengan
sinar-X yang dihamburkan oleh keping grafit, selisih antara panjang gelombang yang dipancarkan dan yang dihamburkan itu

0
memenuhi paersamaan

h
1 cos
mc

Persamaan diatas hanya diperoleh dengan anggapan bahwa sinar-x terdiri dari foton (paket energi). Foton-foton ini akan
bertumbukan dengan elektron-elektron dalam keping grafit. Pada peristiwa ini belaku hukum kekekalan momentum, dimana
momentum foton adalah

h
p

h
hf

c
c
f

Dengan adanya efek compton ini, maka mempertegas sifat mendua dari gelombang elektromagnetik yaitu saat gelombang dan
pada saat yang lain dapat dipandang sebagai partikel
D. Gelombang Partikel
Alam menyukai sifat simetris, jika gelombang dapat bersifat sebagai partikel, maka mungkin partikel juga dapat
bersifat sebagai gelombang. Bertolak dari foton gelombang elektromagnetik bersifat sebagai partikel, maka Louis de Broglie
beranggapan bahwa partikel seperti elektron bersifat sebagai gelombang. Apabila sebuah elektron bergerak dengan
kecepatan v maka momentum elektron, mv. Dan panjang gelombang dari partikel

h
p

Setiap hipotesis harus dapat diuji melalui percobaan. Seandainya elektron yang bergerak bersifat sebagai gelombang, maka
elektron itu harus memperlihatkan gejala difraksi atau interferensi. Gejala-gejala ini terjadi, kalau elektron bergerak melalui
celah-celah sempit. Dan ternyata hipotesis de Broglie pada tahun 1924 terbukti melalui percobaan yang dilakukan oleh
Davisson dan Germer pada tahun 1927
A. Teori Relativitas
Benda dikatakan bergerak, bila kedudukan benda itu terhadap suatu titik acuan berubah. Bila kita sedang duduk di ruang
kelas,dikatakan kita sedang diam karena kedudukan kita terhadap tanah sebagai acuan tidak berubah. Tetapi terhadap sumbu bumi kita
berputar atau bergerak. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan, tidak ada benda yang bergerak mutlak, yang ada hanyalah gerak
relatif.

A.

Relativitas Newton

Perhatikan dua buah kerangka S dan S berikut

Menurut kerangka S, titik P berada pada jarak x, sedangkan menurut kerangka S, yang berjarak d dari kerangka S, titik P
berada pada jarak x. akan tetapi walaupun berbeda kerangka, terdapat hubungan antara x dengan x yaitu :
x = x + d x = x - d
dengan demikian ternyata x dapat ditransformasi kedalam x, transformasi yang didasarkan pada relativitas seperti ini, disebut
transformasi Galileo. jika kerangka S bergerak terhadap kerangka S dengan kecepatan konstan, maka d sama dengan (kecepatan
kerangka S terhadap S) X (waktu)
d = v. t
sehingga transformasi posisi untuk titik P menjadi
x = x + v.t x = x v.t
Dari persamaan diatas terlihat perbedaaan kedudukan titik P yang diamati oleh kerangka S dan S.
bagaimana jika titik P yang berada pada kerangka S itu bergerak dengan kecepatan ux terhadap kerangka S, berapa kecepatan titik itu
menurut S?
ingat!! Kecepatan adalah turunan pertama dari posisi, sehingga transformasi kecepatan dapat dicari dengan cara menurunkan posisi,

dan diperoleh :

jika

dx
dt

dx' dx d

v.t
dt
dt dt

= ux= kecepatan P terhadap (dibaca : menurut) kerangka S, dan

dx'
dt

= ux= kecepatan P terhadap kerangka S, maka

persamaan diatas dapat ditulis ux = ux v


karena gerak hanya pada sumbu-x, maka terdapat hubungan :

y = y

dan

z = z

Selanjutnya kita menganggap waktu yang diamati oleh pengamat pada kerangka acuan S sama dengan waktu yang diamati oleh
pengamat dalam kerangka acuan S' yang bergerak, maka t' = t
Jika kecepatan diturunkan terhadap waktu akan menghasilkan percepatan

du x ' du x

dt
dt

ax = ax dan F = F

kesimpulannya : Menurut transformasi Galileo hukum-hukum Newton tentang gerak dan persamaan gerak suatu benda tetap sama
dalam semua kerangka acuan inersial.
Satu hal yang berbeda dari kedua kerangka acuan S dan S' yaitu kecepatan benda yang diamati oleh pengamat yang berada di S tidak
sama dengan kecepatan benda yang diamati oleh pengamat di S'.
Contoh 1
Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 80 km/jam. Di dalam kereta api seseorang berjalan dengan kecepatan 5 km/jam searah
dengan kereta api. Berapa kecepatan orang itu menurut pengamat yang sedang berdiri dekat rel?
Jawab
Menurut relativitas Newton u'x = ux - v dalam persamaan (14.3).
u'x = kecepatan orang terhadap kereta api.
ux = kecepatan orang terhadap pengamat yang berdiri dekat rel.
v = kecepatan kereta api terhadap pengamat dekat rel.

Maka ux= u'x+v = 80 km/j+5 km/j = 85 km/j.


Contoh 2
Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan
72 'km/jam. Misalkan dalam Gambar 14.1 kecepatan P adalah kecepatan cahaya terhadap kerangka acuan S yang bergerak dengan
kecepatan sebesar kecepatan kereta api.
Berapa kecepatan cahaya menurut pengamat yang berada di titik S?
Jawab
u'x = c = kecepatan cahaya terhadap S'.
v = kec kereta api terhadap S pengamat yang diam di tanah = 0,02 km/s.
ux = kecepatan cahaya terhadap pengamat yang diam di tanah.
ux .= u'x +v = c + v = 3x105km/s + 0,02 km/s. ux = 300.000,02 km/s.
B. Percobaan Michelson dan Morley
Sebelum Maxwell mengemukakan teori gelombang elektromagnetik tentang cahaya, orang percaya bahwa cahaya adalah gelombang
yang memerlukan zat penghantar yang disebut eter seperti yang dikemukakan oleh Huygens. Zat eter itu mengisi seluruh alam raya
sebagai medium perambatan gelombang cahaya. Pada tahun 1887 Michelson dan Morley, melakukan percobaan untuk mengukur
kecepatan aliran zat eter, kalau zat itu ada. Alih-alih mendapatkan besar kecepatan eter, Michelson dan Morley akhirnya menyimpulkan
bahwa eter itu tidak mengisi seluruh ruang ada seperti pada teori yang beredar pada saat itu.
C. Postulat Einstein
Albert Einstein (1879-1955) menjadi terkenal dengan teori relativitas yang berbeda dengan teori relativitas Newton dari kerangka acuan
inersial dan transformasi Galileo. Seperti Anda sudah mengetahui kerangka acuan inersial adalah kerangka acuan yang bergerak
dengan kecepatan tetap terhadap kerangka acuan lainnya. Teori relativitas Einstein yang bertolak dari kerangka acuan inersial disebut
teori relativitas khusus.
Pada tahun 1905 Einstein mengembangkan teori relativitas khusus dengan menge-mukakan dua postulat.
1. Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan inersial.
Dalam bentuk lain postulat pertama ini menyatakan tidak ada kerangka acuan mutlak sehingga gerak suatu benda hanya bersifat relatif.
Kita tidak mungkin mengukur kecepatan mutlak suatu benda, yang ada hanyalah kecepatan relatif. Misalnya sebuah pesawat bergerak
menuju bulan dengan kecepatan 100 m/s terhadap bulan. Keadaan ini dapat juga dikatakan, bulan bergerak menuju pesawat dengan
kecepatan 100 m/s terhadap pesawat, arahnya berlawanan dengan kecepatan pesawat terhadap bulan.
2. Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besarnya untuk semua pengamat, tidak bergantung pada keadaan gerak pengamat itu.
Menurut relativitas Newton, jika pengamat S' (yang bergerak terhadap S) mengamati kecepatan cahaya besarnya c, maka pengamat di
S akan mendapatkan kecepatan cahaya yang lebih besar dari c, sesuai dengan persamaan
u, = u'x+ u
ux = kecepatan cahaya menurut pengamat S
ux = kecepatan cahaya menurut pengamat S'
v = kecepatan S' terhadap S.
Menurut relativitas Einstein kecepatan cahaya yang diamati oleh pengamat di S' dan pengamat di S sama besarnya yaitu
ux = u'x = c
Perbedaan ini terjadi karena dalam transformasi Galileo dan relativitas Newton, waktu yang diamati oleh pengamat diam S, sama
dengan waktu yang diamati oleh pengamat yang bergerak S' (t' = t)
Akibatnya penjumlahan kecepatan menurut Einstein menjadi

u 'v
ux x
u 'v
1 x 2
c

(1)

Misal kecepatan cahaya menurut pengamat S' yang bergerak terhadap pengamat S adalah ux = c, maka kecepatan cahaya menurut
pengamat S yang diam menjadi:

cv
cv
c2 c v
ux

c
c v c2 c v
c c v
1 2
2
c
c2
c
relativitas Newton adalah keadaan khusus untuk kecepatan v yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya. Jika v jauuuh lebih kecil dari

c, maka

v
0
c2

dan persamaan penjumlahan kecepatan dari Einstein menjadi : ux = u'x + v.

Penjumlahan kecepatan relativitas Einstein dalam persamaan (1)


dapat dibuat dalam bentuk lain untuk memudahkan kita mengingatnya. Pengamat d berada dalam kerangka acuan S dan pengamat b
berada dalam kerangka acuan S' yang bergerak dengan kecepatan ubd terhadap S

vbd = kecepatan b terhadap d


upb = kecepatan sebuah partikel p terhadap b
upd = kecepatan partikel p terhadap d.
Maka kec relativitas Einstein dlm persamaan (1) menjadi

v pb vbd
ux
v pb vbd
1
c2

(2)

Contoh
Sebuah kereta api bergerak dengan kecepatan 30 m/s terhadap tanah. Seorang penumpang di dalam kereta api berjalan berlawanan
dengan arah gerak kereta api dengan kecepatan 2 m/s terhadap kereta api.
Hitunglah kecepatan orang itu menurut relativitas Newton dan menurut Einstein terhadap tanah.
Jawab
Lihat Gambar 14.6.
vbd = kecepatan kereta api terhadap tanah 30 m/s.
vpb = kecepatan orang terhadap kereta api.
Karena orang itu berjalan berlawanan dengan arah gerak kereta api maka kecepatan orang harus diberi harga negatif vpb = - 2m/s.
vpd = kecepatan orang terhadap tanah.
Menurut Newton vpd = vpb + vbd = -2 m/s + 30 m/s = 28 m/s.
Menurut Einstein

v pb vbd
ux
v pb vbd
1
c2

ux

2 30
2 30
1
3 108

vpd = 28,000005 m/s, lebih besar sedikit daripada kecepatan menurut Newton.

Transformasi Lorentz
Akibat postulat Einstein, maka transformasi Galileo tidak bisa dipakai, karena itu perlu transformasi lain yang sesuai
dengan postulat Einstein, sehingga kita dapat menyatakan hubungan antara suatu besaran yang terdapat pada kerangka
acuan yang berbeda. Transformasi yang memenuhi postulat Einstein adalah transformasi Lorenzt, yaitu sebagai berikut :
Transformasi posisi

x'

x v t
1 v

x ' v t

1 v

c2

1
1 v

c2

kalau pada relativitas Newton t = t , maka pada relativitas Einstein

vx
t 2
c
t'
2
1 v 2
c

v x
c2
t
2
1 v 2
c
t '

transformasi kecepatan
jika benda bergerak searah dengan sumbu-x

ux

u x 'v
v
1 2 ux '
c

pada sumbu-y dan sumbu-z berlaku


;

uy

uy ' 1 v
1

uz

v
ux '
c2

uz ' 1 v
1

c2

v
ux '
c2

akibat adanya transformasi lorenzt ini, maka beberapa besaran fisis akan mengalami perbedaan sewaktu diukur dalam keadan diam
dengan diukur dalam keadan bergerak terhadap suatu kerangka. Besaran yang mengalami perubahan tersebut diantaranya ; panjang,
massa, waktu, momentum, dan energi
Relativitas Panjang (Kontraksi Lorentz)
Kontraksi Lorentz menyatakan bahwa panjang suatu benda tampak lebih pendek bila diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap
benda tersebut
L=

L = L0

1 v

c2

L0

L = panjang benda diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap benda


L = panjang benda diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda
V = kecepatan relatif antara kerangka acuan

Relativitas Waktu (Dilatasi Waktu)


Selang waktu untuk kerangka acuan diam tidak sama dengan selang waktu kerangka acuan bergerak. Ternyata waktu yang diukur oleh
sebuah jam yang bergerak terhadap kejadian lebih besar dibandingkan dengan jam yang diam terhadap kejadian.
= t = t0

t 0

t '

1 v

c2

t = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap kejadian
t = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap kejadian
Relativitas Massa
Massa benda yang bergerak akan lebih besar dari pada massa benda itu ketika diam.

m'

= m = m0

m0
1 v

c2

Momentum Relativistik
Besar momentum relativistik diperoleh dengan cara memasukan massa relativistik, sehingga diperoleh :
P = m v = m0 v

m0 v
1 v

c2

Einstein menegaskan adanya kesetaraan antara massa dan energi, yaitu jika terjadi penyusutan massa, maka akan timbul energi
sebesar
E = m c2
Dengan demikian energi kinetik benda secara relativistik akan memenuhi :
Ekinetik = Etotal - Ediam atau

m0
1 v

c 2 m0 c 2

c2

m0 = massa diam benda


m = massa bergerak benda
v = kecepatan benda

Anda mungkin juga menyukai