Anda di halaman 1dari 3

LEVEL AMPUTASI

Level amputasi ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya :


1.
2.
3.
4.
5.

Kondisi patologis
Anatomi
Pembedahan
Protesa
Individual, seperti jenis kelamin usia, pekerjaan sehari-hari

Jenis level amputasi yang dipertimbangkan :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pinggang (hindquarter)
Sendi pinggul (hip diarticulation)
Amputasi paha (tight)
Sendi lutut
Amputasi bawah lutut
Prosedur Syme
Amputasi bawah

Amputasi Hindquarter dan hip disarticulation hampir mutlak dilakukan karena adanya kondisi
patologis. Amputasi ini tidak perlu menyisakan 1 atau 2 inci femur pada level hip karena
perkembangan jenis protesa saat ini.
Amputasi di atas lutut seharusnya dilakukan ketika terdapat kondisi patologis memungkinkan.
Dua faktor protesa yang perlu dipertimbangkan yaitu, deformitas fleksi hip dan kebutuhan untuk
menyediakan ruang untuk pemakaian protesa. Jika deformitas fleksi hip dipertimbangkan, misalnya
30 -40, maka pasien tidak mungkin memakai prothesa dan jika sedikit menandainya mungkin akan
berpengaruh pada level amputasi. Adanya strain pada lumbar spine dikarenakan adanya deformitas
hip flexi dan menyebabkan penurunan kemampuan dan nyeri punggung pada orang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada amputasi. Batas hip flexi yang dapat diakomodasi protesa,
batas ini dapat dilihat dari segi kosmetik dan biomekanik dasar soket (socket brim),yang merupakan
lokasi pembebanan dan penempatan anatomi tidak dimungkinkan. Pada umumnya, jika ada
deformitas hip fleksi, maka akan disarankan tingkat pemotongan yang lebih tinggi daripada kondisi
patologis.
Faktor lain yang memerlukan pertimbangan adalah kebutuhan untuk menyesuaikan protesa diatas
sendi lutut palsu dimana harus ada jarak 4,5 - 5 inci antara ujung stump dan sendi lutut. Pada level
tigh, idealnya amputasi dilakukan 10 sampai 12 inci dari trochanter.

Amputasi pada daerah supracondyler tidak dianjurkan. Daerah supracondyler bukan


meruapakan end-bearing yang sesungguhnya dan daerah tersebut tidak menyediakan ruang yang
cukup bagi penempatan alat kontrol lutut dari protesa.
Amputasi lutut dianggap sebagai metode yang amputasi yang baik karena memiliki
keuntungan berupa perdarahan yang terjadi relatif sedikit, sebagian besar otot paha tetap berada
pada insersi normal, menghasilkan lever sistem (sistem pengungkit) yang panjang dan kuat, serta
menghasilkan permukaan bearing yang luas (20 inci persegi). Teknik amputasi ini biasanya
diterapkan pada masa pertumbuhan sepanjang epifise femur distal tetap dipertahankan atau pada
pasien dengan usia tua dimana pada pasien tersebut kemampuan keseimbangan pada endbearing sangat diperlukan. Amputasi pada lutut ini juga dapat mencegah terjadinya deformitas
fleksi. Kerugian dari amputasi lutut adalah protesa yang kurang memuaskan dari segi kosmetik.
Amputasi bawah lutut berarti amputasi yang dilakukan pada titik 5,5 inci dari plateu tibia.
Pembelahan seharusnya tidak dibuat lebih rendah dari musculo-tendinous junction dari otot betis
dan meskipun stump yg lebih pendek masih fungsional, kurang efektif jika lebih pendek dari 3,5
inci, diukur dari plateau tibia.
Rekomendasi berikutnya untuk amputasi ekstremitas adalah amputasi Syme diamana
amputasi jenis ini menghasilkan stump yang sempura dengan end-bearing dan pergerakan (pada
keadaan tanpa protesa) yang baik. Amputasi Syme dapat dilakukan pada masa pertumbuhan
maupun pada pasien dengan usia tua,

tetapi dianggap tidak begitu memuaskan dari segi

kosmetik. Prosedur Pirogoff dan Boyd dianggap kurang baik karena stump yang terlalu panjang
dan dapat merubah anatomi dari tumit sehingga menyebabkan gangguan dalam weight-bearing.
Prosedur Chopart yang dilakukan pada kaki belakang dan pada daerah mid-tarsal dapat
menyebabkan permasalahan utama berupa ketidakseimbangan pada otot walaupun telah
dilakukan pemindahan tendon. Keadaaan ini terjadi pada kasus pada daerah tibialis anterior
dimana ketidakseimbangan otot yang menetap menyababkan terjadinya deformitas stump,
selanjutnya menyebabkan equino-varus dan luka yang sangat nyeri.

Indikasi dari amputasi diantaranya adalah :


1. Penyakit pemuluh darah : merupakan penyebab terbesar dari tindakan amputasi di
seluruh dunia. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui viabilitas

jaringan, diantaranya adalah pemeriksaan plethysmography, oscilometry, skin


temperature test, arteriography.
2. Tumor : pada kasus tumor dasar penentuan untuk level amputasi adalah sifat dasar
dari tumor dan ada atau tidaknya metastase.
3. Trauma : prinsip amputasi didasarkan pada penyelamatan jaringan yang masih
mungkin
4. Infeksi kronis : pada kasus ini amputasi hanya dilakukan pada keadaan dimana
pemberian antibiotik tidak berhasil, didapatkan adanya tanda infeksi sistemik yang
jelas, keadaan dimana tindakan bedah rekonstruksi tidak dimungkinkan.
5. Paralisis, deformitas, limb discrepency : hal-hal yang perlu diperhatikan pada keadaan
ini adalah jenis kelamin, profesi, keluarga, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan
pasien, biomekanika, serta protesa. Amputasi pada kasus ini bukan merupakan suatu
tindakan life-saving. Amputasi tidak dapat dilakukan hanya dikarenakan adanya
keadaan kosmetik yang ingin diubah.
6. Kongenital : contohnya pada kasus congenital limb deficiency, amputasi dilakukan
karena terdapat masalah fungsional.

Anda mungkin juga menyukai