Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kondisi tertentu, orang-orang cenderung tergesa-gesa dan berlebihan
ketika makan. Hal tersebut merupakan pola makan yang kurang baik bagi
kesehatan manusia. Selain dapat menyulitkan proses menelan, hal itu juga
berdampak pada sistem pencernaan manusia. Hasil studi menunjukkan bahwa
makan dengan cepat maupun lama dapat mempengaruhi respon usus. Bila dibuat
perbandingan antara seseorang yang makan dengan cepat dan seseorag yang
makan dengan lambat (mengunyah lebih banyak) maka hasilnya lebih baik pada
seseorang yang makan dengan lama daripada melakukannya dengan cepat. Hal ini
terjadi karena kerja hormon pencernaannya secara fisiologis lebih jelas.
(Kokkinos, 2010).
Faktanya, makan tidak secara langsung mengubah molekul-molekul jadi
yang ada di makanan tersedia bagi sel tubuh sebagai sumber bahan bakar atau
bahan baku. Makanan mula-mula harus dicerna atau diuraikan secara biokimiawi
menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat diserap dari saluran cerna
ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel. Agar makanan dapat
diserap secara sempurna oleh tubuh maka melalui empat proses dasar : molalitas,
sekresi, pencernaan, dan penyerapan (Sherwood, 2014)
Rasulullah SAW memberitahukan agar makan dengan tenang dan
mengunyah makanan lebih banyak pada saat makan sebelum ditelan. Saya
mengunyah setiap suap makanan 30-50 kali sehingga menjadi lembek dan melalui
kerongkongan tanpa kesulitan. Bahkan pada makanan yang sulit dicerna dengan
baik, saya kunyah sampai 70-75 kali. Lalu pada riwayat yang lain beliau juga
menghimbau agar makan tidak sampai kenyang. Kami adalah orang yang tidak
makan kecuali setelah lapar dan apabila makan tidak sampai kenyang (H.R. Abu
Dawud).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 2012), hidup sehat adalah
suatu kondisi baik seluruh badan serta bagian-bagiannya dan bekerja sebagaimana
mestinya (bebas dari sakit), sementara mengunyah merupakan suatu proses
menghancurkan atau melumatkan sesuatu (makanan) di dalam mulut dengan gigi.
Referensi lain menyebutkan bahwa mengunyah disebut juga sebagai
mastikasi. Hal ini merupakan langkah awal dalam proses pencernaan yang terjadi
di mulut. Proses (motalitas) mulut yang melibatkan pengirisan, perobekan,
penggilingan, dan pencampuran makanan oleh gigi (Sherwood, 2014).
B. Organ Pencernaan
1. Mulut dan kelenjar air liur
Rongga mulut merupakan lubang yang dibentuk oleh bibir yang
mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun makanan masuk.
Di dalam rongga mulut terdapat
korpus
berfungsi
sebagai
tempat
makanan
disimpan
pencernaan
protein,
amilase
pankreas
untuk
pencernaan
penyimpanan vitamin dan zat besi serta berperan dalam detoksifikasi dan
regulasi obat (Guyton, 2008). Organ ini memiliki peran penting dalam
sistem pencernaan yaitu mensekresikan garam empedu. Tiap sel hati (sel
hepatosit) tampaknya mampu melakukan berbagai tugas metabolik,
kecuali melakukan aktivitas fagositik yang dilaksanaka oleh makrofag atau
yang dikenal sebagai sel kuppfer (Sherwood, 2014).
9. Kandung Empedu
Kandung empedu (gall bladder) adalah organ yang bentuknya
menyerupai buah pir yang memiliki daya tampung sekitar 50ml empedu
yag dibutuhkan oleh tubuh. Organ tersebut terhubung dengan hati dan usus
dua belas jari melalui salura empedu. Kandung empedu ini berfungsi
untuk membantu pencernaan lemak dan berperan dalam pembuangan
limbah tertentu dari tubuh, seperti: penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol (Guyton, 2008).
C. Fisiologi Mengunyah dan Sistem Pencernaan
Secara fisiologis, makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat
dicerna dengan baik oleh siapapun hingga ia diserap secara optimum oleh sistem
pencernaan (Guyton, 2008). Agar makanan dapat dicerna dengan baik oleh tubuh,
sebelumnya makanan harus dikunyah terlebih dahulu hingga menjadi bolus halus.
Hal ini sering diabaikan oleh beberapa orang dan terbiasa menelan makanan
dengan cepat, padahal hal ini merupakan bagian yang sangat esensial dan
mengunyah dengaan baik berarti setengah mencerna (Marsden, 2005).
Pada dasarnya di dalam sistem pencernaan, proses pencernaan pertama
kali terjadi di mulut. Proses ini pada umumnya dikenal dengan itilah mastikasi.
Mastikasi adalah proses pencernaan makanan secara mekanik yang terjadi di
mulut. Proses mastikasi ini berfungsi untuk memecah makanan menjadi bahan
sederhana dan memudahkan pengabsobsian di gastro intestinal agar dapat
digunakan oleh tubuh (Ward, 2009).
Ketika kita mengunyah makanan, enzim pencernaan dan gigi akan
menguraikan makanan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan halus. Hal
ini memudahkan makanan (bolus) untuk ditelan dan melalui kerongkongan hingga
ke lambung. Semakin kita mengunyah maka air liur (saliva) yang mengandung
enzim pencernaan seperti amylase akan membasahi dan menutupi lapisan
permukaan makanan dan membantu proses pencernaan (Marsden, 2005).
Dalam keadaan normal, makanan yang ditelan melalui mulut dan masuk
ke dalam tubuh, sebagian besar nutrisinya dapat digunakan oleh tubuh manusia.
Supaya makanan tersebut dapat dicerna dengan baik oleh tubuh maka harus
melaui beberapa proses. Mula-mula makanan yang akan dicerna harus diuraikan
baik secara mekanik maupun biokimiawi, dari molekul-molekul besar menjadi
molekul-molekul kecil sederhana yang dapat dengan mudah diserap oleh saluran
cerna, lalu disalurkan ke dalam sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel
(Sherwood, 2014).
D. Metode dan Manfaat Mengunyah Makanan Lebih Banyak
Pada saat makan, mulut mengalami pencernaan mekanik dan kimiawi.
Mekanisme pencernaan mekanik yang terjadi di mulut yaitu melalui pengunyahan
yang meliputi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan sehingga dihasilkannya potongan-potongan makanan yang kecil dan
menjadi halus. Proses ini melibatkan gigi, lidah, dan otot-otot mastikasi yang
membuat pencenaan mekanik pada mulut berjalan dengan baik. Selain itu, ketika
kita mengunyah makanan maka terdapat sekresi saliva (air liur) yang akan
membasahi permukaan makanan. Hal-hal tersebut membuat makanan menjadi
partikel-partikel kecil atau gumpalan (bolus) yang halus dan mudah ditelan
(Sherwood, 2014).
Ketika mengunyah, glandula saliva mensekresikan air liur yang
membasahi makanan dan rongga mulut yang berperan sebagai mekanisme
pencernaan kimiawi di mulut. Air liur ini mengandung enzim pencernaan yang
dapat menguraikan molekul komplek pada makanan menjadi molekul sederhana.
Salah satu enzim yang bekerja di mulut saat melakukan pengunyahan yaitu
amylase yang memecah karbohidrat menjadi molekul yang lebih kecil (maltosa).
dengan pola
BAB III
KESIMPULAN
a. Mengunyah makanan lebih banyak sangatlah esensial bagi tubuh. Karena
pada dasarnya tubuh membutuhkan serangkaian peristiwa dan koordinasi
yang cukup kompleks dalam tubuh agar makanan dapat dicerna dengan
baik.
b. Mengunyah makanan lebih banyak hasilnya berdampak positif pada
kesehatan. Misalnya, bermanfaat untuk memudahkan proses pencernaan
dan dapat membuat seseorang lebih menikmati makanannya serta
meningkatkan isyarat kenyang pada saat makan.
c. Selain itu dapat pula digunakan sebagai metode menghindari bahaya
obesitas dan penurunan risiko penyakit kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Framson, Celia, et al. 2009. Development and Validation of Mindful Eating
Questionnaire. Journal American Dietetic Association. Volume 109(8):
1439-1444.
Guyton, A.C., and Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Hadits riwayat Abu Dawud
J.L., Kristeller; Wolever, R.Q., 2011. Mindfulness-Based Eating Awareness
Training for Treating Binge Eating Disorder: The Conceptual Foundation.
Eating Disorders. Volume 19(1): 49-61.
Junqueira, L.C., et al. 2007. Histologi Dasar Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kokkinos, Alexander, et al. 2010. Eating Slowly Increases the Postprandial
Response of Anorexigenic Gut Hormones, Peptide YY and Glucagon-like
Peptide-1. Journal of Clinical Endocrinologi and Metabolism. Volume 95
(1): 333-337
Marsden, Kathryn. 2005. The Complete Book of Food Combining: A New, Easy
to Use Guide to The Most Successful Diet Ever. London: Piatkus.
Miller, Carla K, et al. 2012. Comparative Effectiveness of Mindful Eating
Intervention to A Diabetes Self-Management Intervention Among Adults
with Type 2 Diabetes: A Pilot Study. Journal Academy of Nutrition and
Dietetic. Volume 112(11): 1835-1842.
Miller, Carla K, et al. 2014. Comparison of Mindful Eating Intervention to A
Diabetes Self-Management Among Adults with Type 2 Diabetes: A
Randomized Controlled Trial. Health Education Behavior. Volume 41(2):
145-154.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.