Anda di halaman 1dari 28

F.3.

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA


BERENCANA (KB)

Kode Kegiatan

F3

Uraian Kegiatan

ANTE NATAL CARE TERPADU IBU HAMIL

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sasaran pembangunan kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan
kesehatan yang mencakup, meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun
menjadi 67,9 tahun, menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 25 per
1000 kelahiran hidup, menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 25,8%
menjadi 20%.
Salah satu upaya yang dilakukan Depkes RI dalam mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kesehatan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya. Untuk mendukung upaya kesehatan dan pencapaian sasaran
pembangunan maka diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas
yang tepat dan dapat diandalkan khususnya dalam akselerasi penurunan Angka
Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ). Mutu pelayanan
kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan pengamatan langsung
terhadap petugas Puskesmas yang sedang memberikan pelayanan kesehatan,
melakukan wawancara kepada pasien dan petugas kesehatan, mendengar keluhan
pasien dan keluarganya, masyarakat, petugas Puskesmas, membaca dan
memeriksa laporan atau rekam medik.
1

Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan meningkat,


sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja
kemampuan teknis medis petugas tetapi juga kualitasnya. Peningkatan mutu
pelayanan dititik beratkan kepada pelayanan kesehatan dasar dengan upaya
terpadu melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan bidan desa. Untuk menilai
mutu pelayanan diperlukan standar dan indikator, ada empat jenis standar yaitu:
1. Standar masukan (input) yang antara laian terdiri dari standar SDM, peralatan
dan sarana.
2. Standar proses / standar tindakan dimana ditetapkan tata cara/prosedur
pelayanan baik medis maupun non medis.
3. Standar keluaran ( output / performance ) atau lazim disebut standar
penampilan berdasarkan serangkaian indikator baik dari segi pemberi
pelayanan maupun pemakai.
4. Standar lingkungan / standar organisasi dan manajemen dimana ditetapkan
garis-garis besar kebijakan, pola organisasi dan manajemen yang harus
dipatuhi oleh pemberi pelayanan.
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari
faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal
care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan
janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada
kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh
tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal
care.

B. PERMASALAHAN

I.

II.

Identitas pasien
Nama Istri
Umur
Paritas
Alamat
Pekerjaan
Tanggal periksa
Nama Suami
Umur
Pekerjaan

: Ny. AK
: 20 tahun
: G1P0A0
: Wonokerto, Bareng
: Ibu rumah tangga
: 15 September 2015
: Tn. PL
: 25 tahun
: Swasta

Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 September 2015
1. Keluhan selama kehamilan : Pusing
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 09 Maret 2015
HPL : 16 Desember 2015
Usia Kehamilan
: 27-28 minggu
Pasien tidak haid sejak bulan Maret 2015, sekitar satu bulan setelah terlambat haid
pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack dan didapatkan hasil positif.
Kemudian pasien memeriksakan diri ke bidan dan dinyatakan hamil. Selama
kehamilan pasien sering mengeluh pusing dan terkadang disertai mual.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi
: disangkal
- Riwayat Kencing Manis
: disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung
: disangkal
- Riwayat Alergi
: disangkal
4. Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di puskesmas. Pemeriksaan kehamilan
dilakukan satu bulan sekali dengan pemeriksaan laboratorium pada kunjungan
5.
6.

pertama ANC. Pasien mendapat multivitamin dan suplemen besi.


Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Dismenore
: (-)
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia pernikahan 5

bulan.
7. Riwayat KB : 8. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi
- Riwayat Kencing Manis

: disangkal
: disangkal

III.

Riwayat Penyakit Jantung


Riwayat Alergi

: disangkal
: disangkal

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 23 Juli 2015
a. Keadaan Umum
: compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
Tensi
: 100/60 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 18x/ menit
Suhu
: 36,5C
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 157 cm
LILA
: 24 cm
c. Status Internus
- Kepala
: normochepale
- Mata
: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung
: discharge (-), septum deviasi (-), napas cuping hidung (-)
- Telinga: sekret tidak ada, tragus pain tidak ada
- Mulut
: Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
- Tenggorok
: uvula ditengah, tonsil T0-T0, faring hiperemis (-)
- Leher
: normocolli, limfonodi tidak membesar
- Thoraks
: bentuk normochest
Cor
Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak
Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung tidak melebar

Auskultasi

: Bunyi jantung I II intensitas normal, reguler, bising (-).

Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi

: fremitus dada kanan = kiri

Perkusi

: sonor // sonor

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)


Abdomen

Inspeksi

: Cembung pada bagian perut, striae gravidarum (-)

Palpasi

: Ballotment (+)

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Tidak dilakukan

Ekstremitas

Akral dingin

edema -

sianosis
-

d. Status Obstetri
Abdomen:
- Inspeksi
: cembung, striae gravidarum (+)
- Palpasi
:
Leopold I
: TFU pertengahan umbilicus dan Proc. Xyphoideus (27 cm).
Teraba masa besar dan lunak.
Leopold II
: Teraba tahanan memanjang pada uterus bagian lateral kiri. Teraba
bagian kecil-kecil pada uterus bagian lateral kanan.
Loepold III : Teraba massa bulat, keras. Massa bulat dan keras mudah

digoyang.
Leopold IV
Auskultasi
TBJ

: Konfigurasi kedua tangan konvergen.


: DJJ 132x/menit
: (27-12)x155= 2325 gram

Genitalia:
IV.

Eksterna
Interna

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Juli 2015
Hb
: 13 gr/dL
Protein urine
: (-)
Reduksi urine
: (-)
Golongan darah
:B
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dipilih ialah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin atau
Antenatal Care (ANC). Ibu-ibu dengan kehamilan berisiko tinggi ataupun yang
tidak berisiko diperiksa kehamilannya secara keseluruhan untuk mengetahui
perkembangan kesehatan janin dan kondisi ibu, serta tanda-tanda bahaya saat
kehamilan atau setelah persalinan.
D. PELAKSANAAN
Kegiatan ANC di Puskesmas Bareng dilaksanakan setiap hari mulai pukul
08.30 sampai selesai. Kegiatan pemeriksaan diawali dengan penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas
(LILA). Dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi, frekuensi
pernapasan, dan suhu. Dilakukan anamnesis pada pasien berupa identitas, keluhan
5

yang dirasakan saat itu, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan penentuan Hari
Perkiraan Lahir (HPL),

penentuan usia kehamilan, dan riwayat obstetri

sebelumnya. Selanjutnya pasien diminta untuk berbaring di bed pemeriksaan


untuk dilakukan pemeriksaan abdomen berupa pengukuran tinggi fundus, posisi
janin, bagian terendah janin dan pengukuran denyut jantung janin. Pada pasien
yang pertama kali melakukan ANC serta ibu hamil yang berisiko sebelumnya,
pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin, golongan darah,
protein urine dan reduksi urine.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, didapatkan hasil
pengukuran tekanan darah ialah 100/60 mmHg dan hasil pemeriksaan
laboratorium protein urin (-) dan reduksi urine (-). Seluruh hasil pemeriksaan
dicatat di dalam buku kesehatan ibu hamil yang diberikan puskesmas.
-

Edukasi yang diberikan:


Menghindari makan makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti

garam, kopi
Mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi seimbang.
Mengkonsumsi suplemen dan vitamin yang sudah diberikan
Menghindari makanan yang mengandung alkohol, rokok, obat-obatan, jamu, serta

mengurangi konsumsi lemak, gula, dan pemanis buatan.


Makan makanan yang diproses dengan baik sampai matang dan bersih.
Memberi informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, tanda-tanda awal persalinan, dan risiko yang mungkin timbul

saat persalinan dan setelah persalinan.


Menyarankan kepada pasien datang ke dokter spesialis kandungan untuk

melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut seperti USG.


Memberi motivasi kepada pasien untuk selalu berpikir positif terhadap
kehamilannya dan menghindari stress selama kehamilan.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan ANC bertujuan untuk mengetahui ibu hamil yang memiliki risiko
kehamilan maupun tidak. Ibu hamil yang memiliki risiko akan selalu dimonitor
setiap kunjungan sehingga akan menurunkan angka kematian ibu, sedangkan ibu

hamil yang tidak berisiko tinggi juga tetap dipantau untuk mencegah munculnya
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
Hasil evaluasi kegiatan ANC ini adalah tidak ditemukannya risiko pada
pasien. Pasien diberikan edukasi juga untuk melakukan pemeriksaan di rumah
sakit dengan peralatan yang lebih lengkap (seperti USG) dan pengawasan dari
dokter spesialis kandungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah
pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan,
dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa

kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter


sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan
asuhan antenatal.
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
2. TUJUAN ANTENATAL CARE (ANC)
Tujuan umum adalah : untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan
pemberian ASI.
2) Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
4) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang ada

3. INDIKATOR PELAYANAN
1. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin
pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan antenatal adalah
sebagai berikut:
1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.
2) Mengenali dan menangani penyulit - penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mengenali dan mengobati penyakit - penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
5) Memberikan nasehat - nasehat tentang cara hidup sehari hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko
ibu dan janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat
persalinan, juga perawatan bayi dan menyusui. Informasi yang diberikan
sebagai berikut :
1) Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena
selama kehamilan terjadi peningkatan secret vagina.
3) Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi.
4) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan.
Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.
2. Kunjungan ke-2 (K2)
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali. Hendrawan
(2008) menuturkan mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan
obstetric yang berbeda - beda dalam rentang yang cukup luas, maka perlu
dilakukan kunjungan ANC yang teratur. Pada trimester II, ibu hamil diajurkan
periksa kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun
tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II menurut Saifuddin (2002) ialah
sebagai berikut:
9

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya


2) Penapisan preeklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
3. Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai
berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester
ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan
setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau
gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
4. Penanganan Komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak
menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas.
Pelayanan

diberikan

oleh

tenaga

kesehatan

yang

mempunyai

kompetensi.AGB) dan kurang energi kronis (KEK).


4. KONSEP PELAYANAN ANC
a. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Kenaikan berat badan
normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau
kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
b. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

10

c. Ukur tekanan darah.


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)
d. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain.
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi
TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status
imunisasi ibu saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui

jenis

golongan

darah

ibu

melainkan

juga

untuk

11

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan


apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
3) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeclampsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
5) Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah
non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.
6) Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
7) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak

12

mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,


apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
1) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur serta melakukan olah raga ringan.
3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
5) Asupan gizi seimbang

13

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang


cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
6) Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi)
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV
dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif
maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,
menyusui dan seterusnya.
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.
9) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
10) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan

14

nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode


kehamilan.
5. JENIS PELAYANAN
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun.
Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah,
kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi. Usia muda juga
faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi
obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm,
abortus.
2) Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa
hamil, atau ada keluhan/ masalah lain yang dirasakan.
3) Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari
pertama haid terakhir (HPHT), siklus haid biasanya berapa har Hal ini
penting untuk memperkirakan usia kehamilan dan memperkirakan saat
persalinan. Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini
sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal
pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan kita).
Apakah ada keluhan / masalah dari sistem orga lain, baik yang
berhubungan dengan perubahan
fisiologis kehamilan maupun tidak.
4) Usia kehamilan
1. Tafsiran Persalinan menurut
Rumus Naegele :
Hari Pertama Haid Terakhir(HPHT)
Hari Bulan Tahun

15

+7
3
+1
2. Rumus McDonals :
Tinggi fundus (cm) x 2/7 = usia kehamilan dalam bulan\Tinggi fundus
(cm) x 8/7 = usia kehamilan dalam minggu
3. Gerakan janin (Quickening) pada minggu ke 17 19
4. Tinggi fundus uteri (McLennan and Sandberg)
Usia Kehamilan
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu

Tinggi Fundus Uteri


3-4 jari atas symphysis pubis
2-3 jari bawah umbilicus
Sejajar umbilicus
3 jari atas umbilicus
3 jari bawah xiphoid
2 jari bawah xiphoid
2 jari bawah xiphoid

5. USG

6. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau
diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes
mellitus), riwayat alergi makanan/ obat tertentu dan sebagainya.
Ada/tidaknya riwayat operasi umum / lainnya maupun operasi
kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya).
7. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
8. Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan/persalinan/abortus sebelumnya(dinyatakan
dengan kode GxPxAx, gravida/para/abortus), berapa jumlah anak
hidup. Ada/ tidaknya masalah masalah pada kehamilan/ persalinan

16

sebelumnya seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin,


perdarahan dan sebagainya. Penolong persalinan terdahulu, cara
persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru lahir,
berat badan lahir jika masih ingat.
9. Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan
haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
10. Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.
11. Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari
5) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
- Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama
pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan
berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau
memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
-

menurun terus.
Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.


Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat

membahayakan kesehatan ibu dan janin.


Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan

tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.


Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan

janinnya.
Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari
liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda

bahaya pada kehamilan.


Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut. Dapat
dicurigai ibu menderita TBC.
Berdebar-debar

17

Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah


-

pada kehamilan yang harus diwaspadai.


Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa
lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi

pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang darah.


Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal ini

terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.


Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu

hamil.
Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke
empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini,
gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu

hamil harus waspada.


Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama kehamilan, ibu bisa
mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan
hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya

maka akan dikonsulkan ke psikiater.


Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu
hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau
berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan
oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya
kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini,
petugas

kesehatan

diharapkan

dapat

mengenali

korban

dan

memberikan dukungan agar mau membuka diri.


6) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu.
7) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

18

8) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.


9) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika,
anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
10) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada

pasangannya.

Informasi

ini

penting

untuk

langkahlangkah

penanggulangan penyakit menular seksual.


11) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
12) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
- Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
- Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di rumah
-

sakit?
Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi

persalinan dan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal


Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan

ibu melahirkan.
Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon
ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat
transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda, tandu,

perahu, dsb.
Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin)
atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk
membantu

pembiayaan

mulai

antenatal,

persalinan

dan

kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri,

19

suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat


dipercaya. Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal
4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.

1) Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetrik


Abdomen
-

Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran


abdomen mungkin belum nyata).

Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan


dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita
ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengantepi atas simfisis os
pubis).

Palpasi Leopold I IV

20

Pada kehamilan aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan


rumus cara Johnson-Tossec yaitu :
tinggi fundus (cm) - (10/11/12/13)* x 155 gram.
*(10/11 jika sebagian besar msk PAP, 12 jika sebagian kecil msk PAP,
13 jika belum msk PAP)

Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler atau


funandoscope yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung
frekuensi selama satu menit. Frekuensi denyut jantung janin normal
adalah 120-160 x /menit.

Pelvimetri
-

Distansia Spinarum ( 24 26 cm)


Jarak antara kedua spina iliaca anterior superior sinistra dan dextra

Distansia Cristarum ( 28 30 cm)


Jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada crista iliaca
sinistra dan dextra

Conjugata Eksterna (Boudeloque) 18 cm


Jarak antara bagian atas symphisis ke prosessus spinosus lumbal 5

6. PENANGANAN DAN TINDAK LANJUT KASUS


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan
keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil. Berikut ini adalah penanganan
dan tindak lanjut kasus pada pelayanan antenatal terpadu.

21

Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi


anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak -

22

lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan tanda tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang untuk mendapat pertolongan
dari tenaga kesehatan. Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal
pada kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya
rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang, USG,
konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan
datang lebih cepat.

LAMPIRAN

23

24

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes R.I. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta
2. Rochjati, P. (2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Pengenalan Faktor
Risiko. Surabaya. Airlangga University Press.
3. Echa, P. (2011). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. [on line] [cited 2011 Juli
20].
4. Kusmarjadi D.,SpOG. (2011). Kehamilan Risiko Tinggi. [on line] [cited 2011
June 16].
5. Djallajuddin, dkk, 2002. Faktor Risiko Ibu untuk Terjadinya Partus Lama di
RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha Martapura. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol. 54 No. 1, Januari 2004.
6. Huda, N.L., 2005. Hubungan Status Reproduksi, Status Kesehatan, Akses
Pelayanan

Kesehatan

dengan

Komplikasi

Obstetri

di

Banda

Sakti

Lhokseumawe. Jurnal Kesmas. Vol. 1. No. 6. Juni 2007.

26

Komentar/Umpan Balik dari Pendamping :


Bontang, 01 Februar
Komentar/Umpan Balik:

Dokter Internsip,

Jombang,

2015

Dokter Pendamping,

dr. Adriel Benedict Haryono


dr. Andri Suharyono, M. KP
NIP. 1966.1205.2001.12.1.001

27

Anda mungkin juga menyukai