Anda di halaman 1dari 32

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

SATUAN ACARA PELAKSANAAN (SAP)


Pokok Bahasan : Strategi Perawat Pada Aplikasi Family Centered Care dan
Prilaku Caring Terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak di
IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hari / Tanggal : Selasa/ 9 Juni 2015
Pukul

: 10.00- 10.45 WIB

Sasaran

: Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat yang Bertugas di


Irna Anak RSUP Dr M Djamil Padang

Tempat

: Ruang Pertemuan Instalasi Kebidanan dan Anak RSUP


Dr. M. Djamil Padang

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Pada anak, sakit dianggap sebagai hukuman atas kesalahan yang
diperbuat. Hampir semua anak mengalami sakit dan harus di bawa ke rumah
sakit. Hospitalisasi bagi anak dianggap sebagai pengalaman yang mengancam
dan stessor, sehingga anak akan mudah mengalami krisis karena anak
mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya
maupun lingkungannya, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang
bersifat menekan (Nursalam, 2008).
Selama proses hospitalisasi bukan hanya anak tetapi orang tua juga
mengalami kebiasaan yang asing, lingkungan yang asing. Hal ini merupakan
pengalaman yang traumatik dan penuh dengan stres. Berbagi perasaan yang
sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, dan rasa bersalah.
Pemberian Asuhan keperawatan dengan pengembangan yang telah dilakukan
oleh peneliti memberikan dampak yang cukup baik bagi sebagian besar
responden anak usia toddler. Di mana setelah diberikan asuhan keperawatan
tersebut anak hanya cenderung mengalami hospotalisasi ringan yang dapat
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


dianggap sebagai kewajaran mengingat hospitalisasi pada anak tidak mungkin
hilang sama sekali. Rata-rata respons hospitalisasi yang masih dialami oleh
anak yaitu anak menangis karena kesakitan dan beberapa takut jarum suntik,
memanggil-manggil ibunya dan anak kurang minat untuk bermain
(Ratnaningsih, 2013).
Proses hospitalisasi pada anak dapat mengalami berbagai kejadian
yang ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh dengan
stres. Bagi anak yang baru pertama kali dirawat biasanya menjalani lebih
banyak tindakan pemeriksaan oleh beberapa orang, tidak pernah mempunyai
gambaran tentang dirawat di rumah sakit, perubahan lingkungan yang tibatiba, staf yang masih sangat asing, menimbulkan stres tersendiri bagi anak
(Perry & Potter, 2005). Perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas
karena anak merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh
kasih sayang, dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan
rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya. Beberapa hal
tersebut membuat anak menjadi stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, anak
merasa gugup dan tidak tenang, bahkan pada saat menjelang tidur (Supartini,
2004).
Berdasarkan data yang didapatkan dengan wawancara yang telah
lakukan di Ruang Kronis IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 3 Mei 2015 didapatkan hasil 16 dari 24 keluarga yang menjaga
anaknya di rumah sakit mengatakan bahwa anaknya menangis ketika
disuntik, dipasang infus, dan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium,
apabila keesokan harinya perawat

mendekatinya maka anak itu hanya

menunduk dan enggan menatap wajah perawat, anak akan kembali


beraktivitas saat perawat tersebut keluar dari ruang perawatan. Hasil
observasi didapatkan hampir semua anak tidak kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan seperti saat diinjeksi, dipasang termometer, saat
perawat datang dengan membawa obat, saat diambil darah, semua anak
menunjukkan respon seperti menangis, meronta ronta, memeluk ibu,
mengajak pulang, dan berteriak. Respon anak merupakan wujud internalisasi
diri bahwa anak mengalami takut dan cemas
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit kan mengalami
kecemasan dan stress. Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi
menurut tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan anak
(hidayat 2012). Penyebab stress pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya perilaku yang ditunjukkan petugas kesehatan (dokter, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya), pengalaman hospitalisasi anak, support
system, atau dukungan keluarga yang mendampingi selama perawatan
(Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008)
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi
dengan klien anak dan keluarga harus dapat menempatkan keluarga sebagai
bagian integral dari setiap asuhan keperawatan yang diberikan (American
Academy of Pediatrics, 2003) hal ini sesuai dengan pendekatan perawatan
anak yang berfokus pada keluarga atau family centered care (FCC).
Keterlibatan keluarga dalam proses perawatan anak selama hospitalisasi akan
membantu meningkatkan kepuasan keluarga terhadap pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan sekaligus memandirikan keluarga dalam
perawatan anak selanjutnya. Salah satu upaya meningkatkan kepuasan klien
anak dan keluarga adalah dengan penerapan komunikasi terapeutik perawat
selama masa hospitalisasi klien anak di rumah sakit.
Selain komunikasi terapeutik dan pendekatan family centered care,
perawat juga memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring atau kasih sayang dalam menjalankan fungsi dan perannya.
Adapun fungsi perawat menurut konsordium ilmu kesehatan 1989 yaitu
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat klien, edukator, koordinator,
kolaborator, konsultan dan pembaharu. Profesionalitas perawat dapat dilihat
ketika ia mampu menjalankan peran dan fungsinya (Hidayat, 2008).
Keperawatan dan caring merupakan suatu hal yang tak terpisahkan
dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik
harus didasarkan kepada pada perilaku caring (Morison, 2009). Perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan
intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
atau kasih sayang dalam menjalankan fungsinya.
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu diketahui bahwa pelayanan
keperawatan

berupa perilaku caring dan penggunaan pendekatan family-

centered care dalam menurunkan tingkat stress hospitalisasi pada anak.


Pelayanana keperawatan perilaku caring, penggunaan komunikasi terapeutik
dan pendekatan family centered care ini dapat diterapkan oleh tenaga
kesehatan, khususnya perawat dalam mengatasi masalah stress hospitalisasi
pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti desiminasi ilmu diharapkan peserta mampu
mmenerapkan Strategi Family Centered Care Dan Perilaku Caring
Terhadap Stress Hospitalisasi Pada Anak di IRNA Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti desiminasi ilmu, diharapkan peserta mampu:
a. Memahami konsep hospitalisasi dan stress hospitalisasi pada anak,
b. Memahami konsep Family Centered Care,
c. Memahami konsep Prilaku Caring,
d. Memahami dan mampu menerapkan Strategi Family Centered
Care dan Prilaku Caring terhadap Stress Hospitalisasi pada Anak.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Strategi Family Centered Care Dan Prilaku Caring Terhadap Stress
Hospitalisasi Pada Anak yang dihospitalisasi di IRNA Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
2. Sasaran dan Target
Sasaran
: Tenaga kesehatan khususnya perawat yang bertugas di IRNA
Anak RSUP Dr M Djamil Padang
: Perawat ruangan IRNA Anak berjumlah 5 10 orang

Target
3. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
4. Media dan Alat
Laptop
Infokus
Booklet
Sound system
5. Waktu dan Tempat
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Hari/tanggal
Waktu
Tempat

: Rabu / 9 Juni 2015


: 11.00 WIB - 11.45 WIB
: Ruang Pertemuan Instalasi Kebidanan dan Anak

6. Pengorganisasian
a. Moderator
: Helwiza Morina
b. Presentator
: Intan Rahayu Putri
c. Observer
: Navilah Ramadhana
Lhona
d. Fasilitator

: Lusiana Safitri
Nurazizah
Yommy Elsa
Fadhilla Yanti
Fitrah Qolbina
Willa Septiadi
Novita Kumala
Norisye Olmi

7. Uraian Tugas
a. Moderator
Membuka acara.
Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
Menjelaskan tujuan dan topik.
Menjelaskan kontrak waktu.
Menyerahkan jalannya desiminasi ilmu kepada pemateri.
Mengarahkan dan memimpin jalannya diskusi.
Menimpulkan Materi
Menutup acara.
b. Presenter
Mempresentasikan materi untuk desiminasi ilmu.
c. Fasilitator
Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
desiminasi ilmu.
d. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
8. Setting tempat

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

Keterangan :
= Media

= Peserta

= Presenter

= Fasilitator

= Moderator

= Observer

= Pembimbing

= Meja

D. Rencana Kegiatan Desiminasi Ilmu


No. Waktu
1. 5 menit

Kegiatan Desiminasi ilmu


Pembukaan
- Mengucapkan Salam
- Perkenalan Mahasiswa
- Menjelaskan topik dan tujuan
- Ice Breaking
- Menjelaskan kontrak waktu

Kegiatan Peserta
-

Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Mengikuti
Memperhatikan dan
menyepakati

2.

20 menit Pelaksanaan
-

Menjelaskan

tentang konsep hospitalisasi

Memperhatika
n

pada anak
-

Menjelaskan

Memperhatika

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


tentang konsep stress

hospitalisasi
-

Menjelaskan

Memperhatikan

tentang pengertian Strategi


Family Centered Care dan
Prilaku Caring
3.

5 menit

Penutup
Meminta peserta

- Memberikan pertanyaan

memberikan pertanyaan
atau penjelasan yang tidak
dipahami (evaluasi
pengetahuan)
-

Menjawab pertanyaan

- Memperhatikan

yang diajukan
-

Menyimpulkan diskusi

- Berpartisipasi

Melakukan evaluasi

- Menjawab pertanyaan

Mengucapkan salam

- Menjawab salam

E. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur

Laporan telah dikoordinasikan sesuai perencanaan.


100% peserta menghadiri desiminasi ilmu.
Tempat dan media serta alat desiminasi ilmu sesuai rencana.

b. Evaluasi Proses
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
100% peserta aktif dalam kegiatan desiminasi ilmu
100% peserta tetap berada diruangan selama kegiatan.
c. Evaluasi Hasil

100%dapat memahami dan menjelaskan tentang hospitalisasi

100%

dapat

memahami

dan menjelaskan

tentang

hospitalisasi

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

stress

Family Centered Care Dan Prilaku Caring

100% dapat memahami dan

menjelaskan tentang Family

Centered Care dan Prilaku Caring

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


DAFTAR PUSTAKA

Abdulbakki, A.M, Gaafar, E.Y., & Waziry, O.G. (2011). Maternal Versus
Pediatric Nurses Attitudes Regarding Mothers Participation in the care of
their hospitalized children. Journal of American Science, 7 (9), 316-327
Bissel C. 2007. Family-Centered Care. http://communitygateway.org/faq/fcc.htm
diakses 1 Juni 2015
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Gaghiwu, Lidia. 2013. Hubungan Prilaku Caring Perawat Dengan Stress
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler Di Irna Blu RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi
Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC.
Harsono. (1996). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children.
(7thEd). Missouri: Mosby Inc.
Kozier, Barbara. (2004). Fundamental of Nursing; concept, proces and practise.
Redwood City California: Addison Wesley.
Kusmaningrum, Arie. 2008. Aplikasi dan Strategi Konsep Family Centered Care
Pada Hospitalisasi Anak Pra Sekolah. Palembang: Universitas Sriwajaya.
Paliadelis et. al. 2004. Implementing Family-Centered Care:An Exploration Of
The Beliefs And Practices Of Paediatric Nurses. Australian : Juornal Of
Advenced Nursing
Petersen M, F, Cohe J, Parsons V. 2004. Family-Centered Care: Do we Practice
What We Preach?, JOGNN
Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing Textbook. Jakarta:
Medical Book Publishers EGC.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Sitanon, T. (2009). Thai Parents Experience of Parenting Preterm Infants During
Hospitalization in Neonatal Intensive Care Unit. Disertation. University of
Washington.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Tarwoto, Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika.
Wavy, W. (2008). The Relationship between Time Management, Perceived Stress,
Sleep Quality and Academic Performance among University Students.
http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf. diakses: 1 Juni
2015.
Wong& Whaley. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta: EGC.
Wong, D. L, Hockenberry, Marylin J. (2007). Wongs Nursing Care of Infants and
Children. St Louis, Missouri: Mosby Inc.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


LAMPIRAN
TINJAUAN TEORITIS
STRATEGI PERAWAT PADA APLIKASI FAMILY CENTERED CARE
DAN PRILAKU CARING TERHADAP STRESS HOSPITALISASI PADA
ANAK
A. HOSPITALISASI
1. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha
untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,
sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap
anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses
yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali ke rumah.
Hospitalisasi adalah masa selama anak masuk dan dirawat di rumah
sakit atau suatu proses karenasuatu alasan darurat atau berencana
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan yang membuat anak-anak pada semua usia dan keluarganya
mengalami stres dan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan yang
baru. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga
mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua
yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.
Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Dengan
demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi
jugapada orang tuanya. (Jovan, 2007; Gunarsa, 1992; Hockenberry &
Wilson, 2007).
2. Stresor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi
Stressor yang menimbulkan krisis pada anak dan keluarga mungkin
terjadi karena anak tidak memahami mengapa dirawat, stress dengan
adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari, dan keterbatasan mekanisme koping. Stressor terbesar dari
hospitalisasi meliputi perpisahan dengan orang tua dan sibling, fantasiDesiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, pembunuhan

dan

binatang buas, gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan


masuk, nyeri, komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, dan prosedur
yang menyakitkan, takut akan cacat atau kematian. Reaksi anak terhadap
sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan/ usia,
pengalaman sebelumnya, support sistem dalam keluarga, keterampilan
koping, dan berat ringannya penyakit.
Jovan (2007) menguraikan reaksi anak dan orang tua terhadap
hospitalisasi sebagai berikut :
a. Reaksi anak pada hospitalisasi
1) Masa bayi (0-1 th), dampak perpisahan berpengaruh pada rasa
percaya diri dan kasih sayang. Anakusia lebih dari 6 bulan akan
terjadi stanger anxiety atau cemasdengan respon menangis keras,
pergerakan tubuh yang banyak, ekspresi wajah yang tak
menyenangkan.
2) Masa todler (2-3 th), sumber stres yang utama adalah cemas akibat
perpisahan. Respon perilaku anak menurut tahapannya adalah: a)
tahap protes, responnya berupa

menangis, menjerit, menolak

perhatian orang lain, b) tahap putus asa, respon anak adalah


menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis, c) tahap pengingkaran (denial), anak mulai
menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak
mulai menyukai lingkungannya.
3) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun). Reaksi yang sering muncul
antara lain: menolak makan, sering bertanya, menangis pelan,
tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan atau perawatan di
rumahsakit kehilangan kontrol, dan pembatasan aktivitas. Sering
kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada
perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif,marah,
berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.
4) Masa sekolah (6 sampai 12 tahun). Perawatan di rumah sakit
memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga,
kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


kehilangan kelompok sosial, perasaan takut akan kematian, dan
kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisadigambarkan secara verbal dan
non verbal.
5) Masa remaja (12 sampai 18 tahun) anak remaja begitu percaya dan
terpengaruh oleh kelompok sebayanya. Saat masuk rumah sakit
anak akan timbul rasa cemas karena perpisahan, sehingga terjadi
pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol akan muncul reaksi anak
untuk

menolak

perawatan/tindakan

yang

dilakukan,

tidak

kooperatif dengan petugas, Perasaan sakit akibat perlukaan


menimbulkan respon anak banyak bertanya, menarik diri, menolak
kehadiran orang lain.
b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi adalah takut dan
cemas, perasaan sedih dan frustasi. Takutakan kehilangan anak yang
dicintainya akan menimbulkan rasa cemas orang tua terhadap
prosedur yang menyakitkan, informasi buruk tentang diagnosa medis,
perawatan yang tidak direncanakan, dan pengalaman perawatan
sebelumnya.Perasaan sedih muncul karena kondisi terminal anak, dan
perilaku isolasi/tidak mau didekati orang lain. Perasaan frustasi
muncul karena kondisi yang tidak mengalami perubahan, reaksi orang
tua terhadap hal ini adalah memperlihatkan perilaku tidak kooperatif,
putus asa, menolak tindakan,menginginkan pulang secara paksa.
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di rumah sakit
adalah marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah.
3. Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak
Fokus intervensi keperawatan dalam

mengatasi

dampak

hospitalisasi diuraikan oleh Jovan (2007), Hockenberry dan Wilson


(2007) sebagai berikut:
a. Meminimalkan stressor.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan stressor adalah
dengan mencegah atau mengurangi dampak perpisahan dengan cara
melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak,
melakukan

modifikasi

ruang

perawatan,

mempertahankan

kontakdengan kegiatan sekolah, surat menyurat, dan bertemu teman


Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


sekolah. Untuk mencegah perasaan kehilangan kontrol dapat
dilakukan dengan cara menghindari pembatasan fisik jika anak dapat
kooperatif, bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan,
membuat jadwal untuk prosedurterapi, latihan, dan bermain, memberi
kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua
dalam perencanaan kegiatan.
Untuk mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap
perlukaan tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara
mempersiapkan psikologis anak dan orang tua

untuk tindakan

prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, melakukan permainan


sebelum melakukan persiapan fisik anak, menghadirkan orang tua bila
memungkinkan, menunjukkan sikap empati. Pada tindakan elektif bila
memungkinkanmenceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita,
gambar dan perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan
psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
b. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Untuk memaksimalkan manfaat hospitalisasi diupayakan
dengan cara membantu perkembangan anak dengan memberi
kesempatan orang tua untuk belajar, memberi kesempatan pada orang
tua untuk belajar tentang penyakit anak, meningkatkan kemampuan
kontrol diri, memberi kesempatan untuk sosialisasi, dan memberi
support kepada anggota keluarga.
c. Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah
sakit dilakukan dengan cara mempersiapkan ruang rawat sesuai
dengan tahapan usia anak dan mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama melakukan tindakan sebaiknya petugas di ruangan
memperkenalkan

perawat

dan

dokter

yang

merawatnya,

memperkenalkan anak pada pasien yang lain, memberikan label


identitas pada anak,menjelaskan aturan rumah sakit,melaksanakan
pengkajian, dan melakukan pemeriksaan fisik.
4. Manfaat Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi
anak-anak, tetapi hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi
kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompoten
dalam kemampuan koping mereka (www.usu.ac.id).
5. Peran Perawat dalam Hospitalisasi
Perawat sangat berperan dalam hospitalisasi, dimana perawat
merupakan suatu sentral dalam pelayanan sehat sakit. Fungsi peralatan
kesehatan keluarga tidak hanya merupakan suatu fungsi yang mendasar
dan vital, melainkan fungsi yang memangku suatu fokus dalam keluargakeluarga yang sehat dan berfungsi dengan baik. Signifikasi dari fungsi
yang efektif dalam bidang ini menyatakan semakin banyak keluarga
menjalankan fungsi yang vital kepada anggota keluarganya secara sukses,
semakin kuat fungsi keluarga itu (Friedman, 1998).
Peran perawat dalam hospitalisasi adalah sebagai pelaksana
kesehatan, pendidik, administrasi, peneliti, konseling (Friedman 1998).
a. Peran sebagai pelaksana keperawatan
Yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang
dilakukan perawat dalam meningkatkan pelayanan dirumah sakit dan
perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam
memberikan asuhan keperawatan dari melakukan pengkajian,
menyusun rencana keperawatan sesuai diagnosa keperawatan,
melaksanakan

intervensi

sampai

pada

mengevaluasi

dan

mendokumentasikan secara tertulis kepada rekam medik setiap selesai


melaksanakan tugas.
b. Peran sebagai pendidik
Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada
individu, keluarga, kelompok dan rumah sakit secara terorganisir
dalam rangka menanamkan prilaku seperti yang diharapkan untuk
meningkatkan tingkat kesehatan yang optimal. Pengajaran yang
dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, fokus pengajaran dapat berbentuk : penamaan perilaku
sehat meningkatkan nutrisi dan diit olahraga, pengelolaan stress
pendidikan tentang proses penyakit dan peningnya pengobatan
lanjutan, pentingnya tentang penggunaan obat dan pendidikan tentang
keperawatan.
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


c. Peran sebagai administrasi
Perawat kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan beban petugas dan
tanggung jawab yang diemban kepadanya. Tanggungjawabnya adalah
melakukan pengelolahan terhadap suatu permasalahan, mengambil
keputusan dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat
mekanisme kontrol, kerja sama lintas sektoral dan lintas program,
bersosialisasi dengan masyarakat.
d. Peran sebagai konseling
Perawat kesehatan merupakan tempat bertanya oleh individu,
keluarga,

kelompok

masyarakat

untuk

memecahkan

berbagai

persoalan dan masalah keperawatan yang mereka hadapi. Peran ini


dapat dihadapi dengan konsultasi dengan petugas kesehatan, sebagai
konseling perawat menjelaskan kepada pasien aktifitas keperawatan
diri, menilai apakah klien memahapi hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain, misalnya keluarga
dalam pengajaran yang direncanakannya (Pery dan Poter, 2005).
e. Perawat sebagai peneliti
Yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi
dimasyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan,
selanjutnya

penelitian

dilaksanakan

dalam

kaitannya

untuk

menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya


permasalahan tersebut melalui penelitian dan hasil dari penelitian
diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
6. Peran Keluarga Pada Hospitalisasi
saat anak dirawat di rumah sakit, orang tua adalah sosok yang
paling dikenal dan dekat dengan anak. Orang tua sangat diperlukan untuk
mendampingi anak selama mendapat perawatan dirumah sakit. Peran serta
orang tua dalam meminimalkan dampak hospitalisasi menurut Wong,
Hockenberry & Marylin, (2007) adalah:
a. Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua
tinggal bersama selama 24 jam (rooming in). Orang tua tidak
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


meninggalkan anak secara bersamaan sehingga minimal salah satu
ayah atau ibu secara bergantian dapat mendampingi anak.
b. Jika anak memungkinkan rooming in tua tetap bisa melihat anak setiap
saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka. Orang tua
bisa tetap berada disekitar ruang rawat sehingga dapat melihat anak.
c. Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur
yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak.
Selain itu orang tua juga memberikan motivasi dan menggunakan
anak serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan diterima untuk
membantu kesembuhan anak
d. Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan
atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak
dapat menahan diri bahkan menangis bila melihatnya maka dikatakan
pada orang tua untuk mempercayakan kepada perawat.
Studi qualitatif dengan grounded theory oleh Sitanon (2009)
tentang pengalaman orang tua dalam mengasuh bayi yang dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) menemukan 3 konsep utama. Ketiga
konsep utama tersebut adalah perlindungan terhadap bayi, peningkatan
keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, dan prses pengasuhan anak
oleh kedua orang tua selama bayi dirawat.
Salah satu aspek dari family care centre (FCC) adalah peran serta
orang tua dalam perawatan anak selama anak dirumah sakit yang disebut
dengan partisipasi orang tua atau parenteral participation (Abdulbakki,
Gaafar & Waziry, 2011). Hasil studi yang dilakukan oleh Abdulbakki dkk,
menemukan 2 bentuk partisipasi orang tua yaitu membantu dalam
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial. Kebutuhan fisik yang
sebaiknya dipenuhi oran tua meliputi nutrisi, personal hygiene,d an terlibat
dalam tindakan keperawatan seperti mengukur suhu dan memantau anak
saat menerima cairan intravena. Kebutuhan psikososial yang dipenuhi
orang tua yaitu memberikan dukungan fisik, emosional, dan spiritual.
B. STRESS HOSPITALISASI

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005). Jika seorang anak
dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena
anak mengalami stres akibat perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut
dapat berupa perubahan status kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun
perubahan kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian
yang bersifat menekan.
Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit
dapat berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual.
Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit dan
kuang nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu terang
atau terlalu redup. Selain itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa
terganggu atau bahkan menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun
tirai dapat membuat anak marasa kurang nyaman (Keliat, 1998).
Beberapa perubahan lingkungan fisik selama dirawat di rumah sakit dapat
membuat anak merasa asing. Hal tersebut akan menjadikan anak merasa tidak
aman dan tidak nyaman. Ditambah lagi, anak mengalami perubahan fisiologis
yang tampak melalui tanda dan gejala yang dialaminya saat sakit.
Selain perubahan pada lingkungan fisik, stressor pada anak yang dirawat
di rumas sakit dapat berupa perubahan lingkungan psiko-sosial. Sebagai
akibatnya, anak akan merasakan tekanan dan mengalami kecemasan, baik
kecemasan yang bersifat ringan, sedang, hingga kecemasan yang bersifat berat.
Pada saat anak menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari
lingkungannya yang lama serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak
biasanya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya
perpisahan dengan ibu akan meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang
yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada
akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam,
Susilaningrum, dan Utami, 2005).
Pada kondisi cemas akibat perpisahan anak akan memberikan respon
berupa perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan di bagi
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


menjadi tiga tahap, yaitu tahap protes ( phase of protest), tahap putus asa (phase
of despair), dan tahap menolak (phase of denial). Pada tahap protes, reaksi anak
dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat, menjerit, memanggil orang tuanya
atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin
ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang asing atau orang lain.
Tahap putus asa menampilkan perilaku anak yang cenderung tampak tenang, tidak
aktif, menarik diri, menangis berkurang, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu
makan, sedih, dan apatis. Tahap berikutnya dalah tahap menolak dimana anak
samar-samar menerima perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang
lain serta terlihat menyukai lingkungan. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini
biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orang tua.
Selain kecemasan akibat perpisahan, anak juga mengalami cemas akibat
kehilangan kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak
akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak akan
bereaksi negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak akan
menjadi cepat marah dan agresif (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005).
Akibat dari hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak bersifat individual
dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan anak. Anak usia prasekolah
menerima keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit ketakutan. Selain itu ada
sebagian anak yang menganggapnya sebagai hukuman sehingga timbul perasaan
malu dan bersalah. Ada beberapa diantaranya akan menolak masuk rumah sakit
dan secara terbuka menangis tidak mau dirawat. Jika anak sangat ketakutan, anak
dapat menampilkan perilaku agresif, dari menggigit, menendangnendang, hingga
berlari keluar ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti dengan
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua.
Anak pada usia pra sekolah membayangkan dirawat di rumah sakit
merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya
terlambat (Wong, 2000). Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan
karena bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain itu,
anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah atau mengalami

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat
membuat anak semakin takut, cemas, dan stres.
Reaksi anak usia prasekolah terhadap perpisahan adalah kecemasan karena
berpisah dengan lingkungan yang nyaman, penuh kasih sayang, lingkungan
bermain, permainan, dan teman bermain. Reaksi kehilangan kontrol anak merasa
takut dan khawatir serta mengalami kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan
tubuh dan nyeri dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu yang erat (Wong,
2000).
Anak harus mengatasi berbagai sumber stress seperti rasa sakit,
lingkungan rumah sakit, aturan- aturan dokter serta treatment yang diberikan.
Proses perawatan yang sering kali membutuhkan waktu lama akhirnya
menjadikan anak berusaha mengembangkan perilaku atau strategi dalam
menghadapi penyakit yang dideritanya. Perilaku ini menjadi salah satu cara yang
dikembangkan anak untuk beradaptasi terhadap penyakitnya.
Beberapa prilaku anak dalam upaya beradaptasi terhadap masalahnya
selama dirawat di rumah sakit, antara lain dengan penolakan (avoidence), anak
akan berusaha menghindari situasi yang membuatnya tertekan. Biasanya anak
bersikap tidak kooperatif terhadap petugas medis. Selain itu anak akan berusaha
mengalihkan perhatian (distraction) dari pikiran atau sumber yang membuatnya
tertekan. Perilaku yang dilakukan anak di rumah sakit misalnya membaca buku
cerita, menonton televisi, atau bermain mainan yang disukai. Anak akan berusaha
untuk aktif (active), mencari jalan keluar dengan melakukan sesuatu secara aktif.
Perilaku yang sering dilakukan seperti menanyakan kondisi sakitnya
kepada petugas medis atau orang tuanya, bersikap kooperatif, minum obat secara
teratur, dan mau beristirahat sesuai dengan peraturan.akhirnya, anak akan
berusaha mencari dukungan dari orang lain (support seeking) untuk melepaskan
tekanan yang dialaminya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak
untuk ditunngui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat menjalani
treatment, dan minta dipeluk saat merasa kesakitan.
C. FAMILY CENTERED CARE
1. Pengertian Family Centered Care
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Menurut Association for the Care of Children's Health (ACCH), Family
Centre Care sebagai filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan
melibatkan peran penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun
kekuatan, membantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik, dan
meningkatkan pola normal yang ada dalam kesehariannya selama anak sakit dan
menjalani penyembuhan (Johnson, Jeppson, & Redburn, 1992).
2. Elemen Family Centered Care
Sembilan element Family-Centered Care yang teridentifikasi oleh ACCH
(Shclton et al., 1987) :
a. Keluaga dipandang sebaai unsure yang konstan sementara kehadiran
profesi kesehatan fluktuatif
b. Memfasilitasi kolaborasi orang tua professional pada semua level
perawatan kesehatan.
c. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode
alternative dalam koping.
d. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh
orang tua tentang perawatan anaknya yang tepat.
e. Menimbulkan kelompok support antara orang tua.
f. Mengerti dan memanfaatkan system pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan perkembangan bayi, anak, dewasa dan keluarganya
g. Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi
dukungan emosional dan financial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.
h. Menunjukkan

desain

transportasi

perawatan

kesehatan

fleksibel,

accessible, dan responsive terhadap kebtuhan pasien


i. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi
dukungan emosional dengan staff.
3. Konsep dari Family Centered Care
a. Martabat dan kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan
pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya
pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan
b. Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang
berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi
setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan
dan pengambilan keputusan.
c. Partisipasi
Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka
buat.
d. Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar kolaborasi.
Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan
kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain
fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian
perawatan.
4. Aplikasi Family Centered Care terhadap Stress Hospitalisasi
Berdasarkan penelitian kusmaningrum (2008) Aplikasi family centered
care anak yang mengalami hospitalisasi terdiri dari kebijakan, fasilitas dan
perawat.
1. Kebijakan terkait family centered care
a. Jam kunjung
Seiring dengan pemahaman keluarga sebagai sumber kekuatan
dan pendukung yang utama bagi anak, maka kebijakan tentang jam
kunjungan, ijin menemani anak selama dirawat harus disesuaikan
dengan konsep Family-Centered Care. Dalam konsep FamilyCentered Care, kehadiran keluarga dipandang sebagai unsur yang
konstan sementara kehadiran profesi kesehatan fluktuatif. Idealnya,
anak didampingi selama 24 jam oleh orang tuanya. Tidak perlu ada
jam kunjung yang restrictive terhadap kenyamanan anak terhadap
orang tua. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam kebijakan
adalah mengenai Visiting time, orang tua yang tinggal bersama anak
di rumah sakit (Stay with child).
Waktu kunjungan untuk anak perlu diatur oleh pihak pembuat
kebijakan dirumah sakit secara arif, kunjungan untuk orang tua
seharusnya tidak dibatasi. Kunjungan dari sibling perlu diberikan,
karena untuk meminimalkan kecemburuan dan memberikan support
system

pada

anak.

Hal

yang

perlu

diperhatikan

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

adalah

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


kunjungankeluarga keruangan perawatan memperhatikan prinsip
aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan setelah kunjungan,
pemakaian baju khusus untuk ruangan khusus dalam rangka
meminimalkan infeksi nosokomial. Baju untuk pengunjung dibuat
menarik dengan motif dan corak yang cocok untuk anak.
b. Pre- hospital Konseling
Konseling yang dilakukan tenaga kesehatan kepada orang tua
dan anak, terkait dengan kebijakan, prosedur dan peraturan rumah
sakit sebelum anak dirawat. Konseling ini dilihat dari prinsip family
centered care, petugas kesehatan memberikan hak informasi yang
jelas kepada klien dan keluarga. Menghormati anak dan keluarga,
bahwa mereka memiliki hak untuk bertanya
2. Fasilitas
a. Ruangan pengkajian khusus untuk anak
Pengadaan ruangan khusus yang menjamin privacy orang tua
untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan memberikan dampak
orangtua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi akan didengar
orang lain. Kerahasiaan informasi dipertahankan oleh tenaga
kesehatan. Setelah data tentang anak didapatkan petugas kesehatan
dapat melibatkan orangtua dalam perencanaan asuhan keperawatan
anak yang merupakan salah satu prinsip family centered care.
Selain itu terkait dengan konsep atraumatic care dan
hospitalisasai, maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Rooms
setting, colour, pictures) untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan
ruang tindakan harus dapat menurunkan kecemasan toddler.
Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam
permainan

(Toys

in

pediatric

room)

untuk

menunjang

dan

menstimulasi tumbuh kembang, menurunkan stranger ansietas, takut


dalam pain, dan hospitalization.
b. Menyediakan bed untuk penunggu
Mempertahanakan fasilitas seperti bed untuk penunggu,
bangku untuk anak, dapur untuk anak, televisi, ruangan dicat dengan
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


warna yang menarik akan membuat atmosfer ruangan seperti dirumah
sendiri8. Kondisi ruangan yang demikian akan meminimalkan
kecemasan dan ketakutan anak terhadap lingkungan yang asing.
Adanya bed untuk penunggu juga meminimalkan dampak
pemisahan untuk anak. Ruangan yang menjamin privacy anak
diperlukan karena anak usia prasekolah sudah mulai mengenal rasa
malu, apabila tidak ada dapat digunakan tirai.
c. Tempat memajang foto keluarga
Memajang foto keluarga, akan memberikan ketenangan pada
anak, karena anak merasa keluarga ada didekatnya. Foto keluarga
dapat juga digunakan perawat untuk mengkaji orang yang paling
berperan sebagai support sistem bagi anak.
d. Lounge khusus untuk orang tua
Adanya suatu tempat yang khusus bagi orang tua untuk
berkumpul akan memperkuat support system bagi orang tua. Orang
tua akan duduk di lounge khusus, bertemu dengan orang tua pasien
yang lain, bertukar ceritera dan pengalaman sambil membaca buklet
yang disediakan merupakan suatu pengalaman yang menghargai dan
memperkuat kompetensi dan keahlian keluarga dalam merawat anak.
Penyediaan lounge untuk keluarga ini yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitasnya perlu disediakan (Education center and
facilities). Idealnya ruang tersebut dilengkapi dengan kamar mandi
untuk keluarga, televisi, buku dan video panduan pendidikan anak
(parenting book), dan mainan anak.
e. Menyediakan ruangan bermain
Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi
selama perawatan dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan
stimulasi perkembangan motorik halus, kasar, personal sosial dan
bahasa pada anak. Kegiatan bermain akan meimbulkan perasaan
relaks pada anak, dan meminimalkan kebosanan selama perawatan.
Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan
dan perasaannya.
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


f. Menyediakan perpustakaan untuk anak
Pengadaan

perpustakaan

keliling

untuk

anak,

akan

memberikan aktivitas pada anak-anak yang dirawat. Tindakan ini,


apabila dikaitkan dengan prinsip family centered care perawat
menjamin anak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, yaitu
kebutuhan untuk belajar dan berfikir. Fasilitas belajar dapat berupa
buku, CD, player, video.
g. Ruangan konsultasi untuk orang tua
Adanya ruangan konsultasi akan menjamin privasi dan
keterbukaan orang tua melakukan konsultasi pada perawat. Keluarga
mendapatkan hak informasi secara jelas, tidak bias dan tidak
memihak. Program pemberian informasi dilakukan sebagai program
rutin diruangan, seperti; penatalaksanaan anak dengan diabetes
mellitus.
3. Perawat
a. Baju perawat menarik
Baju yang menarik untuk anak, dengan corak yang menarik
akan meminimalkan ketakutan anak terhadap perawat. Pembuat
menetapkan uniform khusus untuk perawat diruang anak, yang
menggambarkan ciri khas ruang perawatan anak.
b. Metode penugasan
Pemilihan metode penugasan (Work method) juga tak kalah
penting dalam penerapan Family-Centered Care yang sejalan konsep
perkembangan pra sekolah. Anak pada usia ini membutuhkan interaksi
dengan perawat yang sama agar dapat merasa nyaman. Metode
penugasan tim dapat dipertimbangkan untuk menerapkan konsep
otonomi dan initiative versus guilty pada anak.
c. Pelatihan berkala (in-house training)
Hal lain yang juga sangat penting untuk suksesnya penerapan
Family-Centered Care pada pra sekolah adalah pelatihan berkala bagi
perawat (In-house training, growth and development) tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan toddler.
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Pemahaman

tentang

konsep

tumbuh

kembang

pra

sekolah,

hospitalisasi, atraumatic care, teknik komunikasi pada pra sekolah dan


lain lain sangat perlu menjadi pengetahuan yang sudah terinternalisasi
dan menjadi ciri khas dalam proses perawatan pada pra sekolah.
D. PRILAKU CARING
1. Pengertian Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring
juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan.
Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan:
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefenisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al, 1999)
Griffin (1983) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan
perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan
menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang
mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara
perawat dengan pasien.
2. Komponen Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
a. Komponen Caring Menurut Simon Roach
Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima
komponen caring. 5 komponen tersebut adalah:
1) Compassion (kasih sayang)
Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan
orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap
bertahan, memberikan kesempatan untuk berbagi, dan memberi
ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta
memberikan dukungan secara penuh.
2) Competence (kemampuan)
Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab
terhadap profesi. Compassion tanpa competence akan terjadi
kelalaian klinis, sebaliknya competence tanpa compassion
menghasilkan suatu tindakan.
3) Confidence (kepercayaan diri)
Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan
antar manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat
berupa ekpresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa
mengabaikan kemampuan orang lain untuk tumbuh dan
menyampaikan kebenaran.
4) Concience (suara hati)

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai
humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang
dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya.
5) Commitment
Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap
tugas, orang, karier yang dipilih.
b. Komponen Caring Menurut K. M. Swanson
Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan 5
proses

caring

menjadi

lebih

praktis,

yaitu

(1)

Komponen

Mempertahankan Keyakinan, mengaktualisasi diri untuk menolong


orang lain, mampu menolong orang lain dengan tulus, memberikan
ketenangan kepada klien, dan memiliki sikap yang positif. (2)
Komponen Pengetahuan, memberikan pemahaman klinis tentang
kondisi dan situasi klien, melakukan setiap tindakan berdasarkan
aturan, dan menghindari terjadinya komplikasi. (3) Komponen
Kebersamaan, hadir secara emosional dengan orang lain, mampu
berbagi dengan klien secara tulus, dan membangun kepercayaan
dengan klien. (4) Komponen Tindakan yang Dilakukan, tindakan
terapeutik seperti membuat nyaman, antisipasi bahaya, dan intervensi
yang kompeten. (5) Komponen Memungkinkan, memberikan
informed consent pada setiap tindakan, memberikan respon yang
positif terhadap keluhan klien (Monica, 2008).
3. Manfaat Caring
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring
perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring
yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai
perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi
pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979 dalam Tomey & Alligod,
2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat
mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997)
dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh
seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan
klien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan
Godkin (2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan
manfaat finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998)
menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi
bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan pasien. Dengan
demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dapat
memberikan kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien
sehingga akan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya
memberikan keuntungan finansial bagi rumah sakit.
4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk
praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang
dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama
dalam praktik keperawatan (Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap
orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual dalam
caring terhadap orang lain yang sakit.
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


a. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care. Untuk itu, kita
sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care
sebagai kontrak kerja kita.
b. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam
situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat
memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting.
Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
c. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang
religious adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat
tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan,
perawat harus care terhadap klien.
Caring
mengembangkan

dalam

praktik

hubungan

keperawatan

saling

percaya

dapat
antara

dilakukan
perawat

dan

dengan
klien.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk


menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang
terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan
melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan
lain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Perawat

juga

harus

memberikan

informasi

kepada

klien.

bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.


Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Perawat

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang
tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang
baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
5. Hubungan Prilaku Caring Perawat terhadap Stress Hospitalisasi
Anak toddler sampai prasekolah sangat rentan terhadap stres karena
kemampuan anak untuk mengatasi stres masih terbatas selain itu anak mulai
belajar beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang dianggap asing
(Wahyuningsih & Febriana, 2011). Lingkungan dan orang yang baru dikenalnya
akan menimbulkan stres sehingga berdampak pada perkembangan anak, hasil
penelitian Brown dan Semple dalam Ferguson (2013) menunjukkan bahwa
lingkungan dan orang yang tidak dikenal bagi anak yang berusia 3 sampai 5 tahun
dapat menurunkan persepsi motorik, perilaku verbal dan mendorong anak
berperilaku agresif serta emosional selain itu hasil penelitian Grasso, Ford, Briggs
(2013) juga menunjukkan bahwa paparan stres atau trauma dapat menimbulkan
dampak yang serius terhadap perkembangan anak, perkembangan yang terganggu
dapat mengakibatkan sejumlah gangguan fungsional dalam emosi, kognitif,
perilaku, dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat
untuk tidak hanya berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan
kepada klien dalam memperoleh penyembuhan penyakit melainkan juga berperan
dalam memenuhi kebutuhan kesehatan klien secara holistik, melalui kemampuan
teknikal, dukungan emosional, psikologis, spiritual dan sosial.
Perawat

yang

bertugas

memberikan

asuhan

keperawatan

harus

mengembangkan perilaku caring, perawat yang berperilaku caring berarti perawat


tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien ketika menjalani
hospitalisasi (Mulyaningsih, 2011). Hasil penelitian Gaghiwu (2013) tentang
ubungan prilaku caring perawat dengan stress hospitalisasi pada anak usia Toodler
di Irna E Blu RSUP Dr. R. D. Kandau Manado menunjukkan bahwa sebagian
besar responden menyatakan perilaku caring perawat di Irina E sudah baik,
Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP
DR. M. Djamil Padang

Family Centered Care Dan Prilaku Caring


karena responden berpendapat bahwa perawat sekarang lebih ramah dan bersedia
menjelaskan dengan sabar ketika keluarga bertanya tentang kondisi anak, berbeda
dengan perawat zaman dahulu.
Penilaian responden mengenai perilaku caring perawat yang baik pada
dasarnya karena responden melihat dan merasakan adanya asuhan keperawatan
dan sikap yang baik dari perawat. Caring yang ditunjukkan perawat ketika
memberikan asuhan keperawatan kepada klien, tidak hanya berdampak pada
kesembuhan pasien itu sendiri tetapi juga bagi keluarga yang menjaga. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik perilaku caring perawat maka
anak tidak mengalami stres hospitalisasi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian Ningsih tahun 2012 di ruang rawat inap anak RSUD Ibnu Sina Gresik
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
caring perawat dengan stres hospitalisasi pada anak. Perawat yang berperilaku
caring berarti perawat tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien
ketika menjalani hospitalisasi.
Perilaku caring merupakan bentuk tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya, inti rasa tanggung jawab itu ialah kepekaan perawat terhadap
penderitaan klien dan keluarga, serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan
dimana klien dirawat. Perawat yang caring, cerdas dan terampil akan memberikan
keamanan, kenyamanan dan kepuasan pada klien dan keluarga serta membawa
dampak positif terhadap citra rumah sakit dan citra profesi perawat di mata klien,
keluarga bahkan masyarakat pada umumnya.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari beberapa responden
yang menyatakan perilaku caring perawat baik namun anak usia toddler masih
mengalami stres hospitalisasi dan juga sebaliknya hal ini disebabkan karena stres
hospitalisasi dan perilaku caring perawat dipengaruhi oleh faktor internal
(karakteristik individu) dan faktor eksternal (lingkungan). Stres hospitalisasi
selain dipengaruhi oleh perilaku caring perawat juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain seperti usia perkembangan, pengalaman sebelumnya dengan penyakit
atau hospitalisasi, keterampilan koping yang dimiliki dan dapatkan, prosedur
invasif, keparahan diagnosis dan support system yang ada.

Desiminasi Ilmu Keperawatan Anak | RSUP


DR. M. Djamil Padang

Anda mungkin juga menyukai