Anda di halaman 1dari 10

.

Basofilia Sebanyak 50% kasus polisitemia vera dengan keluhan gatal (pruritus) di
seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera
dengan urtikaria, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
histamin dalam darah sebagai akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis
dan perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.
>. Splenomegali. Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera.
Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoiesis
ekstramedular.
. Hepatomegali. Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera.
Sebagaimana

halnya

splenomegali,

hepatomegali

juga

merupakan

akibat

sekunder hiperaktivitas hemopoiesis ekstramedular.


r

. Gout. Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali


adalah sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak, dengan demikian produksi
asam urat darah akan meningkat. Di sisi lain, laju htrasi gromerulus menurun
karena penurunan shear rate. Artritis gout dijumpai pada 510% kasus
polisitemia.

3.

Defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Laju siklus sel darah yang tinggi dapat
mengakibatkan defisiensi asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada
30% kasus polisitemis vera karena penggunaan untuk pembuatan sel darah,
sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B 12 (unsaturated
B12 binding capacity) dijumpai meningkat pada >75% kasus.

3.

Muka kemerah-merahan (plethora). Gambaran pembuluh darah di kulit


atau di selaput lendir, konjungtiva hiperemis sebagai akibat peningkatan massa
eritrosit.

10.

Keluhan lain yang tidak khas, seperti cepat lelah, sakit kepala, cepat

lupa, vertigo, tinitus, perasaan panas.

10.

Manifestasi

perdarahan

(10-20

%),

dapat

berupa

epistaksis,

ekimosis, dan perdarahan gastrointestinal yang menyerupai ulkus


peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah yang akan
menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien polisitemia vera
yang tidak diterapi menjadi berisiko mengalami perdarahan saat operasi atau
trauma.
Tanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3 fase, yaitu:

1.

Gejala awal (early symptom). Gejala awal dari polisitemia vera sangat
minimal dan tidak selalu ada kelainan walaupun telah diketahui melalui tes
laboratorium. Gejala awal biasanya sakit kepala (48%), telinga berdenging
(43%), mudah lelah (47%), gangguan daya ingat, susah bernapas (26%),
hipertensi (72%), gangguan penglihatan (31%), rasa panas pada tangan/kaki
(29%), pruritus (43%), perdarahan hidung, lambung (24%), sakit tulang
(26%).

2.

Gejala akhir (later symptom) dan komplikasi sebagai penyakit progresif,


pasien

polisitemia vera mengalami perdarahan atau

trombosis, dengan

peningkatan asam urat (10%) yang berkembang menjadi gout dan peningkatan
risiko ulkus peptikum.

3.

alam bab ini dijelaskan mengenai gangguan fungsi neutrofil dan penyebab
peningkatan .au penurunan jumlah sel darah putih (tidak termasuk penyakit
hematologi berbahaya iperti leukemia). Defisiensi limfosit tidak akan dibahas
karena lebih tepat masuk alam bidang imunologi daripada hematologi.

4.

5.

6.

sukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah berasal dari sumsum tulang.

unqsi Leukosit

Selain ukosit, tetapi juga sel-sel darah merah dan trombosit, dihasilkan
secara terus-menerus. alam keadaan normal, di dalam sumsum tulang
dapat ditemukan banyak sekali ukosit yang belum matang dari berbagai
jenis dan "pool" leukosit matang yang itahan sebagai cadangan untuk
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah setiap nis leukosit yang
bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat dan diubah ;esuai
kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan
respons eradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju
produksi dan engeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran
darah.

7.

8.

Sranulosit
9.

10.

MimmmmHHMHHMHansKWiag

ranulosit merupakan golongan leukosit yang terdiri atas neutrofil,

eosinofil, dan asofil. Tiga jenis sel ini dinamakan granulosit karena adanya
granula dalam sitoplasma. ranulosit akan tampak setelah diberi zat warna
tertentu. Dua jenis leukosit lain, yaitu

Lonosit

dan limfosit, tidak

mengandung granula dalam sitoplasmanya. Walaupun Lasing-masing jenis


sel tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi darah, adanya ukosit dalam
eksudat bukan suatu peristiwa kebetulan, tetapi lebih merupakan <ibat dari
sinyal-sinyal kemotaksis yang timbul dalam evolusi proses peradangan. =lsel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam srtama peradangan adalah neutrofil. Inti sel ini berlobus tidak teratur
atau polimorf. leh karena itu, sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear
(PMN). Sel-sel ini lemiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang,
perkembangan ini kira-kira lemerlukan waktu 2 minggu. Bila dilepaskan ke
dalam sirkulasi darah, maka waktu aruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam.
Setiap mililiter kubik darah terdapat kira-Lra 5000 neutrofil, dan kira-kira
100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum alang sebagai bentuk
matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal. Walaupun srmiliarmiliar neutrofil diganti setiap hari oleh sumsum tulang, namun pelepasan an
produksinya diatur dengen ketat sekali.

11.

Pada

saat

dilepaskan

ke

dalam

aliran

darah,

neutrofil

polimorfonuklear biasanya dak mampu melakukan pembelahan sel lebih


lanjut atau menyintesis enzim-enzim =lular yang bermakna. Granula yang
banyak

sekali

yang

terlihat

dalam

sitoplasma

eutrofil

sebenamya

merupakan enzim yang terikat membran, yaitu lisosom, yang Ihasilkan


selama pematangan sel. Enzim-enzim ini terdiri dari berbagai hidrolase,
xrmasuk protease, lipase, dan fosfatase. Selain itu, yang berhubungan
dengan

granula

dalah

berbagai

polimorfonuklear yang matang

zat

antimikroba.

Jadi,

neutrofil

12.

adalah kantong yang mengandung banyak enzim dan partikel-partikel

antimikroba _ I Neutrofil polimorfonuklear mampu bergerak aktif seperti amoeba dan


mampum" menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Neutrofil
mendekati partikel (misalnya, bakteri) yang akan difagositosis, mengalirkan
sitoplasmanya* mengelilingi partikel tersebut, dan akhimya mengambil partikel ke
dalam bungkus sitoplasma pada vesikel yang terikat membran yang menonjol ke luar
dari membrany sel neutrofil. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang
melapisi objet^ untuk dicerna dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit.
Zat yang mempermudah leukositosis ini, dinamakan opsonin, mencakup
imunoglobulin (antibodi) dan komponen-komponen sistem komplemen. Setelah
mencerna partikel dam memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola
fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya adalah mematikan partikel tersebut.
Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai cara, yaitu
perubahan pH di dalam sel setelah fagositosis , melepaskan zat-zat antibakteri ke
dalam vakuola fagositosis, dan pembentukan zat antibakteri seperti hidrogen peroksida
sebagai hasil proses metabolisme sel yang dimulai setelah proses fagositosis.
Pencemaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di dalam
vakuola dengan penyatuan lisosom dan fagosom.. Enzim-enzim pencemaan yang
sebelumnya tidak aktif, kemudian diaktifkan di dalam fagolisosom yang mengakibatkan
pencemaan objek secara enzimatik.

13.

Dalam keadaan tertentu, enzim-enzim pencemaan dan metabolik oksigen dari

neutrofil dapat dilepaskan ke dalam jaringan hospes bukan ke dalam fagolisosom


intraselular. Jika ini terjadi, maka enzim-enzim neutrofil itu menjadi agen yang poten
bagi cedera ringan. Pelepasan keluar sel ini terjadi pada kematian dan disintegras:
neutrofil, hal ini terjadi setelah fagositosis kristal-kristal tertentu seperti urat olet
neutrofil (sebab fagositosis kristal-kristal ini disusul oleh pecahnya fagolisosom) dan
juga terjadi jika neutrofil mencoba untuk menelan kompleks-kompleks imur dalam
keadaan-keadaan tertentu. Eosinofil adalah jenis granulosa lain yang dapa. 1 ditemukan
dalam eksudat peradangan, walaupun biasanya dalam jumlah yang kbit sedikit.
Eosinofil mempunyai inti yang tidak teratur yang sangat mirip dengar neutrofil, tetapi
granula sitoplasmanya berwama merah cerah dengan zat wama eosir dan jauh lebih
mencolok dari granula neutrofil yang berwama lembayung. Granul; eosinofil sebenamya
merupakan paket-paket enzim yang sama seperti pada neutrofil Secara fungsional,
eosinofil melakukan banyak hal yang sama, yaitu memberi resporxi terhadap rangsang
kemotaktik, mencema bermacam-macam jenis partikel dengan car; fagositosis, dan
mematikan mikroorganisme tertentu. Namun, yang kelihatan berbed; tenlang eosinofil
adalah kemampuannya memberikan respons terhadap rangsang kemotaktik khas
tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan reaksi-reaksi alergi^ dan mengandung
zat-zat yang toksik terhadap parasit-parasit tertentu dan zat-za^ yang memperantarai
reaksi peradangan. Selain itu, eosinofil cenderung berkumpu dalam konsentrasi yang
bermakna pada tempat infestasi parasit dan reaksi alergi. I Jenis granulosit ketiga
adalah basofil, yang sitoplasmanya dipenuhi granula besafl yang dengan pewarnaan
dasar menghasilkan wama biru tua. Walaupun sel-sel in^ berasal dari sumsum tulang
seperti granulosit lainnya, namun mempunyai banyak cir^ yang sama dengan sel-sel
tertentu dari jaringan penyambung yang disebut sel mas

14.

Makrofag

dalam

rongga

tubuh

dan

jaringan

penyambung

melakukan fungsi 'ang mirip polisi. Selain itu, pengambilan benda asing oleh
makrofag merupakan angkah pertama yang esensial dalam rantai peristiwa yang
berpengaruh pada respons mun. Fungsi sehari-hari yang penting dari sistem monositmakrofag melibatkan DToses hemoglobin sel darah merah yang sudah mencapai
akhir masa hidupnya. viakrofag menangkap dan menggunakan kembali unsur-unsur
yang penting ini iengan memecahkan hemoglobin menjadi dua bagian, satu bagian
yang mengandung Desi dan bagian lain yang tidak mengandung besi. Besi akan
dipakai kembali untuk -nembuat sel darah merah lain, peristiwa ini berlangsung di
dalam sumsum tulang. 3agian yang tidak mengandung besi diproses lebih jauh,
melepaskan substansi yang iikenal dengan nama bilirubin, yang mengalir dalam
darah menuju hati. Di hati, Dilirubin disaring oleh hepatosit dan disekresikan sebagai
bagian dari empedu.

15.

Limfosit umumnya terdapat dalam eksudat dalam jumlah yang

sangat kecil jntuk waktu yang cukup lama, yaitu sampai reaksi peradangan menjadi
kronis, <arena fungsi limfosit yang diketahui, semuanya berada dalam bidang
imunologi.

16.

17.

Ganqquan Fungsi Neutrofil

18.

Gangguan fungsi neutrofil dapat diklasifikasikan menjadi bersifat

bawaan dan didapat, /mg selanjutnya dapat diklasifikasikan ke dalam


gangguan kemotaksis, fagositosis menurun akibat gangguan opsonisasi, dan
cacat dalam membunuh mikroba. Beberapa kelainan bawaan mungkin
muncul terkait dengan kelainan morfologi neutrofil, dengan atau tanpa
dikaitkan kelainan pada jumlah neutrofil.

19.

Nanifestasi Ganqquan Fungsi


Neutrofil

20.
21.

Manifestasi yang paling umum dari gangguan fungsi neutrofil karena

adanya infeksi berulang, terutama disebabkan oleh bakteri, dapat juga


disebabkan oleh beberapa infeksi jamur, terutama Candida dan Aspergillus
sp. Tempat yang paling umum adalah infeksi kulit, mulut dan orofaring, serta

saluran pernapasan.

22.

Gangguan Fungsi Neutrofil


Bawaan

23.
24.

Gangguan fungsi neutrofil yang bersifat bawaan jarang terjadi.

Paling sering karena faktor keturunan, misalnya penyakit granulomatosa


kronis. Kekurangan rnieloperoksidase (MPO) sebenarnya lebih umum, namun
sebagian besar pasien dengan kekurangan MPO adalah asimptomatik. Dalam
beberapa kasus, ada kelainan morfologi neutrofil tanpa disertai cacat
fungsional.

25.

Insidensi (angka kejadian) penyakit granulomatosa kronis (CGD) di

Amerika Serikat adalah 1 dalam 500.000. Pada sebagian besar kasus disebabkan
karena hasil kekurangan NADPH oksidase. Sebagian besar kasus (65-75%) adalah
karena mutasi pada gen untuk CYBB sitokrom b, pada kromosom X. Bentuk X-linked
kadang-

Anemia Aplastik
Eritrosit Murni

26.
27.

dan

Anemia

Istilah anemia aplastik menunjukkan terjadinya pansitopenia

karena hiposelular laplastik) sumsum tulang. Anemia aplastik dapat berupa


bawan atau didapat. Penyebab anemia aplastik yang didapat meliputi racun
kimia, obat-obatan dan radiasi pengion, serta infeksi. Setidaknya setengah
dari kasus yang diperoleh, penyebabnya lidak dapat ditentukan (anemia
aplastik

idiopatik).

Sebagian

besar

kasus

anemia

aplastik

idiopatik

tampaknya disebabkan oleh penekanan kekebalan atau perusakan sel


prekursor hematopoietik.

28.

Aplasia eritrosit murni didefinisikan sebagai anemia dengan

adanya prekursor eritroid dalam sumsum tulang. Berbeda dengan anemia aplastik,
prekursor granulosit dan megakariosit berada dalam keadaan normal. Aplasia eritrosit
murni juga dapat iiwariskan atau diperoleh. Ada banyak penyebab aplasia eritrosit
murni didapat, beberapa di antaranya juga dapat menyebabkan anemia aplastik.

29.

Anemia diseritropoietik bawaan adalah kelompok yang ditandai

kondisi khas anemia dan prekursor eritroid abnormal dalam sumsum tulang.

30.

31.

PatoftSiologi Anemia Aplastik.

Anemia aplastik disebabkan

oleh kegagalan sel induk hematopoietik. Kegagalan mungkin disebabkan


kelainan sel-sel induk hematopoietik sendiri atau beberapa faktor yang
menekan atau menghancurkannya. Penting untuk membedakan antara
anemia aplastik dari penyebab lain pansitopenia seperti mielodisplasia,
anemia megaloblastic dan leukemia akut. Pada anemia aplastik, sel-sel
bersifat normal atau hanya memiliki kelainan morfologi ringan. Adanya
eritrosit berinti atau berbentuk tidak normal, neutrofil hipersegmen atau
leukosit abnormal lainnya, sel-sel prematur, atau fragmen megakariosit
dapat terjadi karena gangguan lain, selain anemia aplastik.

Metastasis karsinoma Aleukemik leukemia Limfoma: non-Hodgkin, Hodgkin Mieloma mUtipel

Hipersplenisme
Anemia megaloblastic vitamin B12 atau kekurangan folat Penyakit autoimun: lupus eritematosus sistemik (SLE
Infeksi berat

1. Parian Anemia Aplastik Bawaan.

Varian anemia aplastik bawaan

jarang terjadi, yang paling umum (sekitar dua pertiga kasus) adalah anemia
Fanconi, yang

32.

berhubungan dengan peningkatan ketidakstabilan kromosom. Varian

yang jaran mencakup sindrom Schwachman-Diamond (insufisiensi pankreas


dengan pansitopenia'! dan diskeratosis kongenital. Hal ini penting untuk
membedakan anemia aplastik kongenital (terjadi sejak lahir), yang dapat
berupa bawaan atau diperoleh, dari anemia aplastik bawaan, yang mungkin
terjadi pada saat lahir atau beberapa tahun kemudian

33.

34.

Anemia FanCOni.

Anemia Fanconi diwariskan sebagai sifat resesif

autosomal Kelainan terjadi setidaknya pada delapan gen terpisah yang


mungkin terlibat Mekanisme yang menyebabkan cacat gen pada anemia
Fanconi tidak jelas.

35.

36.

Mani/estasi

Klinis.

Gambaran

klinis

anemia

Fanconi

tampak

bervariasi, mencakup pansitopenia, kelainan tulang, kelainan neurologis, dan


lain-lain. Sekitar 40% dar. pasien mengalami pansitopenia dengan anomali
fisik, sedangkan 30%-nya mengalami pansitopenia tanpa anomali fisik, dan
25%-nya memiliki anomali fisik tanpa anemia, dan pasien jarang mengalami
keduanya. Penyakit ini biasanya dimulai selama mass kanak-kanak (umur
rata-rata sekitar 7 tahun), tetapi mungkin baru tampak menjadi jelas sampai
usia dewasa. Trombositopenia biasanya merupakan manifestasi pertama.
diikuti oleh granulositopenia dan akhimya anemia. Eritrosit makrositik muncul,
leukosit dan trombosit menurun jumlahnya. Sumsum tulang awalnya mungkin
menunjukkan eritroid hiperplasia, tetapi sering kali menjadi hiposelular.

37.
menjadi

Pasien dengan anemia Fanconi berada pada risiko tinggi untuk


keganasan,

termasuk

mielodisplasia,

leukemia

(biasanya

leukemia

mielogenous akut), dan lain-lain. Insidensi keganasan mulai meningkat setelah pasien
berumur

sekitar

10

tahun

dan

meningkat

secara

bertahap

seiring

dengan

bertambahnya umur.

38.

39.

Diagnosis. Tes diagnostik utama adalah kultur limfosit pasien dalam

diepoxybutane

atau

mitomycin

yang

menunjukkan

peningkatan

ketidakstabilan kromosom.

Tabel 7.14 Kelainan Fisik pada Anemia Fanconi

40.

Anemia Aplastik Bawaan Lainnya

41.

42. Sindrom Schwachman-Diamond.

Sindrom

Schwachman-Diamond

adalah kelainan khas bawaan yang terjadi karena kekurangan eksokrin pankreas,
pansitopenia, perubahan tulang, dan lain-lain. Warisan bersifat resesif autosomal.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kerapuhan kromosom tidak meningkat. Pasien
dengan sindrom

43.

Schwachman-Diamond juga cenderung untuk berkembang menjadi

mielodisplasia dan leukemia akut.

44.

45.
kelainan

DiskeratOSis Kongenita.
mukokutan

dengan

Diskeratosis kongenita terdiri dari

gangguan

hematologi

yang

bervariasi.

Perubahan mukokutan mencakup pigmentasi kulit pada tubuh bagian atas,


leukoplakia mukosa, dan distropi kuku. Pola pewarisan tampaknya bervariasi,
mayoritas yang X-linked. Kerapuhan kromosom tidak meningkat. Perubahan
mukokutan muncul pada semua pasien, biasanya sebelum umur 10 tahun.
Anemia aplastik terjadi pada sekitar setengah dari pasien, biasanya pada usia
remaja. Pasien dengan diskeratosis kongenita juga memiliki peningkatan
risiko keganasan.

46.

47.

Anemia Aplastik Didapat.

Anemia aplastik didapat disebabkan

oleh berbagai penyebab. Contoh penting termasuk bahan kimia, obat-obatan,


infeksi, dan kehamilan. Namun, setidaknya setengah dari kasus adalah
idiopatik, di mana tidak ada penyebab yang mendasari yang dapat
ditemukan.

48.

49.

Penyebab Acquired Anemia Aplastik.

Penyebab anemia

aplastik didapat di antaranya yaitu radiasi pengion, bahan kimia, obat, infeksi
varus, dan sebab lainnya. Masing-masing dijelaskan berikut ini.

Radiasi Pengion. Cedera tulang sumsum merupakan konsekuensi yang tidak


terelakkan dari radiasi pengion, dan kegagalan sumsum tulang adalah penyebab
umum kematian pada orang yang terkena dosis radiasi mematikan. Dosis yang
mematikan untuk 50% orang (LD 50) adalah kira kira-kira 4,5 Gray (Gy) dari
iradiasi total tubuh. Dosis 10 Gy akan mematikan bagi 100%.

Bahan kimia. Bensol adalah bahan kimia yang paling terkait erat dengan
anemia aplastik. Benzena dan metabolitnya mengikat DNA, menghambat sintesis
DNA. Zat tersebut telah digunakan dalam pembuatan berbagai macam produk,
termasuk kulit, sepatu, cat, karet, pewama, obat-obatan, linoleum, baterai, dan
lain-lain. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai larutan dan pembersih.
Benzena ditemukan dalam knalpot mobil, beberapa sulingan minyak bumi, dan
asap rokok. Tanda-tanda toksisitas benzena dapat terjadi dalam beberapa minggu
dari keterpaparan atau mungkin tidak terjadi selama bertahun-tahun. Anemia
aplastik dapat berkembang lama setelah paparan telah berhenti. Benzena juga
telah dikaitkan dengan perkembangan leukemia mielogenous akut. Bahan kimia
lainnya yang telah dikaitkan dengan anemia aplastik mencakup hidrokarbon
lainnya dan pelarut organik, pestisida, dan arsen anorganik.

Obat. Obat merupakan penyebab kedua yang paling umum dari anemia aplastik,
bertanggungjawab untuk sekitar 15-25% kasus. Obat dapat menyebabkan
ar.emia aplastik dalam dua cara, yaitu: 1. Aplasia berhubungan dengan dosis dan
reaksi idiosinkratik yang tidak terduga. Jenis pertama dari reaksi dapat terjadi
pads siapa saja, 2. Jenis reaksi yangjarang terjadi, hanya sebagian kecil orang
yanj diberikan obat, dan dapat terjadi dengan dosis kecil.

Kemoterapi adalah penyebab paling sering dari anemia aplastik

yang terkait dengan dosis. Hampir semua obat kemoterapi menyebabkan


penekanan sumsum tulang sebagai hasil yang tidak terelakkan dengan efek
sitotoksiknya, efeknya bersifat sementara dan reversibel.

Berbagai macam obat telah dikaitkan dengan anemia aplastik

idiosinkrasi. Contohnya adalah kloramfenikol dan fenilbutason. Obat lain yang


telah terlibat meliputi senyawa Cu, sulfonamida (trimetoprim-sulfametoksazol)
dan antibiotika lain, obat anti-inflamasi, dan obat antitiroid antikonvulsan, dan
lain-lain. Kloramfenikol berhubungan dengan dosis yang dapat menyebabkan
penekanan terhadap eritropoiesis dan anemia aplastik idiosinkrasi. Mekanisme
reaksi idiosinkrasi terhadap kloramfenikol dan obat-obat lain belum dimengerti
dengan jelas. Gangguan hematopoiesis mungkin menetap atau kembali normal
setelah obat dihentikan.

Infeksi Virus. Infeksi virus adalah penyebab yang telah diakui pada anemia
aplastik, yang tersering adalah hepatitis. Sekitar 5-10% dari kasus anemia
aplastik tampaknya terkait dengan hepatitis. Virus hepatitis yang berhubungan
dengan anemia aplastik belum teridentifikasi, anemia aplastik tampaknya tidak
berhubungan dengan salah sacu hepatitis virus yang dikenal (A, B, C, D , E ,
atau G). Tanda-tanda anemia aplastik biasanya muncul sekitar 1-2 bulan setelah
timbulnya hepatitis, terjadi paling sering pada pria muda. Anemia aplastik juga
dapat terjadi oleh infeksi virus Epstein-Ban (EBV), HIV, parvovirus B 19, virus
dengue, dan flavivirus.

Sebab Lainnya. Anemia aplastik telah dilaporkan terjadi pada kehamilan.


Pengakhiran

kehamilan

biasanya

diikuti

dengan

pemulihan

gangguan

hematologi. Anemia aplastik kadang-kadang telah dilaporkan dalam tuberkulosis.


Penyebab

lainnya

eritematosus

adalah

sistemik,

penyakit

autoimun

difus

fasciitis

(artritis

reumatoid,

eosinofilik),

lupus

thymoma,

hipogamaglobulinemia, penyakit tiroidyang menurunkan kekebalan tubuh, dan


transfusi yang terkait penyakit graft-vs-host.

Anemia Apiastik Idiopatik.

Meskipun dilakukan evaluasi yang luas,

tidak adanya penyebab yang mendasari yang dapat ditemukan pada


setidaknya setengah dari kasus (anemia aplastik idiopatik). Sekarang jelas
bahwa kekebalan yang dimediasi terhadap penekanan hematopoiesis
bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus anemia aplastik idiopatik.
Limfosit T dari pasien dengan anemia aplastik idiopatik telah terbukti
menghasilkan y-interferon dan faktor nekrosis tumor, yang menekan
proliferasi sel progenitor hematopoietik, yang dapat menyebabkan sel-sel
progenitor mengalami proses apoptosis (kematian sel terprogram).

Manifestos! Klinis. Anemia aplastik terutama diderita oleh orang muda,


dengan puncak insidensi pada 15-25 tahun Beberapa di antaranya
memuncak setelah sekitar 60 tahun. Keluhan yang paling umum adalah
kelelahan, kelemahan, atau dispnea pada aktivitas fisik berat, dan hematom
mukokutan. Meskipun ada granulositopenia, infeksi jarang menimbulkan
keluhan. Timbulnya gejala biasanya bertahap, tetapi mungkin juga tiba-tiba.

Bab 7 Anemia

I 209

E\aluasi. Riwayat medis lengkap masa lalu dan riwayat keluarga (khususnya
yang, berkaitan dengan anemia atau penyakit hematologi lainnya) harus
diteliti. Riwayat pengobatan yang lengkap dan rinci wajib dilakukan,
termasuk obat yang digunakarL pada masa lalu maupun saat ini. Bertanya
tentang obat yang tidak diresepkan, diet-suplemen, dan obat herbal juga
merupakan

hal

yang

penting.

Riwayat

pekerjaari-diperlukan,

dengan

perhatian khusus pada paparan bahan kimia atau radiasi. Penting. juga untuk
menanyakan hobi, terutama mereka yang mungkin mengalami papararL
pelarut atau bahan kimia.

Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik pada anemia aplastik sama seperti


pads-umumnya, kecuali adanya pucat dan petekie atau purpura mukokutan.
Splenomegali ringan juga dapat terjadi. Limfadenopati atau splenomegali
bisa merupakan sebat> penyakit lain selain anemia aplastik.

Diagnosis Laboratorium. Pemeriksaan hitung sel menunjukkan penurunan

setidaknya dua jalur sel dan sering ketiganya. Apusan darah dapat menunjukkan
makrositosis ringan, tetapi kelainan morfologi lainnya dan sel imatur lainnya tidak
ditemukan.. Jumlah retikulosit menurun.

Sumsum Tulang. Aspirasi tulang sumsum dan biopsi diperlukan. Suatu hal
yang penting bahwa biopsi cukup memadai dengan ukuran untuk evaluasi
(minima] 1 cm), tanpa aspirasi luas atau kontaminasi artefak. Sumsum
tulang hiposelular. Aspirasi biasanya didominasi limfosit dan sel plasma,
prekursor hematopoietik normal semua jenis menjadi berkurang. Hal ini
penting sebagai perhatian untuk berhati-hati dalam mengevaluasi aspirasi
pada keadaan displastik. Mungkin ada displastik: pada prekursor eritroid
(diseritropoiesis), tetapi tidak ada perubahan displastik pads prekursor
granulosit atau megakariosit. Hitungan mieloblast dengan cermat jugs
diperlukan. Agregat limfoid sering ada, tetapi fibrosis, granuloma, dan
metastasis neoplasma tidak ada.

Diagnosis

Banding.

Diagnosis

banding

meliputi

semua

penyebab

pansitopenia. TigE kondisi, khususnya, bisa sulit untuk disingkirkan, yang


meliputi

mielodisplasis

hiposelular,

leukemia

akut

hiposelular,

dan

paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)

1.

Mielodisplasia hiposelular didiagnosis oleh adanya displastik pada seri


granulosi dan megakariosit. Perubahan displastik mencakup granularitas normal
atau int sel sitoplasma granulosit yang tidak sinkron, atau megakariosit berinti
banyak Analisis sitogenetika haras dilakukan pada sumsum tulang. Adanya

2.

kelainai sitogenetik menunjukkan mielodisplasia, bukan anemia aplastik.


Leukemia akut hiposelular didiagnosis oleh dominasi sel muda (blast) pad;
aspirasi sumsum tulang atau dominasi sel imatur dari biopsi jika aspirasiny; tidak

3.

tersedia.
Paroxysmal

nocturnal

hemoglobinuria

dapat

didiagnosis

dengan

adany

kekurangan glycosy! phosphatidylinositol (GPI)-protein linked pada permukaai

4.

ianifestasi Klinis. Sebagian besar pasien aplasia eritrosit murni adalah

orang dewasa, engan umur onset dalam dekade kelima sampai ketujuh.
Gambaran

khasnya

adalah

ecara

bertahap,

kelelahan,

dan

kelemahan.

Pemeriksaan fisik biasanya dalam batas lormal, kecuali pucat, dan dalam kasus
aplasia eritrosit murni idiopatik, dapat nenunjukkan perubahan dari penyakit
primer menjadi sekunder.

5.

6.

.aboratorium. Anemia normositik dan mungkin cukup parah. Jumlah leukosit dan
rombosit normal. Morfologi eritrosit pada apusan darah tepi tidak menunjukkan
celainan. Jumlah retikulosit menumn. Laktat dehidrogenase serum, bilirubin, dan
laptoglobin semua normal. Sumsum tulang normoselular, dengan adanya penurunan
prekursor eritroid (<1% dari sel-sel sumsum). Terdapat prekursor granulosit dan
negakariosit dan menunjukkan pematangan normal. Tidak ada kelainan morfologi
ialam seri limfosit, tetapi jumlahnya dapat meningkat, dan agregat limfoid mungkin
Tiuncul

pada

biopsi.

Adanya

proeritroblast

dengan

sitoplasma

bervakuola

menunjukkan <emungkinan infeksi parvovirus B19 atau gizi buruk. Suatu hal yang
jarang terjadi >raitu dapat didahului oleh periode diseritropoiesis, dengan eritroid
hiperplasia di sumsum tulang dan tahap pematangan proeritroblast atau eritroblast
basofilik.

7.

8.

Evaluasi. Evaluasi umumnya mirip dengan anemia aplastik. Riwayat medis lengkap
masa lalu diperlukan, dengan perhatian khusus untuk riwayat keluarga yang
mengalami anemia, serta daftar lengkap pemberian

obat-obatan.

Computed

tomography (CT) scan dada dilakukan untuk menyingkirkan thymoma. Kadar


kobalamin (vitamin B12) dan folat harus ditentukan. Studi serologi vims hepatitis,
parvovirus B19, Hiy lupus eritematosus sistemik, dan penyakit autoimun lainnya hams
diperoleh. Limfositosis dalam darah atau sumsum harus dipelajari dengan sitometri
untuk menyingkirkan leukemia limfositik kronis.

9.

10.

Polisitemia

11.

Polisitemia berani "banyak sel darah", tetapi biasanya istilah

tersebut diartikan sebagai peningkatan produksi eritrosit. Bila peningkatan


produksi ini disebabkan oleh rangsangan fisiologik yang diketahui, maka
keadaan itu disebut sebagai polisitemia sekunder atau polisitemia reaktif.
Peningkatan produksi eritrosit dan volume darah yang terjadi secara spontan
atau tanpa dipengaruhi faktor lainnya disebut sebagai polisitemia vera.

12.

13.

Polisitemia Sekunder.

Seperti yang diketahui, eritropoietin

merangsang produksi eritrosit. Sekresi eritropoietin inilah yang menentukan


proliferasi eritrosit dalam tubuh. Hipoksia relatif atau absolut merangsang
pelepasan eritropoietin. Bila kadar oksigen dirasakan inadekuat (tidak
mencukupi),

maka

produksi

eritrosit

akan

berlangsung

terns

tanpa

memperhatikan kadar hemoglobin yang ada. Pada beberapa kasus, biasanya


yang berkaitan dengan neoplasma, dapat terjadi eritropoiesis yang abnormal
dan berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh perubahan oksigenisasi pada
jaringan.

Anda mungkin juga menyukai