Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat illahirabbi yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul UPAYA PENGENDALIAN KONFLIK DI SEKOLAH. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga dan sahabatnya serta kepada kita selaku umatnya.
Terwujudnya makalah ini tak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu
dan membimbing proses penyusunan. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terkait, terutama kepada :
1. Desi Sri M, S.sos selaku pembimbing dan guru mata pelajaran sosiologi
2. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi pembaca.

Sukaresmi, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

.ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

1.2Rumusan Masalah
..
1.3Tujuan dan Maksud Penelitian
..
1.4Metode Penelitian
.
1.5Sistematika Penulisan
.
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Konflik
.
2.2 Teori-teori Konflik
..
2.3 Bentuk-bentuk Konflik

2.4 Berdasarkan Bentuk dan Sifat Konflik


.
2.5 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik di Sekolah
..
2.6 Contoh-contoh Konflik di Sekolah
.
2.7 Upaya Pencegahan Konflik

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Faktor-faktor Terjadinya Konflik di Lingkungan Sekolah

3.2 Upaya Pengendalian Konflik di Lingkungan Sekolah


.
3.3 Contoh Konflik di Sekolah
.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
.
4.2 Saran

..

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik adalah bagian dari interaksi sosial yang bersifat disosiatif.Konflik dapat
mengakibatkan perorangan maupun kelompok.Hakikat masyarakat yang selalu berubah
menjadi lahan bagi munculnya konflik sosial.Konflik sosial sering muncul sebagai awal
dari terjadinya perubahan dalam masyarakat.Konflik atau pertentangan diartikan
sebagai suatu bentuk interaksi saling mengancam, atau bahkan melukai dan saling
melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat.Manusia sebagai makhluk individu
yang mana tidak dapat hidup sendiri dan saling bergantungan antara satu sama
lainnya.Karena hal tersebutlah maka konflik ini dapat terjadi dan dapat dialami oleh
siapapun.Konflik sendiri biasa terjadi disebabkan karena adanya perbedaan antar
individu.
Oleh karena itu,untuk lebih mengetahui dan menghindari konflik yang
bersifat disosiatif, kami bermaksud untuk menuangkannya dalam makalah yang
berjudul, UPAYA PENCEGAHAN KONFLIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH .

1.2 Perumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan berbagai masalah sebagai
berikut.
1. Apa itu konflik?
2. Apa saja penyebab-penyebab dari konflik tersebut?
3. Bagaimana cara mengendalikan konflik tersebut?

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan
UAS 2015-2016.
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a .Untuk mengetahui konflik apa saja yang biasa terjadi di lingkungan
sekolah.
b.Untuk mengetahui penyebab konflik itu bisa terjadi.
c. Untuk menyelesaikan permasalahan dari konflit tersebut.

1.4

Metode Penelitian

Dalaoppm pengumpulan data, metode pembahasan yang dilakukan oleh


penyusun untuk membuat karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Observasi dilakukan dengan melihat dan melakukan penelitian langsung
di Lingkungan Sekolah.
2. Metode Analisis Media Massa
Selain itu, penulis juga melakukan penjelajahan di Internet dan buku
sumber yang ada untuk melengkapi karya tulis ini.

1.5
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami membaginya dalam empat bab, dengan
rincian sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan dan Maksud Penelitian
1.4Metode Penelitian
1.5Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1Pengertian Konflik
2.2Teori-teori Konflik
2.3Bentuk-bentuk Konflik
2.4Berdasarkan Bentuk dan Sifat Konflik
2.5Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik
2.6Contoh Konflik di Sekolah
2.7Upaya Pencegahan Konflik
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
3.1Faktor-faktor Terjadinya Konflik di Sekolah
3.2Upaya Pengendalian Konflik di Sekolah
3.3Contoh Konflik di Sekolah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

BAB II LANDASAN TEORITIS


2.1 Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata latin configure yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkannya atau membuatnya tidak
berdaya.Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan cirri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi
berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Definisi konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri, Newstorm, dan Davis (1977)
Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku
dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.

2. Menurut Gibson (1997)


Hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
memiliki masing-masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama
satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996)
Keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut
dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Menurut Muchlas (1999)
Konflik ini dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk
minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal,
kelompok atau pada tingkatan organisasi dan terutama pada
tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan
stress.
5. Menurut Minnery (1985)
Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung,
namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Menurut Robbins (1993)
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi
hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap
konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak
lain yang telah atau akan menyerang secara negatif.
7. Menurut Pace dan Faules (1994)
Konflik merupakan ekspresi pertiakian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa
alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami.
8. Menurut Folger dan Poole (1984)
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui
perilaku-perilaku komunikasi.
9. Menurut Myers (1982), Kreps (1986),Stewart (1993)
Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama,
yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber-sumber yang
dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap
pihak yang terlibat.

10.
Menurut Devito (1995)
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu
dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan
konflik dalam level yang berbeda-beda.

2.2 Teori Konflik


1.Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977),
konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri sendiri dan tidak
bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi
ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik
maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Muchlas (1999), Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif
yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan
organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh
perbedaan tujuan.
6. Menurut Berstein (1965), Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan

atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
7. Menurut Pace dan Faules (1994), Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara
individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.
Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih
individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.
8. Robert M.Z. Lawang, Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status,
nilai, kekuasaan, di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
9. Ariyono Suyono, Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di
mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya
perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
10. James W. Vander Zanden, Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan
sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status
atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun
menyisihkan lawan mereka.
11. Soerjono Soekanto, Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di
mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Dari berbagai pendapat
terseb
2.3
Bentuk-bentuk konflik
a. Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang per orang. Masalah yang
menjadi dasar perlawanan atau konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Konflik
pribadi tidak jarang terjadi antara dua orang sejak mulai berkenalan. Biasanya hal itu
terjadi jika sejak awal di antara mereka sudah tidak ada rasa simpati dan tidak saling
menyukai.

b. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan
dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial sudah berlangsung lama
dalam sejarah kehidupan manusia. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah satu
ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di antara ras
lainnya. Konflik rasial misalnya, terjadi di Afrika Selatan yang terkenal dengan politik
apartheid. Konflik ini terjadi antara golongan kulit putih yang merupakan kelompok
penguasa dan golongan kulit hitam yang merupakan golongan mayoritas yang
dikuasai.

c. Konflik Politik
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut
ketidaknyamanan atau ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering
mengakibatkan konflik antarmasyarakat. Konflik politik merupakan konflik yang
menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negaranegara yang berdaulat. Konflik politik pernah terjadi antara Indonesia dan Malaysia
pada tahun 1963.

d. Konflik Antarkelas Sosial


Konflik antarkelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu
terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut.
Misalnya, antara karyawan pabrik dengan pemiliknya karena tuntutan kenaikan gaji dari
karyawan akibat minimnya tingkat kesejahteraan.

e. Konflik Internasional
Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara
(blok) karena perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional
sebenarnya bermula dari konflik antara dua negara karena masalah politik atau
ekonomi. Konflik berkembang menjadi konflik internasional karena masing-masing pihak
mencari kawan atau sekutu yang memiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap masalah
yang dipertentangkan. Dengan demikian, terjadilah konflik internasional. Contoh konflik
internasio

2. Konflik Antarkelompok
Konflik antarkelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian
hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing. Selain itu, karena
ada pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang
terpendam. Misalnya, hubungan antara golongan mayoritas dan minoritas. Koalisi
golongan minoritas mungkin dalam bentuk sikap menerima, agresif, dan menghindari
atau asimilasi. nal adalah Perang Dunia II. Konflik terjadi antara kelompok sekutu dan
kelompok sentral.

2.4
Berdasarkan Bentuk dan Sifat Konflik
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik berikut ini.
Berdasarkan Sifatnya
a. Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi:
1) Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang maupun kelompok terhadap pihak lain.

2) Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini


muncul karena adanya perbedaan kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu
masalah.
b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
1) Konflik vertikal merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu
struktur yang memiliki hierarki.
2) Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok
yang memiliki kedudukan yang sama.
3) Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan
alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang
ekstrim
c. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
1) Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak.
2) Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat konflik.
d. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di dalam Masyarakat
Konflik dibedakan menjadi konflik sosial, konflik politik, konflik ekonomi, konflik
budaya, dan konflik ideologi.
1) Konflik sosial merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan
kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial ini dapat dibedakan menjadi
konflik:
a) Konflik sosial vertikal
b) Konflik sosial horizontal
2) Konflik politik merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
3) Konflik ekonomi merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya
ekonomi dari pihak yang berkonflik.
4) Konflik budaya merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
5) Konflik ideologi merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang.
e.

Berdasarkan Cara Pengelolaannya

1) Konflik interindividu merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi
individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Perspektif konflik interindividu
mencakup tiga macam situasi alternatif berikut.
a) Konflik pendekatan-pendekatan
b) Konflik menghindari-menghindari
c) Konflik pendekatan-menghindari
2) Konflik antarindividu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan
satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang substantif menyangkut perbedaan gagasan,
pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional, menyangkut perbadaan selara, dan
perasaan like/dislike.

3) Konflik antarkelompok merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam


kenyataan hidup manusia sebagai makhluk sosial, karena mereka hidup berkelompokkelompok.

2.5
Faktor Terjadinya Konflik
1. Perbedaan Antarperorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini
mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak
pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin
seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu
diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah.
Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya
diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam
diskusi tersebut.
Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba
meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si
penanya) tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab
pertanyaan. Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan
perasaan amarah dan benci yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional
kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan memengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku
perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan
dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak
sama.

Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda.


Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup
kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan
keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan
ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan
yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling
pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan
faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat
individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan
mengalami kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan
kelompok. Ada kecenderungan dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga
kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam
ini akan di tentang oleh kelompok besar dan yang pasti kebijakan tersebut tidak
akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus
mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan
yang disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki
kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut
tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan
diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut
memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian
terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal
ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam
melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok
tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan
kelompok lain. Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk
mengikuti kontes Ratu Sejagat atau Miss Universe. Dalam hal ini pemerintah
menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk
promosi kepariwisataan dan kebudayaan.
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalamMasyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan
pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan
yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan prosesproses sosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap
semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan
masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar

terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial,
karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya
akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.

2.6 Contoh Konflik di Sekolah


a.Mencuri
b.Perbedaan Pendapat

2.6
2.7

Upaya Pencegahan Konflik

Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan
akomodasi. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan
tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan
perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan
perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini
terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan
informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang
mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan
Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk
Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja,
kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu; keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua
belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

BAB III PEMBAHASAN MASALAH


3.1 Faktor-faktor Terjadinya Konflik di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai