Refrat Gangguan Mental Organik
Refrat Gangguan Mental Organik
PENDAHULUAN
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi
yang
dapat
diidentifikasi
(contohnya
tumor
otak.
penyakit
BAB II
PERBANDINGAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :
1. Demensia pada penyakit Alzheimer
1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
1.2 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
1.3 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
1.4 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan ( YTT).
2. Demensia Vaskular
2.1 Demensia Vaskular onset akut.
2.2 Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5 Demensia Vaskular lainnya
2.6 Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
3.1 Demensia pada penyakit Pick.
3.2 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
3.3 Demensia pada penyakit huntington.
3.4 Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
3.6 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
4. Demensia YTT.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4 sebagai
berikut :
1. Tanpa gejala tambahan.
2. Gejala lain, terutama waham.
3. Gejala lain, terutama halusinasi
4. Gejala lain, terutama depresi
5. Gejala campuran lain.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
6. Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
6.1 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
6.2 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
6.3 Delirium lainya.
6.4 DeliriumYTT.
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
7.1 Halusinosis organik.
7.2 Gangguan katatonik organik.
7.3 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
7.4 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
7.4.1
Gangguan manik organik.
2
7.4.2
Gangguan bipolar organik.
7.4.3
Gangguan depresif organik.
7.4.4
Gangguan afektif organik campuran.
7.5 Gangguan anxietas organik
7.6 Gangguan disosiatif organik.
7.7 Gangguan astenik organik.
7.8 Gangguan kopnitif ringan.
7.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain YDT.
7.10
Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT.
8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi otak
8.1 Gangguan keperibadian organik
8.2 Sindrom pasca-ensefalitis
8.3 Sindrom pasca-kontusio
8.4 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya.
8.5 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.
9. Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
Menurut Maramis, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
intoksikasi.
9. Sindrom otak organik karena tumor intra kranial.
Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:
1. Delirium
1.1 Delirium karena kondisi medis umum.
1.2 Delirium akibat zat.
1.3 Delirium yang tidak ditentukan (YTT)
2. Demensia.
2.1 Demensia tipe Alzheimer.
2.2 Demensia vaskular.
2.3 Demensia karena kondisi umum.
2.3.1
Demensia karena penyakit HIV.
2.3.2
Demensia karena penyakit trauma kepala.
2.3.3
Demensia karena penyakit Parkinson.
2.3.4
Demensia karena penyakit Huntington.
2.3.5
Demensia karena penyakit Pick
2.3.6
Demensia karena penyakit Creutzfeldt Jakob
3
BAB III
ISI
1. DELIRIUM
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat
bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi, dan
perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi
dan inkontinensia urine merupakan gejala neurologis yang umum. Biasanya, delirium
mempunyai onset yang mendadak (bebrapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan
berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika factor penyebab diidentifikasi dan
dihilangkan. Tetapi, masing-masing dari ciri karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada
pasien individual. Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium
diketahui mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar
penyebab delirium terletak di luar system saraf pusat- sebagian contoh, gagal ginjal atau
hati. 1,6
Delirium tetap merupakn gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang
didiagnosis. Bagian dari masalah adalah bahwa sindrom disebut dengan berbagai nama
lain- sebagai contoh, keadaan konfusional akut, sindrom otak akut, ensefalopati
metabolis, psikosis toksis, dan gagal otak akut. 1,6
Kepentingan untuk mengenali delirium adalah (1) kebutuhan klinis untuk
mengidentifiaksi dan mengobati penyebab dasar dan (2) kebutuhan untuk mencegah
perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium. Komplikasi tersebut
adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang berkabut atau gangguan
koordinasi atau penggunaan pengekangan yang tidak di perlukan. Kekacauan rutin
4
bangsal adalah merupakan masalah yang terutama mengganggu pada unit nonpsikiatrik,
seperti pada unit perawatan intensif dan bangsal medis dan bedah umum.
Epidemiologi
Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah factor risiko untuk
perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di rumah sakit yang
berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium. Faktor predisposisi
lainnya untuk perkembangan delirium adalah usia muda, cedera otak yang telah ada
sebelumnya, riwayat delirium, ketergantungan alcohol, diabetes, kanker, gangguan
sensoris dan malnutrisi. Adanya delirium merupakan tanda prognostic yang buruk. 1,6
Penyebab
Penyebab utama dari delirium adalah penyakit sitem saraf pusat dan intoksikasi
maupun putus dari agen farmakologis atau toksik. Neurotransmitter utama yang
dihipotesiskan berperan pada delirium adalah asetilkolin, dan daerah neuroanatomis
utama adalah formasio retikularis. Beberapa jenis penelitian telah melaporkan bahwa
berbagai factor yang menginduksi delirium menyebabkan penurunan aktifitas asetilkolin
di otak. Juga, satu penyebab delirium yang paling sering adalah toksisitas dari banyak
sekali medikasi yang diresepkan yang mempunyai aktivitas kolinergik. Formasi
retikularis batang otak adalah daerah utama yang mengatur perhatian dan kesadaran, dan
jalur utama yang berperan dalam delirium adalah jalur tegmental dorsalis, yang keluar
dari formasi retikularis mesensefalik ke tektum dan thalamus. Mekanisme patologi lain
telah diajukan untuk delirium. Khususnya, delirium yang berhubungan dengan putus
alcohol
telah
dihubungkan
dengan
hiperaktivitas
lokus
sereleus
dan
neuron
nonadrenergiknya. Neurotransmiter lain yang berperan adalah serotonin dan glutamate. 1,6
Penyebab Delirium:
Penyakit intrakranial
1.
2.
3.
4.
5.
Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat
antipsikotik, Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine,
Fenitoin, Ranitidin, Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.
2. Racun
5
penurunan
kemampuan
untuk
memusatkan,
mempertahankan
atau
mengalihkan perhatian.
b. Perubahan kognisis (seperti deficit daya ingat, disorientasi, gangguan bahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang
telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan atau yang sedang timbul.
c. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat dan cendrung berfluktiasi
selama perjalanan hari.
d. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gejala dalam kriteria a dan b berkembang selama, atau segera
setelah suatu sindrom pututs.
Kategori ini harus digunakan untuk mendiagnosis suatu delirium yang tidak memenuhi
kriteria salah satu tipe delirium yang dijelaskan dalam bagian ini.
a. Suatu gambaran klinis delirium yang dicuriagai karena kondisi karena kondisi media
umum atau pemakaian zat tetapi di mana tidak
yang
jarang,
mungkin
sulit
membedakan
delirium yang
berhubungan
atau mengalami demensia. Pasien dengan pola gejala campuran hipoaktivitas dan
hiperaktivitas juga ditemukan dalam klinis. 1,6
2. Orientasi
Terhadap waktu, tempat, dan orang harus diuji pada pasien dengan delirium.
Orientasi terhadap waktu seringkali hilang, bahkan pada kasus delirium yang ringan.
Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain mungkin juga
terganggu pada kasus yang berat. Pasein delirium jarang kehilangan orientasi terhadap
dirinya sendiri. 1,6
3. Bahasa dan kognisi
Pasien dengan delirium sering kali mempunyai kelainan dalam bahasa.
Kelainan dapat berupa bicara yang ngelantur, tidak relevan, atau membingungkan
(inkoheren) dan gangguan untuk mengerti pembicaraan. 1,6
Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adah
fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan,
dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan yang jauh
mungkin dipertahankan. Di samping penurunan kognitif yang dramatis, sebagai suatu
gejala ipoaktif delirium yang karakteristik. Psien delirium juga mempunyai gangguan
kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak
sistematik, kadang paranoid. 1,6
4. Persepsi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk
membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan
pengalaman masa lalu mereka, akibatnya pasien sering kali tertarik oleh stimuli yang
yang tidak relevan atau menjadi teragitasi jika dihadapkan denga informasi baru.
Halusinasi juga relative sering pada pasen delirium. Halusinansi yang paling sering
adalah visual dan auditoris, walaupun halusinansi dapat juga taktil atau olfaktoris.
Halusinasi visual dapat terentang dari gambar geometric sederhana atau pola
berwarna orang yang berbentuk lengkap dengan pemandangan. Ilusi visual dan
auditoris adalah sering pada delirium. 1,6
5. Mood
Pasien dengan delirium juga mempunyai kelainan dalam pengaturan mood.
Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak
beralasan. Kelainan mood lain yang sering ditemukan pada pasien delirium adalah
apati, depresi, dan euphoria. Beberapa pasien dengan cepat berpindah di antara emosi
tersebut dalam perjalanan sehari. 1,6
Gejala Penyerta
Gangguan bangun tidur. Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah
terganggu. Pasien sering kali mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tertidur
sekejap. Tetapi tidur pada pasien delirium hampir selalu singkat dan terputus-putus.
Sering kali keseluruhan siklus tidur bangun pasien dengan delirium semata-mata terbalik.
Pasien sering kali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur situasi klinis
yang dikenal luas sebagai sundowning. Kadang pasien dengan delirium mendapat mimpi
buruk yang terus berlangsung ke keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi. 1,6
Gejala neurologis. Pasien dengan delirium sering kali mempunyai gejala
neurologis yang menyertai, termasuk disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan
inkontinensia urine. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola gejala
pasien dengan delirium. 1,6
Diagnosa Banding
1. Delirium vs demensia
Penting untuk membedakan delirium dari demensia, dan sejumlah gambaan klinis
membantu membedakannya. Berbeda dengan onset delirium yang tiba-tiba, onset
demensia biasanya perlahan. Walaupun kedua kondisi melibatkan gangguan kognitif,
perubahan demensia adalah lebih stabil dengan berjalannya waktu dan tidak berfluktuasi
selama perjalanan sehari. Kadang-kadang delirium terjadi pada pesien yang menderita
demensia, suatu keadaan yang dikenal sebagai pengaburan demensia (beclouded
dementia). Suatu diagnosis delirium dapat dibuat jika terdapat riwayat definitive tentang
demensia yang ada sebelumnya. 1,6
2. Delirium vs Psikosis atau Depresi
Delirium juga harus dibedakan dengan skizofrenia dan gangguan depresif. Pasien
dengan gangguan buatan mungkin berusaha untuk menstimulasi gejala delirium. Pasien
dengan gejala hipoaktif dari delirium mungkintampak agak mirip dengan pasien yang
depresi berat tapi dapat dibedakan atas dasar EEG. Diagnosis psikiatrik lain yang dapat
dipertimbangkan dalam diagnosis banding delirium adalah gangguan psikotik singkat,
gejala skizofreniform, dan gangguan disosiatif. 1,6
Perjalanan dan Prognosis
Walaupun onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal dapat terjadi pada
hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama factor
9
penyebab yang relevan ditemukan , walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari
satu mingggu. Setelah identifkasi dan menghilangkan factor penyebab, gejala delirium
biasanya menhilang dalam periode tiga sampai tujuh hari, walaupun beberapa gejala
mungkin memerlukan waktu sampai dua minggu untuk menghilang secara lengkap.
Semakin lanjut usia pasien, dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Apakah delirium berkembang
menjadi demensia belum ditunjukkan dalam penelitian terkontrol yang cermat. Tetapi,
suatu observasi klinis yang telah di sahkan oleh suatu penelitian, adalah bahwa periode
delirium kadang-kadang diikuti oleh depresi atau gangguan stress pasca traumatic. 1,6
Pengobatan
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar
yang menyebabkan
hydroxyzine 25 sampai 100 mg. golongan benzodiazepine dengan waktu paruh panjang
dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai bagian dari
pengobatan untuk gangguan dasar.1,6
2. DEMENSIA
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif
demensia adalah inteligensia umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social.
Kepribadian pasien juga terpengaruhi. Jika pasien memiliki suatu gangguan kesadaran,
maka pasien kemungkinan memenuhi kriteria diagnostic untuk delirium. Butir klinis dari
demensia adalah identifikasi sindrom dan pemeriksaan klinis tentang penyebabnya.
Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversible. Kemungkinan
pemulihan demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaan serta
penerapan pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15 persen orang dengan demensia
mempunyai penyakit-penyakit yang reversible juka dokter memulai pengobatan tepat
pada waktunya, sebelum terjadi kerusakan yang irreversible. 1,6
Epidemiologi
Demensia sebebnarnya adalah penyakit penuaan. Kira-kira lima persen dari semua
orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzheimer, dibandingkan
dengan 15 sampai 25% sari semua orang yang berusia 85 atau lebih. Factor risiko untuk
perkembangan demensia tipe Alzheime adalah wanita, mempunyai sanak saudara tingkat
pertama dengan gangguan tersebut. Dan mempunyai riwayat cedera kepala. Sindrom
down juga secara karakteristik berhubungan dengan perkembangan demensia tipe
Alzheimer. Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vascular- yaitu
demensia yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovakular. Demensia
vascular berjumlah 15 sampai 30 persen dari semua kasus demensia. Demensia vaskuler
paling sering ditemukan pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun, dan lebih sering
pada laki-laki dibandingkan wanita. Hipertensi merupakan predisposisi seseorang
terhadap penyakit. Kira-kira 10 sampai 15 persen pasien menderita demensia vascular dan
demensia tipe Alzheimer yang terjadi bersama-sama. Penyebab demensia lainnya yang
sering masing-msing mencerminkan satu sampai 5 persen kasus adalah trauma kepala,
demensia yang berhubungan dengan gangguan pergerakan. Contoh penyakit Huntington,
dan penyakit Parkinson. 1,6
11
Penyebab
Demensia mempunyai banyak penyebab tetapi demensia tipe Alzheimer dan
demensia vascular secara bersama-sama berjumlah 75% dari semua kasus. 1,6
1. Demensia tipe Alzheimer
Diagnosis
akhir
penyakit
alzheimer
didasarkan
pada
pemeriksaan
1,6
Neuropatologi
Observasi makroskopis neuroanatomik klasik pada otak dari seorang psien
dengan penyakit Alzheimer adalah atrofi difus dengan pendataran sulkus kortikal dan
pembesaran ventrikel serebral. Temuan mikroskopis klasik dan patognomonik adalah
bercak-bercak senilis, kekusustan neurofibriler hilangnya neuronal dan degenerasi
granovaskular pada neuron. Kekusutan neurofibriler bercampur dengan elemen
sitoskletal lainnya juga ditemukan.1,6
Protein prekusor amiloid
Gen untuk protein prekusor amyloid adalah pada lengan panjang dari kromosom 21.
Kelainan neurotransmitter
Neurotransmitter yang paling berperan yang paling berperan dalam patologis
adalah asetilkolin dan norepinephrine, keduanya dihipotesiskan menjadi hipoaktif
pada penyakit Alzheimer. Ditemukan juga penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin
asetil transferase di dalam otak. Kolin asetiltransferase adalah enzim kunci untuk
sintesis asetilkolin, dan penurunan konsentrasi kolin asetiltransferase menyatakan
penurunan jumlah neuron kolinergik yang ada. Dukungan tambahan untuk hipotesis
deficit kolinergik berasal dari observasi bahwa antagonis kolinergik seperti
physostigmine dan arecholine telah dilaporkan meningkatkan kemampuan kognitif.
Penurunan aktivitas norepinephrine pada penyakit Alzheimer diperkirakan dari
12
serebral yang multiple, yang menyebabkan pola gejala demensia. Gangguan dulu
disebut sebagai demensia multi infark. Demensia vascular paling sering ditemui pada
laki-laki, khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelunya atau
factor kardiovaskular lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral
berukuran kecil dansedang, yang mengalami infark dan menghasilkan lesi parenkim
multiple yang menyebabr pada daerah otak yang luas. Penyebab infark mungkin
termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari
tempat asal yang jauh. Suatu pemeriksaan pasien dapat menemukan bruit karotis,
kelainan funduskopi atau pembesaran kamar jantung. 1,6
Penyakit Binswanger
Penyakit ini juga dikenal sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal.
Penyakit ini ditandai dengan adanya infark kecil pada substansia alba, jadi menyerang
daerah korikal. Walaupun penyakit ini sebelumnya dianggap sebagai kondisi yang
jarang, kemajuan teknik pencitraan telah menemukan bahwa kondisi tersebut lebih
sering terjadi.
3. Penyakit Pick
Penyakit ini ditandai dengan atrofi yang lebih banyak dalam daerah
frontotemporal. Daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan
13
adanya badan pick neuronal, yang merupakan masa elemen sitoskletal. Penyakit pick
ini berjumlah kira-kira lima persen dari semua demensia yang irreversible. Penyakit
pick ini sulit dibedakan dengan demensia Alzheimer walaupun stadium awal dari
penyakit ini lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan
fungsi kognitif lain yang lebih bertahan. 1,6
4. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit ini adalah penyakit degenerative otak yang jarang disebabkan oleh
agen yang progresif secara lambat, dan dapat ditransmisikan, paling mungkin suatu
prion yagn merupakan agen proteinaseus yang tidak mengandung RNA dan DNA.
Penyakit ini secara cepat dan progresif menyebabkan demensia yang berat dan
kematiandalam usia 6 sampai 12 tahun. Penyakit ini ditandai oleh adanya pola
elektroensefalogram (EEG) yang tidak bisa, yang terdiri dari lonjakan gelombang
lambat dengan tegangan tinggi. 1,6
5. Penyakit Huntington
Penyakit ini bisanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia yang
terlihat pada penyakit ini adalah tipe demensia subkortikal yang ditandai dengan
kelainan motoric yang lebih banyak dan kelainan bicara yagn lebih sedikit
dibandingkan tipe demensia kortikal. Demensia padapenyakiti huntinton ditandai oleh
perlambatan psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi
ingatan,bahasa, dan tilikan tetap relative utuh pada stadium awal dan menegah
penyakit. Tetapi saat penyakit berkembang demensia menjadi lengkap, can ciri yang
membedakan ini dengan demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insidensi depsresi
dan psikosis, disamping gangguan pergerakan kortikosteroid yang klasik. 1,6
6. Penyakit Parkinson
Seperti penyait Huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit ganglia
basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20-30%
pasien dengan dengan penyakit perkinsin menderita demensia. Pergerakan yang
lambat pada penyakit Parkinson adalah disertai dengan berpikir yagn lambar pada
beberapa pasien yang terkena., hal ini disebut juga bradyphenia. 1,6
7. Demensia yang berhubungan dengan penyakit HIV
Infeksi virus HIV seingkali menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik
lainnya. Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali disertai
oleh tampaknya kelainna parenkimal pada pemeriksaan MRI. 1,6
8. Demensia yang Berhubungan dengan Trauma Kepala
14
Demensia dapat merupakan suati sekuel dari trauma kepala, demikian juga
sindrom neuropsikitrik. 1,6
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :
A. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik
1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru
dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :
a) Afasia (gangguan bahasa)
b) Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun
fungsi motoric adalah utuh)
c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun
fungsi sensorik adalah utuh)
d) Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan, dan abstrak)
B. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan
bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.
C. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap
melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.
D. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat
(misalnya suatu obat yang disalahgunakan).
Kondisi akibat zat
Defisit tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (misalnya, gangguan
depresif berat, skizofrenia)
Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol :
1.
2.
3.
4.
5.
Dengan onset dini : jika onset pada usia 65 tahun atau kurang
Dengan delirium : jika delirium menumpang pada demensia
Dengan waham : jika waham merupakan ciri yang menonjol
Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi
(termasuk gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode depresif
berat) adalah ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan suasana perasaan
1,6
3. Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer
sdan demensia vascular dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien.
Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar, stereotipik, tidak
tepat atau berputar-putar. Psien jugakesulitan untuk menyebutkan nama suatu benda.
1,6
17
4. Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian ini merupakan hal yang paling mengganggu. Sifat
kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat Selama perkembangan demensia. Pssien
dengan demenisa juga mungkin introvert dan tampaknya kurang memperhatikan
tentang efdek prilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai
waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan orang
lain. Pasein dengan gangguan frontal dan temporal kemunginan mengalami perubahan
kepribadian yangjelas dan mudah marah yang meledak-ledak.1,6
5. Psikosis
Diperkirakan 20-30% pasien demensia terutama pasien dengan demensia tipe
Alzheimer memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40% memiliki waham, terutama
dengan sifat paranoid atau presekutorik yang itdak sistematik, walaupunn waham
yang kompleks menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien
demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah seringpad pasien
demensia yang juga mempunyai gejala psikotik. 1,6
6. Gangguan lain
6.1.
Psikiatrik.
Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi, kecemasan adalh gejala
utama pada kira-kira 40 sampai 50% pasien demensia. Walaupun sindrom
gangguan depresif yang mungin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 % psien
demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang
patologis, yaitu emosi yang extreme tanpa provokasi yang terlihat. 1,6
6.2.
Neurologis
Disamping afasia pada pasien demensia, apraksia dan agnosia sering juga terjadi.
Tanda neurologis lain adalah kejang dan presentasi neurologis yang atipikal
seperti sindrom lobus parietalis non dominan. Reflex primitive seperti reflex
menggenggam, moncong, mengisap, kaki tonik, dan palmomental mungkin
ditemukan pada pemeriksaan neurologis dan ditemukan juga jerks mioklonis.
Pasien dengan demensia vascular mungkin mempunyai gejala tambahan seperti
nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal dan ganggua
tidur yang mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular.
Pasli
Reaksi
katastropik
18
Syndrome
Sundowner
Sindrom ini ditandai dengan mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak
sengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia dengan yang mengalami
sedasi berat da pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan
terhadap dosis kecil obat psikoaktif.
Pada suatu keadaan dimana gangguan kognitif dari demensia sulit dibedakan
dari depresi, hal ini dikenal sebagai pseudodemensia.
yang
berhubungan dengan psikosis dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia.
1,6
6. Penuaan Normal
Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan kognitif yang
bermakna, tapi suatu derajat ringan masalah ingatan dapat terjadi sebagai bagian dari
proses penuaan normal. Kejadian normal tersebut sering kali disebut sebagai benign
senescent forgetfulness atau age associated memory impairment. Keadaan tersebut
dapat dibedakan dari demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan
bahwa keadaan tersebut tidak mengganggu secara bermakna pada kehidupan social
atau pekerjaan pasien. 1,6
Perjalanan Penyakit Dan Prognosis
Perjalanan klasik dari dementia adalah onsetnya pada pasien yang berusia 50 an
dan 60 an denga perburukan bertahap selama 5
menyebabkan kematian. Usia saat onset dan kecepatan perburukannya adalah bervariasi
diantara tipe demensia yang berbeda dan dalam kategori diagnostic individual. 1,6
Perjalanan demensia yang paling sering dimulai dengan sejumlah tanda yang
samar-samar yang pada awalnya mungkin diketahui oleh pasien dan orang yang paling
dekat denga pasien.
demensia tipe Alzheimer, demensia vascular, endokrinopati, tumor otak dan gangguan
metabolis. Sebaliknya onset demensia yang disebabkan oleh trauma kepala, henti jantung
dan hipoksia serebral atau ensefalopati mungkin terjadi secara tiba-tiba. Walaupun gejala
fase awal demensia adalah samar-samar, gejala menjadi jelas saat demensia berkembang.
Pasien demensia mungkin peka terhadap penggunaan benzodiazepine atau alcohol yang
dapat mencetuskan perilaku yang teragitasi, agresif dan psikotik. Dengan pengobatan
psikologis dan farmakologis dan kemungkinan karena sifat otak yang dapat
20
menyembuhkan diri sendiri, gejala demensia dapat berkembang hanya lambat untuk suatu
waktu atau bahkan mundur sesaat. 1,6
Regresi gejala tersebut jelas merupakan suaatu kemungkinan pada demensia yang
reversible jika pengobatan dimulai. Perjalanan demensia bervariasi dari kemajuan yang
tetap dampai bemburukan demensia yang bertambah sampai suatu demensia yang stabil.
1,6
1. Factor psikososial
Keparahan dan perjalanan semensia dapat dipengaruhi oleh factor psikososial. Pasien
yang mempunyai onset demensia yang cepet menggunakan lebih sedikit pertahanan
dibandingkan denga pasien yang mengalami onset bertahap/ kecemasan dan depresi
mungkin memperkuat dan memperburuk gejala, pseudodemensia terjadi pada pasien
depresi yang mengeluh gangguan daya ingat, tetapi pada kenyataannya, menderita
dari suatu gangguan depresif. Jika depresi diobati, defek kognitif menghilang. 1,6
2. Demensia Tipe Alzheimer
Demensia ini dapat dimulai pada setiap usia. Kira-kira setengah dari pasien dengan
demensia tipe Alzheimer mengalami gejala pertamanya pada usia kurang dari 65 dan
70 tahun. Perjalanan gangguan secara karakteristik adalah penurunan bertahap selama
8 sampai 10 tahun, walaupun perjalanan dapat jauh lebih cepat atau jauh lebih
bertahap. Jika gejala demensia telah menjadi berat kematian sering kali terjadi setelah
periode waktu yang singkat.1,6
3. Demensia Vaskular
Berbeda dengan onset demensia tipe Alzheimer, onset demensia vascular
kemungkinan mendadak. Juga berbeda denga demensia tipe Alzheimer terdapat
penahanan kepribadian yang lebih besar pada pasiendengan demensia vascular.
Perjalanan demensia vascular sebelumnya telah digambarkan sebagai bertahap dan
setengah-setengah. 1,6
Pengobatan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan
tepat pada waktunya. Pendekatan pengobatan umumpada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan media suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya,
danpengobatan farmakologis untuk gejala spesifik. 1,6
1. Pengobatan Famakologis
21
Pengobatan yang tersedia saat ini untuk insomnia dan kecemasan, dokter
meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan, antidepresan untuk
depresi, dan antipsikotik untuk waham dan halusinasi. Tapi perlu diperhatikan adanya
efdek idiosinkrartik dari obat lanjut usia sperti perangsanganyang paradoksal, konfusi,
dan peningkatan sedasi. Obat dengan aktivitas kolinergik tinggi
dihindari.
Benzodiazepine kerja singkat dalam dosis kecil adalah medikasi ansiolitik dan
sedative lebih disukai untuk pasien demensia. 1,6
Tetrahydroaminoacridine telah dianjurkan oleh FDA sebagai suatu pengobatan
untuk penyakit Alzheimer. Obat ini merupakan inhibitor akitivitas antikolinesterase
dengan lama kerja yang agak panjang. Karen aktivitas kolinimimetik dari obat, dapat
terjadi peningktan kadar enzim hati. 1,6
2. Faktor psikodinamik
Pemburukan kemampuan mental mempunyai arti pskiologis yang bermakna
pada pasien dengan demensia. Pengalaman seseorang memiliki kontinuitas selama
perjalanan waktu adalah tergantung pada ingatan. Dari segi psikodinamik, dapat tidak
terdapat hal tertentu seperti suatu demensia yang tidak dapat diobati.
3. GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestic ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya
ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau pekerjaan.
Diagnosis dibuat apabila pasien mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif. Gangguan
amnestic ini dibedakandari gangguan dissosiatif. 1,6
Epidemiologi
Tidak ada data pasti mengenai gangguan amnestic ini, bebrapa penelitian
melaporkan adanya insidensi atau prevelensi gangguan ingatan pada penggunaan alcohol
dan cedera kepala. 1,6
Etiologi
Struktur anatomi yang terlibat dalam daya ingat dan perkembangan gangguann
amnestic adalah terutama struktur diensefalik, dan struktur lobus midtemporalis.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hemisfer kiri lebih kritikal dibanding
hemisfer kanan dalam perkembangan gangguan daya ingat. Gangguan amnestic memiliki
bnayk penyebab. Berikut table penyebab gangguan amnestic 1,6
Penyebab utama gangguan amnestic
22
Dignostic
Berikut table diagnosis berdasarkan DSM-IV
Kriteria Diagnostic Untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum
a. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yag dimanifestasikan oleh gangguan
kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan untuk
mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Gangguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fingsi social atau
pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
c. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium
atau suatu demensia
d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium
bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum
termasuk trauma fisik
Gambaran Klinis dan Subtipe
Pusat gejala dari gangguan daya ingat yang diandai oleh gangguan pada
kemampuan
untuk
mempelajari
informasi
baru
(amnesia
anterograde)
dan
(amnesia
retrograde) gejala harus menyebabkan masalah bermakna bagi pasien dalam fungsi social
dan pekerjaanya. Daya ingat jangka pendek dan daya ingat baru saja biasanya terganggu.
Daya ingat jauh untuk informasi atau yang dipelajari secara mendalam adalah baik. Tetapi
daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama adalah terganggu. 1,6
Onset gejala dapat mendadak seperti pada trauma, serangan serebrovaskuler dan
gangguan akibat zat kimia neurotoksik atau bertahap. Amnesia dapat terjadi singkat atau
lama. Berbagai gejala lain dapat menyertai gangguan amnestic. Tetapi jika psien
mempunyai gangguan kognitif lainnya, diagnose demensia atau delirium adalah lebih
tepat dibandingkan diagnosis gangguan amnestic. Pasein dengan gangguan amnestic
23
mungkin apatik, tidak memiliki inisiatif, mengalami episode agitasi tanda provokasi, atau
tampak sangat bersahabat dan mudah setuju. Pasien dengan gangguan amnestic mungkin
juga tampak kebingugan dan berusaha menutupi konfusinya dengan jawaban konfabulasi
terhadap pertanyaan. 1,6
1. Penyakit Serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular yang mempengaruhi hipokampus mengenai artrei
serebralis posterior dan basilaris beserta cabang-cabangnya. Infark adalah jarang
terbatas pada hipokampus. Infark sering kali mengenai lobus oksipitalis dan parietalis.
Jadi gejala penyerta yang sering dari penyakit serebrovaskuler di daerah tersebut
adalah tanda neurologis fokal yang mengenai modalitas penglihatan atau sensorik.
Penyakati serebrovaskular yang mengenai thalamus medial secara bilateral,
khususnya pada bagian anterior, sering disertai gejala gangguan amnestic. 1,6
2. Sklerosis Multipel
Proses patologis dari sclerosis multiple adalah pembentukan plak yang
tampaknya terjadi secara acak di dalam parenkim otak. Jika plak terjadi di lobus
temporalis dan daerah diensefalik, gejala gangguan daya ingat dapat terjadi. 1,6
3. Sindrom Korsakof
Sindrom Korsakof adalah sindrom amnestic yang disebabkan oleh defisiensi
tiamin, yang paling sering berhubungan dengan kebiasaan nutrisional yang buruk dari
seseorang dengan penyalahgunaan alkohol kronis. Penyebab lain nutrisi yagn bururk,
karsinoma
lambung,
hemodialysis,
hyperemesis
gravidarum,
hiperalimentasi
pengobatan. Deficit daya ingat ini menetap selama satu sampai dua bulan setelah
siklus pengobatan. 1,6
6. Cedera Kepala
Cedera kepala dapat menyebabkan berbagai gejala neuropsikiatrik termasuk
demensia, depresi, perubahan kepribadian, dan gangguan amnestic. Gangguan
amnestic yang disebabkan oleh cedera kepala seringkali berhubungan dengan suatu
periode amnesia retrogard sebelum kecelakaan traumatis dan amnesia teerhadap
kecelakaan traumatis sendiri. Beratnya cedera otak agak berhubungan dengan
lamanya danberatnya sindrom amnestic, tetapi yang berhubungan paling baik dengan
perbaikan akhir adalah derajat perbaikan klinis amnesia selama minngu pertama
setelah pasien mencapai kesadraran. 1,6
Diagnosis Banding
1. Demensia dan Delirium
Gangguan daya ingat sering ditemukan pada pasien demensia tetapi disertai denga
deficit kognitif lainnya. Gangguan daya ingat jugaseing ditemukan pada deliiumtetapi
tejadi pada keadaan gangguan atensi dan kesadaran. 1,6
2. Penuaan normal
Beberapa gangguan ringan pada daya ingat dapat menyetai penuaan nomal. DSM-IV
mengharuskan bahwa gangguan bermakna pada fungsi social dan pekerjaan haus
menyingkian psien yang mengalami penuaan nomal dai diagnosis. 1,6
3. Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif kadang-kadang sulit dibedakan dai gangguan amnestik. Tetapi
pasien dengan gangguan disosiatif adalah lebih mungkin mengalami kehilangan
orientasi pada dirinya sendiri dan mungkin menderita deficit daya ingat yang lebih
selektif dibandingkan pasien dengan gangguan manestik. Gangguan disosiatif juga
sering disertai dengan peristiwa kehidupan yang secera emosional menyebabkan
stress yang elibatkan uang, sistem hukum, atau hubungan yang terganggu. 1,6
4. Gangguan buatan
Pasien dengan gangguan buatan yang menyerupai suatu gangguan amnestik sering
kali mempunyai hasil tes daya ingat yang tidak konsisten dan tidak mempunyai
bukti-bukti suatu penyebabyang dapapt diidentifikasi. 1,6
Perjalanan dan Prognosis
25
26
manifestasi motoric atau sensorik sangat ringan. Epilepsy inibisasa dimulai pasa masa
anak antara usia 5 sampai 7 tahun dan menghilang pada masa pubertas. Kehilangan
kesadaran singkat selama psien tiba-tiba kehilangan kontak denan lingkungan, adalh
karakteristik dari epilepsy petit mal tetapi pasien tidak mengalami kehilangan
kesadaran atau gerakan kejang yang sesungguhnya epilepsy ini dapat terjadi pada
masa dewasa namun jarang, onsetnya ditandai dengan episode psikotik atau delirium
yang tiba-tiba dan rekuren dan disertai pingsan. 1,6
27
menyebabkan gejala yang difus. Delirium merupakan suatu komponen yang paling
sering dari tumor yang tumbuh dengan cepat, besar atau metastatic. Jika pada
29
pemeriksaan fisik ditemukan intoktinensia kandung kemih atau usus, suatu tumor
lobus frontalis harus dicurigai. Jika riwayat penyakit danpemeriksaan menemukan
kelainan pada daya ingat dan pembicaraan, suatu tumor lobus temporalis harus
dicurigai.
1. Kognisi
Gangguan fungsi intelektual sering menyertai adanya tumor otak, dan tidak
tergantung pada jenis dan lokasinya
2. Keterampilan berbahasa
Gangguan fungsi berbahasa dapat berat, terlebih jika pertumbuhan tumor dapat
cepat.
3. Daya ingat
Hilangnya daya ingat merupakan gejala yang paling sering dari tumor otak.
Peristiwa yang belum lama, bahkan peristiwa yang menyakitkan dapat hilang,
tetapi ingatan yang lama dapat dipertahankan, dan psien tidak menyadari
kehilangan ingatannya trhdap peristiwa yang beru saja terjadi.
4. Persepsi
Defek persepsi yang ebrat sering berhubungan dengan gangguan perilaku,
khususnya jika pasien perlu mengintegrasi persepsi taktil, auditoris, dan visual.
5. Kesiagaan
Perubahan kesadaran merupakan gajalayang lambat dan sering dari peningkatan
tekanan intracranial yang disebabkan oleh suatu tumor otak. Psien tidak dapat
bergerak dan menjadi bisu, wlaupun psien itu sadar.
Kista koloid
Walaupun bukan tumor otak, dalam pembicaraan yang jelas, kista koloid yang
berlokasi di ventrikel ketiga dapat menimbulkan tekanan fisik pada struktur
diendsefalon, yang menyebabkan gejala mental tertentu seperti depresi, labilitas
emosi, gejala psikotik, dan perubahan kepribadian.
4. Trauma Kepala
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai gejala mental. Trauma kepala
dapat mengarahkan ke diagnosis demensia oleh trauma kepala atau gangguan mental
karena
Trauma kepala merupaka situasi klinis yang umum. Trauma kepala paling
sering terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun, dan mempunyai perbandingan laki-laki
dan perempuan sebanyak 3 : 1. Trauma kepala secerakasar dibedakkanmenjadi trauma
kepala tembus, dan trauma tumpul. Juga dapat terjadi suatu kontusi fokal. Peregangan
parenkim otak menyebabkan kerusakan aksonal difus. Proses yang timbul kemudian,
seperti edema, dan perdarahan, dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
1,6
Gejala
Dua petunjuk gejala utam yang berhubungan dengan trauma kepala adalah
gejala dari gangguan kognitif dan gejala dari sekuele prilaku. Setelah suatu periode
amnesia pasca traumatis, biasanya terjadiperiode pemulihan selama 6 sam[ai 12
bulan. Masalah kognitif yagn paling sering adalah menurunnya kecepatan
pemprosesan informasi, penurunan perhatian, meningkatnya distraktibilitas, deficit
dalam pemecahan masalah dan kemampuan terus berusaha, danmasalah dengan daya
ingat dan mempelajari informasi baru. Pada perilaku, gejala yang utama adalah
perubahan kepribadian, depresi, meingkatnya impulsivitas, dan meningktanya agresi.
1,6
Pengobatan
Pengobatan gangguankognitif danperilaku pada pasien trauma kepala pada
dasarnya adalah sama dengan pendekatan pengobatan yang digunakan pada pasien
lain dengna gejala tersebut.
Psikosis adalah komplikasi yang jarang pada pasien dengan sclerosis multiple.
Namun, depresi sering terjadi. Factor risiko untuk bunuh diri adalah pasda pasien
jenis kelamin laki-laki, dengan onset sclerosis multiple sebelum usia 30 tahun. 1,6
6. Penyakit Infeksi
Ensefalitis Herpes Simpleks
Ensefalitis herpes simpleks adalahjenis ensefalitis fokal yang paling sering
terjadi, penyakit ini paling sering mengenai lobus fronalis dan temporalis. Gejala
sering berupa anosmia, halusinasi olfaktoris, dan gustatoris, perubahan kepribadian
dan dan juga prilaku yang aneh.
Ensefalitis Rabies
Pada pasien denga penyakit ini, dpat muncull gejala kegelisahan,
overaktivitas, dan agitasi. Hidrofobia dapat terjadi akibat spasme laryngeal da
diafgramatik yang dialami pasien.
Neurosifilis
Penyakit ini bisanya mengenai lobus frontalis, sehingga menyebabkan
perubahan kepribadian, perkembangan gangguan pertimbangan, irirtabilitas, dan
penurunan perawatan untuk diri sendiri. Dapat terjadi waham kebesaran, demensia
dan tremor.
Meningitis Kronis
Meningitis kronis juga sering ditemukan. Gejala yan gbaisanya timbul adalah
nyeri kepala, gangguan daya ingat, konfusi dan demam.
7. Gangguan Kekebalan
Gangguan kekeblan utama yang mengenai masyarakat pada umumnya adalah
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Lupus eritematosus sistemik adalah suat penyakti autoimun yang melibatkan
peradanan pada berbagai system organ. Gejala neuropsikiatrik utama adalah depresi,
insomnia, labilitas emosional, kegelisahan, dan konfusi.
8. Gangguan Endokrin
Gangguan Tiroid
Hipertioridisme ditandai oleh konfuusi, kecemasan, dan sindrom depresif
teragitas. Pasien juga mengeluh mudah lelah, insomnia, penurunan berat badan,
32
Gagal ginjal sering disertai dengn perubahan daya ingat, orientasi dan
kesadran. Gejala neuropsikiatrik cenrung reversible.
Ensefalopati hipoglikemik
Ensefalopati hipoglikemik dapat disebabkan oleh produksi insulin endogen
yang berlebihan maupun pemberian insulin eksogen yang berlebihan. Dengan
perkembangan gangguan, disorientasi, konfusi dan halusinsi dapat terjadi juga gejala
neurologis lainnya.
Ketoasidosis Metabolik
Pasien ini mempunyai peningktan kemungkinna terjadinya demensia kronis
dengan arteriosclerosis menyeluruh.
10. Gangguan Nutrisional
Defisiensi Niasin
Gejala neuropsikiatrik yang mungkin timbul adalah apati, iritabilitas, insomnia,
depresi, dan delirium.
Defisiensi Tiamin
Gejala neuropsikiatrik yang timbul berupa apati, depresi, iritabilitas, kegelisahan, dan
konsentrasi yang buruk.
Defisiensi kobalamin
Perubahan mental yang dapat muncul berupa apati, depresi, iritablitas dan
kemurungan sering ditemukan.
34
BAB IV
KESIMPULAN
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi).
Gangguan mental organic diantaranya adalah delirium, demensia, dan gangguan
amnestic serta gangguan kognitif lainnya dan gangguan mental karena kondisi medis umum.
Diperlukan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan diagnosis pasien dengan
gangguan mental organik ini, sebab underlying diseases yang dibahas di sini memiliki fokusfokus tertentu di otak yang mengakibatkan timbulnya gejala neuropsikiatrik.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilak Psikiatri Klinis,
Edisi ketujuh, Jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 2010. hal 481-570.
2. Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M, Catatan Kuliah Psikiatri, Edisi keenam,
cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta 1995. hal 28-42.
3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapsius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2008. hal 189-192.
4. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Editor Dr, Rusdi Maslim.
Jakarta 2003. hal 3-43.
5. Maramis. W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke VI, Airlangga University Press,
Surabaya 1992. hal 179-211.
6. Kaplan. H. I, Sadock B.J. Phsychiatry Text Book.
36