LABORATORY
LABORATORY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, dalam bentuk hutang maupun modal
sendiri, diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahan swasta. Pasar
modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market)
(Suad Husnan, 2009:3). Pasar modal juga merupakan faktor penting dalam keputusan
investasi perusahaan karena harga saham mempengaruhi jumlah dana yang dapat
diperoleh dengan menjual saham baru untuk membiayai pengeluaran investasinya.
Sekuritas pasar modal, seperti saham dan obligasi jangka panjang, seringkali dimiliki
oleh perantara keuangan seperti perusahaan asuransi dan dana pensiun yang memiliki
ketidakpastian mengenai nilai dana yang harus mereka sediakan di masa yang akan
datang. Harga saham yang semakin tinggi dari suatu perusahaan berarti perusahaan
tersebut dapat memperoleh dana yang lebih besar, yang dapat digunakan untuk
membeli fasilitas produksi dan peralatan (Frederic S. Miskhin yang dialihbahasakan
oleh Lana dan Beta, 2010:6).
Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa. Harga
saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa sehingga
sering disebut harga penutupan. Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum
permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga
saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya pada saat banyak pemilik
saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan
mengalami penurunan (Anoraga, 2001:59).
Perusahaan yang go public dapat memperjualbelikan saham secara luas di
pasar sekunder. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh demand dan supply
antara pembeli dan penjual. Demand dan supply biasanya dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal meliputi informasi arus kas,
informasi laba dan informasi akuntansi lainnya yang terkandung dalam laporan
keuangan perusahaan dan faktor eksternal perusahaan meliputi volume transaksi
saham, perubahan kurs, laju inflasi yang tinggi, tingkat suku bunga, kepercayaan
masyarakat terhadap pasar modal, kondisi sosial politik dan kebijaksanaan
perekonomian makro lainnya (Wahyu dan Wijayanto, 2005).
Prediksi harga saham terdapat pendekatan dasar yaitu analisis fundamental
dan teknikal. Analisis fundamental adalah analisis yang memperkirakan harga saham
di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad Husnan, 2009:307). Analisis teknikal
menegaskan bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan pola perilaku harga
saham itu sendiri, sehingga cenderung untuk terulang kembali. Asumsi dasar dari
analisis teknikal adalah bahwa jual beli saham merupakan kegiatan yang berspekulasi
(Suad Husnan, 2009:341).
1,752
1,743
Harga Saham
1,235
2009
2010
2011
Grafik 1.1
Data rata-rata pertahun harga saham pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011
Grafik 1.1 menunjukkan nilai rata-rata harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Rata-rata
harga saham pada tahun 2008 merupakan harga yang paling rendah, dikarenakan pada
tahun 2008 terjadi krisis global yang berasal dari kerugian pasar perumahan
(subprime mortgage) yang berimbas ke sektor keuangan Amerika Serikat. Kondisi
bursa saham di Amerika mengalami penurunan kepada posisi yang sangat rendah, hal
ini berimbas pada bursa saham di negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia,
indeks harga saham mengalami penurunan yang besar. Peristiwa ini mengakibatkan
kepanikan bagi para investor, sehingga sentimen negatif terus berkembang, yang
mengakibatkan banyak harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia mengalami penurunan. Tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan
yang cukup besar dari tahun 2008, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan
kembali sebesar Rp 9. Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan
di bursa. Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari
bursa sehingga sering disebut harga penutupan. Harga saham sangat dipengaruhi oleh
hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka
harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya pada saat banyak
pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut
cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2001:59).
Memprediksi pergerakan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011 peneliti menggunakan lima variabel
independen, yaitu suku bunga, inflasi, kurs US$, earning per share, dan volume
perdagangan saham.
Prediksi pergerakan harga saham yang pertama dalam penelitian ini adalah
suku bunga, Frederic S. Miskhin dialihbahasakan oleh Lana dan Beta (2010:4)
mengemukakan bahwa suku bunga (interest rate) adalah biaya pinjaman atau harga
yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
persentase pinjaman). Mangasa Simatupang (2010:78) mengemukakan bahwa
hubungan pergerakan tingkat suku bunga dengan pergerakan harga saham secara
teoritis berbanding terbalik, artinya apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan
maka harga saham yang diperdagangkan di bursa efek akan mengalami penurunan,
karena para investor saham akan beralih berinvestasi pada instrumen perbankan
seperti deposito dan sebaliknya jika pergerakan tingkat suku bunga mengalami
penurunan, maka harga saham akan naik karena para investor akan beralih
berinvestasi pada instrumen saham. Faktor kedua yang memungkinkan pengaruh
naik-turunnya tingkat suku bunga terhadap harga saham dikarenakan bahwa secara
umum perusahaan perbankan memiliki rasio utang yang cukup besar, di mana utang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan operasional perusahaan,
sehingga naiknya tingkat suku bunga dipastikan akan menambah beban biaya
terhadap perusahaan dan akibatnya dapat mengurangi keuntungan perusahaan serta
mendorong meningkatnya risiko terhadap perusahaan. Berikut adalah grafik yang
menunjukkan tingkat suku bunga periode 2008-2011 :
Tingkat Suku Bunga
10
9.25
8
6
Persentase
6.5
6.5
2009
2010
Suku Bunga
4
2
0
2008
2011
Grafik 1.2
Data Tingkat Suku Bunga Periode 2008-2011
Grafik 1.2 menunjukkan tingkat suku bunga periode 2008-2011. Tingkat suku
bunga cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya, sehingga bergerak
berlawanan arah dengan rata-rata harga saham. Tingkat suku bunga tertinggi terjadi
pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,25%, hal ini dikarenakan pada tahun 2008 terjadi
krisis global yang berasal dari Amerika Serikat yang menyebabkan tingkat peredaran
uang menjadi sangat tinggi, sehingga harga-harga barang meningkat dan nilai mata
uang rupiah mengalami pelemahan khususnya terhadap dollar AS, oleh karena itu
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang mempunyai independensi dari
pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dapat meminimalisir dampak dari krisis
global. Kebijakan Bank Indonesia itu adalah menaikkan BI rate atau suku bunga
menjadi 9,5%, dengan kebijakan tersebut peredaran uang yang berlebihan dapat
dikurangi, sehingga harga-harga barang atau jasa tidak terlalu tinggi dan BI dapat
mengantisipasi depresiasi terhadap nilai rupiah. Tingkat suku bunga terendah terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar 6,0%.
Prediksi pergerakan harga saham yang kedua dalam penelitian ini adalah
inflasi, di mana Inflasi merupakan kejadian yang menggambarkan suatu situasi dan
kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami
pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus maka akan mengakibatkan
memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh (Irham Fahmi, 2011:186). Inflasi
yang tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of
money), dan mengurangi pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Tingkat inflasi yang mengalami penurunan merupakan sinyal positif bagi investor
seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil
(Tandelilin, 2010:342). Berikut adalah grafik yang menunjukkan tingkat inflasi
periode 2008-2011 :
11.06
10
8
Persentase
Inflasi
6.96
4
2
0
2008
3.79
2.78
2009
2010
2011
Grafik 1.3
Data Tingkat Inflasi Periode 2008-2011
Grafik 1.3 menunjukkan tingkat inflasi periode 2008-2011 yang mengalami
fluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 11,06%, dikarenakan
pada tahun 2008 terjadi krisis global yang berasal dari kerugian kredit perumahan
yang kemudian berimbas pada sektor keuangan di Amerika Serikat. Pada tahun 2009
inflasi mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2010 inflasi mengalami peningkatan
kembali pada tingkat 6,96%, hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi eropa yang
berasal dari negara Yunani dan merembet ke negara eropa lainnya, peristiwa tersebut
disebabkan karena Yunani dan negara-negara eropa lainnya memiliki utang yang
lebih besar dari GDP-nya (gross domestic product) atau pengeluaran lebih besar
dibandingkan dengan pendapatannya. Dampak dari krisis eropa tersebut cukup
berdampak pada harga-harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Prediksi pergerakan harga saham yang ketiga dalam penelitian ini adalah kurs
US$, di mana kurs US$ yaitu banyaknya mata uang rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang dolar Amerika Serikat. Kurs yang menunjukkan
bahwa US$1.00 sama dengan Rp 8.400 berarti untuk memperoleh satu dolar Amerika
Serikat dibutuhkan 8.400 rupiah Indonesia. Kurs valuta di antara dua negara kerapkali
berbeda di antara satu masa dengan masa yang lainnya (Sadono Sukirno, 2006:397).
Data-data transaksi perdagangan di bursa efek menunjukkan adanya hubungan yang
kuat antara pergerakan fluktuasi nilai mata uang dengan fluktuasi harga saham yang
diperdagangkan di bursa. Sebagian investor, terutama yang mencoba berfikir seperti
investor asing berlogika bahwa penurunan nilai rupiah akan membuat nilai saham
BEI dalam kurs mata uang di negara asalnya juga menurun. Berikut adalah grafik
yang menunjukkan kurs US$ periode 2008-2011 :
9,400
9,800
8,770
6,000
4,000
2,000
0
2008
2009
2010
2011
Grafik 1.4
Data Kurs US$ Periode 2008-2011
Kurs $
10
Grafik 1.4 menunjukkan data kurs US$ periode 2008-2011 yang mengalami
fluktuasi. Nilai kurs US$ tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 10.950,
hal ini merupakan dampak dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat yang
menyebabkan mata uang rupiah melemah terhadap mata uang dolar Amerika,
melemahnya nilai mata uang rupiah tersebut dikarenakan banyaknya investor asing
yang menarik kembali investasinya akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis
keuangan global. Nilai kurs US$ terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp
8.770, pergerakan kurs US$ pada tahun 2009-2011 bergerak searah dengan rata-rata
harga saham.
Prediksi pergerakan harga saham yang keempat dalam penelitian ini adalah
earning per share (EPS), di mana EPS dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu
perusahaan di mana EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham
(Angrawit Kusumawardani, 2011). Seorang investor yang melakukan investasi pada
perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba
per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian
yang cukup baik, ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih
besar lagi. Berikut adalah grafik yang menunjukkan data rata-rata earning per share
(laba per lembar saham) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2011 :
11
93
2009
136
131
2010
2011
EPS
Grafik 1.5
Data Earning Per Share Periode 2008-2011
Grafik 1.5 menunjukkan data rata-rata Earning Per Share (EPS) perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Laba per
lembar saham cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi pada tahun
2011 mengalami penurunan, sehingga rata-rata earning per share atau laba per
lembar saham bergerak searah dengan rata-rata harga saham. Nilai rata-rata laba per
lembar saham tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 136, tetapi pada
tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 5, itu artinya bahwa kesejahteraan
pemegang saham menurun, oleh karena itu manajemen perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI ke depannya perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh mengapa
rasio laba per lembar saham menurun.
Prediksi pergerakan harga saham yang terakhir dalam penelitian ini adalah
volume perdagangan saham, di mana volume perdagangan saham adalah banyaknya
lembar saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan
12
tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui
perantara perdagangan saham di pasar modal (Wahyu dan Wijayanto, 2005). Volume
perdagangan saham berhubungan dengan perilaku investor dalam bertransaksi.
Investor yang melihat volume perdagangan saham dan harga saham yang meningkat
beranggapan bahwa perusahaan tersebut dalam kondisi yang menguntungkan, jika
volume perdagangan saham menurun dan harga saham menurun, investor dapat
beranggapan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
(Gadiesya Mahalanie, 2011).
. Berikut adalah grafik data rata-rata perdagangan saham perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2011 :
Data Rata-rata Volume Perdagangan Saham
4,577
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
Juta Lembar 2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
2008
2009
2,106
2,218
2010
2011
Grafik 1.6
Data Rata-rata Volume Perdagangan Saham Periode 2008-2011
Grafik 1.6 menunjukkan data rata-rata volume perdagangan saham perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Rata-rata
volume perdagangan saham mengalami penurunan pada tahun 2009, tetapi
13
mengalami peningkatan pada tahun 2010 dan 2011, sehingga bergerak berlawanan
arah dengan harga saham. Volume perdagangan saham tertinggi terjadi pada tahun
2008 yaitu sebanyak 4.577 juta lembar saham, sedangkan volume perdagangan saham
terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 1.832 juta lembar saham.
Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Perusahaan perbankan
dipilih sebagai unit analisis karena perusahaan perbankan menyediakan jasa keuangan
bagi seluruh lapisan masyarakat dan dapat mendukung atau memperlancar kebutuhan
utama bagi masyarakat dalam setiap kali bertransaksi. Perbankan adalah lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya (Kasmir, 2010:11).
Berdasarkan berbagai fenomena yang telah dijabarkan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH TINGKAT
SUKU BUNGA, INFLASI, KURS US$, EARNING PER SHARE (EPS) DAN
VOLUME PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PERIODE 2008-2011.
14
1.2
1.2.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka identifikasi masalah
15
1.2.2
Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat suku bunga, inflasi, dan kurs US$ periode 2008-2011.
2. Bagaimana earning per share dan volume perdagangan saham di perusahaan
perbankan pada periode 2008-2011.
3. Bagaimana harga saham pada perusahaan perbankan yang tercatat di BEI periode
2008-2011.
4. Seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, kurs US$, earning per
share, dan volume perdagangan saham terhadap harga saham perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008-2011, baik secara parsial maupun
simultan.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji :
1.4
Kegunaan Penelitian
16
Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah pemahaman serta lebih mendukung teori-teori yang telah ada
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Diharapkan dapat memberikan tambahan literatur yang membantu di dalam
perkembangan ilmu manajemen dan menambah wawasan tentang analisis saham.
1.4.2
Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :