Psikiatri
Pembimbing
dr. Jonli Indra, SpKJ
Disusun oleh:
Aulia Thufael Alfarisi
Kegawatdaruratan Psikiatri
Jenis Kegawatdaruratan
Pskiatri
Persiapan di Tempat
Pelayanan
Prosedur Penanganan
Pemberian terapi obat atau pengekangan (bila
diperlukan)
Prinsip: maximum tranquilization with
minimum sedation
Tujuan:
1. Membantu pasien untuk dapat
mengendalikan dirinya kembali
2. Mengurangi/menghilangkan penderitaannya
3. Agar evaluasi dapat dilanjutkan sampai
didapat kesimpulan akhir
Lanjutan
Obat-obatan yang sering digunakan:
Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan kematian yang
Etiologi
Pasien Pskiatrik
Penyakit Terkait
Gangguan Mood
Skizofrenia
Ketergantungan Alkohol
Ketergantungan Zat Psikotropika
Gangguan Kepribadian
Terapi
beberapa tindakan preventif praktis untuk
Delirium
Delirium merupakan sindrom mental
Etiologi
Kriteria Diagnosis
Kemampuan yang terbatas untuk
Lanjutan
Sedikitnya dua dari yang tercantum dibawah ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lanjutan
Gambaran klinis yang timbul yang berkembang berfluktuasi
Gejala Prodormal
Kegelisahan (terutama malam hari), ansietas
Mengantuk siang hari
Insomnia (gangguan tidur), banyak mimpi-mimpi
Terapi
Obat-obatan harus digunakan dengan
hati-hati.
Neuroleptic :
Haloperidol (haldol) 2-5 mg
Risperidon 0,5-2 mg
Short-acting sedatives :
Lorazepam 1-2 mg
Faktor Resiko
Adanya pernyataan seseorang bahwa ia berniat melakukan
tindakan kekerasan.
Adanya rencana spesifik
Adamya kesempatan atau suatu cara untuk terjadi kekerasan
Laki-laki
Usia muda
Status sosioekonomi rendah
Sistem dukungan sosial yang buruk
Adanya riwayat melakukan tindka kekerasan
Tindak antisocial lain
Pengendalian impuls yang buruk
Riwayat percobaan bunuh diri
Adanya stressor yang baru saja terjadi
Riwayat tindak kekerasan merupakan indicator terbaik
Waspadai
Jangan pernah mewawancarai pasien yang bersenjata
Jangan pernah mewawancarai pasien yang bersikap
Terapi Psikofarmaka
Flufenazin, trifluperazin atau haloperidol
Gambaran Klinis
Demam tinggi
Kekakuan otot yang nyata
Takikardi, TD labil, keringat berlebihan
Gangguan kesadaran
Terapi Psikofarma
amantadine 200-400 mg PO/hari dalam dosis
terbagi
bromocriptine 2,5 mg PO 2 atau 3 kali/hari,
dapat dinaikkan sampai 45 mg/hari
levodopa 50-100 mg/hari IV dalam infuse terus
menerus
dabtrolene 1 mg/kg/hari IV selama 8 hari,
kemudian dilanjutkan PO selama 7 hari setelah
itu
benzodiazepine atau ECT dapat diberikan
apabila obat-obatan lain tidak berhasil
ginjal
3. Observasi ketat vital sign
4. Pemeriksaan Lab : CPK, DL, profil kimia,
LFT, RFT
5. Pengobatan spesifik
1.
2.
3.
4.
5.
Obat-obat spesifik yg
diberikan
:
Dantrolene : intravena: dosis inisial 2-3 mg/kg
BB tiap 10-15 menit(range dosis 0,8-10mg/kg
BB/hari) bila sdh teratasi dapat diberikan per
oral dgn dosis inisial 100-250 mg/kg BB/hari
(maks 700 mg/hari)
Bromokriptin : 2,5-10mg, 3 kali sehari sampai 60
mg
Amantadin : dosis oral 200-400 mg/hari
Benzodiazepin (lorazepam): 2 mg IV ,
dilanjutkan dgn dosis ulangan 2 mg
Levodopa 100mg dan carbidopa 25mg ,
sebanyak 3 8 kali sehari
Strategi
untuk
pemberian
neuroleptika selanjutnya :
Bila
neuroleptika
tetap
dibutuhkan,
pemberiannya ditunda selama mungkin sesudah
SNM teratasi.
Pilihlah neuroleptika dari jenis yang lain
terutama golongan dosis efektif tinggi seperti
Thioridazine, Clozapine
Mulailah dgn dosis rendah dg pengawasan ketat
Dapat dikombinasi dgn lorazepam
Tunda
pemberian
neuroleptika
ulangan
sekurang-kurangnya 2 minggu setelah SNM
1.Re-experiencing
Gejala pengulangan kembali trauma yang
pernah menimpanya (re-experiencing): merasa
spt kejadian traumatik tsb terjadi lagi, pikiran
yg
terganggu,
mimpi
buruk
sering
menakutkan, replikatif dan rekolektif & sering
terbangun karenanya, atau reaaksi psikologik
atau fisiologik thd paparan yg berhubungan
dgn
trauma,
ilusi,
halusinasi,
disosiatif
(flashback) dapat terjadi reaktif thd stimulus yg
membangkitkan
bayang-bayang
trauma
tersebut.
2. Avoidance
Gejala
atau
perilaku
penghindaran
(avoidance)
:
perilaku
menghindari
aktivitas atau pikiran yg berhubungan dg
trauma, berkurangnya kapasitas utk
mengingat yg berhubungan dg trauma,
merasa terpisah atau derealisasi, afek
tumpul. Akibatnya, keadaan depresif
umum terjadi dg simtom2nya: sukar
konsentrasi, sukar tidur, tidak ada minat
terhadap hiburan/ kesenangan, anhedonia
3.Hypervigilance
Mengalami gejala peningkatan bangkitan
otonomik yaitu gangguan tidur, iritabel ,
waspada berlebihan (hypervigilance), atau
mempunyai respons yang berlebihan,
keterkejutan yg. berlebihan
GSPT dapat dimulai kapan saja sesudah
terjadi stressor , tetapi sindromnya tidak
lazim segera terjadi. Kecemasan atau
depresi berkembang segera sesudah
peristiwa traumatik akut, tetapi hambatan
emosi sering terjadi pada keadaan kronik.
Penatalaksanaan
Rawat inap atau rawat jalan
Psikoterapi individual atau kelompok
Terapi perilaku, terapi perilaku kognitif
Psikofarmaka disesuaikan dg gejala yg
Penelantaran Diri
Kasus penelantaran diri sering terjadi pada
Penanganan
Masuk Rumah Sakit
Mengatasi penyebab sakit fisik dgn bagian
terkait
Mengatasi ggn psikiatrik dgn psikofarmaka
maupun psikoterapi