Oleh
Mochamad Nuri Bachrudin
Irmai Antika Dewi
Agustinus Bintoro
Yanuar Alditya Nugraha
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Strata 1 Teknik Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Jember
Oleh :
Mochamad Nuri Bachrudin
Irmai Antika Dewi
Agustinus Bintoro
Yanuar Alditya Nugraha
HALAMAN PENGESAHAN
KERJA PRAKTEK 1
1. Tempat tujuan kerja praktek I
Pembimbing 1
Kerja Praktek I
Pembimbing 2
Kerja Praktek I
Heru Prasetyohadi
Panji Pulanjiwo
Head
of Turbine Section
Arief Septahadi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Kerja Praktek ini dengan baik dan lancar.
Laporan ini sebagai bentuk hasil dari Kerja Praktek yang kami lakukan, dan
merupakan pertanggung-jawaban kepada pihak Universitas dan Perusahaan serta
untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib dan juga merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap Sarjana di Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang
telah diberikan, khususnya kepada :
1. Bapak Hari Arbiantara., S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Jember.
2. Bapak Hari Sutjahjono., S.T., M.T., selaku Koordinator Kerja Praktek
Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember.
3. Bapak Ir. F.X. Kristianta, M.eng., selaku pembimbing Kerja Praktek
kami.
4. Pak Panji Pulanjiwo selaku Assistant Engineer of Turbine Section yang
menjadi pembimbing kami dilapangan, yang selalu mendidik dengan
sabar , mengajarkan banyak hal, dan meluangkan waktunya untuk kami.
5. Bapak Arief Septahadi selaku Head of Turbine Section yang mau
menerima kami belajar dan melakukan kegiatan Kerja Praktek di bagian
Turbin.
6. Bapak Heru Prasetyohadi selaku Head of Condition Monitoring yang
telah mentraining kami tentang vibrasi dan lubrikasi.
7. Pak Edi HR Section Head PT. YTL Jawa Timur.
8. Bapak Jaumiddin Hidayat Anse, selaku HR Industrial Relation officer
PT. YTL Jawa Timur.
9. Keluarga kami dirumah yang senantiasa mendoakan kami sukses dan
selamat ketika berlangsungnya Kerja Praktek.
iv
23. Mas Bayu, Mbak Diani, Mas Sariadi, Mas Surya teman kami kerja
praktek yang menjadi teman kami sharing semua problema ketika Kerja
Praktek
24. Mas Albet kakaknya Irmai yang telah mengantar kami awal masuk ke
YTL Jawa Timur.
25. Teman-teman Mesin Unej angkatan 2013. Solidarity Forever.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
COVER LAPORAN .........................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1
Latar Belakang......................................................................................1
1.2
1.3
1.4
2.2
Lokasi Perusahaan................................................................................8
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
3.1
3.2
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
5.2
5.3
Getaran ..................................................................................................61
5.4
5.5
Unit Pengukuran...................................................................................62
5.6
5.7
5.8
5.9
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
HP Turbin........................................................................... 50
Gambar 4.2
IP Turbin ............................................................................ 51
Gambar 4.3
LP Turbin ........................................................................... 51
Gambar 5.1
Bearing................................................................................ 69
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Cage..................................................................................... 70
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
berkembang dengan pesat, serta terciptanya teknologi-teknologi baru khususnya
dalam dunia industri. Dengan terciptanya teknologi-teknologi baru itu, tentunya
mendorong banyak orang berinovasi dalam mengembangkan berbagai macam
teknologi. Dalam praktek perindustrian, penggunaan teknologi telah mengalami
banyak peningkatan. Sedangkan dalam perkuliahan, materi teoritis yang didapat
sedikit berbeda dengan pengaplikasiannya. Di negara maju, program on the job
training bagi pelajar dari institusi pendidikan pada suatu perusahaan atau industri
menjadi pilihan yang tepat dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam pengaplikasian secara langsung ilmu yang didapatkan dibangku
perkuliahan. Dalam perusahaan, program training merupakan suatu program
pilihan untuk penyelesaian atau adaptasi karyawan baru terhadap lingkungan
kerjanya. Kesesuaian lingkungan kerja akan sangat membantu peningkatan kinerja
karyawan. Di Indonesia, on the job training telah ditetapkan oleh pemerintah
untuk menjadi jembatan dalam rangka kesesuaian dan kesepadanan antara
perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan penghasil tenaga kerja dengan dunia
industri.
Di Indonesia, energi listrik sulit menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting karena saat ini hampir
semua usaha dan kegiatan manusia menggunakan energi listrik. Alasan pemakaian
energi listrik adalah praktis, ekonomis dan mudah dapat diubah ke energi lain
sesuai dengan kebutuhan. Salah satu industri yang vital di Indonesia adalah
industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU merupakan salah satu
objek menarik untuk dipelajari guna mengetahui dan dapat memahami proses
produksi listrik. Untuk kebutuhan listrik di Jawa, Bali dan Madura pada
khususnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan sehingga pusat
Tempat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perusahaan
PT. YTL Jawa Timur merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) swasta terbesar kedua di Indonesia, yang merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT. YTL Power yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia
yang bergerak dalam bidang pengoperasian dan perawatan PLTU untuk unit 5 dan
6 yang berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2 x 610 MW, total 1220 MW
untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa, Bali dan Madura melalui perjanjian
jual listrik (PPA) dengan PT. PLN Persero selama 30 tahun sejak tanggal 26 Juli
1999 untuk unit 6 dan tanggal 26 Januari 2000 untuk unit 5 yang dibangun saat
proyek Paiton Privat Power Project Phase II sedangkan kepemilikannya dimiliki
oleh PT. JAWA POWER. Untuk Private Power Phase I dibangun untuk unit 7 dan
unit 8 yang dioperasikan oleh PT. IPMOMI.
Awal sejarahnya, Paiton Private Power Project disebut sebagai Consortium
Jawa Power terdiri atas Siemens SPV (Siemens Project Venture) yang berasal
dari Jerman, PowerGen yang berasal dari UK-Inggris, serta PT. Bumi Pertiwi
yang berasal dari Indonesia. Masing-masing perusahaan tersebut mempunyai
jumlah saham yang berbeda yaitu:
Siemens SPV
: 50%
PowerGen
: 35%
: 15%
PowerGen
dari
UK-Inggris
pemilik
saham
35%
tersebut
Dengan adanya perjanjian jual beli saham tersebut maka sejak tanggal 8
Desember 2004 PLTU unit 5 dan 6 diserahkan dari PT. PowerGen Jawa Timur
selaku anak perusahaan PT. YTL Power yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Maka mulai saat itulah PT. YTL Jawa Timur resmi menggantikan perusahaan
O&M (PT. PowerGen) yang mengoperasikan dan merawat PLTU Paiton unit 5
dan 6.
Adapun beberapa perjanjian untuk mendukung kinerja PT. YTL Jawa Timur
selaku O&M PLTU unit 5 dan 6, yaitu :
1. Perjanjian Supply batu bara dengan PT. Kideco dan PT. Berau, dalam hal :
a. Peningkatan infrastruktur pertambangan yang besar.
b. Perjanjian supply jangka panjang (30 tahun).
c. Supply batubara sesuai kebutuhan O&M.
d. Jadwal pengiriman batubara diatur oleh O&M.
2. Core Skills dengan PT. YTL Jawa Timur, yaitu : Power Station Operation &
Maintenance Service.
3. O&M Agreement, yaitu :
a. Merekrut dan melatih tim Indonesia.
b. Membangun kebijakan, prosedur dan strategi.
c. Melakukan business management sistem.
d. Mengembangkan Health & Safety System.
e. Mematuhi hukum Indonesia.
4. Perjanjian dengan PT. YTL pembangkit Jawa, Bali dan Madura sebagai
konsumen tetap (Power Purchase Agreement) dari PT. YTL Jawa Timur,
meliputi :
a. Pembelian minimum 80% dari net availability.
b. Take Pay basis.
c. Perjanijan 30 tahun.
d. Disetujui pemerintah.
5. Perjanjian pengangkutan batubara melalui jalur laut dengan Paiton Shipping
Inc.
4
Coal Supply
Agreement PT.
Kidecu
Coal Supply
Agreement PT.
Berau
Contract of
Affreightment CSI
Andihika
Project Management
Agreement PT. YTL
Jawa Timur
EPC Contractors
Siemens ABB-CE
Black & Vieatch
PLN Power
Purchase Agreement
Siemens Equity
Invester
Bagan hubungan kerja dari PT. Jawa Power dengan beberapa perusahaan.
Sebagai pusat listrik tenaga uap, PT. YTL Jawa Timur sangat berperan
dalam pengelolaan jasa pembangkit listrik, khususnya untuk wilayah Jawa, Bali
dan Madura melalui jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet) 500 kV.
Sebagai pusat pembangkit listrik tenaga uap, PT. YTL Jawa Timur dalam
operasionalnya menekankan pada tiga faktor penting yaitu:
1. Keselamatan (Safety)
Keselamatan kerja memperoleh perhatian utama pada perusahaan ini
terbukti dengan diperolehnya sertifikat bendera emas untuk penerapan SMK3
Tahun 2010 dan penghargaan dari pemerintah sebagai perusahaan dengan
kecelakaan kerja nol (zero accident) tahun 2010. Komitmen terhadap K3 juga
tercantum dalam kebijakan perusahaan yang ditandatangani oleh Presiden
Direktur YTL Power untuk menerapakan standar manajemen internasional
OHSAS 18001:2007 yang diintegrasikan dengan manajemen ISO 9001
(quality) dan ISO 14001 (lingkungan).
2. Berwawasan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup juga menjadi prioritas bagi perusahaan ini terbukti
dengan dibuatnya pernyataan kebijakan lingkungan yang menyebutkan bahwa
PT. YTL Jawa Timur mendukung pandangan bahwa lingkungan adalah
bagian integral dan fundamental dari strategi dan tujuan bisnis stasiun
Pembangkit
Paiton
II.
Pernyataan
tersebut
diaplikasikan
dengan
4. Ash Disposal
Ash disposal merupakan sarana yang digunakan sebagai tempat
penampungan ash (debu) yang dihasilkan dari proses pembakaran di
boiler.
2.2 Lokasi Perusahaan
PLTU Paiton Swasta II unit 5 dan 6 didirikan di sebuah lokasi yang
memiliki beberapa keuntungan dan manfaat yang sangat strategis. Lokasi yang
memenuhi persyaratan dan menguntungkan untuk dibangun suatu lokalisasi
pembangkit yang berada di Jl. Raya SurabayaSitubondo km 141 PO Box 36
Paiton Probolinggo, Jawa Timur Indonesia.
2.3 Visi dan Misi PT. YTL Jawa Timur
a. Visi
1. Menjadi perusahaan utama dibidang pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkit listrik yang memberikan pelayanan kelas dunia kepada PT.
YTL Jawa Power di Indonesia.
2. Menjadi dikenal di Indonesia sebagai perusahaan yang paling maju dan
terkemuka.
b. Misi
1. Berkomitmen untuk terus menerus memberikan pelayanan sempurna
yang menguntungkan dalam mencapai sasaran bisnis dengan melampaui
harapan para pemilik dan pemegang saham serta peduli terhadap
karyawan.
2. Menjadi terkemuka dan unggul dalam manajemen kualitas, operasional,
keselematan kerja, kesahatan dan lingkungan.
dan
kesehatan kerja.
h. Menyediakan peralatan pelindung diri dan memastikan agar dilakukan
perawatan sera dipergunakan sebagaimana mestinya.
10
11
Pihak perusahaan juga mengakui bahwa para pemilik saham berperan dan
bertekad untuk :
a. Mendidik dan melatih staf untuk menjalankan kegiatan mereka selalu
bertanggung jawab.
b. Member informasi kepada pemasok dan kontraktor tentang standart
lingkungan yang tinggi.
c. Mendorong standart yang tinggi disepanjang rantai pasokan perusahaan.
d. Mendorong semua pemilik saham perusahaan untuk menggunakan energi
dan sumber daya yang efisien.
e. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan merumuskan tujuan dan
target serta laporan tahunan atas perkembangan perusahaan.
2.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan segenap fungsi dan
pekerjaan, hubungan dan tanggung jawab disetiap komponen, sehingga terlihat
adanya pembagian pekerjaan yang jelas. Adapun struktur organisasi yang terdapat
di PT. YTL Jawa Timur adalah sebagai berikut :
12
Head of Material
Handling
Head of Turbine
Plant
Engineering
Manager
Head of Boiler
Plant
Head of Electrical
Head of MIS
Plants Operation Shift
Manager
Head of Site Service
Operation
Station
Manager
Head of Plant
Performance & Technical
Services
Head of Finances
& Procurements
Head of Human
Resources &
External Relation
Head of Safety
OHC Manager
Head of General
Affair
Head of Medical
Services
13
14
pengendalian terakhir jika pengendalian lain tidak mungkin dilakukan atau masih
kurang efektif. Beberapa persyaratan APD adalah:
memasuki area main plant terdiri dari : safety helmet, safety glasses, dan safety
shoes. Ketiga jenis APD ini wajib digunakan oleh siapa saja baik itu karyawan,
kontraktor, dan tamu yang akan memasuki area main plant.
Beberapa jenis APD yang dapat digunakan untuk melindungi bagian tubuh
adalah:
Kepala
: safety glasses.
Muka
: perisai muka.
Kaki
: safety shoes.
Alat pernafasan
Telinga
Tubuh
15
BAB III
PROSES PRODUKSI LISTRIK
UNIT 5 DAN 6 PLTU
3.1 Diskripsi Umum
Prinsip kerja PLTU Paiton unit 5 dan 6 secara umum adalah pembakaran
batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air tersebut menjadi
uap yang sangat panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet di generator.
Sistem pengaturan yang digunakan pada power plant ini menggunakan
sistem pengaturan loop tertutup, dimana air yang digunakan untuk beberapa
proses merupakan putaran air yang sama, hanya perlu ditambahkan bila level air
yang ada kurang dari set pointnya. Bentuknya saja yang berubah, pada level
tertentu berwujud air tetapi level yang lain berwujud uap.
Batubara sebagai bahan bakar utama pada proses pembakaran, disamping itu
oksigen dengan konsentrasi tertentu juga diperlukan. Panas dari hasil pembakaran
digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap inilah yang digunakan untuk
menggerakkan
turbin
yang
akan
menghasilkan
energi
mekanis
untuk
menggerakkan generator.
Sebelum batubara masuk ke tempat pembakaran (furnace), dari tempat
penampungannya, batubara tersebut dipindahkan ke Silo dengan menggunakan
conveyor. Sebelum batubara dipindahkan, batubara terlebih dahulu di spray
dengan air agar tidak terlalu berdebu dan dilewatkan sensor logam untuk
memastikan tidak adanya logam yang ikut terbawa dalam conveyor.
Dari Silo batubara dimasukkan ke dalam pulverizer melalui feeder.
Pulverizer merupakan tempat penghancuran batubara menjadi butiran yang sangat
halus sehingga menyerupai serbuk (powder). Sedangkan feeder adalah pengatur
kapasitas batubara yang memasuki pulverizer. Silo ini mampu menampung
batubara sekitar 500 ton. Dari pulverizer, powder batubara akan naik karena
16
dorongan udara panas dari PA (Primary Air) Fan. Selain sebagai pendorong,
udara panas ini juga berfungsi sebagai pengering serbuk batubara agar lebih cepat
dalam proses pembakaran di dalam furnace. Dan udara ini juga yang menjadi
penyeimbang proses di dalam furnace.
Proses pembakaran di dalam furnace diawali dengan bahan bakar yaitu solar
sebagai bahan bakar motor untuk melakukan start yang disemprotkan pada alat
semacam spark-plug (busi) pada kendaraan bermotor. Spark-plug ini terdapat di
setiap sudut furnace. Setelah pembakaran awal, perlahan-lahan batubara
menggantikan solar sebagai bahan bakar sampai akhirnya hanya digunakan
batubara saja sebagai bahan bakar.
Air dalam boiler berasal dari laut yang melewati berbagai macam proses di
Water Treatment Plant (WTP) hingga menjadi air demin. Proses awal produksi air
demin dimulai dari air laut yang telah disaring kotorannya kemudian dipompa
oleh Sea Water Feed Pump ke Coagulant Storage Tank (air laut diberi koagulan
untuk memadatkan partikel seperti pasir, lumpur, dan lain-lain agar dapat
mengendap). Kemudian air dipompa ke Primary Sea Water Filter untuk
menyaring partikel yang telah dipadatkan tadi, jika masih belum tersaring maka
akan disaring kembali pada Polishing Filter. Air yang telah difilter kemudian
ditampung pada Filtered Water Storage Tank kemudian dipompakan menuju
Catridge Filter setelah sebelumnya diberi antiseptik, acid, dan sodium bisulphite.
Dalam catridge filter air disaring kembali untuk mendapatkan air yang lebih
murni yang kemudian dijadikan air tawar melalui proses desalination reverse
osmosis, namun air ini masih mengandung banyak karbon. Kemudian karbon
dipisahkan pada Decarbonate Tank. Air dipindahkan ke Permeate Storage Tank
menggunakan Decarbonate Pump dan Decarbonate Blower. Air dari Permeate
Storage Tank ini dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan sehari-hari namun
belum bisa digunakan untuk menyuplai boiler.
Air dari Permeate Storage Tank dengan menggunakan Permeate Supply
Pump kemudain diproses lagi dengan reverse osmosis yang kedua kemudian
17
ditampung di Mixed Beds. Air inilah yang disebut air demin dan ditampung dalam
Demin Water Tank.
Air yang berasal dari WTP pertama kali disuplai ke condenser. Dengan
menggunakan Condensor Extrusion Pump dimana 2 pompa aktif dan 1 pompa
standby, pompa disusun secara paralel agar tekanan yang dihasilkan sama yaitu 36
bar, air dipanaskan melalui heater A1, heater A2, heater A3 dan heater A4
kemudian dipindahkan ke deaerator. Di deaerator kadar oksigen dikurangi agar
tidak terlalu banyak terjadi oksidasi. Karena bila terjadi oksidasi maka pipa akan
mudah terkorosi dan dapat mengakibatkan kebocoran. Air yang telah dikurangi
kadar oksigennya kemudian ditampung di Feed Water Storage Pump. Dua pompa
aktif dan digerakkan oleh baby turbine, serta satu pompa standby lalu air
dipanaskan melalui heater A6, heater A7 dan heater A8. Di economizer air
mendapatkan pemanasan dari furnace pertama kali walaupun sebelumnya telah
mendapatkan pemanasan beberapa kali dari heater, air ini sudah bercampur
dengan steam dan ditampung di steam drum. Di steam drum, bagian yang masih
berupa air akan dipanaskan kembali oleh evaporator dan bagian yang sudah
berupa steam akan dipanaskan oleh superheater. Di superheater inilah pemanasan
utama karena pipa-pipa boiler bersentuhan langsung dengan api (suhu steam
ditingkatkan sampai sekitar 500C).
Bila steam yang diberikan sudah bagus maka steam akan langsung menuju
High Pressure Turbine (HP Turbine), namun jika kualitas steam masih kurang
maka steam akan dilewatkan pada HP bypass. Apabila steam yang dimasukkan
pada HP Turbine masih belum bagus maka akan merusak sudu-sudu turbin. Steam
yang keluar setelah memutar HP Turbine dipanaskan lagi di boiler melewati
Reheater. Jika kualitas steam yang telah dipanaskan kembali (reheater) tidak
bagus, maka steam akan masuk ke LP by pass dan ditransfer kedalam kondensor
kembali dengan perlakuan awal. Steam yang dipanaskan di reheater tidak sepanas
steam yang dihasilkan superheater.
18
19
2. Air Scour
4. Step Delay
densitasnya.
5. Rinse
benar-benar bersih.
Air bekas Back Wash dialirkan menuju Seal Pit (Kolam Pembuangan)
yang selanjutnya dibuang ke laut. Selain itu, ada pompa ke Catridge Filter.
Dimana Catridge Filter ini bertujuan untuk menghilangkan suspended solid
yang lebih besar dari 5 mikron. Namum sebelum melalui filter ini, diberikan
injeksi kimia antara lain:
Antiscalan, injeksi ini bertujuan untuk mencegah timbulnya potensi kerak
(Scaling) dari silica pada sisi Reject Membrane RO (Reverse Osmosis).
Hidrochlorite Acid, untuk menurunkan pH, dimana dengan penurunan pH
akan melarutkan kelarutan ion untuk meningkatkan kinerja Reverse Osmosis.
Sodium Bisulphate, untuk menghilangkan klorin bebas dari air laut dan
melindungi membran RO dari kerusakan akibat klorin.
Setalah melalui Catridge Filter, air dipompa menuju unit Desalination
Reverse Osmosis. Desalination RO unit itu menghilangkan 98% dari zat-zat
padat terlarut (Dissolved Solid) dari air laut tersaring. Didalam Desalination RO
20
21
22
24
25
c. Magneting Separator
Untuk memisahkan logamlogam yang terkandung dalam batubara pada
proses pengiriman.
d. Belt Scale
Untuk mengetahui jumlah tonase berat batubara yang diangkut oleh Belt
Conveyor.
e. Dust Supation
Berfungsi untuk :
1. Air Polution Controller.
2. Menyemprot air pada batubara.
3. Menghemat batubara agar tidak menjadi debu.
4. Menghalangi terjadinya percikan api akibat debu panas dari batubara.
3.2.5 Reclaiming
Reclaiming adalah proses pengambilan batubara dari Coal Pile dan
menyalurkan ke Silo. Beberapa istilah di Reclaiming antara lain :
a. Coal Pile
Di coal Pile, proses penimbunan pengambilan batubara dilakukan dengan alat
yang disebut Stacker/Recklaimer. Alat ini merupakan sebuah conveyor yang
kompleks dan terpasang pada sebuah struktur yang dapat bergerak. Di dalam
proses penimbunan, Stacker menyalurkan batubara melalui sebuah lengan yang
dapat diatur agar selalu diam ditempat, sehingga batubara yang jatuh dapat
tumpah melalui lengan itu akan membentuk timbunan yang tinggi, apabila
lengan bergerak maju mundur maka timbunan yang akan dihasilkan menjadi
timbunan yang rapid an memanjang.
Pada saat pengambilan, Reclaiming Bucket pada Stacker akan berputar dan
mengeruk batubara yang selanjutnya dituang ke Belt Conveyor untuk dibawa ke
instalasi. Seperti halnya penimbunan, Reclaiming Bucket ini juga dapat diatur
agar tetap diam ditempat atau maju mundur untuk mengeruk batubara.
b. Tripper Floor
26
27
udara. Pulverizer atau biasa disebut juga dengan Mill adalah mesin yang
berfungsi sebagai penghancur atau penggiling batubara sehingga menjadi halus
kemudian bersama dengan udara primer akan dialirkan ke furnace. Fungsi lain
dari Pulverizer adalah untuk mengeringkan batubara sehingga mudah dihaluskan
dan dibakar. Mengklasifikasikan atau menyaring batubara untuk memastikan
bahwa batubara yang masuk ke dalam boiler benarbenar halus. Cara kerja
Pulverizer yaitu dengan menggerus batubara yang disupply oleh feeder. Di
dalam Pulverizer terdapat sebuah silinder pejal yang sangat besar.
Silinder tersebut berputar statis menggilas batubara yang berada pada
lempengan dibawahnya. Lempengan tersebut juga berputar namun putarannya
pada arah horizontal. Batubara yang sudah hancur akan diterbangkan keatas
28
menuju furnace oleh udara dari PA Fan, taetapi yang ukurannya belum sesuai
dengan yang diinginkannya akan kembali jatuh pada tempat pengglingan dan
dihancurkan kembali.
Sedangkan batubara atau bendabenda lain yang benarbenar tidak dapat
hancur akan bergerak kesamping karena adanya gaya radial dari putaran
lempengan. Batubara atau bendabenda lain yang tidak hancur tersebut
ditampung dalam tempat yang dinamakan pyrites hopper. Dari pyrates hopper
dibawa dengan air menuju SSCC ( Scraper Submerged Chain Conveyor) dan
dikumpulkan bersama dengan kotorankotoran lain. Dari SSCC kotorankotoran
tersebut dimasukkan kedalam kotakkotak penampungan dan akhirnya dibawa
dengan lempengan truk ke tempat pembuangan limbah.
Pulverizer juga memliki proteksi untuk mencegah agar batubara tidak
menempel pada dinding pulverizer. Proteksi yang digunakan yaitu proteksi dari
seal air. Proteksi ini konsepnya sama dengan yang ada di feeder yaitu dengan
menyemprotkan udara ke pulverizer
terjadinya
kebakaran.
Proteksi
ini
dilakukan
dengan
cara
29
d. Reaksi kimia.
Khusus pembakaran pada boiler ada syarat tambahan yaitu turbulensi dan
waktu. Turbulensi berfungsi agar pembakaran pada boiler bekerja dengan
efisien. Waktu yang cukup harus diupayakan agar campuran yang mudah
terbakar dapat terbakar seluruhnya. Aliran bahan bakar dalam boiler harus cukup
lambat untuk memberikan cukup waktu agar terjadi pembakaran sempurna,
kalau tidak bahan yang mudah terbakar akan terakumulasi dalam ketel atau
cerobong dan dapat menimbulkan bahaya ledakan. Bahaya ledakan dapat
dicegah dengan perancangan boiler yang tepat, boiler harus cukup besar untuk
memperlambat aliran udara sehingga sebelum meninggalkan boiler bahan bakar
dapat terbakar dengan sempurna.
Awal mula pembakaran dimulai dengan bahan bakar berupa solar. Bahan
bakar tersebut dimasukkan ke furnace dari setiap corner. Bahan bakar solar
dihentikan ketika api sudah besar dan panas mencukupi walau tanpa bahan bakar
solar dan bahan bakar yang digunakan hanya batubara saja, kecuali bila batubara
yang digunakan kualitasnya kurang bagus.
Batubara yang diterbangkan dari mill masuk ke dalam furnace dari setiap
corner untuk setiap elevasi ketinggian tertentu terdapat pipa batubara pada setiap
corner. Hal itu dimaksudkan agar pembakaran batubara berjalan seimbang
sehingga api tetap berada di tengah furnace. Api yang dihasilkan seperti bola
yang berputar-putar, hal itu dikarenakan bahan bakar yang dimasukkan secara
langsung diarahkan ke tengah akan tetapi diarahkan melalui samping-samping
furnace sehingga bahan bakar terbakar dan mengelilingi furnace karena adanya
putaran itulah mengapa api tidak menyebar ke samping-samping furnace
melainkan berkumpul di tengah membentuk bola api yang sangat besar.
Batubara yang akan masuk ke furnace diatur sudut masuknya dengan
CCOFA (Close Coupled Overfire Air Compartment). CCOFA bekerja mengatur
sudut masuk batubara agar api yang dihasilkan tepat pada posisi yang
diinginkan. CCOFA ditempatkan pada masing-masing elevasi pada setiap
30
corner. Selain CCOFA juga ada SOFA (Sparated Overfire Air Register). SOFA
berfungsi untuk mengatur sudut elevasi udara masuk sehingga api yang
dihasilkan bisa dinaikkan dan diturunkan sehingga pembakaran bisa berlangsung
sempurna karena supply udara diberikan pada tempat yang tepat. Udara yang
digunakan untuk pembakaran di furnace di supply dari tempat yaitu PA Fan
(Primary Fan) dan FD Fan (Forced Difuse Fan).
3.2.10 Boiler
Boiler dapat dikategorikan menjadi 2 macam berdasarkan segi
konstruksinya, yakni boiler pipa panas dan boiler pipa dingin. Jenis boiler yang
digunakan unit 5 dan 6 adalah boiler pipa air dimana fluida airnya berada di
dalam pipa sedangkan api atau gas hasil pembakaran berada diluar pipa.
Spesifikasi teknik boiler PLTU unit 5 dan 6 :
Vendor
: ABB CE.
Tipe
Efisiensi
31
oleh Boiler Feed Pump (BFP) dimana sebelumnya telah dipanaskan oleh High
Pressure Heater dan economizer. Pada High Pressure Heater, air dipanaskan
oleh uap ekstrasi turbin tekanan sedang (IP Turbin). Boiler Water Circulating
Pump (BWCP) memompa air dari Steam Drum menuju Evaporator sehingga
menjadi uap dan masuk ke dalam Steam Drum kembali. Dalam Steam Drum air
dipisahkan dari uapnya, air yang telah dipisahkan akan disalurkan melalui
lowering Haeder yang ada di bawah tungku yang akan membagi air yang masuk
ke pipa-pipa penguap (riser) yang tersusun di sekeliling dinding furnace. Pipapipa penguap yang ada pada dinding dibawah drum akan langsung bermuara
pada Steam Drum, sementara yang ada pada dinding lainya akan bermuara pada
Steam Header (Tabung pengumpulan uap).
Dari Steam Header ini, uap basah yang terbentuk akan masuk ke
superheater, sedangkan yang masih berupa air akan disalurkan kembali melalui
down comer dengan bantuan pipa. Uap yang dihasilkan setelah superheater
adalah uap kering yang disebut juga dengan Main Steam. Uap kering inilah yang
siap digunakan untuk menggerakkan HP Turbin. Karena pada turbin mengalami
ekspansi, maka tekanan dan temperaturnya menurun sehingga keluaran HP
Turbin tempraturnya uap jenuh yang disebut Cold Steam. Uap jenuh ini tidak
langsung disalurkan ke IP Turbin, melainkan dipanaskan kembali ke reheater
kemudian digunakan untuk menggerakkan IP Turbin. Uap keluaran IP Turbin
dialirkan ke LP Turbin 1 dan 2.
Adapun bagian utama yang menyusun boiler adalah sebagai berikut :
1. Economizer
Berfungsi untuk memanaskan air setelah melewati High Pressue Heater.
Pemanasan dilakukan dengan memanfaatkan panas dari flue gas yang
merupakan sisa dari pembakaran dalam furnace.
Spesifikasi Teknik Economizer PLTU Paiton unit 5 dan 6
Material Pipa
: SA 178 Grade C
32
Diameter Pipa
: 50,88 mm
: 101,6 mm
: 11284 m2
Tekanan Economizer
: 213,7 kg/cm2
Method of Control
: Desuperheater spray
: 9.967 m2
: 1330 ton/hour
33
Outlet temperature
: 538C
: 1778 mm
Wall Thickness
: 163.5 193.5 mm
Total Length
: 192 mm
Total Weight
: 210 ton
34
Drum Pressure
: 19.279 mm
5. Down Comer
Down corner merupakan saluran air dari Steam Drum ke header (pengaman)
yang berada di bawah ruang bakar dimana header butirbutir air panas akan
dipanaskan melalui pipapipa yang tersusun di dinding furnace. Pada down
comer bagian bawah terdapat suatu pompa yang disebut dengan Boiler Water
Circulating Pump (BWCP) yang digunakan untuk mengatur sirkulasi air yang
akan dipanaskan atau diuapkan.
6. Furnace
Furnace merupakan ruang bakar yang pada dindingnya tersusun pipapipa.
Spesifikasi teknik Furnace PLTU Paiton unit 5 dan 6, adalah :
Volume of Furnace Total
: 10.054 m3
: 5.4 mm
: 57.2 mm
Material (ASME)
: SA 178 C
Size of Furnace
: 1.219 mm
7. Blow Down
Untuk mengontrol kualitas air serta mengurangi kandungan zat padat (silica)
dalam air sehingga tidak terbentuk kerak hangus pada furnace.
Peralatan Pendukung Boiler
Selain bagian utama yang menyusun Boiler, digunakan beberapa peralatan
pendukung untuk proses di boiler dengan tujuan masing masing sehingga
diharapkan dapat meningkatkan efesiensi unit. Adapun peralatan peralatan
pendukung tersebut adalah :
1. Fan
a. Primary Air Fan (PA Fan)
PA Fan terletak dibagian pulverizer (bagian yang berfungsi sebagai
penggerus batubara kasar yang disuplai oleh coal feeder menjadi serbuk
35
: ABB Solyvent
Tipe
Putaran
: 1484 rpm
Daya/Tegangan
: 1659.21 kW / 10 kV
: TLT Babcock
Tipe
: 253 kg/s
Putaran
: 989 rpm
Outlet Pressure
: 24.1 bar
36
Daya/Tegangan
: 1193.14 kW / 10 kV
: TLT Babcock
Tipe
: 480 kg/s
Putaran
: 746 rpm
Daya/Tegangan
: 5483 kW / 10 kV
37
uap yang terjadi benarbenar kering. Ada tiga alasan utama mengapa bagian
bagian boiler harus dibesihkan, yaitu :
a. Agar proses heat transfer menjadi maksimal.
b. Menghasilkan losses yang ditimbulkan oleh slag (heat losses).
c. Mencegah terjadinya korosi pada boiler.
Adapun tipetipe blower yang digunakan di boiler PLTU Paiton unit 5 dan 6,
yaitu :
a. Long Rectractable Soot Blower
Berfungsi untuk membersihkan slag yang menempel pada pipapipa
superheater dan reheater.
b. Half Rectractable Soot Blower
Berfungsi untuk membersihkan slag yang menempel pada pipa
economizer.
c. Wall Soot Blower
Berfungsi untuk membersihkan slag yang menempel pada dinding
furnace.
d. Air Heater Soot Blower
Berfungsi untuk membersihkan kotoran dari flue gas yang melewati air
heater.
e. Thermoprobes
Berfungsi sebagai pengukur temperatur di reheater dan superheater
dengan tujuan untuk mencegah pemanasan yang berlebih atau menjaga
temperatur yang stabil pada saat pembakaran awal.
Berfungsi sebagai protector/seal mechanical part dari debu batubara dan juga
pembersih komponen komponen pendukung boiler. Udara yang digunakan
oleh Sealing Air Fan disuplai oleh PA Fan.
4. Pompa
Pompa berfungsi sebagai alat untuk memberikan energi ke aliran fluida yang
melewatinya sehingga headnya bertambah sehingga bisa dialirkan ke tempat
38
39
memicu
oksidasi
pada
material
logam
sehingga
dapat
40
Proses penyingkiran non condensable gases disebut juga dearasi, dan alat
yang melaksanakannya dinamakan deaerator. Prinsip kerja deaerator yang
digunakan unit 5 dan 6 PLTU Paiton adalah dengan metode mechanical dan
chemical. Pada metode mechanical, feedwater mula-mula disemprotkan ke
dalam ruang berisi uap, lalu dialirkan turun berjenjang pada sederetan piring
yang disusun secara horizontal. Air kemudian turun dalam bentuk lembaran atau
tabung dari piring yang satu ke yang lain dan terjadi kontak dengan uap yang
mengalir naik yang masuk dari bawah sistem piring tersebut. Dengan adanya
kontak ini maka terjadi pengukutan (scrubbing), gas tak mampu kondensasi dan
sebagian uap naik dan terjadi kontak dengan air yang dingin sehingga volume
gas tak mampu kondensasi mengecil dan keluar ke atmosfer melalui ventilasi
(deaerator venting), sedangkan melalui metode chemical adalah dengan
menginjeksikan senyawa kimia berupa Hirazyne ke dalam Deaerator untuk
mengikat non condensable gases yang ikut terkandung dalam feedwater.
Selain fungsi utama dari deaerator yang telah dijelaskan sebelumnya,
deaerator juga memiliki fungsi sebagai pemanas air umpan terbuka (open
feedwater heater) sehingga dapat memanaskan air sampai sekitar 162C.
Penempatan deaerator yang tinggi memungkinkan pemberian suction head yang
cukup untuk Feedwater Pump.
3.2.13 Steam Drum
Steam drum berfungsi untuk menyimpan air dalam volume yang besar dan
untuk memisahkan uap dari air setelah proses pemanasan yang terjadi dalam
boiler. Secara umum, ada empat jenis pipa sambungan dasar yang berhubungan
dengan Steam Drum, yaitu:
Feed Water Pipe
Berfungsi mengalirkan air dari economizer ke distribution pipe yang
panjangnya sama dengan steam drum. Distribution pipe berfungsi
mengalirkan air dari economizer secara merata keseluruh bagian steam
drum.
41
konstruksi
membran.
Waterwall
berfungsi
menerima
dan
42
3.2.14 Generator
Generator adalah alat untuk membangkitkan listrik, generator terdiri dari
stator dan rotor. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin sehingga berputar
bersamaan. Stator bars di dalam sebuah generator membawa arus hubungan
output pembangkit. Direct Current (DC) dialirkan melalui Brush Gear yang
langsung bersentuhan dengan slip ring yang dipasang jadi satu denagn rotor
sehingga akan timbul medan magnet (flux). Jika rotor berputar, medan magnet
tersebut memotong kumparan di sator sehingga ujung-ujung kumparan stator
timbul tegangan listrik. Setelah sesaat generator timbul tegangan sehingga
melalui eksitasi transformer arus AC akan disearahkan oleh rectifier dan arus
DC akan kembali ke generator. Proses ini disebut dengan self excitation. Dalam
sistem tenaga, disamping generator menyuplai listrik ke jaringan ekstra tinggi
500kV, juga dipakai untuk pemakaian sendiri dimana tegangan output generator
diturunkan melalui transformer sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan saat
start diambil dari 150 kV line. Untuk sistem tegangan ekstra tinggi tenaga listrik
yang dihasilkan oleh power plant di supply ke jaringan sebesar 500kV dan
selanjutnya oleh beberapa transformer tegangan diturunkan sesuai dengan
kebutuhan.
3.2.12 Condenser
Setelah LP Turbin diputar kemudian steam akan mengalir menuju
condenser untuk didinginkan dan berubah menjadi air. Condenser ada dua yaitu
A dan B yang letaknya dibawah LP Turbin A dan B. Proses yang terjadi steam
bersentuhan langsung dengan pipa yang didalamnya dialiri pendingin berupa air
laut. Kondensasi ini mengubah steam menjadi air yang kemudian ditampung di
Condensate Hot Well. Air laut selain berfungsi sebagai media Heat Transfer
juga berfungsi untuk mendinginkan condenser juga mendinginkan Closed
Cooling Sistem (air pendingin). Closed Cooling Sistem ini mendinginkan
berbagai peralatan yang membutuhkan pendinginan seperti Air Compressor,
Pump dan Generator Stator Cooling dan juga penting untuk mendinginkan oli
43
untuk pelumasan turbin. Proses pertukaran panas antara Close Cooling dengan
air laut terjadi pada alat yang disebut Heat Excharnger. Karena adanya
Blowdown pada Steam Drum, maka untuk mengembalikan volume air ke
volume semula, pada Condenser terdapat Make-up Water untuk menambah
volume air. Make-up Water diambil dari Maku-up Demineralizing RO.
Condenser bekerja dalam konsi vakum, hal ini dikarenakan proses kondensasi
yang terjadi yaitu perubahan steam ke air menyebabkan berkurangnya volume.
Untuk menjaga agar condenser dalam keadaan vakum maka gas-gas yang
dilepas dari steam (ketika steam berubah menjadi air) dipompa keluar oleh
vakum pump. Alasan lain keadaan vakum adalah efisiensi, steam yang diambil
dari turbin adalah enthalpy steam (selisih steam masuk dan keluar) sehingga
tekanan diminimalkan agar energy yang dimanfaatkan semakin besar karena
enthalpinya juga besar.
3.2.16 Polisher
Dari condensate hot well, condensate water akan dipompa oleh condensate
pump menuju polisher. Condensate pumpnya ada tiga, dua pompa aktif dan satu
pompa standby dengan kapasitas tiap pompa sebesar 50%. Di dalam polisher
terdapat resin, berdasarkan fungsinya resin dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
a. Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk mengikat ion negatif penyebab korosi.
b. Resin Anion
Resin anion berfungsi mengikat ion positif penyebab scale (kerak).
Ionion tersebut diikat oleh resin dalam polisher untuk memurnikan air
yang masuk ke boiler. Parameter ionion itu dapat diukur dengan melihat nilai
konduktifitasnya (kondisi normal 0.2 konduktifitas tinggi) yang bermakna, yaitu:
a. Terdapat kebocoran air laut di dalam polisher, terdeteksi dengan Leak
Detector.
44
45
diperoleh atom H+ dan OH- sehingga diperoleh H2O murni dengan TDS
kurang dari 0.01 ppm. Setelah itu akan disimpan di condensif tank.
3.2.18 Electro Static Precipitator
Udara sisa pembakaran yang berasal dari furnace tidak boleh langsung
dibuang ke udara bebas karena masih mengandung banyak debu (dast) dan gasgas beracun. Disamping itu udara yang berasal dari furnace suhunya masih
terlalu tinggi untuk dibuang kea lam bebas. ESP (Electro Static Precipitator)
berfungsi untuk menangkap debu yang berada pada udara sisa hasil pembakaran
furnace. Dalam ESP terdapat lempenganlempengan yang mengandung muatan
positif sehingga debu yang mengandung muatan negative akan menempel pada
lempenganlempengan tersebut. Setlaha debu yang menempel pada lempengan
tersebut cukup banyak maka lempengan tersebut akan diketuk dengan alat
pemukul (Collecting Plate Rapper) untuk melepas debu dari lempengan tersebut.
Debudebu (fly ash) yang sudah terlepas dari lempengan ESP akan ditampung di
bagian bawah ESP. Debudebu tersebut akan dikumpulkan dan didorong dengan
udara menuju Ash disposal denagn pipa. Di dalam ESP juga terdapat Hopper
Heater yang berfungsi untuk menjaga agar fly ash tetap kering sehingga mudah
untuk diterbangkan ke ash disposal.
3.2.19 Flue Gas Desulphurisation (FGD), Gas Gas Heater (GGH) dan Absorber
Udara yang akan dibuang ke alam bebas harus ramah lingkungan. Oleh
karena itu udara yang akan dibuang ke alam bebas haruslah dikurangi suhunya
agar tidak terlalu panas. Gas gas heater berfungsi mengurangi suhu udara dari
furnace sehingga dapat diterima di alam bebas. Udara yang berasal dari gas gas
heater yang msih panas didinginkan pada absorber. Pada absorber udara tersebut
dispray dengan air laut.
Air laut tersebut disupply dengan empat pompa (absorber pump) yang
memiliki head dan kapasitas yang besar. Tujuannya agar terjadi ionisasi dan
pendinginan udara karena dispray oksigen yang ada dalam udara akan terikat
46
dan merubah menjadi ion ion baru. Setelah udara dispray maka udara tersebut
menjadi dingin. Udara yang telah menjadi dingin dipanaskan sebelum dibuang
ke alam bebas. Udara tersebut dipanaskan keg GH dengan cara menukarkan
panas udara yang berasal dari ESP untuk diambil oleh udara dingin yang berasal
dari absorber.
Flue Gas Desulphurisation (FGD) memiliki beberapa komponen yang
penting, yaitu :
a. Absorber Pump
Pump station terdiri dari tiga absorber feed pump, untuk memompa air laut
dan dua absorber sump pump. Absorber pump adalah tipe pompa
sentrifugal.
b. Absortion Zone Absorber
Absorber zone dilengkapi dengan sistem nozzle yang terdiri dari tiga level.
c. Absorber Sump
Air bekas spray dari absortion zone absorber diakumulasikan di absorber
sump. Di absorber sump dilakukan reaksi oksidasi melewati sebuah sistem
distribusi udara selain itu juga ditambahkan air laut untuk kontrol pH.
d. Air Drayer
Air drayer berfungsi untuk pendistribusian merata spray air pada absorber.
Air drayer terletak di sekeliling dinding absorber. Hal ini bertujuan agar
tak ada ruang bagi udara untuk melepaskan diri dari spray air laut bisa
merata ke seluruh bagian ruangan absorber.
e. Hp Plushing Pump
Hp plushing pump merupakan pompa yang memiliki head pealing tinggi.
Pompa ini berfungsi untuk menambah pH air laut yang dispraykan pada
absorber.
f. Oksida Blower
Udara yang telah bersih dan sesuai dengan standart lingkuangan hidup di
buang melalui stack.
47
3.2.20 Stack
Stack (cerobong) merupakan saluran pembuangan gas hasil pembakaran
yang telah diproses di Flue gas Desulphurisation (FGD). Stack memiliki alat
pengukur temperatur aliran gas yang akan dibuang ke atmosfer.
48
BAB IV
TURBIN UAP
4.1 Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat yang digunakan untuk mengubah energi kinetik
yang dibawa uap panas lanjut menjadi energi mekanis putaran poros turbin.
Energi mekanis ini nantinya yang akan digunakan untuk menggerakkan generator.
Unit 5 dan 6 PLTU Paiton menggunakan turbin jenis reaksi dan radial dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Vendor
: Siemens
Type
: HMN series 4
Stage
Daya
Putaran
: 3000rpm
Arah Putaran
Kondisi Uap
: 167 bar
49
50
51
52
2. Preventive Maintenance
Preventive
maintenance
dikenal
juga
sebagai
Calender-based
a. Masih terlalu sering diperbaiki bahkan pada saat dimana mesin itu
sebenarnya tidak mengalami masalah sama sekali.
b. Tindakan perawatan sering kali menambah masalah daripada
menguranginya.
c. Masih terjadi unscheduled breakdowns.
3. Predictive Maintenance
Predictive
Maintenance
disebut
juga
dengan
Condition
Based
Based
menitikberatkan
Maintenance.
pada
Metode
indentifikasi
perawatan
akar
ini
permasalahan
lebih
dan
55
Kerugian
56
Pada pemeliharaan saat overhaul terdiri dari dua tipe, yaitu sebagai
berikut:
Mean Overhaull
a. Simple overhaul +
b. Membuka casing bagian atas.
c. Memeriksa kondisi sudu turbin.
d. Memeriksa clearance antara bagian rotor dan bagian casing.
e. Memeriksa sistem perapat poros.
Major Overhaull
a. Mean overhaul +.
b. Mengangkat rotor dan membersihkannya.
c. Melepas diafraghma sudu tetap dan membersihkannya.
d. Memeriksa cacat yang terjadi pada bagian stator dan rotor,
mencegah cacat tersebut agar tidak berkelanjutan.
e. Pembersihan dilakukan dengan metode sand blasting jika kotoran
sulit dilepas.
f. Mengganti dilakukan jika batasan yang diizinkan terlampaui.
g. Memasang kembali atau mengganti baru semua yang dilepas dan
mencatat semua clearancenya.
Pada PT YTL Jawa Timur jadwal perawatan dan pemeliharaan turbin terdiri
dari 2 modul, yaitu :
Modul 1
Modul 2
Tipe Major
Ruang lingkup tipe ini lebih luas setara dengan overhaul yaitu perawatan dan
Tipe Minor
58
Ruang lingkup tipe ini lebih sempit setara dengan inspeksi, seperti
pengecekan katup-katup dan kekencangan dari mur dan baut. Tingkat kesulitan
tipe ini lebih rendah dibandingkan tipe major, waktu yang dibutuhkan pun relative
lebih cepat.
Ruang lingkup perawatan dan pemeliharaan turbine
Bearing
Valves
Condenser
Water Sistem
59
BAB V
CONDITION MONITORING
5.1 Pengertian Condition Monitoring
Condition monitoring adalah proses memonitor kondisi dari sebuah mesin
sehingga bisa diketahui kondisi dari mesin apakah dalam kondisi baik atau mulai
ada gejala rusak. Memonitor kondisi dari mesin bisa dianalogikan dengan
memonitor kesehatan manusia. Basic Condition Monitoring, yaitu :
1. Vibration
2. Oil
baiya
operasi
plant
secara
keseluruhan
(Increase
Profitability).
60
5.3 Getaran
Getaran dapat diartikan sebagai goyangan atau osilasi mekanik terhadap
posisi acuan. Mesin terdiri dari berbagai elemen yang berpasangan dan bergerak
yang dapat menimbulkan getaran. Bentuk dan besarnya getran dipengaruhi oleh
kondisi elemenelemen itu sendiri. Getaran berasal dari gaya yang bekerja pada
mesin dan dapat menjalarkan suatu kerusakan. Kebisingan dari mesin juga
disebabkan oleh getaran. Getaran yang berlebihan pada mesin tidak dikehendaki
tetapi ada juga getaran yang sengaja dibuat untuk maksud tertentu, misalnya
mesin getar pembongkar jalan, penggetar beton cair dan lain sebagainya.
Teknik pemeriksaan getaran dapat dan lebih tepat diterapkan pada mesin
mesin atau peralatan yang berputar dari pada mesin mesin yang dengan gerakan
bolak balik. Masalah masalah umum yang dapat ditimbulkan getaran pada
mesin antara lain :
a. Ketidakseimbangan elemen yang berputar.
b. Poros yang melentur.
c. Kerusakan roda gigi.
d. Kurang baiknya transmisi sabuk atau rantai.
e. Kurang baiknya bantalan.
f. Momen puntir yang bervariasi.
g. Gaya aerodinamik.
h. Gaya hidraulik.
i. Kelonggaran ikatan.
j. Kurang baiknya pelumasan.
Efek atau akibat kerusakan kerusakan seperti disebutkan diatas antara lain :
a. Meningkatkan beban pada bantalan sehingga menurunkan umur bantalan.
b. Meningkatnya beban pada mesin.
c. Meningkatnya tegangan pada komponen mesin yang disebabkan karena
kelelahan.
61
sin( )
= cos( )
sin( )
sinusoida harga RMS adalah 0.707 harga peak (0.707 x peak). Harga average
yaitu harga ratarata dari gelombang. Harga average gelombang sinusoida adalah
0.637 harga peak (0.637 x peak).
5.6 Parameter Getaran
Kondisi mesin dan gangguan pada mesin dapat ditentukan dengan mengukur
parameter atau ukuran getaran yang terjadi. Parameter getaran yang penting antara
lain :
a. Frekuensi (frequency).
b. Simpangan (displacement).
c. Kecepatan (velocity).
d. Percepatan (acceleration).
e. Fasa (phase).
f. Energi tumbukan (spike energy).
g. Pulsa kejut (shock pulse).
Frekuensi (f) dapat diartikan sebagai jumlah siklus yang dapat ditempuh
setiap satuan waktu. Pada umumnya frekuensi dinyatakan dalam Hertz (Hz), yaitu
jumlah siklus setiap detik. Sedangkan periode (T) yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh satu siklus, sehingga :
=
63
percepatan yang dihasilkan oleh gaya gravitasi pada permukaan bumi. Menurut
perjanjian internasional g besarnya 980.665 cm/det2 atau 386.087 inch/det2 atau
sama dengan 32. 1739 feet/det2. Fasa diartikan sebagai jarak dari posisi suatu
getaran terhadap titik getaran yang lain yang telah ditentukan. Spike energy
merupakan karakter khusus getaran. Energi ini diukur dalam waktu yang sangat
singkat pada frekuensi tinggi dan merupakan hasil dari halhal sebagai berikut :
a. Permukaan elemen mesin yang retak (bantalan, roda gigi).
b. Goresan, tumbukan atau kontak antara metal yang satu dengan yang lain
pada mesin berputar.
c. Uap tekanan tinggi atau kebocoran udara.
d. Kavitasi atau turbulensi dalam suatu fluida.
Pada dasarnya pengukuran spike energy pengukurannya berdasarkan
percepatan getaran, oleh karena itu satuannya dinyatakan dalam g SE.
Karakteristik lain dari getaran yang penting antara lain :
a. Getaran paksa (forced vibration).
b. Getaran bebas (free vibration).
c. Frekuensi gerakan (driving frequency).
d. Frekuensi alami (natural frequency).
e. Frekuensi resonansi (resonant frequency).
f. Kecepatan kritis (critical speed).
Forced vibration diartikan sebagai getaran yang disebabkan oleh gaya yang
disebabkan oleh gaya penggetar misalnya unbalance dari sebuah mesin atau
struktur untuk menggetarkan pada frekuensi gaya penggetar. Free vibration
adalah getaran yang timbul ketika mesin diizinkan utnuk bergetar tanpa gaya luar.
Driving frequency adalah frekuensi dari gaya penggetar. Natural frequency dapat
diartikan sebagai frekuensi yang dimiliki oleh mesin atau struktur. Resonant
frequency merupakan suatu frekuensi ketika frekuensi gaya dari luar sama dengan
frekuensi yang dimiliki oleh sistem itu sendiri. Resonansi menghasilkan
amplitudo getaran yang besar dan membahayakan. Critical speed yaitu kecepatan
64
pada saat dimana poros akan bergetar pada arah melintang. Pada kecepatan ini
sangat berbahaya jika putaran diteruskan karena amplitudo getaran yang sangat
besar.
5.7 Pemilihan Parameter Pengukuran
Pemilihan parameter pengukuran getaran didasarakan atas rentang frekuensi
getaran dan jenis mesin. Parameter pengukuran getaran berdasarkan rentang
frekuensi antara lain :
a. Displacement (simpangan)
Pengukuran displacement digunakan untuk mesin yang berputar pada
frekuensi rendah, yaitu dibawah 600 rpm.
b. Velocity (kecepatan)
Pengukuran kecepatan digunakan untuk mesin yang berputar pada
frekuensi antara 600 rpm hingga 60.000 rpm.
c. Acceleration (percepatan)
Acceleration (percepatan) digunakan pada mesin yang berputar pada
frekuensi tinggi yaitu lebi besar 60.000 rpm.
Pemilihan parameter pengukuran getaran berdasarkan jenis mesin dan rentang
frekuensi ditunjukkan pada tabel :
Deskripsi Mesin
Turbin Uap
Pompa
Kompresor
(bantalan
luncur)
Motor pompa
Generator
turbin
Motor
listrik/fan
Fan/Boiler
Motor
Parameter
Rentang
Frekuensi
(rpm)
Lokasi
Simpangan
600 6000
Poros
Kecepatan
600 60000
Rumah bantalan
Kecepatan
Percepatan
Energi
tumbukan
600 60000
600 - 600000
Rumah bantalan
Kecepatan
Energi
600 60000
600 - 600000
Badan
Badan
65
(bantalan
gelinding)
Transmisi roda
gigi
(bantalan
gelinding)
tumbukan
Percepatan
Percepatan
Energi
tumbukan
Simpangan
600 6000
Poros
Transmisi roda Percepatan
600 - 600000 Badan
Energi
gigi (bantalan
tumbukan
luncur)
Tabel 5.1 Pemilihan parameter pengukuran getaran
66
amplitudo getaran, juga perlu dilihat frekuensi getaran. Beberapa ciri-ciri dari asal
atau penyebab getaran antara lain :
1. Tak Balans (unbalance)
Tak balans adalah salah satu penyebab yang seringkali menyebabkan getaran.
Tak balans terjadi karena cacar manufaktur, aus, patah dan lain sebagainya. Ciriciri bentuk gelombang getaran yang disebabkan oleh tak balans antara lain :
Amplitudo getaran besar dan arah radial atau horizontal dan vertikal
2. Ketidakbarisan (misalignment)
Masalah ketidaksebarisan juga cukup banyak dijumpai, karena setiap elemen
mesin tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus berpasangan atau disambung
dengan elemen mesin lain.
pemasangan dua buah poros dengan menggunakan kopling dan juga pemasangan
transmisi sabuk, rantai dan roda gigi. Jika terjadi ketidaksebarisan maka akan
menimbulkan getaran yang cukup tinggi. Oleh karena itu inspeksi geometris
perlu dilakukan agar ketidaksebarisan yang terjadi sekecil mungkin.
Jenis-jenis ketidaksebarisan antara lain :
68
Bearing tersusun dari beberapa komponen, yaitu : Inner race, Outer race,
Balls atau roller dan Cage.
a. Inner race atau Cone : cincin baja yang dikeraskan dengan diberi alur
untuk pergerakan roller atau ball di bagian luarnya, sering dipasang pada
shaft yang berputar sebagai penyangga bearing.
b. Outer race: Outer race hampir sama dengan Inner race, outer race adalah
cincin baja yang dikeraskan dengan alur untuk pergerakan ball atau roller
di bagian dalam.
c. Balls atau Rollers: Di antara Inner race dan outer race ada komponen
yang berfungsi mengurangi gesekan yang dilakukan oleh balls, rollers atau
tapered rollers. Balls dan Rollers ini terbuat baja yang dikeraskan. Balls
atau rollers bergerak bebas di antara inner dan outer race.
69
d.
Cage: Letak cage antara inner race dan outer race yang digunakan untuk
menjaga jarak ball atau roller yang satu dengan yang lainnya.
70
a. Frekuensi pada lintasan luar (ball pass frequency outer race, BPF0) :
=
(1
cos )
(1+
cos )
b. Frekuensi pada lintasan dalam (ball pass frequency inner race, BPFI) :
=
(cos
[1
) ]
Dimana :
(1
cos
Bd
Pd
71
BAB VI
ANALISIS VIBRASI
4.1 No Equipt: 60MKF11AP001 (Turbin Building) Unit 60 Stator Water System
Pump A
a. Metode Penyaringan ( Screening method)
Dilakukan secara Route-Based periodic yakni melakukan survey langsung ke
lokasi. Proses penyaringan data dilakukan secara manual secara berkala sebulan
sekali berdasarkan data vibrasi semua mesin. Tujuan tahap ini adalah untuk
menentukan mesin-mesin mana saja yang memiliki masalah yang layak untuk
diselidiki lebih lanjut.
b. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah CSI 2130
c. Tanggal Pengambilan data
Pengambilan Data vibrasi dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014
d. Pengambilan Data vibrasi yang diambil
Frekuensi bermasalah terbesar terletak pada bagian Motor Inboard Vertical
(MIV)
e. Bearing yang dipakai pada Stator Water System Pump A
Bearing yang digunakan pada bagian pump adalah SKF 6213 ZC3
f. Model bearing yang digunakan
Model bearing yang ada di Stator Water System Pump A adalah Inner race
rotate and outer race fixed, bagian inner race bearing yang bergerak dan outer
race yang diam atau fixed.
g. Grafik yang didapat
Lampiran
Berdasarkan Grafik yang didapat,karakteristik menunjukkan ciri-ciri yang terjadi
pada bad bearing atau bantalan rusak, seperti amplitudo dengan frekuensi tinggi
72
(10.000-100.000 rpm) dan gelombang erratic yang rumit dan menyerupai candi.
Jadi dicoba melakukan perhitungan pada bantalan gelindingnya.
Diket
Jawab
: n
= 2976 rpm
= 202, 13 Hz
order
= 4,076 kali
order
Nb
= =
Bd
= 0,6690 mm
Pd
= 3,640 mm
= 40
= 10
= 49,6 Hz
= 4,0752 kali
10
2
(1
49,6 ( 1
cos
0,6990
3,640
= 248 ( 1 0,19203297
= 248 ( 1 0,147097 )
cos 40 )
0,7660 )
= 248 ( 0,85290)
= 211,519880
211,519880
49,6
= 4,2645
10
2
(1+
49,6 ( 1 +
cos
0,6990
3,640
= 248 ( 1 + 0,19203297
= 248 ( 1 + 0,147105 )
cos 40 )
0,7660 )
= 248 ( 1,147105 )
= 284,481792
284,481792
49,6
= 5,73552
= 5,7
[1
,
49,6 [ 1
(cos
,
) ]
(cos 40 ) ]
125,49560
49,6
74
= 2,530153
= 2,53
(1
cos
49,6
0,6990
(1
2
3,640
cos 40 )
= 24,8 ( 1 0,19203297
= 24,8 ( 1 0,147097 )
0,7660 )
= 24,8 ( 0,85290 )
= 21,15192
21,15192
49,6
= 0,42645
75
menentukan mesin-mesin mana saja yang memiliki masalah yang layak untuk
diselidiki lebih lanjut.
b. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah CSI 2130.
c. Tanggal pengambilan Data
Pengambilan data vibrasi dilakukan pada tanggal 24 Juni 2012.
d. Pengambilan Data Vibrasi yang Diambil
Frekuensi bermasalah terbesar terletak pada bagian Pump Inboard Axial (PIA).
e. Bearing yang Dipakai Pada Condensate Extraction Pump B (CEP)
Bearing yang digunakan pada bagian pump adalah SKF 7322 BEGAM.
f. Model Bearing yang Digunakan
Model bearing yang ada di Condensate Extraction Pump B (CEP) adalah Inner
race rotate and outer race fixed, bagian inner race bearing yang bergerak dan outer
race yang diam atau fixed.
g. Grafik yang Didapat
Lampiran
Berdasarkan grafik yang didapat, karakteristik menunjukkan ciri-ciri yang
terjadi pada bad bearing atau bantalan rusak, seperti amplitudo dengan frekuensi
tinggi (10.000-100.000 rpm) dan gelombang erratic yang rumit dan menyerupai
candi. Jadi dicoba melakukan perhitungan pada bantalan gelindingnya.
Diket
: n
= 1486 rpm
= 175,81 Hz
order
= 7,123 kali
order
Nb
= =
Bd
= 41,2700 mm
Pd
= 175,300 mm
= 12
=
,
= 24,68 Hz
= 7,12 kali
76
Jawab
= 37
(1
12
2
24,68 ( 1
cos
41,2700
175,300
cos 37 )
120,23948
24.68
= 4,87
12
2
(1+
24,68 ( 1 +
cos
41,2700
175,300
cos 37 )
175,92052
24.68
= 7,12806
= 7,13
(cos
[1
,
24,68 [ 1
) ]
,
(cos 37 ) ]
50,5635
24.68
= 2,04876
= 2,05
(1
cos
24,68
41,2700
(1
2
175,300
cos 37 )
78
10,01996
24.68
= 0,406
79
: n (speed motor)
= 2980 rpm
= 243,93 Hz
order
Nb (Number of Ball / Roller)
= =
= 36,51 mm
= 157,8 mm
= 37
= 12
= 49,66 Hz
= 4,91kali
Jawab :
Mencari nilai BPFI (Ball Pass Frequency of the Inner Race)
x cos )
BPFI
xSx(1+
BPFI
x 49,66 x ( 1 +
BPFI
= 297,96 x ( 1+ 0,184 )
BPFI
= 297,96 x 1,184
BPFI
= 352,78 Hz
x 0,798 )
80
Order
= 7,104
Mencari nilai BPFO (Ball Pass Frequency of the Outer Race)
x cos )
BPFO
xSx(1-
BPFO
x 49,66 x ( 1 -
BPFO
= 297,96 x ( 1-0,184)
BPFO
= 297,96 x 0,816
BPFO
= 243,13 Hz
x 0,798 )
Order
= 4,896
Mencari nilai BSF (Ball Spin Frequency)
xSx(1(
)2 x (cos )2 )
BSF
BSF
BSF
BSF
BSF
= 107,31 x (1 0,033)
BSF
= 107,31 x 0,967
BSF
= 103,768 Hz
.
,
x 49,66 x ( 1 (
)2 x (0,798)2 )
81
Order
Order
= 2,089
Mencari nilai order FTF (Fundamental Train (cage) Frequency)
x cos )
FTF
= x(1
FTF
FTF
= 24,83 x (1 0,184)
FTF
= 24,83 x 0,816
FTF
= 20,26 Hz
x(1
x 0,798 )
Order
= 0,408
Berdasarkan frekuensi terbesar yang muncul. Order yang keluar secara
periodik dapat diketahui. Tanda-tanda yang sesuai atau mendekati order yang
didapat terjadi pada perhitungan frekuensi Ball Pass frequency of outer race
(BPFO). Jadi dapat diprediksi bahwa kerusakan yang terjadi saat itu adalah outer
race pada bearingnya.
4.4. No Equipt : 60LCB13AP001 (Turbin Building) Unit 60 Condensate
Extraction Pump A
a. Metode Penyaringan ( Screening method),
Dilakukan secara Route-Based periodic yakni melakukan survey langsung ke
lokasi. Proses penyaringan data dilakukan secara manual secara berkala sebulan
sekali berdasarkan data vibrasi semua mesin. Tujuan tahap ini adalah untuk
82
menentukan mesin-mesin mana saja yang memiliki masalah yang layak untuk
diselidiki lebih lanjut.
b. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah CSI 2130
c. Tanggal Pengambilan data
Pengambilan Data vibrasi dilakukan pada tanggal 30 Mei 2012
d. Pengambilan Data vibrasi yang diambil
Frekuensi bermasalah terbesar terletak pada bagian Pump Inboard Axial (PIA)
e. Bearing yang dipakai pada CEP (Condensate Extraction Pump)
Bearing yang digunakan pada bagian pump adalah SKF 7322 B
f. Model bearing yang digunakan
Model bearing yang ada di CEP (Condensate Extraction Pump) adalah Inner
race rotate and outer race fixed, bagian inner race bearing yang bergerak dan outer
race yang diam atau fixed.
g. Grafik yang didapat
Lampiran
Berdasarkan Grafik yang didapat,karakteristik menunjukkan cirri-ciri yang
terjadi pada bad bearing atau bantalan rusak, seperti amplitude dengan frequensi
tinggi (10.000-100.000 rpm) dan gelombang erratic yang rumit dan menyerupai
candi. Jadi dicoba melakukan perhitungan pada bantalan gelindingnya.
Diket
: n (speed motor)
= 1490 rpm
= 175.53 Hz
order
Nb (Number of Ball / Roller)
= =
= 41.2700 mm
= 175.300 mm
= 40
= 12
.
.
= 24.83 Hz
= 7.07782 kali
83
Jawab
12
2
(1
cos
41.2700
175.300
24.83 ( 1
= 149 ( 1 0.23542
= 149 ( 1 0,18127 )
cos 40 )
0,7660 )
= 149 ( 0,818722)
= 121.9895
121.98
24.83
= 4.912
12
2
(1+
24.83 ( 1 +
= 149 ( 1 + 0,2354
cos
41.27000
175.300
0,7660 )
cos 40 )
= 149 ( 1 + 0.1803164 )
= 149 ( 1,1803164 )
= 175.82
84
=
=
175.82
24.83
= 7.0810
[1
.
= 2,1238
24.83 [ 1
(cos
.
) ]
.
24.83[ 1 0,05532
= 52.82 [1 0.032459 ]
(cos 40 ) ]
( 0.766) ]
= 52.82 [ 0.9675]
= 51.105
Order=
51.105
24.83
= 2,0582
(1
cos
24.83
41.2700
(1
2
175.300
= 12.415 ( 1 0,235
cos 40 )
0,7660 )
= 12.415 ( 1 0.18001 )
= 12.415 ( 0,81999 )
85
10.180
24.83
= 0.409995
(1
cos )
2
Mencari nilai BPFI (Ball Pass Frequency of The Inner Race)
=
(1+
cos
2
Mencari nilai BSF (Ball Spin Frequency)
=
[1
(cos
) ]
(1
cos
87
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kerja praktek yang dapat kita ambil kali ini, yaitu
sebagai berikut :
1. Condition monitoring adalah proses memonitor kondisi dari sebuah mesin
sehingga bisa diketahui kondisi dari mesin apakah dalam kondisi baik atau
mulai ada gejala rusak. Condition monitoring dan lubrikasi sebagai
prediktif dan preventive maintenance sangat penting dilakukan untuk
menjaga performa dan keandalan mesin karena lebih terkontrolnya
keadaan elemen mesin itu sendiri. Dengan menganalisa hasil vibrasi
kerusakan yang menjalar dapat diminimalisir sehingga menurunkan biaya
maintenance, jadwal perawatan dan pergantian oli menjadi terjadwal
Yang pada akhirnya menghindari breakdown di waktu yang tidak
diinginkan. Hal ini akan menurunkan kerugian produksi akibat trip serta
menurunkan
biaya
operasi
plant
secara
keseluruhan
(Increase
Profitability).
2. Melalui perhitungan dengan data-data yang telah diketahui dari
pengambilan data vibrasi dari lapangan. Data tersebut dapat dianalisa
melalui perhitungan dengan cara mencari dan menyesuaikan order dan
frekuensi dari setiap equipment
Bearing
89
Valves
Condensor
Water Sistem
7.2 Saran
Semua sistem kerja di PT. YTL Jawa Timur sudah berjalan dengan baik.
Saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu sebagai berikut :
1. Tetap dipertahankan kredibilitas di perusahaan ini dalam pengembangan
bidang konversi energy.
2. Mempertahankan sistem keselamatan pekerja yang sudah ada dengan
mengisolasi equiptment apa saja yang sedang dalam proses pengerjaan.
3. Mempertahankan sistem pengelolahan limbah cair maupun gas buang,
sehingga limbah tidak merusak dan akan menjaga lingkungan tetap alami
dan lestari.
4. Tetap mempertahankan untuk selalu menggunakan alat dan atau
kelengkapan safety pada saat bekerja.
5. Selalu memperhatikan peringatan
90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
92
93
94
95
96
97
********************************
PHYSICAL DATA
------------Number of Balls/Rollers :
Ball/Roller Diameter
:
Pitch Diameter of Races :
Contact Angle (Degrees) :
Inner Race Rotating
:
10
.6690
3.640
.0
Yes
HARMONICS
---------
SHAFT
SPEED
-----
TRAIN
(FTF)
-----
SPIN
(BSF)
-----
OUTER
(BPFO)
------
INNER
(BPFI)
------
1.00
.408
2.63
4.08
5.92
2.00
.816
5.26
8.16
11.84
3.00
1.224
7.89
12.24
17.76
4.00
1.632
10.51
16.32
5.00
2.041
13.14
20.41
29.59
6.00
2.449
15.77
24.49
35.51
7.00
2.857
18.40
28.57
41.43
8.00
3.265
21.03
32.65
47.35
9.00
3.673
23.66
36.73
53.27
10
10.00
4.081
26.29
40.81
59.19
23.68
98
********************************
PHYSICAL DATA
------------Number of Balls/Rollers : 12
Ball/Roller Diameter
: 41.2700
Pitch Diameter of Races : 175.300
Contact Angle (Degrees) : 37.0
Inner Race Rotating
: Yes
HARMONICS
---------
SHAFT
SPEED
-----
TRAIN
(FTF)
-----
SPIN
(BSF)
-----
OUTER
(BPFO)
------
INNER
(BPFI)
------
1.00
.406
2.05
4.87
7.13
2.00
.812
4.10
9.74
14.26
3.00
1.218
6.15
14.62
21.38
4.00
1.624
8.19
19.49
28.51
5.00
2.030
10.24
24.36
35.64
6.00
2.436
12.29
29.23
42.77
7.00
2.842
14.34
34.10
49.90
8.00
3.248
16.39
38.98
57.02
9.00
3.654
18.44
43.85
64.15
10
10.00
4.060
20.49
48.72
71.28
99
********************************
PHYSICAL DATA
------------Number of Balls/Rollers :
Ball/Roller Diameter
:
Pitch Diameter of Races :
Contact Angle (Degrees) :
Inner Race Rotating
:
HARMONICS
---------
SHAFT
SPEED
-----
TRAIN
(FTF)
-----
1.00
.408
2.00
12
36.5100
157.800
37.0
Yes
SPIN
(BSF)
-----
OUTER
(BPFO)
------
INNER
(BPFI)
------
2.09
4.89
7.11
.815
4.17
9.78
14.22
3.00
1.223
6.26
14.67
21.33
4.00
1.630
8.35
19.57
28.43
5.00
2.038
10.44
24.46
35.54
6.00
2.446
12.52
29.35
42.65
7.00
2.853
14.61
34.24
49.76
8.00
3.261
16.70
39.13
56.87
9.00
3.668
18.79
44.02
63.98
10
10.00
4.076
20.87
48.91
71.09
100
*********************************
PHYSICAL DATA
------------Number of Balls/Rollers: 12
Ball/Roller Diameter : 41.2700
Pitch Diameter of Races: 175.300
Contact Angle (Degrees): 40.0
Inner Race Rotating:
Yes
HARMONICS
---------
SHAFT
SPEED
-----
TRAIN
(FTF)
-----
SPIN
(BSF)
-----
OUTER
(BPFO)
------
INNER
(BPFI)
------
1.00
.410
2.05
4.92
7.08
2.00
.820
4.11
9.84
14.16
3.00
1.229
6.16
14.75
21.25
4.00
1.639
8.22
19.67
28.33
5.00
2.049
10.27
24.59
35.41
6.00
2.459
12.33
29.51
42.49
7.00
2.869
14.38
34.43
49.57
8.00
3.279
16.44
39.34
56.66
9.00
3.688
18.49
44.26
63.74
10
10.00
4.098
20.55
49.18
70.82
101
2.7
2.4
Comparison Spectrum
6MKF11AP01-MIV
26-Nov-13 13:36
2.1
1.8
1.5
PK Velocity in mm/Sec
1.2
0.9
0.6
0.3
0
2.7
2.4
Reference Spectrum
6MKF11AP01-MIV
24-Mar-14 09:47
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
102
Freq:
Ordr:
Sp 2:
202.13
4.076
.07672
3.2
Route Spectrum
26-Nov-13 13:36:01
2.8
PK Velocity in mm/Sec
2.4
2.0
1.6
1.2
0.8
0.4
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
Freq:
Ordr:
Spec:
202.27
4.079
.09974
10
Route Waveform
26-Nov-13 13:36:01
PK = 3.96
LOAD = 100.0
RPM = 2975. (49.59 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 8.10
PK(-) = 9.40
CRESTF= 3.36
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-5
-10
-15
0
3
Revolution Number
103
Route Spectrum
26-Nov-13 13:36:14
OVERALL= 6.40 V-DG
PK = 6.38
LOAD = 100.0
RPM = 2992. (49.86 Hz)
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
Route Waveform
26-Nov-13 13:36:14
PK = 4.97
LOAD = 100.0
RPM = 2992. (49.86 Hz)
PK(+) = 7.95
PK(-) = 7.64
CRESTF= 2.26
Velocity in mm/Sec
PK Velocity in mm/Sec
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-3
-6
-9
0
3
Revolution Number
104
2.7
Route Spectrum
26-Nov-13 13:36:26
2.4
PK Velocity in mm/Sec
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
202.13
4.076
.07672
15
Route Waveform
26-Nov-13 13:36:26
PK = 6.16
LOAD = 100.0
RPM = 2976. (49.60 Hz)
10
PK(+) = 13.30
PK(-) = 17.25
CRESTF= 3.96
Velocity in mm/Sec
Freq:
Ordr:
Spec:
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-5
-10
-15
-20
0
3
Revolution Number
105
9
8
Comparison Spectrum
5LCB12AP01-PIA
24-Jun-12 08:14
7
6
5
PK Velocity in mm/Sec
4
3
2
1
0
9
8
Reference Spectrum
5LCB12AP01-PIA
29-Jun-12 23:55
7
6
5
4
3
2
1
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
Freq:
Ordr:
Sp 2:
175.81
7.123
5.401
106
8
D
Route Spectrum
24-Jun-12 08:14:04
PK Velocity in mm/Sec
>SKF 7322B
D=BPFI
5
0
0
1000
3000
Freq:
Ordr:
Spec:
4000
175.81
7.123
5.401
40
Velocity in mm/Sec
2000
Frequency in Hz
Route Waveform
24-Jun-12 08:14:04
30
PK = 12.67
LOAD = 100.0
RPM = 1481. (24.68 Hz)
20
PK(+) = 28.20
PK(-) = 24.55
CRESTF= 3.15
10
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-10
-20
-30
0
3
Revolution Number
107
Route Spectrum
24-Jun-12 08:14:34
OVERALL= 12.80 V-DG
PK = 12.79
LOAD = 100.0
RPM = 1506. (25.10 Hz)
PK Velocity in mm/Sec
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
30
Route Waveform
24-Jun-12 08:14:34
PK = 12.67
LOAD = 100.0
RPM = 1506. (25.10 Hz)
20
PK(+) = 26.04
PK(-) = 26.81
CRESTF= 2.99
Velocity in mm/Sec
10
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-10
-20
-30
0
3
Revolution Number
108
Route Spectrum
24-Jun-12 08:14:54
PK Velocity in mm/Sec
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
40
Route Waveform
24-Jun-12 08:14:54
30
PK = 14.97
LOAD = 100.0
RPM = 1508. (25.13 Hz)
Velocity in mm/Sec
20
PK(+) = 28.68
PK(-) = 29.18
CRESTF= 2.76
10
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-10
-20
-30
-40
0
3
Revolution Number
109
2.0
Comparison Spectrum
5LCJ30AP01-MOA
11-Apr-12 10:22
1.5
PK Velocity in mm/Sec
1.0
0.5
0
2.0
Reference Spectrum
5LCJ30AP01-MOA
27-Apr-12 09:13
1.5
1.0
0.5
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
Freq:
Ordr:
Sp 2:
110
243.93
4.911
.579
2.0
D
Route Spectrum
11-Apr-12 10:22:00
PK Velocity in mm/Sec
1.5
1.0
0.5
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
Freq:
Ordr:
Spec:
5000
243.93
4.911
.579
Route Waveform
11-Apr-12 10:22:00
PK = 3.69
LOAD = 100.0
RPM = 2980. (49.67 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 6.77
PK(-) = 7.64
CRESTF= 2.93
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-4
-8
-12
0
3
Revolution Number
111
2.0
D
Route Spectrum
11-Apr-12 10:17:39
PK Velocity in mm/Sec
1.5
1.0
0.5
0
0
1000
2000
3000
Frequency in Hz
4000
Freq:
Ordr:
Spec:
5000
243.67
4.909
.213
Route Waveform
11-Apr-12 10:17:39
PK = 3.23
LOAD = 100.0
RPM = 2979. (49.64 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 6.71
PK(-) = 6.05
CRESTF= 2.94
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-4
-8
0
3
Revolution Number
112
2.0
D
Route Spectrum
11-Apr-12 10:18:51
PK Velocity in mm/Sec
1.5
1.0
0.5
0
0
1000
3000
Frequency in Hz
4000
5000
Freq:
Ordr:
Spec:
243.64
4.916
.166
12
Velocity in mm/Sec
2000
Route Waveform
11-Apr-12 10:18:51
PK = 3.67
LOAD = 100.0
RPM = 2973. (49.56 Hz)
PK(+) = 9.49
PK(-) = 6.53
CRESTF= 3.66
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-3
-6
-9
0
3
Revolution Number
113
2.0
Comparison Spectrum
5LCB11AP01-PIA
30-May-12 15:26
1.5
0.5
0
2.0
Reference Spectrum
5LCB11AP01-PIA
14-Jan-13 08:55
1.5
1.0
0.5
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
Freq:
Ordr:
Sp 2:
2.0
D
Route Spectrum
30-May-12 15:26:10
1.5
PK Velocity in mm/Sec
PK Velocity in mm/Sec
1.0
>SKF 7322B
D=BPFI
1.0
0.5
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
Freq:
Ordr:
Spec:
173.75
6.995
.758
114
173.75
6.995
.758
Route Waveform
30-May-12 15:26:10
PK = 2.13
LOAD = 100.0
RPM = 1490. (24.84 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 4.11
PK(-) = 6.10
CRESTF= 4.05
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-3
-6
-9
0
3
Revolution Number
Rev :
Ampl:
3.659
.589
2.0
Route Spectrum
30-May-12 15:25:13
OVERALL= 2.79 V-DG
PK = 2.79
LOAD = 100.0
RPM = 1492. (24.87 Hz)
1.5
PK Velocity in mm/Sec
1.0
0.5
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
115
Route Waveform
30-May-12 15:25:13
PK = 3.22
LOAD = 100.0
RPM = 1492. (24.87 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 6.14
PK(-) = 5.87
CRESTF= 2.70
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-2
-4
-6
-8
0
3
Revolution Number
2.0
Route Spectrum
30-May-12 15:26:28
OVERALL= 1.74 V-DG
PK = 1.74
LOAD = 100.0
RPM = 1492. (24.87 Hz)
1.5
PK Velocity in mm/Sec
1.0
0.5
0
0
1000
2000
Frequency in Hz
3000
4000
116
Route Waveform
30-May-12 15:26:28
PK = 1.73
LOAD = 100.0
RPM = 1492. (24.87 Hz)
Velocity in mm/Sec
PK(+) = 3.34
PK(-) = 3.62
CRESTF= 2.96
FAULT
ALERT
ALERT
FAULT
-1
-2
-3
-4
0
3
Revolution Number
117