Anda di halaman 1dari 30

BUKU SAKU

MENUJU ELIMINASI MALARIA

DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, hidayah dan karuniaNYA kita dapat menyusun Buku Saku Menuju
Eliminasi Malaria.
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya
manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan
berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Disadari bahwa penyebaran malaria
tidak mengenal batas wilayah administrasi, oleh karena itu upaya pengendalian
malaria memerlukan komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana
tercantum dalam Millenium Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah dilaksanakan sejak 52
tahun yang lalu dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita di beberapa
wilayah khususnya di Pulau Jawa. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan
ditingkatkan secara intensif dan berkesinambungan dengan melibatkan
berbagai mitra yang terkait agar malaria dapat dieliminasi dari Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan peran aktif semua pihak
yang terkait dan harapan kedepan agar dapat lebih meningkatkan komitmen

kita untuk melaksanakan berbagai kegiatan eliminasi malaria di seluruh wilayah


tanah air.
Harapan kami semoga Buku Saku ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman
kita semua, pemerhati malaria dalam mensukseskan Eliminasi Malaria.
Jakarta, April 2011
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

dr. Rita Kusriastuti, MSc

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Selayang Pandang Pengendalian Malaria di Indonesia
Latar Belakang
Dampak Anemia
Tujuan Pengendalian Malaria
Kebijakan Eliminasi
Pentahapan Eliminasi
Sasaran Eliminasi
Strategi Program
Pokok-Pokok Kegiatan
Peta Endemisitas
Cakupan malaria
Pengendalian Vektor
Penyebaran Vektor Malaria di Indonesia
Prediksi Tempat Perindukan Vektor Malaria
Cara Penularan
Intensifikasi dan Integrasi Malaria
Penjelasan Lebih Lanjut

SELAYANG PANDANG
PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA

A.

Periode 1959 1968 (Periode Pembasmian Malaria)


Upaya pengendalian penyakit malaria dimulai sejak tahun 1959 dengan
adanya KOPEM (Komando Pembasmian Malaria) di pusat dan di daerah
didirikan Dinas Pembasmian Malaria yang merupakan integrasi institut Malaria,
serta untuk pelatihan didirikan Pusat Latihan Malaria di Ciloto dan 4 pusat
latihan lapangan di luar Jawa.
Pada periode ini pengendalian malaria disebut sebagai periode
pembasmian, dimana fokus pembasmian dilaksanakan di pulau Jawa, Bali dan
Lampung. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah dengan penyemprotan
insektisida, pengobatan dengan Klorokuin dan profilaksis. Baru pada tahun
1961 -1964 penyemprotan insektisida dilakukan juga di luar wilayah Jawa dan
Bali.
Upaya ini cukup berhasil di daerah Jawa dan Bali dengan adanya
penurunan parasite rate.
Tahun 1966, upaya pemberantasan malaria menghadapi berbagai kendala,
yang disebabkan karena pembiayaan menurun baik dari pemerintah maupun
dari bantuan luar, meluasnya resistensi Anopheles aconitus terhadap DDT dan
Dieldrin di Jawa Tengah dan Jawa Timur, adanya resistensi Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malariae terhadap Pirimetamin dan Proguanil serta

meningkatnya toleransi Plasmodium falciparum terhadap Primakuin di Irian


Jaya.
Selanjutnya tahun 1968, KOPEM diintegrasikan ke dalam Ditjen P4M
(Pencegahan Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular), sehingga
tidak lagi menggunakan istilah pembasmian melainkan pemberantasan.
B.

Periode 1969 2000 (Pemberantasan Malaria)


Dengan terintegrasinya upaya pengendalian malaria dengan sistim
pelayanan kesehatan, maka kegiatan malaria dilaksanakan oleh Puskesmas, RS
maupun sarana Pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan perubahan
ekologi, tahun 1973 mulai dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparum
di Yogyakarta, bahkan tahun 1975 di seluruh provinsi di Indonesia, disertai
dengan kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di
beberapa tempat di Indonesia.
Tahun 1973 ditemukan penderita import dari Kalimantan Timur di
Yogyakarta. Tahun 1991 dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium vivax
terhadap Klorokuin di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara.
C.

Periode 2000 sekarang


Sejak dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparum terhadap
Klorokuin (hampir di seluruh provinsi di Indonesia) dan terhadap SulfadoksinPirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia, maka sejak tahun 2004
kebijakan pemerintah menggunakan obat pilihan pengganti Klorokuin dan SP

yaitu
dengan
kombinasi
Artemisinin
(Artemisinin-based
Combination
Therapy/ACT)
Pada tahun 2000 dilahirkan Penggalakkan pemberantasan malaria melalui
gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria
atau Gebrak Malaria. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria
yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas
Malaria. Selanjutnya tahun 2004 dibentuk Pos Malaria Desa Sebagai bentuk
Upaya Kesehatan berbasis masyarakat (UKBM).
Mengingat malaria masih menjadi masalah di tingkatan global, dalam
pertemuan WHA 60 tanggal 18 Mei 2007 telah dihasilkan komitmen global
tentang eliminasi malaria bagi setiap negara. Indonesia termasuk salah satu
negara yang berkomitmen untuk meng- Eliminasi malaria di Indonesia.
Eliminasi Malaria sangat mungkin dilaksanakan mengingat telah tersedia 3
kunci utama yaitu :
1. Ada obat ACT
2. Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test)
3. Ada teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN (Long Lasting
Insectized Net), yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemda
setempat.

D. Peringatan Hari Malaria

Hari Malaria Sedunia diperingati pertama kali pada tanggal 25 April 2008
dengan tema Ayo Berantas Malaria. Berbagai kegiatan dilaksanakan, mulai
dari pendistribusian obat malaria, kelambu ke daerah endemis dan berbagai
media campaign, talkshow interaktif melalui TV dan Seminar Klinis. Acara
puncak dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 7 Mei 2008.
Hari Malaria Sedunia tanggal 25 April 2009 bertema Menuju Indonesia
Bebas Malaria. Acara Puncak Workshop dan Pencanangan Eliminasi Malaria.
Hari Malaria Sedunia tanggal 25 April 2010 bertema Bersama Kita
Berantas Malaria dan Sudah saatnya Indonesia Bebas Malaria. Acara
Puncakdengan Peresmian Malaria Center di Kabupaten Halmahera Selatan,
Provinsi Maluku Utara.
Kini 52 tahun, Indonesia melakukan berbagai upaya untuk penanggulangan
malaria. Peringatan Hari Malaria Sedunia 25 April 2011 bertema Bebas
Malaria, Investasi Bangsa, dengan berbagai kegiatan di Pusat maupun
didaerah yang didahului dengan Acara Puncak yang berupa Seminar Dan
Pameran Nasional Eliminasi Malaria Di Indonesia.

Referensi :

Sub Direktorat Pengendallian Malaria, Direktorat Penanggulangan Penyakit Bersumber


Binatang, Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan RI Yakarta

LATAR BELAKANG

Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang


merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Hampir 50% penduduk beresiko terinfeksi Penyakit malaria
Insiden malaria pada ibu hamil berkisar 7-24% tergantung pada
tingkat endemisitas daerah.
Resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu dengan malaria
meningkat 2 kali dibandingkan dengan ibu hamil tanpa malaria.
Penyakit Malaria mengenai semua usia mulai dari Bayi,
BERI
Balita,anak-anak, usia remaja bahkan pada usia produktif
Dampak ekonomi disebabkan kehilangan waktu bekerja, biaya
pengobatan sampai terjadinya penurunan tingkat kecerdasan dan
produktivitas kerja
Dampak lain adalah menurunnya kunjungan wisatawan
Pengendalian malaria menjadi bagian Pembangunan Nasional dan
menjadi salah satu Target MDGs
Penyebaran Malaria disebabkan berbagai faktor yang komplek:
perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat,
resistensi obat dan akses pelayanan kesehatan

Dampak Anemi
(akibat malaria)

LEMAH,
LEMAH, DAYA
DAYA
TAHAN
TAHAN MENURUN,
MENURUN,
SERING
SERING SAKIT,
SAKIT,
KEMATIAN.
KEMATIAN.

DAYA
DAYA TAHAN,
TAHAN,
PRODUKTIVITAS,
PRODUKTIVITAS,
PENDAPATAN
PENDAPATAN
MENURUN
MENURUN
PRESTASI
PRESTASI BELAJAR,
BELAJAR,
OLAH
OLAH RAGA
RAGA MENURUN
MENURUN
GANGGUAN
GANGGUAN

KEGUGURAN,
KEGUGURAN, PERDARAHAN,
PERDARAHAN, PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN &
&
PREMATUR,BBLR
PREMATUR,BBLR
PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN

Tujuan Pengendalian malaria

Tujuan umum :
Terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria (Eliminasi Malaria) sampai tahun 2030, dengan
menurunnya kasus Malaria (API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk
Tujuan khusus :

Semua kabupaten/kota mampu melaksanakan pemeriksaan


sediaan darah
BERI
malaria dan memberikan pengobatan tepat dan
terjangkau dengan ACT;

Pada tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan


intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria;

Menurunnya 50 % jumlah daerah endemis malaria

Intensifikasi adalah upaya peningkatan output dengan memaksimalkan sumber daya yang telah ada.
Integrasi adalah keberadaan dua atau lebih sistem yang mempunyai tujuan dan sumber daya yang sama
serta saling melengkapi dalam melakukan kegiatannya yang ada bersama-sama dalam suatu waktu dan
tempat.

Kebijakan eliminasi

1.

Eliminasi Malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu


oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama mitra kerja
pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan
dan
masyarakat.

2.

Eliminasi
Malaria
dilakukan
secara
bertahap
dari
kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke
beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia
menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan
kondisi sumber daya yang tersedia.

PENTAHAPAN ELIMINASI
TAHAPAN ELIMINASI MALARIA
Sertifikasi WHO

SPR < 5%
dari malaria
kllinis

Pemberantasan

< 1 kasus/1000
penduduk berisiko

Kasus
Indigenous 0
3 Tahun

Pra Eliminasi

Reorientasi
program menuju
eliminasi

Eliminasi

Reorientasi
program menuju
pemeliharaan

Pemeliharaan

SASARAN ELIMINASI

Tahap

Tahun

Tahap I

2010

Tahap II

2015

Tahap III

2020

Tahap IV

2030

Sasaran Wilayah Eliminasi


Kepulauan Seribu (Propinsi DKI Jakarta),
Pulau Bali dan Pulau Batam.
Pulau Jawa, Propinsi NAD, dan Kepulauan
Riau
Pulau Sumatera (kecuali NAD dan Propinsi
Kepulauan Riau), Propinsi NTB, Pulau
Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
Propinsi Papua, Propinsi Papua barat,
Propinsi NTT, Propinsi Maluku dan Propinsi
Maluku Utara.

Strategi Program
I.

Diagnosis
Malaria :
Semua
kasus malaria
dengan
mikroskop
Diagnostic Test
(RDT)

dikonfirmasi
atau
Rapid

STOP ! MALARIA KLINIS


II.

Pengobatan
:
Artemisinin
- based
Therapy (ACT)

Combination

STOP ! MONOTERAPI
MONOTHERY

III. Pencegahan :
Pendistribusian kelambu (Long-Lasting Insecticidal Net
- LLin), Indoor Residual Spraying/IRS, dan lain-lain

Kelambu LLiN efektif sampai 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan
sekali.

IV. Kemitraan dalam Menuju Eliminasi Malaria

Mitra Potensial Pengendalian Malaria


DPRD :
- Legislasi,
Legislasi, bersama eksekutif,
eksekutif, contoh
penyusunan Perda Pengawasan Lingkungan
dari Tempat Perindukan Nyamuk
Nyamuk pada
sektor Wisata
- Penganggaran,
,
dll
Penganggaran

BAPPEDA :

- Perencanaan program
- Penganggaran,
Penganggaran, dll

Sektor Pariwisata :

Penggerakan resort
resort, hotel dan institusi
disektor pariwisata untuk meniadakan tempat
perindukan nyamuk di lingkungan sekitar
masingmasing-masing,
masing, dll

Sektor Informasi/Humas :

- Penyebar luasan upaya penghindaran diri


dari gigitan nyamuk
- Penyebar luasan upaya pencarian
pengobatan,
pengobatan, dll

Mitra Potensial Pengendalian Malaria

Sektor Kimpraswil :
- Penyediaan air bersih dan pembangunan
MCK
- Program sungai bersih,
bersih, dll

Sektor Peternakan :

Penyuluhan penempatan kandang yang


berfungsi sebagai cattle barier
barier, dll

Sektor Pertanian :

Dalam rangka tanam padi serempak dan


sanitasi kebun,
kebun, dll

Sektor Perikanan & Kelautan :


- Budi daya ikan (ikan pemakan jentik)
jentik) untuk
ditebarkan di kolam,
kolam, badan air
- Penanaman kembali pohon bakau,
bakau, dll

Mitra Potensial Pengendalian Malaria


Sektor Pendidikan Nasional :
Menjadikan pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai
materi pelajaran Muatan Lokal (MULOK), dll

Sektor Agama :
- Bersama Sektor pendidikan Nasional upaya pengendalian
malaria sebagai materi pelajaran Muatan Lokal (MULOK)
- Materi penanggulangan malaria disebar luaskan melalui khutbah
Jum
Jumat atau kebaktian Minggu,
Minggu, dll

PKK :
Penggerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan
nyamuk dan upaya pencarian pengobatan,
pengobatan, dll

LSMLSM-LSM
- Penggerakan masyarakat dalam pencegahan dan KIE
- Penemuan dan pengobatan malaria, dll

Lintas Sektor/Lintas Program dan Lembaga Swadaya Masyarakat


berperan sesuai TUPOKSI/peran
TUPOKSI/peran masingmasing-masing yang
berdampak poisitip terhadap pengendalian malaria, dll

V. Pos Malaria Desa


Pos Malaria Desa adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian
malaria yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan.
Tujuan :
Meningkatkan jangkauan penemuan kasus malaria
melalui peran aktif masyarakat dan dirujuk ke
fasilitas kesehatan terdekat
Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pencegahan malaria

Posmaldes diperlukan karena:


Sekitar 45% dari desa endemis malaria merupakan daerah terpencil
(transportasi dan komunikasi sulit, akses pelayanan kesehatan rendah,
sosial ekonomi masyarakat rendah, cakupan penemuan kasus malaria oleh
Puskesmas rendah, pengobatan tidak sempurna karena banyak obat
malaria dijual bebas)
Posmaldes merupakan embrio berbagai bentuk UKBM lainnya

Tugas Kader malaria:


Menemukan kasus malaria klinis
Merujuk penderita
Melakukan
penyuluhan
dan
upaya
pencegahan bersama masyarakat
Membuat catatan hasil kegiatan
Kader mendapat pelatihan dan dilengkapi
dengan
posmaldes
kit
dan
media
penyuluhan malaria.

POKOK-POKOK KEGIATAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penemuan dini dan pengobatan penderita.


Meningkatkan akses pelayanan yang berkualitas
(konfirmasi dengan mikroskop atau RDT).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
Meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Menggalang kemitraan
Meningkatkan sistem surveilans
Meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

PETA ENDEMISITAS
Intervensi penyakit malaria dibagi berdasarkan tingkat endemisitas,
yaitu Endemis tinggi (API>5 ), endemis sedang (API 1-<5),
endemis rendah (API 0-1) dan Bebas malaria (API=0)

PENGENDALIAN VEKTOR
Lokasi kembangbiak A. sundaicus

PENYEBARAN
VEKTOR MALARIA
DI INDONESIA
PENYEBARAN
VEKTOR
MALARIA
DI 2008
INDONESIA

18

11

19

17
22

20

25

13

14
16
14

25

15

16

23

15

21
10
6

21

1
24

Keterangan :
1. An.aconitus
2. An.balabacensis
3. An.bancrofti
4. An.barbirostris
5. An.farauti
21. An.tesellatus
25.An.annullaris

6. An. flavirostris
16 20
7. An. koliensis
8. An.letifer
9. An.leucosphyrus
10. An.karwari
22. An.parangensis

22

20

11. An. ludlowi 4


12. An.maculates
24
13. An.minimus
14.An.nigerrimus
15. An.punctulatus
23.An. kochi

17

16.An.sinensis
17. An. .subpictus
18 An.sundaicus
19. An. vagus
20. An. umbrosus
24.An.ludlowi

20

21

9
12

21

PREDIKSI TEMPAT PERINDUKAN


VEKTOR MALARIA

An.sundaicus
An.subpictus

An.nigerrimus
An.sinensis

An.maculatus
An.balabacensis

An.letifer
An.umbrosus

HUTAN

SAWAH/
Kolam
RAWA / Laggon
( Mangrove )

PERKEBUNAN

MATA AIR /
ALIRAN SUNGAI

Subdit Malaria Dit PPBB Ditjen PPM & PL Deparetemen Kesehatan RI

CARA PENULARAN

Penyakit malaria ditularkan


melalui gigitan nyamuk anopheles
dari orang sakit kepada orang
tidak sakit
Orang yang sakit malaria dapat
menjadi sumber penularan
penyakit malaria.

INTENSIFIKASI DAN INTEGRASI MALARIA


1.
2.
3.
4.
5.

Mass Blood Survey


Pengobatan malaria & pembagian kelambu pada ibu hamil
Pengobatan malaria & pembagian kelambu pada bayi
dengan imunisasi lengkap
Pembagian kelambu integrasi dengan pengobatan massal
filariasis
Pembentukan Pos Malaria Desa dengan kader malaria

Penjelasan Lebih Lanjut

Subdit Pengendalian Malaria


Direktorat P2B2
Direktorat Jendral PP & PL
Jalan Percetakan Negara no. 29 Jakarta Pusat
Gedung C lantai 2
Telpon : (021) 42871369
Email : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai