seorang lelaki berusia 74 tahun masuk rumah sakit setelah mengalami onset
akut dari nyeri pada epigastrium, yang telah berlangsung selama 6 jam. Pasien
diketahui memiliki takikardi dengan HR 114x/menit; TD 140/90 mmHg, RR
24x/menit, suhu 37,6 derajat celcius dcan saturasi oksigen 92% ketika bernafas
spontan. Kadar serum amylase 1270 U per liter (kadar normal 19-8"6), dan kadar
serum lipase 6430 U per liter ( kadar normal 7-59); kadar ini cocok dengan
diagnosis pankretitis akut. Pemeriksaan laboratorium lain pada saat pasien masuk
adalah hematokrit 47%, leukosit 18.000, kadar kalsium 7.8 mg/dl, kadar alanine
aminotransferase 295 IU, kadar aspartat aminotransferase 295 IU/liter, alkalin
fosfatase 217 UI per liter, kadar bilirubin 0.9 mg/dl,kgd 240 mg/dl, kadar BUN 47
mg/dl, dan creatinin 1.3 mg/dl. USG abdomen menunjukkan adanya batu empedu;
ukuran diameter batu empedu pada umunya adalah 6mm dan diperkiran adanya
causa intraduktal, dan dinilai sebagai kasus yang berat. Ketika dikonsultasikan
kepada gastroenterologis, disarankan untuk melanjutkan terapi suportif yang sedang
diberikan tetapi akan mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan endoscopic
retrograde cholangio pancreatograpy (ERCP), namun tergantung dari keadaan
umum pasien.
MASALAH KLINIS
Pankreatitis akut merupakan penyakit yang terdapat diseluruh dunia, dan lebih
dari 240.000 kasus dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat. Penyakit batu empedu,
penyebab paling umum dari pakreatitis akut, merupakan 50% kasus yang dilaporkan
di negara-negara barat.
Prognosis dari pankreatitis akut tergantung dari tingkat beratnya penyakit.
Kebanyakan pasien dengan pankreatitis batu empedu tampak hanya menderita
penyakit ringan dengan penyebab yang ringan, dan pasien-pasien ini sembuh dengan
cepat dengan terapi konservatif. Bagaimanapun juga, pankreatitis berat yang
berhubungan dengan komplikasi klinis yang signifikan dijumpai pada kelompok
pasien yang lebih kecil. Untuk menentukan beratnya pankreatitis dan untuk membatu
triase (apakah pasien ini harus dimasukkan kedalam ruangan biasa atau ICU),
beberapa sistem untuk menentukan derajat keparahan penyakit telah dikembangkan,
diantaranya, kriteria Ranson dan kriteria acute physiology and cronic health
evaluation II merupakan kriteria yang sering digunakan. Karena rendahnya tingkat
keparahan dari penyakit ini, bagaimanapun juga, prediktor klinis ini memiliki nilai
prediktif yang rendah (43-49%) untuk menilai adanya kegagalan organ atau
Terapi ERCP Untuk Pangkreatitis ec Batu Empedu
Page 1
komplikasi serius. Kelompok kami tidak menggunakan sistem grading resmi dalam
mengibati pasien dengan pankreatitis akut.
Tingkat mortalitas sekitar 5% pada pasien dengan pankreatitis akut dan sekitar
20-30% pada kasus yang berat, Walaupun angka ini dapat terus menurun. Pasien
dengan dsifungsi organ multisistem progsesif memiliki risiko tertinggi untuk
kematian, dan pada salah satu penelitian, mortalitas pada kelompok pasien ini dapat
mencapai lebih dari 50%. Kematian Kematian yang terjadi dalam 2 minggu pertama
karena inflamatory response syndrome dan kegagalan organ multisistem, dimana
kematian yang terjadi kemudian dapat dihubungkan dengan komplikasi karena
pankreatitis yang mengalami nekrosis.
PATOFISIOLOGI DAN EFEK TERAPI
Patogenesis dari batu empedu masih belum jelas. Penelitian menunjukkan
bahwa batu empedu mungkin menekan septum antara duktus biliari dan pankreas
bagian distal, sehingga terjadi obstruksi duktus pankreas, atau batu tersebut dapat
tinggal pada bagian saluran yang bergabung (ampula Vater), sehingga menyebabkan
reflux cairan empedu kedalam duktus pankreas (figure 1A). Kedua mekanisme
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada duktus pankreas. Setelah
obstruksi duktus pankreas terjadi (reflux sekresi pankreas dan bilier, hipertensi duktus
pankreas, dan kelainan sekresi sel-sel asinar) maka terjadilah injury pada duktus
pankreatik, dengan pengeluaran enzim-enzim pankreatik kedalam intersisium
glandular yang menyebabkan autodigesti pankreas dan menyebabkan pankreatitis
akut. penting untuk mengetahui onset akut dari obstruksi, karena tidak semua pasien
dengan pankreatitis kronis dan obstruksi duktus parkeas (dan beberapa pasien dengan
kanker pankres) menampilkan episode akut dari pankreatitis.
Tidaklah jelas kenapa kebanyakan kasus pankreatitis bilier tidak dapat sembuh
sempurna, dimana beberapa pasien dapat memburuk dengan cepat. Penelitian tentang
obstruksi pankreas yang dibuat pada opposum telah menunjukkan nekrosis lebih berat
pada binatang yang juga menderita reflux pankreatobilier. Jika sebuah saluran
bersama yang panjang, yang mana terdapat pada sebagian kecil manusia, diperlukan
agar reflux biliaris dapat terjadi, maka hal ini dapat menjelaskan kenapa pankreatitis
berat hanya terdapat pada minoritas pasien dengan batu duktus biliaris.
Bagaimanapun juga, pada oposum pankreatitis karena obstruksi duktus pankreas
dapat muncul bahkan jika reflux biliar telah dicegah lewat tindakan bedah. Lebih
lanjut, pada anjing, perfusi darii pankreas dengan dengan kantong bilier yang berada
pada kondisi fisiologis tidak dapat menjadi pankreatitis.
Walaupun dengan mekanisme yang rumit, setidaknya setengah dari kasus
parketitis akut biasanya disebabkan oleh lewatnya batu berukuran kecil, biasanya
dengan diamter 5 mm atau kurang. Batu empedu ditemukan didalam tinja pada 8595% pasien dengan pankreatitis akut, diabndingkan dengan tingkat penyembuhan
sebesar 10% pada pasien dengan cholelitiasis simptomatik tanpa pankreatitis. Lebih
Terapi ERCP Untuk Pangkreatitis ec Batu Empedu
Page 2
lanjut, beberapa pembedahan pada tahun 1980an menunjukkan prevalensi tinggi dari
batu duktus biliaris dan batu ampula yang terjepit (impacted ampullary stone) (6378%) pada pasien yang menjalani pembedahan dalam 48 jam setelah masuk rumah
sakit.
Sebelumnya telah diajukan bahwa pemeriksaan ERCP yang dilakukan lebih
awal dengan biliary spihincterectomy dan pengangkatan batu yang menyumbat (fig.
1b dan 1c) mungkin dapat memperbaiki perjalanan penyakit. Pada saat ini sudah
jelaslah bahwa beberapa pasien memang membutuhkan biliary drainage dann
mungkin tidak dapat bertahan jika tidak dilakukan. Bagaimanapun juga, percobaan
klinis tidak menunjukkan keuntungan yang konsisten dari intervensi ini. Tantangan
bagi seorang ahli endoskopi adalah untuk menentukan kelompok pasien mana yang
akan mendapatkan keuntungan dari ERCP dan sphincterectomy yang dilakukan lebih
awal.
BUKTI KLINIS
Peranan dan penentuan waktu ERCP pada pasien dengan pankreatitis bilier
akut telah lama menjadi kontroversi. Banyak percobaan klinis (tabel 1) yang
memperhatikan masalah ini umumnya telah mengevaluasi peranan dari ERCP yang
dilakukan lebih awal dengan atau tanpa endoscopic sphincterectomy, dibandingkan
dengan terapi konservatif dengan atau tanpa penggunaan selektif dari ERCP.
Penentuan waktu ERCP, kriteria inklusi, metode diagnosis pankreatitis bilier, dan
menentukan tingkat keparahan cukup berbeda dalam berbagai penelitian. Mungkin
sebagai dari berbagai faktor ini, hasilnya saling bertolak belakang, dengan beberapa
penelitian menunjukkan keuntungan untuk pasien yang telah diseleksi untuk
menjalani ERCP dan penelitian lain tidak menunjukkan adanya kenuntungan dan
mungkin prognosis yang lebih buruk, tanpa memandang beratnya penyakit.
Percobaan klinis ini telah diulas dan dikaji. Hasil kajian berbeda dengan
penelitian yang dilakukan, sebagian besar karena perbedaan pada desain penelitian
dan kriteria inklusi dan ekslusi. Konsensus menyebutkan bahwa tidak adanya
cholangitis dan obstruksi bilier, tindakan ERCP (dalam 24-72 jam setelah masuk
rumah sakit) tidak menyebabkan penurunan pada mortalitas atau komplikasi lokal
atau sistemik. Data yang ada mendukung penggunaan ERCP pada pasien dengan
obstruksi bilier dan cholangitis.
Seperti terlihat pada panel A, pankreatitis bilier muncul ketika batu empedu
tersangkut diampula, sehingga menyebabkan obstruksi pada duktus biliaris dan duktus
pankreatik dan menyebabkan reflux cairan empedu kedalam duktus pankreas. Seperti
terlihat pada panel B, ERCP dilakukan debgan menggunakan sideviewing
duodenscope, dengan sebuah saluran yang dapat dilewati instrumen. Sebuah wireguided sphicntereotome memotong sphincter bilier dengan bantuan elektrokauter.
Seperti terlihat pada panel C, sebuah balon penerima kemudian digunakan untuk
menyapu duktus dan mengangkat batu.
Page 3
PENGGUNAAN KLINIS
Kebanyakan pasien dengan pankreatitis bilier, dengan tidak memandang
kemungkinan ringan-beratnya penyakit, tidak mendapatkan keuntungan dari ERCP,
dengan atau tanpa sphincterectomy. Untuk terapi awal, kami melanjutkan dengan
ERCP dalam 24-48 jam setelah onset gejala pada pasien dengan penyakit akut dan
gelaja atau tanda klinis dari cholangitis yang juga diderita (misalnya demam,
jaundice, dan sepsis) atau obstruksi bilier persisten (kadar bilirubin terkonjugasi >5
mg/dl. Intervensi dengan ERCP juga dipertimbangkan pada pasien dengan
kemunduran klinis (rasa sakit yang memburuk, leukositosis, dan perubahan vital sign)
dan peningkatan kadar enzim hati. (LiDan akhirnya, jika gambaran radiologi seperti
USG abdomen atau CT-scan menunjukkan adanya batu pada duktus biliaris, ERCP
harus dilakukan. Sebuah kondisi medis yang tidak stabil yang tidak dapat diberikan
sedasi sedang merupakan konstraindikasi absolut untuk ERCP; kontraindikasi relatif
termasuk perubahan anatomi post-bedah yang menyulitkan akses endoskopik menuju
papilla mayor dan koagulopathy yang signifikan secara klinis.
Page 4
Tabel 1. Indikasi dan kontraindikasi untuk ERCP pada pasien dengan pankreatitis bilier
akut
indikasi
Dicurigai adanya batu pada duktus biliaris sebagai penyebab dari pankreatitis yang
ditegakkan secara klinis dan salah satu dari kriteria berikut:
Cholangitis (demam, jaundice, sepsis)
Obstruksi bilier persisten (bilirubin terkonjugasi lebih dari 5mg/dl
Perburukan klinis (rasa sakit yang memburuk, peningkatan leukosit, vital sign
yang memburuk)
Dijumpai batu pada pemeriksaan radiologis di duktus
kontraindikasi
Absolut:
Kondisi medis yang tidak stabil sehingga tidak dapat dilakukan sedasi sedang
atau general anhestesia
Penolakan dari pasien sendiri
Endoskopis yang masih kurang menguasai ERCP
relatif (Dapat diatasi)
Kondisi anatomis (penyakit gastroduodenal atau perubahan karena
pembedahan) yang akan menyulitkan akses ke papila mayor; dapat diatasi pada kasus
long Roux limb, misalnya, dengan menggunakan alat dan perlengkapan yang dimodifikasi
Koagulopati yang signifikan secara klinis atau tidak dapat dikoreksi; dapat
diatasi, karena stent bilier dapat dipasangkan tanpa harus melakukan sphincterotomy
Page 5
Page 6
Page 7
Page 8
Page 9
datang, kami akan merekomendasikan cholecystectomy pada masa rawat rumah sakit
yang sama jika pankreatitis pasien telah sembuh dan tidak memiliki risiko tinggi
pembedahan
Page 10