Anda di halaman 1dari 26

JTM Vol. XVII No.

2/2010

PERSAMAAN KORELASI USULAN UNTUK MERAMALKAN


KINERJA LAJU ALIR MINYAK SUMUR HORIZONTAL PADA
RESERVOIR TIPE REKAH ALAMI BERTENAGA DORONG
GAS TERLARUT
1

Aristya Hernawan , Tutuka Ariadji

Sari
Parameter laju alir sumur minyak yang diproduksikan dari reservoir rekah alami mempersyaratkan hubungan
parameter khusus reservoir rekah alami, yaitu storativity ratio () dan interporosity flow coefficient ( ) dengan
profil laju alir. Penggunaan sumur horizontal sangat diperlukan untuk pengembangan lapangan tipe reservoir
rekah alami pada reservoir basement yang biasanya mempunyai permeabilitas matriks yang kecil. Dalam
melakukan studi ini, peneliti melakukan pemodelan reservoir, validasi pemodelan reservoir dengan melakukan
pengujian sumur, dan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas dilakukan untuk mencari hubungan antara laju alir
minyak terhadap nilai storativity ratio (), interporosity flow coefficient ( ), serta panjang sumur horizontal
sehingga dapat diperoleh persamaan usulan laju alir minyak pada reservoir rekah alami yang diproduksikan
dengan sumur horizontal.Hasil analisa sensitivitas menunjukan bahwa semakin besar nilai storativity ratio maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan bertambah sebesar 0.5% sampai 1.8% dan semakin besar nilai
interporosity flow coefficient maka laju alir minyak yang dihasilkan akan berkurang sebesar 0.05% sampai 0.9%.
Sensitivitas juga dilakukan terhadap panjang sumur horizontal yang memberikan hasil bahwa semakin panjang
sumur horizontal maka laju alir minyak yang dihasilkan akan bertambah sebesar 10.3% sampai 18.9%.
Gabungan dari ketiga analisa tersebut akan membentuk persamaan usulan laju alir minyak dengan tingkat
keakuratan yang tinggi untuk kasus yang dikaji. Nilai indeks produktivitas reservoir tipe homogen (PI H) yang
didapat dari persamaan Joshi perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu sebelum digunakan pada persamaan
usulan laju alir minyak.
Kata kunci: sumur horizontal, storativity ratio, interporosity flow coefficient, persamaan aliran
Abstract
Parameters of oil flow rate on naturally fractured reservoir produced with horizontal well requires a special
relationship between naturally fractured reservoir parameters, namely the storativity ratio () and interporosity
flow coefficient () with a flow rate profiles. The use of horizontal well is required for developing a naturally
fractured reservoir in the basement reservoir which usually have a small matrix permeability. In conducting this
study, the author performs reservoir modeling, model validation by well testing, and sensitivity analysis.
Sensitivity analysis was conducted to find the relationship between oil flow rate, the value of storativity ratio ( ),
the value of interporosity flow coefficient (), and horizontal well length. Then, the proposed equation of oil flow
rate on naturally fractured reservoir produced with horizontal well can be obtained. Sensitivity analysis show that
increasing the value of storativity ratio will increase the oil flow rate by 0.5% to 1.8% and increasing the value
of interporosity flow coefficient will decrease the oil flow rate by 0.05% to 0.9%. Sensitivity was also conducted
on the horizontal well length that gives the result that increasing the length of the horizontal well will increase the
oil flow rate by 10.3% to 18.9%. The combined analysis of these three parameters will form the equation of oil
flow rate with high accuracy for the cases studied. The productivity index of homogeneous reservoir (PI H) which
is obtained from the Joshis equation require a correction before being used in the proposed equation.
Keywords: horizontal well, storativity ratio, interporosity flow coefficient, flow equation
1)
2)

ConocoPhilips Indonesia Inc. Ltd, Ratu Prabu 2 Building, Jl. TB. Simatupang Kav. 1B Jakarta 12560
email: aristya.hernawan@yahoo.com
Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.: +62 22-2504955, Fax.: +62 222504955

I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reservoir rekah alami adalah reservoir yang
memiliki karakteristik sistem batuan matriks
dan rekahan. Matriks dan rekahan tersebut
memiliki properti batuan yang berbeda
sehingga reservoir ini sering disebut sebagai
reservoir dual porosity. Hal inilah yang
membedakan reservoir rekah alami dengan
dengan reservoir pada umumnya. Studi tentang
reservoir rekah alami menyangkut tentang dua

parameter rekah alami, yaitu storativity ratio


dan interporosity flow coefficient.
Sebagai sumber cadangan hidrokarbon di
dunia, reservoir rekah alami sudah diketahui
sejak lama. Pada tahun 1956, misalnya, Knebel
dan Rodriques-Eraso melaporkan bahwa 41%
dari ultimate recovey yang ditemukan sampai
saat itu dikandung pada reservoir jenis ini.
Kemudian
Mc.
Naughton
dan
Garb
memperkirakan bahwa pada tahun 1975 saja,

127

Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji

produksi minyak dari reservoir ini telah


9
melebihi 40 x 10 STB.
Peningkatan cadangan migas pada reservoir
rekah
alami
harus
diiringi
dengan
perkembangan
teknologi
yang
dapat
memproduksikan reservoir tersebut pada laju
yang optimum. Penggunaan sumur horizontal,
dalam hal ini pada reservoir rekah alami, dapat
meningkatkan laju produksi minyak secara
signifikan. Menurut S.D.Joshi, penggunaan
sumur
horizontal
memiliki
beberapa
kekurangan dan kelebihan tersendiri (Joshi,
2003). Kekurangan dari sumur horizontal jika
dibandingkan dengan sumur vertikal adalah:
1. Biaya pemboran sumur horizontal lebih
besar.
2. Hanya satu zona pada satu waktu yang
dapat diproduksikan dengan menggunakan
sumur horizontal.
3. Kesuksesan pemboran sumur horizontal
hanya sebesar 65%. Hal ini memberikan
resiko awal yang lebih tinggi kepada
proyek tersebut.

dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan


dapat membantu dalam memprediksi laju alir
minyak sumur horizontal pada tahap awal.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian karya tulis ilmiah ini
adalah mendapatkan persamaan korelasi baru
untuk memperkirakan kinerja laju alir minyak
sumur horizontal pada reservoir tipe rekah
alami dengan menggunakan parameterparameter rekah alami, khususnya yaitu
storativity ratio dan interporosity flow
coefficient.
II. TEORI DASAR
Reservoir rekah alam adalah reservoir yang
memiliki karakterisitik sistim batuan matriks
dan rekahan dimana rekahan tersebut terjadi
secara alamiah dan secara signifikan
memberikan efek kepada aliran fluida yang
terjadi pada reservoir (Nelson, R.A., 2001).
Pada umunya, proses terbentuknya reservoir
rekah alami pada batuan karbonat terjadi
karena beberapa proses, yaitu pelarutan,
dolomitisasi dan aktivitas tektonik. Proses
pelarutan terjadi karena adanya air yang
bersifat asam yang akan melarutkan limestone
dan dolomite sehingga menyebabkan porositas
sekunder. Proses dolomitis terjadi pada batuanbatuan
karbonat.
Dolomitisasi
adalah
perubahan dari calcite menjadi dolomite:

Disamping kekurangannya, sumur horizontal


juga memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan
dengan
sumur
vertikal,
diataranya:
1. Sumur horizontal memberikan laju
produksi yang lebih besar.
2. Untuk memproduksikan sejumlah minyak
CaMg (CO3)2 + CaCl2
2 CaCO3 + MgCl2
yang sama dibutuhkan sumur horizontal
yang jumlahnya lebih sedikit.
Perubahan ini menyebabkan menyusutnya
3. Untuk beberapa proyek sumur horizontal,
volume batuan yang ada sehingga memperbaiki
biaya
pengembangan,
didefinisikan
porositas. Proses dolomitisasi sempurna bisa
sebagai biaya sumur dibagi cadangan
memperbaiki porositas sebesar 13%. Rekahan
sumur, memiliki harga 25% sampai 50%.
dan sesar terbentuk pada batuan yang
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik.
Persamaan korelasi usulan untuk meramalkan
kinerja laju alir minyak pada sumur horizontal
ini diperlukan karena peramalan dengan
Konsep dasar dari kelakuan aliran fluida pada
menggunakan simulasi reservoir membutuhkan
reservoir rekah alami pertama kali dikemukan
waktu yang lama dan biaya yang mahal. Untuk
oleh Muskat (1937), konsep ini dikenal sebagai
tahap awal diperlukan persamaan yang dapat
Double Porosity Concept ( Abdassah, D.,
dengan cepat menghitung kinerja laju alir
1998). Asumsi dari konsep dasar ini adalah
minyak pada sumur horizontal.
dimana matriks mengalirkan fluidanya kepada
rekahan-rekahan yang ada kemudian hanya
Ruang lingkup pembahasan penelitian ini
rekahan yang mengalirkan fluida tersebut ke
adalah melakukan pengamatan terhadap sumur
lubang bor, acuan ini dipakai oleh peneliti
minyak yang diproduksikan dari reservoir
dalam menerangkan pola aliran dan sentara
rekah alami, khususnya parameter-parameter
tekanan pada reservoir rekah alami. Model
rekah alami seperti storativity ratio dan
reservoir rekah alami mengasumsikan matriks
interporosity
flow
coefficient,
dalam
memiliki permeabilitas yang rendah tapi
hubungannya dengan laju produksi minyak.
memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup
Setelah didapatkan hubungan tersebut maka
besar,
sedangkan
fracture
memiliki
akan dikembangkan persamaan aliran sumur
permeabilitas yang tinggi tapi memiliki
horizontal pada reservoir rekah alami yang
kapasitas penyimpanan fluidanya rendah.
diharapkan mampu memberikan hasil yang
cepat dan cukup memadai. Persamaan yang

128

Pada saat pertama Muskat memperkenalkan


konsepnya, belum ada persamaan ataupun
korelasi yang dapat menerangkan kelakuan dari
sifat-sifat reservoir jenis ini secara kwantitatif.
Barulah 20 tahun kemudian tiga orang Rusia,
yaitu Barenblatt, Zheltov dan Kochina,

memperkenalkan konsep teori mengenai aliran


fluida bawah tanah pada reservoir air yang
bersifat porositas ganda. Kemudian pada tahun
1963 konsep ini dibawa kedunia teknik
Perminyakan oleh Warren dan Root (Abdassah,
1998).

Gambar 1. Ilustrasi skematik dari reservoir rekah alami


(Abdassah, 1998)
2.1
Gambar 1 adalah model yang di gunakan oleh
Warren dan Root dalam memodelkan reservoir
yang memiliki porositas ganda dimana
reservoir rekahan alami dianggap sebagai
sistem ideal yang dibentuk oleh kubus-kubus
yang memiliki ruas area yang sama dan
terpisahkan oleh jalur rekahan. Dalam
memecahkan masalah aliran dari matriks ke
rekahan, mereka menganggap bahwa aliran
dari matriks ke rekahan berada pada kondisi
pseudo steadystate. Model ini menggunakan
asumsi bahwa dalam suatu waktu produksi
tertentu, tekanan dalam matriks berkurang
dalam jumlah yang sama di setiap titik, dan
aliran dari matriks menuju rekahan adalah
proporsional terhadap perbedaan tekanan
matriks dan rekahan. Kekhususan model ini
adalah menggunakan asumsi aliran pseudo
steady state terjadi saat awal produksi.
Persamaan
diferensial
parsial
menerangkan sistim ini adalah:

PDj2
2

PDj
P
1
P

1 Dm
Df

rD
rD

PDm
P

t D

Dm

yang

(1)

tD

Storativity Ratio

Storativity ratio adalah ukuran dari kapasitas


penyimpanan fluida di dalam rekahan. Warren
dan Root mendefinisikan storativity ratio ()
dalam persamaan berikut:
fc f

f c m c m

(3)

Dari Persamaan (3) didapatkan apabila harga


mendekati 1, maka mCmmendekati 0, berarti
storage capacity pada matriks mendekati 0
artinya semua fluida terdapat pada rekahan
saja. Misalnya = 0.1, berarti storage
capacity matriks adalah 9 kalistorage capacity
rekahannya. Kalau = 0.01, maka storage
capacity matriksnya 99 kalistorage capacity
rekahannya. Kesimpulan, makin kecil harga
storage capacity ratio () maka storage
capacity matriksnya semakin besar, dan makin
kecil pulalah kontribusi rekahan terhadap total
storage dari sistim ini.
Dari harga storage capacity ratio () kita juga
bisa mengidentifikasi distribusi porositas di
dalam reservoir rekah alami, McNaughton dan

(2)

Df

t D
Dari persamaan di atas Warren dan Root
mengindentifikasi dua parameter yang
mengontrol kelakuan pada sistem porositas
ganda, yaitu storativity ratio dan interporosity
flow coefficient.

Garb (1975) menerangkan hubungan antara


distribusi porositas pada batuan rekah alami
dan akibatnya terhadap kapasitas penyimpanan
fluida. Hubungan tersebut diperlihatkan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Distribusi porositas pada batuan reservoir rekah alami


Dari gambar tersebut kita melihat berdasarkan
kapasitas penyimpanan fluida (storage
capacity) dibagi menjadi 3 tipe yaitu
(Abdassah, 1998):
Tipe A: Menunjukkan storage capacity
pada matriks yang tinggi jika di
bandingkan dengan storage capacity pada
rekahan.
Tipe B: Menunjukkan storage capacity
pada matriks dan rekahan hampir sama

besarnya.
Tipe C: Menunjukkan seluruh storage
capacityterdapat pada rekahan.

matriks. Dalam kasus tertentu dimana


permeabilitas matriks tidak diketahui, kita
dapat menghitung nilai menggunakan model
reservoir rekah alami yang kita gunakan.
Sebagai contoh, jika model reservoir rekah
alami kita adalah model kubus dengan arah x,
y, dan z, maka persamaan interporosity flow
coefficient menjadi:

60
L

2
m

r w2

km
k

(6)

2.2 Interporosity Flow Coefficient Interporosity


flow coefficient adalah koefisien perpindahan
fluida
dalam dua
media
penyimpanan yaitu matriks dan rekahan yang
memberikan suatu keberadaan dual porosity
dalam
reservoir.
Warren dan Root
mendefinisikan interporosity flow coefficient
(), dalam persamaan berikut:

km

(4)

Harga adalah block-shape parameter, harga


ini tergantung dari geometri dan karakter dari
bentuk sistem matriks-rekahan. Parameter
didefinisikan dengan persamaan di bawah ini:

4j(j2)
Lm2

(5)

Parameter Lm adalah fracture spacing dan j


adalah jumlah dimensi media permukaan blok

Gambar 3. Model sistem matrik-rekahan


Untuk model reservoir rekah alami yang
berbeda-beda seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3, persamaan interporosity flow
coefficient, menjadi:

Spherical matrix
blocks

r2
w

Horizontal strata
matrix blocks

15 k m

rm k f

12 k m

2
h f k f

(7)

(rectangular

slab)

(8)

Vertical cylinder matrix blocks

8 km

2
rm k f

(9)

r w2

Dapat dilihat bahwa apabila harga mengecil,


-3
maka km/kf mengecil. Misalnya = 10 ,
artinya permeabilitas matriksnya kurang lebih
1000 kali lebih kecil dari permeabilitas
2
rekahan dengan anggapan harga rw tetap. Jadi
semakin kecil harga , semakin kecil pula
harga permeabilitas matriksnya, yang juga
berarti kemampuan matriks melewatkan fluida
semakin sulit atau minyak dari matriksnya
sukar diproduksikan.
2.3 Pressure Transient Analysis

Dibawah ini adalah persamaan untuk reservoir


rekah alami pada saat infinite acting.

Pdf

Gambar 4 memperlihatkan PD versus tD untuk


berbagai macam harga storativity ratio dan
interporosity flow coefficient yang berbeda.
Untuk menerangkan arti fisik dan kurva PD
versus tD yang terjadi, dibuat idealisasi seperti
terlihat pada Gambar 5.

1
tD

lntD 0.80908 Ei

2
(1)

tD

(1)

(10)

Gambar 5. Karakteristik S shape dari


sistem porositas ganda dengan asumsi pseudo
steady state
Ciri khas yang terlihat pada Gambar 5 ini
adalah ada 3 segmen garis yang terjadi pada
PD versus log tD, yaitu segmen garis
pertama
ternyata dengan segmen garis terakhir (slope =
1.15) dipisahkan
oleh
garis
ditengahnya (transition period).

transisi

Garis dengan kemiringan 1.15 (angka ini


berasal dari 1/2 x 2.303), sebagai ciri solusi
untuk aliran radial didalam hubugan PD versus
log tD, dikenali sebagai akibat respons awal
yang cepat dari rekahan mengalirkan fluida
secara radial ke lubang bor. Perioda ini dikenal
sebagai fractured flow controlled period.
Setelah beberapa saat, penurunan tekanan yang
terjadi cukup untuk mulai mengalirkan fluida
dari matriks, sehingga kehilangan tekanan
yang terjadi
dapat
ditahan. Dengan
mengecilnya pressure drop, mengecil pulalah
PD sehingga kemiringan akan mulai berkurang
dari 1.15 sepanjang fluida yang mengalir dari
matriks mampu menahannya. Perioda ini
dikenal sebagai perioda transisi yang memiliki
titik belok yaitu disaat mana matriks mulai
melemah mengalirkan fluidanya.
Gambar 4. Kelakukan tekanan
drawdown teoritis pada reservoir
rekah alami

Pada suatu saat, tekanan pada matriks dan


rekahan akan mencapai keseimbangan, dan
sistim akhirnya akan kembali menunjukan

kemiringan 1.15 dan perioda akhir ini dikenal


sebagai
perioda
matrix-fracture
flow
composite.
Lamanya waktu respon tekanan mulai berubah
dari slope 1.15 adalah merupakan fungsi dari
inter-porosity flow coefficient ().Semakin
kecil makasemakin lama pulalah perioda
awal dengan slope 1.15. Sedangkan
panjangnya waktu perioda transisi ini
merupakan fungsi dari storativity ratio ().
Semakin kecil harga storativity ratio ()
makasemakin panjang perioda transisinya.
2.4 Persamaan Aliran Sumur Horizontal Sejak
tahun 1980, sumur horizontal mulai digunakan untuk meningkatkan produksi minyak.
Pada tahun 1991, Joshi membuat persamaan
untuk
mengestimasi
indeks
produktifitas (PI) untuk sumur horizontal pada
reservoir isotropik, dimana permeabilitas arah
x, y, dan z bernilai sama. Persamaannya adalah
sebagai berikut (Ahmed, 2005):
Jh

0.00708 hk h
h h
o B o lnR ln

2r
L

(11)

L 2

(12)

Harga a adalah setengah dari harga sumbu


utama pada elips pengurasa yang dapat
diperoleh dari persamaan berikut (Ahmed,
2005):
0.5

a L
2 0.5

0.25 2re L

(13)

Harga reh adalah jari-jari pengurasan sumur


horizontal (ft) yang dapat diperoleh dari
persamaan berikut (Ahmed,
2005):
reh

43560 A

13

Langkah ketiga adalah analisa sensitivitas


dengan melakukan beberapa perubahan pada
parameter-parameter reservoir minyak rekah
alami agar didapat kelakuan yang bervariasi
dari laju alir minyak. Hasil sensitivitas inilah
yang digunakan untuk membuat persamaan
aliran untuk sumur horizontal pada reservoir
rekah alami.

pengurasan

Untuk mencapai tujuan dari karya tulis ini,


yaitu mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami, perlu
dilakukan studi pemodelan dan simulasi
reservoir dengan model numerik. Software
yang digunakan adalah simulator komersial.
Metode pemodelan kasus dasar dilakukan
dengan menggunakan bentuk kartesian dengan
ukuran grid reservoir mengecil saat mendekati
lubang sumur. Hal ini ditujukan agar
pembacaan data yang dilakukan oleh simulator
tersebut menjadi lebih akurat. Persamaan
untuk membuat variasi ukuran grid pada arah j
yang
digunakan adalah sama seperti yang digunakan
untuk
sumur
vertikal
(Aziz,
1979).
Persamaannya adalah sebagai berikut:

ri rw
i1

N11

(15)

(14)

Dimana i = 1,2,3,...,N dan N menyatakan


banyak-nya grid yang ingin dibuat. Model
kartesian ini memiliki arah i, j, dan k dimana

sumur

jumlah grid total sebanyak 9800 buah


(40*49*5). Model kasus dasar yang digunakan
ditampilkan pada Gambar 6 sampai Gambar 9
dan ukuran grid yang digunakan akan
ditampilkan pada Tabel 1.

A adalah luas area


horizontal (acres).

Langkah kedua adalah melakukan validasi


model reservoir dengan cara melakukan studi
pengujian sumur (well testing analysis) dengan
menggunakan software komersial. Prosedur ini
perlu dilakukan agar model kasus dasar
(basecase) yang digunakanuntuk studi
sensitivitas merupakan model yang valid dan
dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya
di reservoir rekah alami tersebut.

3.1 Simulasi Reservoir

dimana:

III. METODOLOGI PENELITIAN Langkah


pertama
yang dilakukan untuk
mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami adalah
dengan melakukan pemodelan reservoir
menggunakan software komersial. Data-data
yang digunakan dalam memodelkan reservoir
ini adalah data hipotetik.

Tabel-1. Ukuran grid untuk pemodelan reservoir


Ukuran Grid (feet)

Ukuran Grid (feet)

No

No
i

100

212.301

100

26

100

0.101

100

152.205

100

27

100

0.140

100

109.121

100

28

100

0.196

100

78.232

100

29

100

0.273

100

56.087

100

30

100

0.381

100

40.211

31

100

0.532

100

28.828

32

100

0.741

100

20.668

33

100

1.034

100

14.818

34

100

1.443

10

100

10.623

35

100

2.012

11

100

7.616

36

100

2.807

12

100

5.460

37

100

3.915

13

100

3.915

38

100

5.460

14

100

2.807

39

100

7.616

15

100

2.012

40

100

10.623

16

100

1.443

41

14.818

17

100

1.034

42

20.668

18

100

0.741

43

28.828

19

100

0.532

44

40.211

20

100

0.381

45

56.087

21

100

0.273

46

78.232

22

100

0.196

47

109.121

23

100

0.140

48

152.205

24

100

0.101

49

212.301

25

100

0.510

Gambar 6. Model Basecase dalam Arah I dan J

Gambar 7. Model Basecase dalam Arah I dan K

Gambar 8. Model Basecase dalam Arah J dan K

Gambar 9. Model basecase dalam bentuk tiga dimensi


Model kasus dasar yang digunakan ada dua
macam, yaitu kasus dasar homogen dan kasus
dasar rekah alami. Baik data properti fisik
batuan maupun data fluida reservoir untuk
kedua kasus dasar ini adalah sama dan dapat
dilihat pada Tabel 2. Perbedaan antara kedua
kasus dasar ini adalah pada kasus dasar rekah
alami
ditambahkan
parameter-parameter
reservoir rekah alami, yaitu porositas rekahan

(f) dan permeabiltias rekahan (kf). Pada kasus


dasar rekah alami, dengan memasukan nilai
porositas rekahan (f) sebesar 0.016% maka
dapat dihitung nilai storativity ratio () yaitu
sebesar 0.1 dan dengan memasukan nilai
permeabiltias rekahan (kf) sebesar 305.83 md
maka dapat dihitung nilai interporosity flow
coefficient () yaitu sebesar 0.0001.

Tabel-2. Sifat fisik batuan dan fluida reservoir untuk pemodelan basecase
Properti

Satuan

Nilai

Zona Interval

ft

8990 -10007

Temperatur

321

F
Psia

4745

Tekanan Bubble Point

Psia

4425

Spesific Grafity Oil


Spesific Grafity Gas

API

38.6
0.8104

Solution GOR
Fracture Spasing, lm

SCF/STB
ft

1296.49
30

Kompressibilitas Air (Cw)

1/Psia

3.758E-6

Kompressibilitas Matriks (Cm)

1/Psia

4.862E-6

Kompressibilitas Rekahan (Cf)

1/Psia

3.352E-4

Radius Sumur (rw)

ft

0.255

Tekanan Inisial

Porositas Rekahan

0.00016

Porositas Matriks

0.1

Permeabilitas Matriks (km)

md

7.055

Permeabilitas Rekahan (kf)

md

305.83

Panjang Sumur Horizontal, L

ft

1200

Sw

50

So

50

terhadap tekanan disajikan dalam Gambar 10


sampai Gambar 12. Hubungan permeabilitas
relatif terhadap saturasi dapat dilihat pada
Gambar 13 dan 14.

Kedua model kasus dasar ini menggunakan


minyak dengan properti fluida yang sama agar
dapat lebih mudah dibandingkan. Data PVT
untuk minyak dan gas dapat dilihat pada Tabel
3. Gambar hubungan proporti fluida reservoir

Tabel 3. Data PVT minyak dan gas


P
(psi)

Rs
(ft3/bbl)

Bo
(bbl/STB)

Eg
(ft3/bbl)

Viso
(cp)

Visg
(cp)

Co
(1/psi)

14.696

3.56793

1.13727

3.75362

0.993679

0.014761

3.00E-05

308.716

45.8028

1.15742

80.3404

0.832427

0.014995

3.00E-05

602.737

97.9812

1.18283

159.545

0.7105

0.015364

3.00E-05

896.757

155.606

1.2115

240.917

0.622488

0.01583

3.00E-05

1190.78

217.182

1.2428

323.84

0.556689

0.016382

3.00E-05

1484.8

281.913

1.27638

407.548

0.505676

0.017015

3.00E-05

1778.82

349.293

1.312

491.178

0.464901

0.017722

3.00E-05

2072.84

418.968

1.34952

573.851

0.431487

0.018494

3.00E-05

2366.86

490.679

1.3888

654.748

0.403543

0.019323

3.00E-05

2660.88

564.221

1.42974

733.182

0.37978

0.020199

3.00E-05

2954.9

639.434

1.47225

808.631

0.359285

0.021113

3.00E-05

3248.92

716.185

1.51627

880.752

0.341398

0.022056

2.99E-05

3542.94

794.361

1.56173

949.358

0.325627

0.023018

2.68E-05

3836.96

873.87

1.60858

1014.39

0.3116

0.023993

2.41E-05

4130.98

954.629

1.65676

1075.9

0.299028

0.024975

2.19E-05

4425

1036.57

1.70624

1133.99

0.287683

0.025957

2.01E-05

4600

1085.87

1.73628

1167.01

0.281437

0.026541

1.91E-05

4775

1135.56

1.76676

1198.9

0.275529

0.027124

1.82E-05

4950

1185.62

1.79767

1229.71

0.269931

0.027704

1.74E-05

5125

1236.04

1.829

1259.48

0.264617

0.028281

1.66E-05

5300

1286.81

1.86074

1288.26

0.259565

0.028854

1.59E-05

Gambar 10. Kurva Rs dan Bo terhadap tekanan

Gambar 11. Kurva Eg terhadap tekanan

Gambar 12. Kurva viskositas minyak dan gas terhadap tekanan

Gambar 13. Kurva permeabiltias relatif terhadap saturasi pada sistem matriks

Gambar 14. Kurva permeabiltias relatif terhadap saturasi pada sistem rekahan
Model reservoir yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah model minyak dan air, namun
tenaga pendorong dalam model ini bukanlah
tenaga pendorong air (water drive) melainkan
tenaga pendorong gas terlarut (solution gas
drive) karena pemodelan tidak dilengkapi
dengan aquifer. Pada bagian perforasi,
pemodelan dilakukan dengan mengguna-kan
sumur horizontal dengan panjang 1200 feet
dan perforasi dilakukan pada puncak reservoir.
Batasan operasi yang digunakan selama
pemodelan adalah tekanan dasar sumur
minimum yaitu sebesar 100 psi.
3.2 Validasi Model Reservoir

Validasi model diperlukan untuk menguji

apakah model kasus dasar yang dibuat


merepresentasikan keadaan sebenarnya di
reservoir. Salah satu cara untuk memvalidasi
model adalah dengan melakukan pengujian
sumur (well testing). Baik pada model kasus
dasar homogen maupun kasus dasar rekah
alami dilakukan pengujian dengan cara
membuka sumur selama 72 jam lalu menutup
sumur selama 48 jam sambil dibaca perubahan
tekanan di dasar sumur sebagai fungsi dari
waktu. Untuk validasi model ini digunakan
software
komersial
pengujian
sumur.
Parameter-parameter yang dihasilkan lalu
dibandingkan dengan masukan pada model.
Apabila nilainya sama atau hampir mendekati,
maka model dapat dikatakan valid.

Gambar 15. Log-Log plot pressure build up test basecase homogen

Gambar 16. Log-Log plot pressure build up test basecase fractured

Hasil
Pengujian
Pressure Build
Up
ditampilkan pada Gambar 15 dan Gambar 16.
Pengujian Pressure Build Up ini memberikan
hasil yang cukup baik karena tidak jauh
berbeda dengan parameter yang menjadi
masukan di simulator. Sebagai contoh pada
kasus dasar rekah alami, nilai masukan untuk
storativity ratio () adalah

0.1, sedangkan yang dihasilkan dari Pengujian


Pressure Build Up adalah 0.11. Nilai masukan
untuk interporosity flow coefficient () adalah
0.0001, sedangkan yang dihasilkan dari
Pengujian Pressure Build Up adalah 0.00033.
Hasil selengkapnya dari Pengujian Pressure
Build Up dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Hasil analisa pengujuan pressure build up basecase homogen


Properti

Satuan

Nilai

Keadaan Sumur

Horizontal

Reservoir

Homogeneous

Batasan

Rectangle, No flow

C (wellbore Storage)

bbl/psi

Total Skin

0.0142
-1.91

Delta P Skin

psia

-22.8664

P*

Psia

4740.48

md

7.3

Tabel 5. Hasil analisa pengujuan pressure build up basecase fractured


Properti

Satuan

Nilai

Keadaan Sumur

Horizontal

Reservoir

Two porosity PSS

Batasan
C (wellbore Storage)
Total Skin
Delta P Skin
P*
K
Storativity Ratio ()
Interporosity Flow Coefficient ()

Selain itu, hal-hal lain yang dapat menunjang


kevalidan model ini adalah adanya faktor skin
yang bernilai negatif. Skin negatif merupakan
ciri dari sumur horizontal yang disebabkan
oleh geometri lubang sumur. Sumur horizontal
akan memberikan efek merekahkan reservoir
sehingga skin di sekitar lubang sumur akan
bernilai negatif dan akan meningkatkan faktor
perolehan minyak.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
telah disebutkan sebelumnya, maka model
kasus dasar reservoir minyak rekah alami yang
diproduksikan dengan sumur horizontal ini
dianggap valid untuk dilakukan studi lebih
lanjut.

bbl/psi
psia
Psia
md

Rectangle, No flow
1.53
-2.88
-1.03088
3681.8
306
0.11
0.000333

3.3 Analisa Sensitivitas

Analisa
sensitivitas
memiliki
peranan
terpenting dalam pembuatan karya tulis ini.
Analisa sensitivitas dilakukan pada beberapa
parameter rekah alami, seperti storativity ratio
() dan interporosity flow coefficient (), serta
dilakukan analisa sensitivitas terhadapat
panjang horizontal sumur. Ketiga parameter
tersebut akan berpengaruh pada laju alir
minyak dari sumur tersebut. Data laju alir
minyak yang diperoleh akan dianalisa untuk
mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami.
Pada analisa sensitivitas ini, nilai storativity
ratio () divariasikan mulai dari 0.1 sampai
0.9

3.
dengan kelipatan 0.1. Nilai interporosity flow
coefficient () divariasikan mulai dari E-04
sampai E-07 dengan kelipatan E-01.
Sedangkan panjang sumur horizontal (L)
divariasikan mulai dari 800 ft sampai 2000 ft
dengan kelipatan 200 ft.

4.

Laju alir yang dihasilkan dari kasus fractured


akan dibandingkan dengan laju alir dari kasus 4.1
homogen. Laju alir minyak yang dibandingkan
adalah laju alir minyak pada dimana late-time
radial flow atau pseudo- radial terjadi.
Persamaan yang digunakan dalam pembuatan
karya tulis ini adalah Persamaan Goode dan
Thambynayagam.
Persamaannya
adalah
sebagai berikut (Chaudhry, 2004):
t

1.

297.0L x1

2.095

L0.095 o
ct

(16)

Lxd
kx
Asumsi yang digunakan dalam analisa
sensitivitas ini adalah sebagai berikut:
Penyebaran rekahan homogen atau merata di seluruh
reservoir.
2. Perubahan nilai storativity ratio () hanya
dipengaruhi oleh perubahan nilai porositas
rekahan (f).

Perubahan nilai interporosity flow


coefficient () hanya dipengaruhi oleh
perubahan nilai permeabiltas rekahan (kf).
Parameter-parameter selainstorativity ratio
(), nilaiinterporosity flow coefficient (),
dan panjang horizontal sumur (L)
dianggap tetap.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sensitivitas Storativity Ratio

Untuk
melakukan
tahapan
sensitivitas
storativity ratio diperlukan pemahaman
terhadap beberapa parameter pembentuk
persamaan storativity ratio. Dari persamaan
(3) dapat dilihat bahwa nilai storativity
ratio
dipengaruhi oleh nilai porositas rekahan (f),
kompresibilitas rekahan (cf), porositas matriks
(m), dan kompresibilitas matriks (cm). Studi
sensitivitas storativity ratio pada karya tulis ini
hanya melakukan perubahan terhadap satu
parameter, yaitu porositas rekahan sedangkan
parameter-parameter lain bernilai tetap. Nilai
porositas rekahan yang dipakai untuk
sensitivitas storativity ratio dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Nilai porositas rekahan (f) untuk sensitivitas storativity ratio ()

14

Storativity
Ratio ()

Kompresibilitas
-1
Matriks (psi )

Kompresibilitas
-1
Rekahan (psi )

Porositas
Matriks

Porositas
Rekahan

0.1

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00016

0.2

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00036

0.3

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00062

0.4

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00097

0.5

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00145

0.6

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00218

0.7

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00338

0.8

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.00580

0.9

4.862E-6

3.352E-4

0.1

0.01305

PIF/PIH

Interporosity Flow Coefficient () = E04

1.700
1.650
1.600
1.550
1.500
1.450
1.400
1.350
1.300

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft Lh = 1400 ft Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft

0.2

0.4

0.6

0.8

Lh = 2000 ft

StorativityRatio
()

Gambar 17. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = E-04

PIF/PIH

Interporosity Flow Coefficient () = E05

1.700
1.650
1.600
1.550
1.500
1.450
1.400
1.350
1.300

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft

0.2

0.4

0.6

0.8

Lh = 2000 ft

StorativityRatio
()

Gambar 18. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = E-05

PIF/PIH

Interporosity Flow Coefficient () = E06

1.700
1.650
1.600
1.550
1.500
1.450
1.400
1.350
1.300

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft Lh = 1400 ft Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft

0.2

0.4

0.6

0.8

Lh = 2000 ft

StorativityRatio
()

Gambar 19. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = E-06

Interporosity Flow Coefficient () = E07

1.700
1.650
1.600
1.550
1.500
1.450
1.400
1.350
1.300

PIF/PIH

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft Lh = 1400 ft Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft

0.2

0.4

0.6

0.8

Lh = 2000 ft

StorativityRatio
()

Gambar 20. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = E-07


Hasil dari sensitivitas storativity ratio untuk
nilai interporosity flow coefficient yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 17 sampai
20 diatas. Dari gambar tersebut tampak bahwa
semakin besar nilai storativity ratio, maka laju
alir minyak yang dihasilkan akan semakin
besar sehingga membuat nilai perbandingan
Productivity
IndexFractured
terhadap
Productivity IndexHomogen (PIF/PIH) menjadi
semakin besar pula. Hal ini dikarenakan
storativity ratio merupakan ukuran dari
kapasitas penyimpan fluida di dalam rekahan
dan apabila nilai storativity ratio membesar
berarti semakin banyak fluida yang tersimpan
didalam rekahan yang dapat diproduksikan.
Perioda aliran awal pada reservoir rekah alami
dikenal sebagai fractured flow controlled
period dimana fluida yang ada di rekahan
mengalir secara radial ke lubang sumur. Dari
pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa laju alir fluida pada periode awal
ditentukan oleh banyaknya fluida dalam
rekahan yang dipengaruhi oleh nilai storativity
ratio.

perpindahan fluida dalam dua media


penyimpanan, yaitu matriks dan rekahan yang
menunjukan ukuran kemudahan fluida untuk
mengalir dari matriks menuju rekahan. Untuk
melakukan tahapan sensitivitas pada nilai
Interporosity flow coefficient diperlukan
pemahaman tentang beberapa parameter
pembentuk interporosity flow coefficient
tersebut. Dari persamaan (4) dapat dilihat
bahwa nilai interporosity flow coefficient
dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu
perbandingan permeabiltias matriks (km) dan
permeabiltias rekahan (kf), serta block-shape
parameter () yang tergantung dari geometri
dan karakter dari bentuk sistem matriksrekahan. Karena model reservoir alami yang
dibuat pada karya tulis ini adalah model kubus,
maka
persamaan
interporosity
flow
coefficientjuga dipengaruhi oleh fracture
spacing (Lm). Studi sensitivitas interporosity
flow coefficient pada karya tulis ini hanya
melakukan perubahan terhadap satu parameter,
yaitu
permeabiltias
rekahan
sedangkan
parameter-parameter lain bernilai tetap. Nilai
permeabilitas rekahan yang dipakai untuk
sensitivitas interporosity flow coefficient dapat
dilihat pada Tabel 7.

4.2 Sensitivitas
Interporosity
Flow
Coefficient
Interporosity flow coefficient adalah koefisien

Tabel 7. Nilai permeabiltias rekahan untuk sensitivitas interporosity flow coefficient ()


Interporosity Flow
Coefficient ()

Fractured
Spacing (ft)

Jari-jari
Sumur (ft)

Permeabilitas
Matriks (md)

Permeabilitas
Rekahan (md)

0.0001

30

0.255

7.055

305.83

0.00001

30

0.255

7.055

0.000001

30

0.255

7.055

0.0000001

30

0.255

7.055

3058.34
30583.43
305834.25

Pif/Pih

StorativityRatio () =
0.1

1E-07

1E-06

1.7
1.65
1.6
Lh = 800 ft
1.55
Lh = 1000 ft
1.5
1.45
Lh - 1200 ft
1.4
1.35 Lh = 1400 ft
0.0001 Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft Lh = 2000 ft

1E-05

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar-21. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.1


StorativityRatio () =
0.2

1.65

Pif/Pih

1.6
1.55

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft

1.45
1.5
1.4
1E-07

1E-06

1E-05

1.35
0.0001

Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 22. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.2


StorativityRatio () =
0.3

1.65

Pif/Pih

1.6
1.55
1.451.5
1.4

1E-07

1E-06

1E-05

1.35
0.0001

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft

Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 23. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.3

StorativityRatio () =
0.4

1.65

Pif/Pih

1.6
1.55
1.5
1.45

1E-07

1E-06

1E-05

1.4
1.35
0.0001

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft

Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 24. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.4


StorativityRatio () =
0.5

1.65

Pif/Pih

1.6
1.55
1.5
1.45
1.4

1E-07

1E-06

1E-05

1.35
0.0001

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft

Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft

Lh = 2000 ft

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 25. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.5

Pif/Pih

StorativityRatio () =
0.6

1E-07

1E-06

1.7
1.65
1.6
1.55
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
1.5
1.45
Lh - 1200 ft
1.4
1.35 Lh = 1400 ft
0.0001 Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft Lh = 2000 ft

1E-05

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 26. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.6

StorativityRatio () =
0.7

Pif/Pih

1.7
1.65
1.6
1.55
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
1.5
1.45
Lh - 1200 ft
1.4
1.35 Lh = 1400 ft
0.0001 Lh = 1600 ft Lh = 1800 ft Lh = 2000 ft

1E-07

1E-06

1E-05

Interporosity Flow Coefficient


()

Gambar 27. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.7

Pif/Pih

StorativityRatio () =
0.8

1E-07

1E-06

1E-05

1.7
1.65
1.6
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
0.0001

Interporosity Flow Coefficient


()

Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft

Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 2000 ft

Gambar 28. Grafik hubungan dan PIF/PIH untuk = 0.8


Hasil dari sensitivitas interporosity flow
coefficient untuk nilai storativity ratio yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 21 sampai
28 diatas. Dari gambar tersebut tampak bahwa
semakin kecil nilai interporosity flow
coefficient, maka laju alir minyak yang
dihasilkan akan semakin besar sehingga
membuat nilai perbandingan Productivity
IndexFractured
terhadap
Productivity
IndexHomogen (PIF/PIH) menjadi semakin
besar pula. Hal ini dikarenakan interporosity
flow coefficientmerupakan ukuran perpindahan
fluida dalam sistem matriks dan rekahan.
Apabila nilai interporosity flow coefficient ()
mengecil, maka perbandingan permeabilitas
matriks dan permeabiltias rekahan (k m/kf)
mengecil
pula
sehingga
untuk
nilai
permeabilitas matriks (km) yang tetap akan
diperoleh nilai permeabiltias rekahan (k f) yang
besar. Permeabiltias rekahan yang lebih besar
mengindikasikan kemampuan rekahan untuk
melewatkan fluida yang lebih baik sehingga
fluida
dapat
dengan
lebih
mudah
diproduksikan.

4.3 Sensitivitas Panjang Sumur Horizontal


Panjang sumur horizontal (Lh) berpengaruh
pada besarnya laju alir minyak yang dihasilkan
olehsuatu sumur produksi.
Hasil
dari
sensitivitas panjang sumur horizontal dapat
dilihat pada Gambar 17 sampai Gambar 28.
Dari gambar tersebut tampak bahwa semakin
panjang sumur horizontal tersebut maka nilai
perbandingan
antara
Productivity
IndexFractured
terhadap
Productivity
IndexHomogen (PIF/PIH) menjadi semakin
kecil. Mengecilnya
nilai
perbandingan
(PIF/PIH) seiring dengan
bertambah-nya
panjang sumur horizontal bukanlah akibat dari
mengecilnya laju alir minyak. Laju alir minyak
tetap bertambah seiring dengan bertambahnya
panjang sumur horizontal, namun pada kasus
model rekah alami pertambahan laju alir
minyak karena pertambahan panjang horizontal
sumur tidak sebesar pada kasus model
homogen. Hal
inilah
yang membuat
perbandingan antara
Productivity
Index Fractured
terhadap
Productivity
Index Homogen (PIF/PIH)
menjadi semakin kecil seiring dengan
bertambahnya panjang sumur horizontal.

4.4
Persamaan Aliran Usulan untuk Sumur
Horizontal pada Reservoir Rekah Alami Hasil
analisa sensitivitas untuk model homogen dapat
dilihat pada Tabel 8, sedangkan hasil analisa
sensitivitas
untuk model rekah
alamiyang dilakukan pada beberapa parameter
rekah alami, seperti storativity ratio (),
interporosity flow coefficient (), serta panjang
sumur horizontal dapat dilihat pada Tabel 9.
Pada karya tulis ini, digunakan perbandingan

antara Productivity IndexFractured terhadap


Productivity IndexHomogen (PIF/PIH) untuk
menghitung persamaan aliran usulan untuk
sumur horizontal pada reservoir rekah alami.
Persamaan tersebut mengikuti hubungan di
bawah ini:

L L
ab
PI F
x1
xd

c
L
PI H C 1
h

Tabel 8. Hasil analisa sensitivitas homogen model


Pwf
Qo
Pr
t
(hari)
(STB/D)
(psi)
(psi)
7.965
19696.49
4429
100
6.812
23823.12
4415
100
5.794
28074.34
4403
100
4.888
33067.93
4410
100
4.082
38178.5
4387
100
3.364
44220.14
4438
100
2.727
49831.16
4453
100

Lh
(ft)
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000

P
r
Pi

(17)

PIH
(STB/D/psi)
4.55
5.52
6.52
7.67
8.91
10.19
11.45

Tabel 9. Hasil analisa sensitivitas fractured model


Storativity Interporosity Flow
Ratio ()
Coefficient ()

Lh
(ft)

t
(hari)

Qo
(STB/D)

Pr
(psi)

Pwf
(psi)

PIF
PIF/ PIH
(STB/D/psi)

0.1

1E-04

800

7.965

30707.05

4297

100

7.32

1.608

0.2

1E-04

800

7.965

30708.42

4308

100

7.30

1.604

0.3

1E-04

800

7.965

30807.28

4327

100

7.29

1.602

0.4

1E-04

800

7.965

31097.11

4352

100

7.31

1.607

0.5

1E-04

800

7.965

31425.50

4378

100

7.35

1.615

0.6

1E-04

800

7.965

31950.62

4422

100

7.39

1.625

0.7

1E-04

800

7.965

32533.69

4476

100

7.43

1.634

0.8

1E-04

800

7.965

33386.42

4555

100

7.49

1.647

0.9

1E-04

800

7.965

34229.1

4657

100

7.51

1.651

Tabel 10. Hasil analisa logaritmik


Log
(PIF/PIH)
(PIF/PIH) (PIF/PIH)
Korelasi
Korelasi

Log
(PIF/PIH)

Log

Log
(1-)

Log

Log
(Lx/Lh)

Log
(Pr/Pi)

0.206

-1

-0.046

-4

0.602

-0.043

0.210

1.608

1.623

0.958

0.205

-0.69897

-0.097

-4

0.602

-0.042

0.212

1.604

1.631

1.662

0.205

-0.52288

-0.155

-4

0.602

-0.040

0.214

1.602

1.635

2.085

0.206

-0.39794

-0.222

-4

0.602

-0.038

0.215

1.607

1.639

1.970

0.208

-0.30103

-0.301

-4

0.602

-0.035

0.216

1.615

1.645

1.882

0.213

-0.1549

-0.523

-4

0.602

-0.025

0.218

1.634

1.651

1.039

0.217

-0.09691

-0.699

-4

0.602

-0.018

0.219

1.647

1.656

0.522

0.218

-0.04576

-1.000

-4

0.602

-0.008

0.225

1.651

1.678

1.616

Error
(%)

Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja


Laju Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas
Terlarut
Untuk mendapatkan nilai C (konstanta), a, b, c,
Dengan memasukan definisi Productivity
d, dan e diperlukan pendekatan secara
Index ke persamaan (18), maka persamaan
logaritmik seperti yang ditampilkan pada Tabel
tersebut beruabah menjadi:
10. Dari hasil pendekatan tersebut nilai-nilai

c = 1.85049E-03
d = 0.10785
e = - 1.07981

PIF = PIH
L
L

1 b c

PIF/PIH Simulasi

PI

(20)

P P

C = 1.23145
a = 1.25669E-03
b = 5.32036 E-02

sebagai berikut:

dimana:

x1

xd

d P e
r

P

wf

Q = (PIH) (Pr Pwf)

(21)

(18)

Persamaan (21) adalah persamaan usulan yang


disampaikan dalam karya tulis ini yang dapat
digunakan untuk meramalkan kinerja laju alir
minyak sumur horizontal pada reservoir tipe
rekah alami. Perbandingan hasil korelasi dan

(19)

simulsi (PIF/PIH) ditampilkan pada Gambar 30.

1.700

Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


Gambar 30. Perbandingan (PIF/PIH) korelasi dan simulasi

1.600

1.500

1.400

1.300

PIF/PIH Korelasi

Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja


Laju Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas
yang tinggi, maka perlu diperhatikan batasanTerlarut
batasan sebagai berikut:
4.5 Validasi dan Batasan Korelasi
1. Fluida reservoir yang mengalir adalah
Untuk menguji apakah persamaan usulan
minyak.
tersebut valid untuk diterapkan lebih lanjut,
maka dilakukan validasi persamaan usulan
2. Storativity ratio () memiliki rentang nilai
tersebut dengan membandingkan hasil dari
antara 0.1 sampai 0.9.
persamaan dengan hasil dari simulasi reservoir
3. Interporosity flow coefficient () memiliki
dengan menggunakan software komersial.
rentang nilai antara E-04 sampai E-07.
Contoh validasi persamaan adalah sebagai
4. Panjang sumur horizontal (LH) memiliki
berikut:
rentang nilai antara 800 ft sampai 2000 ft.
Contoh I:
5. Letak sumur horizontal berada pada
Diketahui :
puncak reservoir.
= 0.35
4.6 Peramalan Laju Alir Minyak Sumur Hori = 5.3E-5
zontal Pada Reservoir Tipe Rekah Alami
Lh = 1400 ft
Peramalan laju alir minyak sumur horizontal
PIH = 7.67 STB/D/psi
pada reservoir rekah alami dapat dilakukan
Diperoleh:
dengan menggunakan persamaan (21). Nilai
PIF simulasi = 11.56159149 STB/D/psi
parameter-parameter yang digunakan pada
PIF korelasi = 11.53570122 STB/D/psi
peramalan ini adalah sebagai berikut:
Error = 0.224 %
= 0.1
= 0.0001

Contoh II:
Diketahui :
= 0.11
= 1.13E-6
Lh = 1600 ft
PIH = 8.91 STB/D/psi
Diperoleh:
PIF simulasi = 13.06761588 STB/D/psi
PIF korelasi = 12.99062527 STB/D/psi
Error = 0.589 %
Berdasarkan hasil validasi kedua contoh diatas,
dapat dikatakan bahwa persamaan aliran usulan
untuk sumur horizontal pada reservoir rekah
alami yang disampaikan pada persamaan (17)
adalah cukup valid dan
memberikan
keakuratan yang cukup tinggi. Agar persamaan
(17) tersebut dapat berlaku dengan keakuratan

Lh = 1200 ft
Nilai indeks produktivitas reservoir tipe
homogen (PIH) didapat dari persamaan Joshi
seperti pada persamaan (11). Hasil peramalan
laju alir tersebut kemudian dibandingkan
dengan laju alir keluaran dari simulator seperti
yang terlihat pada Gambar 31. Dari Gambar 31
dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup
besar antara hasil korelasi dan simulasi. Hal ini
dikarenakan nilai PIH dari simulator yang
digunakan untuk membentuk persamaan (21)
tidak sama dengan nilai nilai PIh Joshi. Oleh
karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap
nilai PIH Joshi sebelum digunakan pada
persamaan (21). Koreksi untuk PIH Joshi
adalah sebagai berikut:

PI

30 .246

h PI

Joshi

0 .561

Pwf (psi)

simulatorkorelasi
2000
1500
1000
500
0 0

50000
Q (stb/day)

100000

Gambar 31. Perbandingan kinerja laju alir minyak korelasi dan simulsi
terhadap tekanan alir dasar sumur (Pwf)

(22)

Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji

Pwf (psi)

simulatorkorelasi
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

010000 20000 30000 40000 50000 60000


Gambar 32. Perbandingan kinerja laju alir minyak korelasi dan simulsi
terhadap tekanan alir dasar sumur (Pwf) setelah koreksi
Dengan melakukan koreksi terhadap nilai PIH
Joshi sebelum digunakan ke dalam persamaan
(21) maka hasil peramalan laju alir minyak
akan menjadi lebih baik. Penyimpangan laju
alir minyak maksimal setelah dilakukan
koreksi adalah sebesar 4.75%. Hasil peramalan
setelah dilakukan koreksi dapat dilihat pada
Gambar 32.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar nilai storativity ratio maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan
bertambah sebesar 0.5% sampai 1.8%.
2. Semakin besar nilai interporosity flow
coefficient maka laju alir minyak yang
dihasilkan akan berkurang sebesar 0.05%
sampai 0.9%.
3. Semakin panjang sumur horizontal maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan
bertambah sebesar 10.3% sampai 18.9%.
4. Untuk selang data dan kondisi batasan
yang digunakan, persamaan korelasi
usulan untuk meramalkan kinerja laju alir
minyak sumur horizontal pada reservoir
tipe rekah alami yang dikaji pada karya
tulis ini memiliki tingkat keakuratan yang
tinggi.
5. Diperlukan koreksi terhadap nilai PIH
Joshi sebelum digunakan ke dalam
persamaan
korelasi
usulan
untuk
meramalkan laju alir minyak sumur
horizontal pada reservoir tipe rekah alami.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan studi lebih
lanjut
mengenai pengaruh properti reservoir
seperti permeabili-tas absolut dan fluida
reservoir dua fasa.

2.

Pemodelan reservoir pada penelitian ini


hanya menggunakan satu model, yaitu
Model Warren dan Root. Perlu dilakukan
studi lebih lanjut dengan menggunakan
model-model lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdassah, D., 1998. Analisa Transient
Tekanan, Diktat Kuliah.
2. Ahmed, T., 2005. Advanced Reservoir
Engineer-ing,
Gulf
Professional
Publishing, Houston.
3. Aziz, K. And Settari, A., 1979. Petroleum
Reservoir Simulation, Applied Science
Publishers, London dan New York.
4. Chaudhry, A.U., 2004. Oil Well Testing
Handbook, Gulf Professional Publishing,
Houston.
5. Ginting, L.G., 2009. Persamaan Usulan
Baru Untuk Estimasi Perolehan Produksi
Gas Saat Akhir Plateau Rate Pada
Reservoir
Rekah
Alami
yang
Diproduksikan dengan Sumur Horizontal,
Tugas Akhir.
6. Joshi, S. D., 2003. Cost/Benefits of
Horizontal Wells, SPE 83621, Presented at
the SPE Western Regional/AAPG Pacific
Section Joint Meeting held in Long Beach,
California, U.S.A., 1924.
7. Nelson, R.A., 2001. Geologic Analysis of
Naturally Fracture Reservoir, Gulf
Professional Publishing, Houston.
DAFTAR SIMBOL
Bo
= Faktor volume formasi minyak,
bbl/stb
C
=
kompresibilitas
rekahan, Psi
f
1
-1
Cm = kompresibilitas matriks, Psi -1
Co
= kompresibilitas minyak, Psi-1
Cr
= kompresibilitas batuan, Psi
149

Cw
hf
kf
km
L
Lm
Lx
Lx1
Lxd
PD
Pr
Qo

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

-1

rD
kompresibilitas air, Psi
rm
Height of the fractured matrix slab, ft
Permeabilitas rekahan, md
rw
Permeabiltas matriks, md
So
Panjang sumur horizontal, ft
Sw
Length of a block side, ft
tD
Lx1 + Lxd, ft
o
Jarak arah x awal sampai sumur horizontal. ft
Jarak arah x akhir sampai sumur horizontal, ft
Dimensionless pressure
f
Tekanan reservoir, psi Pwf
m
Tekanan dasar sumur, psi

laju alair minyak, stb/hari

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

Dimensionless radius
Radius of the sphere matrix block, ft
radius sumur, ft
Saturasi minyak
Saturasi air
Dimensionless time
Viskositas minyak, cp
-2
Block shape parameter, ft
Interporosity flow coefficient
Porositas rekahan
Porositas matriks
Storativity ratio

150

Anda mungkin juga menyukai