Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TUGAS AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan penduduk di Indonesia
yang semakin tak terkendali serta semakin
pesatnya alih informasi dan teknologi
menuntut dilaksanakannya pembangunan
gedung tingkat tinggi yang serba cepat dan
praktis. Pembangunan gedung baja tingkat
tinggi merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang beraneka
ragam. Hal inilah yang biasa terjadi pada kotakota metropolitan di Indonesia yang sering
menimbulkan permasalahan pokok yaitu
mengenai tempat tinggal.
Surabaya sebagai salah satu kota
metropolitan terbesar di Indonesia yang saat
ini terus berkembang pesat, tentunya hal ini
menimbulkan berbagai macam permasalahan
baru diantaranya adalah melonjaknya jumlah
penduduk yang tinggal dan bekerja sedangkan
jumlah lahan yang tersedia sedikit dan tidak
berkembang. Sehingga permasalahan pokok
yaitu mengenai kurangnya tempat tinggal
menjadi sesuatu yang hangat untuk
diperbincangkan akhir-akhir ini. Dari semua
inilah yang kemudian memacu pemerintah
Kota Surabaya untuk mengeluarkan peraturan
atau anjuran untuk meningkatkan kesadaran
dan kemauan masyarakat mengenai Vertical
Living. Dimana nantinya, pertumbuhan
perumahan tidak lagi kearah horizontal saja,
akan tetapi kearah vertikal.
Dalam perkembangan dunia konstruksi
sendiri, salah satu tahapan penting dalam
perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan.
Jenis-jenis material yang selama ini dikenal
dalam dunia konstruksi antara lain adalah baja,
beton bertulang serta kayu. Di Kota Surabaya
sendiri gedung-gedung yang menggunakan
struktur beton bertulang sudah banyak kita
jumpai. Namun bangunan yang menggunakan
struktur baja masih sangat jarang sekali
digunakan. Hal ini disebabkan karena
bangunan yang menggunakan struktur baja
akan menghabiskan biaya lebih besar terutama
dari sisi pemeliharaan. Namun walaupun
membutuhkan biaya yang lebih besar,
bangunan yang menggunakan struktur baja

sebagai material konstruksi juga memiliki


beberapa keunggulan
Namun seiring berjalannya waktu,
konsep perencanaan gedung telah mengalami
perkembangan seiring dengan adanya beberapa
peristiwa kegagalan struktur akibat bencana
gempa. Konsep lama desain berdasarkan
kekuatan rencana (Force Based Design) mulai
berkembang menjadi konsep yang bebasis
pada kinerja struktur (Performanced Based
Design) dengan berdasar pada daya guna
(Pushover Analisys). Tujuan dari analisa
tersebut adalah untuk mendapatkan informasi
informasi penting yang dapat digunakan untuk
perencanaan desain. Berdasarkan hal itu,
konsep Force Based Design tidak mampu
menentukan secara pasti kekuatan batas
sesungguhnya karena pada konsep ini
berpedoman pada kekuatan struktur yang
menganggap bahwa struktur berperilaku elastis
pada saat menerima beban. Padahal yang
terjadi struktur dapat bersifat inelastis pada
saat menerima beban lateral yaitu beban
gempa. Maka konsep ini tidak dapat
menentukan secara pasti besarnya simpangan
maksimum yang sesungguhnya pada saat
beban maksimum bekerja.
Sedangkan pada konsep Performance
Based Design, berpedoman pada kinerja
struktur pada saat terjadi beban yang nilainya
berubah-ubah. Pada konsep ini ukuran kinerja
yang ditentukan didapatkan dari tingkat
kerusakan yang terjadi pada saat struktur
menerima beban-beban gempa yang besarnya
dinaikkan secara proporsional hingga batas
keruntuhan tercapai.
Sebagai bahan pertimbangan yang telah
dipaparkan di atas, untuk itulah pada Tugas
Akhir ini bermaksud untuk memodifikasi total
gedung A 5 lantai Rusunawa Gunungsari yang
memakai beton sebagai material utama
konstruksi bangunan menjadi gedung 15 lantai
yang memakai baja sebagai material utama
konstruksi bangunan yang berada pada zona
gempa tinggi yaitu Zona 6 dan akan didesain
sesuai Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (RSNI 03-1726-2010), Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1729-2002) dan Federal
1

MAKALAH TUGAS AKHIR

Emergency Managemen Agency (FEMA273/356/440) dimana perilaku seismic struktur


ini akan dievaluasi menggunakan evaluasi
kinerja dengan Pushover Analysis.
Perumusan Masalah
Dengan penjelasan diatas, maka dalam
penulisan
Tugas
Akhir
ini
terdapat
permasalahan sebagai berikut :
Permasalahan Utama :
Bagaimana memodifikasi Gedung A
Rusunawa Gunungsari Surabaya ini
menggunakan baja sebagai material
konstruksi utama berbasis konsep
kinerja (Performance Based Design)
yang
dievaluasi
menggunakan
evaluasi kinerja dengan Pushover
Analysis di zona gempa 6 (tinggi).
Permasalahan Detail :
Bagaimana perencanaan ulang pada
denah dan penataan ruang setelah
mengalami modifikasi total.
Bagaimana memperkirakan dimensi
profilnya.
Bagaimana menentukan gaya gaya
yang bekerja pada struktur rangka
tersebut yang mengacu pada AISCLRFD, RSNI 03-1726-2010 dan SNI
03-1729-2002.
Bagaimana merencanakan detail
sambungan pada komponen baja
tersebut.
Bagaimana
mengetahui
tingkat
kinerja struktur bangunan.
Bagaimana melakukan analisa dan
permodelan
struktur
dengan
menggunakan
program
bantu
SAP2000
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Tugas
Akhir ini adalah:
Mampu memodifikasi Gedung A
Rusunawa Gunungsari Surabaya ini
menggunakan baja sebagai material
konstruksi utama berbasis konsep
kinerja (Performance Based Design)
yang
dievaluasi
menggunakan
evaluasi kinerja dengan Pushover
Analysis di zona gempa 6.

Untuk mendapatkan dimensi profil


setelah mengalami perencanaan
ulang yang paling sesuai dengan
perhitungan perencanaan struktur
sesuai dengan peraturan-peraturan
yang di gunakan.
Dapat menentukan besarnya gayagaya yang bekerja pada struktur
tersebut.
Untuk mendapatkan sambungan yang
sesuai pada komponen baja tersebut.
Mengetahui tingkat kinerja struktur
bangunan.
Batasan Masalah
Untuk
menghindari
timbulnya
penyimpangan permasalahan yang semakin
meluas dalam Tugas Akhir ini, maka
diperlukan suatu batasan masalah yang
diantaranya sebagai berikut :
Desain dan
evaluasi
struktur
mengacu pada AISC-LRFD
Pembebanan dihitung berdasarkan
PPIUG 1983.
Beban gempa dihitung berdasarkan
RSNI 03-1726-2010.
Peraturan yang dipakai untuk
penentuan tingkatan kinerja gedung
tersebut
mamakai
Federal
Emergency Managemen Agency
(FEMA-273/356/440).
Struktur terletak di zona gempa 6
(tinggi) sehingga dalam perencanaan
dan
perhitungan
menggunakan
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus).
Bangunan terdiri dari 15 lantai dan
difungsikan sebagai tempat tinggal.
Program bantu yang digunakan untuk
analisa pembebanan struktur dan
analisa Pushover adalah SAP2000.
Struktur pondasinya menggunakan
tiang pancang Wika Pile.
Tidak memperhitungkan aspek biaya
pada pelaksanaan dan perhitungan
struktur.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada Tugas
Akhir ini adalah kita dapat mengevaluasi serta
mengetahui hasil kinerja dari struktur suatu

MAKALAH TUGAS AKHIR

gedung bertingkat dari konstruksi baja apabila


diberi beban lateral (gaya gempa) yang
ditingkatkan
secara
bertahap
hingga
maksimum tertentu dan gedung mengalami
keruntuhan (Collaps) dalam menerima beban
akselerasi tersebut sehingga perencana bisa
memilih tipe dan perencanaan struktur yang
tepat, hemat, kuat serta tahan gempa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Secara umum, struktur baja dapat dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan proses
fabrikasinya yaitu (Wei Wen Yu , 2000) :
1. Hot Rolled Shapes (baja canai
panas), yaitu profil baja yang
dibentuk dengan cara blok-blok baja
yang panas diproses melalui rol-rol
dalam pabrik.
2. Cold Formed Steel (baja canai
dingin), yaitu profil baja yang
dibentuk dari lembaran baja yang
sudah jadi menjadi profil baja dalam
keadaan dingin.
Beberapa jenis profil baja diatas dapat
dikelompokkan lagi berdasarkan posisi sumbu
simetri dan letak pusat geser profil terhadap
sentroid (pusat berat/gravitasi), dengan
pembagian sebagai berikut :
1. Pembagian jenis profil berdasarkan
posisi sumbu simetri profil, dibagi
menjadi 4 macam :
a. Profil yang simetri pada 2 arah
(doubly-symetric sections).
b. Profil yang simetri pada 1 titik
(point-symetric sections).
c. Profil yang simetri pada 1 arah
(singly symetric/monosymetric).
d. Profil
asymetric
(non
asymetric/asymetric sections).
2. Pembagian jenis profil berdasarkan
letak pusat gesernya, dibagi menjadi
2 macam :
a. Profil dengan pusat geser
berimpit dengan sentroid (pusat
berat/gravitasi), seperti profil I.

b. Profil dengan pusat geser tidak


berimpit dengan sentroid (pusat
berat/gravitasi) seperti profil
kanal dan siku.
Baja memiliki keunggulan sebagai
material konstruksi dibandingkan dengan
material lainnya, antara lain adalah (Setiawan ,
2008) :
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi
sehingga dapat mengurangi ukuran
struktur serta mengurangi pula berat
sendiri dari struktur tersebut.
2. Keseragaman dan keawetan yang
tinggi, tidak seperti halnya material
beton bertulang yang terdiri dari
berbagai macam bahan penyusun.
3. Memiliki sifat yang lebih elastis
4. Daktilitas baja cukup tinggi
5. Kemudahan penyambungan antar
elemen baju satu dengan yang
lainnya.
Konsep Perencanaan Bangunan Tahan
Gempa
Pada dasarnya dalam perencanaan
struktur bangunan tahan gempa, bangunan
didesain untuk hancur sesuai dengan level
kerusakan yang telah ditentukan. Dengan kata
lain, bangunan diizinkan untuk hancur tapi
tidak menimbulkan korban jiwa sehingga
ketika terjadi gempa, manusia dapat
melakukan tindakan evakuasi.
Menurut UBC 1997, kriteria standar
desain gempa adalah :
1. Tidak terjadi kerusakan sama sekali
pada gempa kecil.
2. Ketika terjadi gempa sedang, struktur
diperbolehkan
terjadi
kerusakan
arsitektural bukan kerusakan yang
bersifat struktural.
3. Struktur
diperbolehkan
terjadi
kerusakan
struktural
dan
nonstruktural pada gempa kuat, namun
kerusakan yang terjadi tidak sampai
menyebabkan bangunan runtuh.
Adapun tujuan bangunan tahan gempa
adalah untuk membatasi kerusakan bangunan
(gedung) akibat beban gempa sedang sesuai
3

MAKALAH TUGAS AKHIR

dengan ketentuan sehingga masih bisa


diperbaiki secara ekonomis dan juga untuk
menghindari jatuhnya korban jiwa akibat
runtuhnya gedung akibat beban gempa kuat.
Untuk
struktur
tahan
gempa,
displacement (perpindahan) merupakan hal
yang paling mendasar untuk suatu struktur
tahan gempa. Pada umumnya, kerusakan
struktur
diakibatkan
oleh
besarnya
displacement yang terjadi. Oleh karena itu,
struktur seharusnya bersifat daktail untuk
mengakomodasi besarnya displacement yang
terjadi.
Hal
berikutnya
yang
ikut
menyumbangkan kekuatan untuk menahan
beban gempa yang tejadi adalah kekakuan
struktur. Dengan semakin kaku sebuah struktur
maka semakin besar gaya yang dihasilkan
untuk melawan gaya gempa yang terjadi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan untuk suatu
struktur bangunan tahan gempa terletak pada
daktilitas dan kekakuannya.
Perencanaan Bangunan Tahan Gempa
Berbasis Kinerja
Peraturan dibuat untuk menjamin
keselamatan penghuni terhadap gempa besar
yang mungkin terjadi, dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta
benda terhadap gempa sedang yang sering
terjadi. Meskipun demikian, prosedur yang
digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat
secara
langsung
menunjukkan
kinerja
bangunan terhadap suatu gempa yang
sebenarnya, kinerja tadi tentu terkait dengan
resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan
investasi yang dibelanjakan terkait dengan
resiko yang diambil.
Perencanaan bangunan tahan gempa
berbasis kinerja merupakan proses yang dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan baru
maupun perkuatan bangunan yang sudah ada,
dengan pemahaman yang realistik terhadap
resiko keselamatan, kesiapan pakai dan
kerugian harta benda yang mungkin terjadi
akibat gempa yang akan datang. Proses
perencanaan tahan gempa berbasis kinerja
dimulai dengan membuat model rencana
bangunan kemudian melakukan simulasi
kinerjanya terhadap berbagai kejadian gempa.
Setiap simulasi memberikan informasi tingkat
kerusakan, ketahanan struktur, sehingga dapat

memperkirakan berapa besar keselamatan,


kesiapan pakai dan kerugian harta benda yang
akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat
mengatur ulang resiko kerusakan yang dapat
diterima sesuai dengan resiko biaya yang
dikeluarkan (Wiryanto , 2005).
Mengacu pada FEMA-273 dan ATC-40
yang menjadi acuan klasik bagi perencana
berbasis kinerja maka kategori level kinerja
struktur, adalah :
Tabel Kriteria kinerja
Level Kinerja

Penjelasan
Tidak ada kerusakan berarti pada struktur dan non-struktur, bangunan
Operasional (Operational)
tetap berfungsi.
Tidak ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana kekuatan dan
kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa.
Penempatan Segera
Komponen non-struktur masih berada ditempatnya dan sebagaian
(Immediate Ocupancy)
besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap
berfungsi dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan.
Terjadi kerusakan komponen struktur, kekakuan berkurang, tetapi
Keselamatan Jiwa
masih mempunyai ambang yang cukup terhadap keruntuhan.
(Life Safety)
Komponen non-struktur masih ada tetapi tidak berfungsi. Dapat
dipakai lagi jika sudah dilakukan perbaikan.
Mencegah keruntuhan
(Collapse Prevention)

Kerusakan yang berarti pada komponen struktur dan non-struktur.


Kekuatan struktur dan kekakuannya berkurang banyak, hampir runtuh.
Kecelakaan akibat kejatuhan material bangunan yang rusak sangat
mungkin terjadi.

Sumber : Wiryanto Dewobroto (Disampaikan di


Civil Engineering National Conference :
Sustainability Construction & Structural
Engineering Based on Professionalism Unika Soegijapranata, Semarang 17-18
Juni 2005).
Hal penting dari perencanaan berbasis
kinerja adalah sasaran kinerja bangunan
terhadap gempa dinyatakan secara jelas,
sehingga
pemilik,
penyewa,
asuransi,
pemerintahan
atau
penyandang
dana
mempunyai kesempatan untuk menetapkan
kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan
tersebut digunakan oleh perencana sebagai
pedomannya.

MAKALAH TUGAS AKHIR

IO = Immediate Occupancy
LS = Life Safety
CP = Collapse Prevention
Gambar 2.1 Ilustrasi rekayasa gempa berbasis
kinerja
Gambar 2.1 diatas menjelaskan secara
kualitatif level kinerja yang digambarkan
bersama dengan suatu kurva hubungan gayaperpindahan yang menunjukkan perilaku
struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan
dari analisa statik non-linier khusus yang
dikenal sebagai analisa pushover, sehingga
disebut juga sebagai kurva pushover.
Sedangkan titik kinerja merupakan
besarnya perpindahan titik pada atap pada saat
mengalami gempa rencana, dapat dicari
menggunakan metoda yang ada. Selanjutnya
diatas kurva pushover dapat digambarkan
secara kualitatif kondisi kerusakan yang terjadi
pada level kinerja yang ditetapkan agar awam
mempunyai
bayangan
seberapa
besar
kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga
dikorelasikan dibawahnya berapa prosentase
biaya dan waktu yang diperlukan untuk
perbaikan. Informasi itu tentunya sekedar
gambaran perkiraan, meskipun demikian sudah
mencukupi untuk mengambil keputusan apa
yang sebaiknya harus dilakukan terhadap hasil
analisis bangunan tersebut.
Kinerja Batas Ultimate
Kinerja batas ultimit struktur gedung
ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar-tingkat maksimum struktur gedung
akibat pengaruh Gempa Rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan,

yaitu
untuk
membatasi
kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur gedung yang
dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
untuk
mencegah
benturan
berbahaya
antargedung atau antar bagian struktur gedung
yang dipisah dengan sela pemisah (sela
delatasi). Simpangan antar-tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan
suatu faktor pengalisebagai berikut gedung
beraturan : = 0.7 R
Untuk
gedung
tidak
beraturan
0.7 R
:=
(2.2)
Faktor Skala
di mana R adalah faktor reduksi gempa
struktur gedung tersebut dan. Untuk memenuhi
persyaratan kinerja batas ultimit, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut rumusan
diatas tidak boleh melampaui 0.02 kali tinggi
tingkat yang bersangkutan. Kriteria simpangan
ultimit tersebut selanjutnya digunakan sebagai
target perpindahan, sedangkan evaluasi kriteria
penerimaan masih mengacu pada FEMA 356
yang sudah built-in pada program komputer
ETABS v9.7.1.
Analisa Statik Non-linier (Pushover)
Analisa statik nonlinier merupakan
prosedur analisa untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa,
dikenal pula sebagai analisa pushover atau
analisa beban dorong statik. Analisa dilakukan
dengan memberikan suatu pola beban lateral
statik pada struktur, yang kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali
sampai satu target perpindahan lateral dari
suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik
tersebut adalah titik pada atap, atau lebih tepat
lagi adalah pusat massa atap.
Analisa pushover menghasilkan kurva
pushover (Gambar 2.1), kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser
dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada
atap (D). Pada proses pushover, struktur
didorong sampai mengalami leleh disatu atau
lebih lokasi di struktur tersebut.
5

MAKALAH TUGAS AKHIR

Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu


kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh
dan selanjutnya berperilaku non-linier. Kurva
pushover dipengaruhi oleh pola distribusi gaya
lateral yang digunakan sebagai beban dorong.
Tujuan analisa pushover adalah untuk
memperkirakan
gaya
maksimum
dan
deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh
informasi bagian mana saja yang kritis.
Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian
yang memerlukan perhatian khusus untuk
pendetailan atau stabilitasnya. Cukup banyak
studi menunjukkan bahwa analisa statik
pushover dapat memberikan hasil mencukupi
(ketika dibandingkan dengan hasil analisa
dinamik nonlinier).
Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk perencanaan tahan gempa, asalkan
menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada,
yaitu (Wiryanto , 2005) :
Hasil analisa pushover masih berupa
suatu
pendekatan,
karena
bagaimanapun perilaku gempa yang
sebenarnya adalah bersifat bolak-balik
melalui
suatu
siklus
tertentu,
sedangkan sifat pembebanan pada
analisa pushover adalah
statik
monotonik.
Pemilihan pola beban lateral yang
digunakan dalam analisa adalah sangat
penting.
Untuk membuat model analisa
nonliniear akan lebih rumit dibanding
model analisa linier. Model tersebut
harus memperhitungkan karakteristik
inelastik beban-deformasi dari elemenelemen yang penting dan efek P.
Pada analisa ini terdapat 3 komponen
utama, yaitu : capacity, demand dan
performance point. (ATC 40).
Capacity
Kapasitas (Capacity) adalah suatu
representasi dari kemampuan struktur untuk
menahan gaya gempa yang akan terjadi. Secara
keseluruhan,
kapasitas
suatu
struktur
tergantung dari kekuatan dan kemampuan
untuk berdeformasi dari masing-masing
elemen struktur yang ada.

Untuk menentukan kapasitas yang melampaui


batas-batas elastisnya, dibutuhkan suatu bentuk
analisa nonlinier, dalam hal ini menggunakan
sekelompok analisa bertahap, yang saling
ditumpang tindihkan untuk memperkirakan
diagram kapasitas gaya simpangan dari
keseluruhan struktur. Pemodelan matematis
dari struktur dimodifikasi untuk mencatat daya
tahan tereduksi dari elemen yang mengalami
leleh. Proses ini diteruskan hingga struktur
akhirnya menjadi tidak stabil atau hingga suatu
batasan yang ditentukan tercapai. Dari kurva
kapasitas yang dihasilkan, bisa diprediksi
perilaku struktur setelah batas elastisnya
terlampaui.
Demand
Tuntutan gaya gempa (demand) adalah
suatu representasi dari pergerakan tanah
selama terjadi gempa. Pergerakan tersebut
sering menghasilkan pola-pola simpangan
horisontal yang amat kompleks pada gedung
yang bervariasi tergantung pada waktu.
Pemakaian
pola
simpangan
tersebut
berdasarkan urutan waktu terjadinya untuk
menentukan persyaratan perencanaan struktur
dinilai tidak praktis. Analisa linier yang ada
selama ini menggunakan gaya lateral sebagai
pengganti
gaya
gempa
sesungguhnya.
Sedangkan metode analisa nonlinier digunakan
suatu rangkaian simpangan-simpangan lateral
sebagai pengganti untuk kondisi perencanaan.
Untuk struktur dan pergerakan tanah yang
tertentu, tuntutan simpangan tersebut adalah
suatu perkiraan dari respon maksimum yang
diharapkan terjadi pada gedung selama gempa.
Performance Point
Performance Point adalah representasi
dari suatu kondisi dimana kapasitas gempa dari
struktur sama dengan gempa yang akan terjadi
pada gedung. Performance Point didapat
melalui proses pengecekan kinerja yang
bertujuan memastikan bahwa baik komponen
struktural dan non struktural tidak mengalami

MAKALAH TUGAS AKHIR

kerusakan di luar batasan yang telah ditentukan


oleh tujuan kinerja.
Performance
struktur
tergantung
kepada cara dari kapasitas struktur yang
tersedia untuk mengatasi demand yang ada.
Dengan kata lain, struktur harus memiliki
kapasitas untuk menahan demand dari gempa
sedemikian sehingga daya guna dari struktur
sesuai dengan objektivitas desain yang
diinginkan.
Metode Spektrum Kapasitas

Gambar 2.3 Titik kinerja pada Capacity


Spectrum Method
Metode Spektrum Kapasitas ini secara
khusus telah built-in dalam program ETABS
v.9.7.1, proses konversi kurva pushover ke
format ADRS dan kurva respon spektrum yang
direduksi dikerjakan otomatis dalam program.
Data yang perlu dimasukkan cukup
memberikan kurva Respons Spektrum Rencana
dengan parameter berikut :

Gambar 2.2 Respon spektrum gempa rencana


wilayah gempa 6
Konsep desain kinerja struktur metode
capacity spectrum pada dasarnya merupakan
prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan
titik perpindahan aktual struktur gedung.
Metode ini menyajikan dua buah grafik, yaitu
spektrum kapasitas dan spektrum kebutuhan
dalam satu format yang sama yaitu ADRS
(Acceleration
Displacement
Response
Spectrum).
Spektrum
kapasitas
menggambarkan kapasitas struktur itu sendiri
sedangkan
spektrum
kebutuhan
menggambarkan besarnya demand akibat
gempa dengan periode ulang tertentu.
Penyajian secara grafis ini memberi gambaran
yang jelas bagaimana suatu struktur bangunan
merespon beban gempa. Perpotongan antara
spektrum kapasitas dan spektrum kebutuhan
dinamakan titik kinerja atau performance
point. (yosafat , 2006)

Gambar 2.4 Parameter data respons spektrum


rencana
Pola Beban Dorong
Distribusi
gaya
inersia
yang
berpengaruh saat gempa, akan bervariasi
secara kompleks sepanjang tinggi bangunan.
Oleh karena itu , analisa beban dorong statik
memerlukan
berbagai
kombinasi
pola
distribusi yang berbeda untuk menangkap
kondisi
yang
paling
ekstrim
untuk
perencanaan. Bentuk distribusi pembebanan
yang relatif sederhana disampaikan dalam
gambar berikut :

MAKALAH TUGAS AKHIR

BAB III
METODOLOGI
Bagan Alir Tugas Akhir
Gambar Variasi pola distribusi pembebanan
lateral
(FEMA 274)
Beban lateral harus diberikan pada
model struktur dalam proporsi yang sama
dengan distribusi gaya inersia sebidang dengan
diaphragma lantai. Untuk keseluruhan analisis
sedikitnya dua pola beban lateral harus
diberikan yaitu :

Sama
dengan
pola
ragam
fundamental pada arah yang ditinjau
bilamana sedikitnya 75% massa
dapat diantisipasi pada ragam
tersebut.
Pola kedua adalah distribusi merata
sesuai dengan proporsi total massa
pada lantai.

Pengumpulan Data
1. Data umum bangunan
2. Data tanah
S tudi Literatur
Buku dan peraturan-peraturan yang berlaku
Preliminery Desain

NOT OK

Pembebanan
1. Beban mati
2. Beban hidup
3. Beban angin
4. Beban gempa
Pemodelan dan Analisa S truktur

Kontrol Desain

OK
Evaluasi Kinerja S truktur
Perencanaan Pondasi

Gambar Output AutoCAD

Data Umum Bangunan


1. Nama Gedung : Gedung A Rusunawa Gunungsari
2. Lokasi : Jl. Gungsari Raya, Surabaya
3. Fungsi
: Rumah Susun
4. Jumlah Lantai
: 5 lantai
5. Tinggi Gedung : 25,80 m
6. Zona Gempa
:3
7. Struktur Utama : Beton Bertulang

MAKALAH TUGAS AKHIR

Data Modifikasi Bangunan


1. Nama Gedung : Gedung A Rusunawa
Gunungsari
2. Lokasi
: Kota Padang
3. Fungsi
: Rumah Susun
4. Jumlah Lantai : 15 lantai
5. Tinggi Gedung : 57,00 m
6. Zona Gempa : 6
7. Struktur Utama : Struktur Baja
Studi Literatur
a. American Institute of Steel Construction
Load and Resistance Factor Design (AISCLRFD).
b. Federal Emergency Managemen Agency
(FEMA-273/356/440).
c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) 1983.
d. RSNI 0317262010 tentang Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung.
e. SNI 0317292002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung.
f. Penjelasan konsep Performance Based
Seismic Design dan analisa statik non linear
menurut
ATC-40
dan
jurnal-jurnal
penunjang.
g. Daya Dukung Pondasi Dalam. Herman
Wahyudi, Surabaya, 1999.
h. Penjelasan prosedur Analisa Statik Non
linear (Pushover analysis) pada program
bantu ETABS v.9.7.1.
Kombinasi Pembebanan
Pembebanan struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan di
bawah ini :
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (La atau H)
3. 1.2D + 1.6 (La atau H) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (La atau H)
5. 1.2D + 1.0E + L
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E

BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER
Pelat Atap ( lantai 15 )

tulangan negatif
10 - 250
pelat bondek

90 mm

balok

Pelat Lantai ( Lantai 1 sampai 15 )


tulangan negatif
10 - 250
pelat bondek
110 mm

balok

Perencanaan Balok Lift (BF)


Perencanaan balok lift meliputi balokbalok yang berkaitan dengan ruang mesin lift,
yaitu yang terdiri dari balok penumpu dan
balok penggantung lift. Untuk lift pada
bangunan ini menggunakan lift yang
diproduksi oleh PT. Hyundai Elevator CO.,
LTD, dengan data-data sebagai berikut :
Tipe lift

: Machine Room Less Elevators

Merk

: LUXEN (Gearless Elevator)

Kecepatan

: 90 m/min

Kapasitas

: (1000 kg)

Lebar pintu

: 900 mm

Dimensi sangkar :
eksternal 1660 x 1705 mm2
internal 1600 x 1550 mm2
Dimensi ruang luncur : 4200 x 2200 mm2
9

MAKALAH TUGAS AKHIR

Beban reaksi ruang mesin :


R1 = 5450 kg
(Berat mesin penggerak + beban kereta +
perlengkapan)
R2 = 4300 kg
(Berat bandul pemberat + perlengkapan)
Jadi, beban terpusat yang bekerja pada balok
peggantung akibat reaksi dari mesin lift adalah
P = R .
= (5450 + 4300) x (1 + 0,6 . 1,3 . 1)
= 17355 kg

- Persyaratan jumlah injakan dan kemiringan


tangga
60 cm (2t + i) 65 cm
250 < < 400

Balok Penggantung Lift

900

1705

1660

LIFT

LIFT

2050

Balok Anak

2200

Balok Penumpu Lift

Perencanaan Tangga
Data - data perencanaan tangga :
Mutu baja (BJ 41)
: fy = 2500 kg/cm2
Tinggi per lantai
: 380 cm
Tinggi bordes : 190 cm
Panjang bordes : 600 cm
Lebar bordes : 150 cm
Panjang tangga : 250 cm
Lebar tangga : 200 cm
Tebal pelat anak tangga : 3 mm
Lebar injakan (i)
: 30 cm
Tinggi injakan (t)
: 17,5 cm

4200

Gambar Denah pembalokan lift


Perancanaan balok penggantung lift (BF1)
Balok penggantung lift BF1 menggunakan
Profil WF 400 x 200 x 7 x 11
Perancanaan balok penumpu lift (BF2)
Balok penggantung lift BF2 menggunakan
Profil WF 400 x 200 x 8 x 13

Dimana : t = tinggi injakan (cm)


i = lebar injakan (cm)
= sudut kemiringan tangga
- Perhitungan jumlah injakan tangga

65 30
17,5 cm
2
190
Jumlah tanjakan =
11 buah
17,5
Tinggi injakan (t) =

Jumlah injakan (n) = 11 1 = 10 buah


Sudut kemiringan () =

190
0
32,35 ....... Ok
30 x10

arc tg

Perencaan Balok Anak (BA)


Balok anak memanjang BA1 menggunakan
Profil WF 450 x 300 x 11 x 18
Perencanaan Balok Anak Melintang (BA2)
Balok anak melintang BA2 menggunakan
Profil WF 450 x 200 x 8 x 12

10

MAKALAH TUGAS AKHIR

A
Balok tumpuan tangga
Balok utama
tangga

BAB V
PEMBEBANAN DAN ANALISA
STRUKTUR PRIMER

150

Bordes

250

Perhitungan Massa Struktur


Tabel Massa dan berat struktur tiap lantai

800

VOID

200

200

Tinggi
Hx (m)
57
53.2
49.4
45.6
41.8
38
34.2
30.4
26.6
22.8
19
15.2
11.4
7.6
3.8

Lantai

200

15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Balok induk

Balok induk

600

Gambar Denah tangga


+ 3.80

+ 1.90

0.00

250

150

Gambar Potongan A-A


Perencanaan Balok Utama Tangga
Balok utama tangga menggunakan
profil WF 200 x 100 x 5,5 x 8
Perencanaan Balok Penumpu Tangga
Direncanakan
balok
penumpu
tangga
menggunakan Profil WF 250 x 125 x 6 x 9

Menentukan
Bangunan (ed)

Berat
(Kg)
512528.72
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
843651.34
14454295.48

Eksentrisitas

Massa
(KN)
5125.29
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
8436.51
144542.95

Rencana

Tabel Perhitungan eksentrisitas rencana ed


pada arah X
Lantai
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Pusat rotasi Pusat massa


(arah x)
(arah x)
23.761
24.604
23.760
24.497
23.759
24.480
23.759
24.486
23.758
24.484
23.758
24.484
23.757
24.490
23.757
24.484
23.756
24.484
23.756
24.484
23.755
24.484
23.754
24.484
23.754
24.484
23.753
24.484
23.751
24.484

e
0.843
0.737
0.721
0.727
0.726
0.726
0.733
0.727
0.728
0.728
0.729
0.73
0.73
0.731
0.733

b
(1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b
(arah x)
50
3.76
1.66
50
3.61
1.76
50
3.58
1.78
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.60
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77

edx
3.76
3.61
3.58
3.59
3.59
3.59
3.60
3.59
3.59
3.59
3.59
3.60
3.60
3.60
3.60

11

MAKALAH TUGAS AKHIR

Tabel Perhitungan
struktur

Tabel Perhitungan eksentrisitas rencana ed


pada arah Y
Lantai
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Pusat rotasi Pusat massa


(arah y)
(arah y)
9.515
9.496
9.516
9.466
9.516
9.485
9.516
9.494
9.516
9.491
9.516
9.491
9.515
9.482
9.515
9.491
9.514
9.491
9.514
9.491
9.513
9.491
9.512
9.491
9.510
9.491
9.507
9.491
9.504
9.491

e
0.019
0.05
0.031
0.022
0.025
0.025
0.033
0.024
0.023
0.023
0.022
0.021
0.019
0.016
0.013

b
(1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b
(arah y)
19
0.98
0.93
19
1.03
0.90
19
1.00
0.92
19
0.98
0.93
19
0.99
0.93
19
0.99
0.93
19
1.00
0.92
19
0.99
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.97
0.93
19
0.97
0.94

Periode Fundamental Struktur


Dengan menggunakan persamaan 32 RSNI 031726-2010 periode fundamental pendekatan
adalah :
Ct = 0,0724 (tabel 15 RSNI 03-1726-2010)
Hn = 57 m (tinggi total gedung dalam meter)
X = 0,8 (tabel 15 RSNI 03-1726-2010)
SD1 = 0,95 g didapat CU = 1,4
(tabel 14 RSNI 03-1726-2010)
T1 = 1,21 detik
Ta = Ct . hnX
= 0,0724 . 570,8
= 1,84 detik
Maka (CU).(Ta) = 1,4 . 1,84 = 2,576 detik

edy
0.98
1.03
1.00
0.98
0.99
0.99
1.00
0.99
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.97
0.97

Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Period
2.6932
2.4432
2.1015
0.9595
0.9168
0.8713
0.5028
0.4935
0.4598
0.3174
0.3144
0.2907
0.2184
0.2176
0.2002

UX
0.0015
77.195
0.0894
0.0005
10.4096
0.0057
0.0012
4.1697
0.0011
0.0024
2.4167
0.0005
0.0075
1.5898
0.0002

periode
UY
72.7814
0.0097
3.1842
10.9042
0.0015
0.5409
4.0817
0.0017
0.2392
2.3424
0.0029
0.1413
1.5223
0.0077
0.0945

fundamental
SumUX
0.0015
77.1965
77.2859
77.2863
87.6959
87.7016
87.7028
91.8724
91.8735
91.8760
94.2927
94.2932
94.3007
95.8905
95.8907

SumUY
72.7814
72.7911
75.9752
86.8795
86.8810
87.4219
91.5036
91.5054
91.7445
94.0869
94.0898
94.2311
95.7535
95.7612
95.8557

Dari tabel di atas didapat nilai T = 2,6932 detik


jadi nilai T > (CU).(Ta). Sehingga nilai T harus
diganti dengan nilai (CU).(Ta) sebesar 2,576
detik.

Gambar Pemodelan deformed shape (mode 1)


struktur gedung dengan ETABS V9.7.1

12

MAKALAH TUGAS AKHIR

Tabel Perhitungan base shear arah Y

Kontrol Jumlah Ragam


Berdasarkan tabel diatas maka didapat :
Jumlah partisipasi massa arah
X = 95,89 % > 90 % . . . Ok
Jumlah partisipasi massa arah
Y = 95,86 % > 90 % . . . Ok

Spectra
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY

Kontrol Gaya Geser Dasar (Base Shear)


Gaya lateral ekivalen arah X :
SDS = 0,78
WX = 14454295,6 . 9,81 = 141796638,7 N
Ie
=1
R
=8

VX

0,78.1.141796638,7
13825,17 KN
8.1000

Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Dir
F2
U1
11446.21
U1
1.63
U1
554.94
U1
4421.94
U1
0.61
U1
219.34
U1
1655.25
U1
0.70
U1
96.99
U1
949.90
U1
1.18
U1
57.31
U1
586.72
U1
2.98
U1
34.27
Total (KN) 20030

0,85 . VX = 11751,4 KN

Kontrol Base Shear :


Base Shear arah X
Vtx = 20487,68 KN

Gaya lateral ekivalen arah Y :


SDS = 0,78
WY = 14213791,9 kg
Ie
=1
R
=8

Base Shear arah Y


Vty = 20030 KN
>
VX = 11751,4 KN . . . Ok

Tabel Analisa perhitungan simpangan antar


lantai arah X

0,85 . VY = 11751,4 KN

Spectra
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX

Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Dir
F1
U1
0.24
U1
12960.74
U1
15.58
U1
0.19
U1
4221.36
U1
2.29
U1
0.48
U1
1690.91
U1
0.45
U1
0.99
U1
980.03
U1
0.19
U1
2.90
U1
611.26
U1
0.06
Total (KN) 20487.68

0,85 .

Batasan Simpangan Antar Lantai

0,78.1.141796638,7
VY
13825,17 KN
8.1000

Tabel Perhitungan base shear arah X

>
0,85 . VX =
11751,4 KN . . . Ok

Lantai

hi (m)

15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8

Simpangan antar lantai Arah X


simpangan
Syarat drift a
(mm)
antar lantai (mm)
(mm)
115.01
2.93
76
112.08
3.69
76
108.39
4.73
76
103.66
5.80
76
97.86
6.79
76
91.07
7.74
76
83.33
8.58
76
74.75
9.38
76
65.36
10.08
76
55.28
10.65
76
44.64
11.01
76
33.63
11.00
76
22.63
10.32
76
12.31
8.37
76
3.93
3.93
76

Ket.
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok

13

MAKALAH TUGAS AKHIR

Tabel Analisa perhitungan simpangan antar


lantai arah Y
Lantai

hi (m)

15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8

Simpangan antar lantai Arah Y


simpangan
Syarat drift a
(mm)
antar lantai (mm)
(mm)
123.11
4.25
76
118.86
4.93
76
113.93
5.85
76
108.08
6.82
76
101.26
7.72
76
93.54
8.54
76
85.00
9.30
76
75.70
9.96
76
65.75
10.53
76
55.22
10.96
76
44.26
11.17
76
33.09
11.01
76
22.08
10.19
76
11.90
8.14
76
3.76
3.76
76

Perencanaan Balok Induk (BI)


Balok induk (BI) menggunakan
Profil WF 600 x 200 x 12 x 20
Bahan => BJ41 : fy = 250 Mpa = 2500
kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Panjang balok (L) = 8,00 m
- Perencanaan Balok Induk Melintang
MMax = 45430,16 kgm
(batang B24 Story 5)
VMax = 33091,60 kg
(batang B20 Story 3)
a. Kontrol kuat geser

h 522

43,5
tw 12
1100 1100

69,57
250
fy
h
Jadi

tw

1100
fy

geser plastis

b. Kontrol Tekuk Lokal (Local Buckling)

Sayap :

bf
2t f
Ket.
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok

201
5,025
2 x 20

170
10,75
250

Badan :

h 522

43,5
tw 12
1680
p
106,25
250
b

Jadi

2t

dan

.....

Penampang Kompak

c. Kontrol Tekuk Lateral (Lateral Buckling)


Panjang tidak terkekang (Lb) = 267 cm
Dari tabel profil untuk profil
WF 600 x 200 x 12 x 20
dengan BJ 41, diperoleh :
Lp = 210,073 cm
Lr = 644,200 cm
Dengan demikian : Lp < Lb < Lr
.....
bentang menengah
Maka
pakai
:

L LB
M n Cb M R M P M R R
LR LP

Kontrol Lendutan
d.
Lendutan ijin :

f'

L
800

2,22 cm
360 360

Dari hasil perhitungan dengan ETABS V9.7.1


diperoleh lendutannya sebesar YMax = 0,121
cm, maka : YMax < f
. . . . . Ok
-Perencanaan Balok Induk Memanjang
MMax = 47141,81 kgm
(batang B46 Story 4)
VMax = 20444,02 kg
(batang B45 Story 6)
Perhitungan balok induk memanjang sama
dengan balok induk melintang.

14

MAKALAH TUGAS AKHIR

d. Kontrol Kelangsingan Struktur


Terhadap Sumbu X :
Bagian dasar kolom diasumsikan jepit,
sehingga GB = 1

Perencanaan Kolom
PU = 970678 kg
MUX = 112554 kgm
MUY = 92798 kgm
H = 3,80 m
Kolom utama menggunakan
Profil K 950 x 450 x 16 x 38
a. Kontrol Penampang
Sayap :

bf
2t f

I XC
2858312 / 380
G A Lc
12,5
I Xb
290400 / 500

Lb

450
5,29
2 x38

GB = 1
Diperoleh : Kc = 0,87 ( tidak begoyang)

170
10,75
250

Kc = 1,95 ( bergoyang )
Terhadap Sumbu Y :
Bagian dasar kolom diasumsikan jepit,
sehingga GB = 1

Badan :

h 818

51,125
tw 16
1680
p
106,25
250
b

Jadi

2t

dan

I YC
2888462 / 380
G A Lc
13
I Xb
290400 / 500

Lb

e. Perhitungan Momen Balok


Terhadap sumbu X :

b. Kontrol Momen Nominal


Sumbu X :
MX
= fy x SX

bx

= fy x ZX

Sumbu Y :
MY

= SY x fy

Mny

= fy x ZY

Cm
1
NU

1
N
crbx

Cm 0,6 0,4

Cm 0,6 0,4

Mny 1,5 My

M1

M2

37055,74
0,47
112554

Terhadap sumbu Y :

Cm
1
NU

1
N
crby
E
2 x10 6
1,76 .30,36
1511,33 cm
M
fy
2500
Cm 0,6 0,4 1
M2

c. Kontrol Tekuk Lateral (Lateral Buckling)


Panjang tidak terkekang (Lb) = 380 cm

LP 1,76 .i y

Diperoleh : Kc = 0,87 ( tidak begoyang)


Kc = 1,95 ( bergoyang )

Penampang Kompak

Mnx

GB = 1

Dengan demikian : Lb < Lp


pendek
Maka Mn = Mp

by

. . . . . bentang

Cm 0,6 0,4

40842,81
0,42
92798
15

MAKALAH TUGAS AKHIR

f. Kontrol Kuat Tekan-Lentur


Pn = Ag . (fy / ) = 2380434,78 kg

PU
970678

0,48 0,2
.Pn 2023369,56

Maka dipakai rumus interaksi 1

PU
8 M M
UX UY 1,0
.Pn 9 .M nx .M ny

970678
8 115336,4 104955

1,0
2023369,56 9 507465 516150
= 0,863 1,0

. . . . . Ok

Gambar hasil perhitungan ETABS mengenai


displacement untuk arah X

BAB VI
EVALUASI KINERJA DENGAN
METODE
ANALISIS PUSHOVER
Implementasi Metode Koefisien
Perpindahan
Arah X (portal arah memanjang)
Te = 2,567 detik ; lebih besar dari 1 detik
maka C1 = 1
C0 = 1,5 (Tabel 3.2 FEMA 356 untuk
bangunan lebih dari 10 lantai)
C2 = 1,1 (Tabel 3.3 FEMA 356 untuk
bangunan sebagai rangka type 1 dan
level kinerja yang dipilih adalah LS
(Life Safety).
C3 = 1 (Perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = 0,144 (didapat dari ETABS)
g = 9,81 m/det2
Maka untuk mencari menggunakan rumus
berikut :
2

Te
.g
2

= C0.C1.C2.C3.Sa.

= 2,567 . 1,5 . 1 . 1,1 . 1 . 0,133 . 9,81 .

2,567

2
X

= 0,397 m

Gambar Kurva Pushover arah X

Gambar Kurva kapasitas spektrum arah X


Berdasarkan target perpindahan arah X
(X) yang telah dihitung di atas, didapatkan
nilai X = 0,3970 m. Kemudian dikontrol
terhadap hasil perhitungan pada gambar 6.1,
nilai X berada diantara step 6 dan step 7
dengan nilai masing masing sebesar 0,3423
m dan 0,4135 m. Untuk mengontrolnya, dilihat
batas yang terbesar dari kedua step tersebut
yaitu step 7 sebesar 0,4135 m.

16

MAKALAH TUGAS AKHIR

Hasil
evaluasi
pada
step
7
memperlihatkan bahwa kinerja struktur arah X
tidak muncul sendi plastis yang melewati batas
LS (Life Safety) seperti yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Jadi hasil evaluasi kinerja struktur
arah X memenuhi dan keselamatan penghuni
akan terjamin pada saat gedung mengalami
gempa.
Sedangkan nilai Base Force pada step
7 yaitu sebesar 2372244,25 kg x 9,81 m/det2 x
85% = 19774,20 KN < Vtx = 20487,68 KN
(diambil dari perhitungan Base Shear arah X
pada Bab 5). Artinya menunjukkan bahwa
perilaku struktur juga masih dalam keadaan
elastis.

C3 = 1 (Perilaku pasca leleh adalah positif)


Sa = 0,141 (didapat dari ETABS)
g = 9,81 m/det2
Maka untuk mencari menggunakan rumus
berikut :
2

Te
= C0.C1.C2.C3.Sa.
.g
2

= 2,567 . 1,5 . 1 . 1,1 . 1 . 0,154 . 9,81 .

2,567

2
X

= 0,4140 m

Gambar Hasil perhitungan ETABS mengenai


displacement untuk arah Y

Gambar Kinerja struktur arah X pada step 7


Arah Y (portal arah melintang)
Te = 2,567 detik ; lebih besar dari 1 detik
maka C1 = 1
C0 = 1,5 (Tabel 3.2 FEMA 356 untuk
bangunan lebih dari 10 lantai)
C2 = 1,1 (Tabel 3.3 FEMA 356 untuk
bangunan sebagai rangka type 1 dan
level kinerja yang dipilih adalah LS
(Life Safety).

Gambar Kurva Pushover arah Y

17

MAKALAH TUGAS AKHIR

Gambar Kurva kapasitas spektrum arah Y


Berdasarkan target perpindahan arah Y
(Y) yang telah dihitung di atas, didapatkan
nilai Y = 0,4140 m. Kemudian dikontrol
terhadap hasil perhitungan pada gambar 6.4,
nilai X berada diantara step 6 dan step 7
dengan nilai masing masing sebesar 0,3578
m dan 0,4266 m. Untuk mengontrolnya, dilihat
batas yang terbesar dari kedua step tersebut
yaitu step 7 sebesar 0,4266 m.
Hasil
evaluasi
pada
step
7
memperlihatkan bahwa kinerja struktur arah Y
tidak muncul sendi plastis yang melewati batas
LS (Life Safety) seperti yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Jadi hasil evaluasi kinerja struktur
arah Y memenuhi dan keselamatan penghuni
akan terjamin pada saat gedung mengalami
gempa.
Sedangkan nilai Base Force pada step 7
yaitu sebesar 2297393 kg x 9,81 m/det2 x 85%
= 19150,27 KN < Vtx = 20030 KN (diambil
dari perhitungan Base Shear arah Y pada Bab
5). Artinya menunjukkan bahwa perilaku
struktur juga masih dalam dalam keadaan
elastis.

Gambar Kinerja struktur arah Y


pada step 7

18

MAKALAH TUGAS AKHIR

Sambungan Balok Induk Memanjang


dengan Kolom

BAB VII
PERENCANAAN SAMBUNGAN

Kolom
K 950x450x16x38

Sambungan Balok Anak dengan Balok


Induk
Balok anak
: WF 450 x 300 x 11 x 18
Balok induk
: WF 600 x 200 x 12 x 20

Pelat L70x70x7
Balok Anak Lantai
WF 450x300x11x18

100
100

Balok Induk
WF 600x200x12x20

Baut 16
35

35

60

60

60

60

35

35

T 400x400x30x50

Baut 30

Baut 22

T 400x400x30x50
Baut 30

Balok Induk
WF 600x200x12x20

Balok Induk
WF 600x200x12x20

L 100x100x10

L 100x100x10
Baut 22

40
80

Baut 16

80

Pelat L70x70x7

80
80

Balok Anak Lantai


WF 450x300x11x18

Baut 30

T 400x400x30x50
100

Balok Induk
WF 600x200x12x20

Kolom
K 950x450x16x38

80 80

100

Baut 30
T 400x400x30x50

Baut 30

Baut 30

Sambungan Balok Tangga dengan Balok


Induk
Balok tangga : WF 200 x 100 x 5,5 x 8
Balok induk
: WF 600 x 200 x 12 x 20

Sambungan Antar Kolom


Kolom King Cross : K 950 x 450 x 16 x 38
PU = Ry . fy . Af = 1140000 kg
Kolom
K 950x450x16x38

Balok Induk
WF 600x200x12x20
Profil siku
WF 60x60x6

Baut 30
Pelat 15mm
Baut 30

100

Baut D12

30
40

50

100

100
100

100

40
30

100

Pelat 15mm

100
100
50
50

100

100

100
100
100

100

100
100
100
100
50

Sambungan Balok Induk Melintang dengan


Kolom
Kolom
K 950x450x16x38

Kolom
K 950x450x16x38
T 400x400x30x50

100

100

Baut 30

Baut 22

T 400x400x30x50
Baut 30

Baut 30
Balok Induk
WF 600x200x12x20

Balok Induk
WF 600x200x12x20

L 100x100x10

L 100x100x10
Baut 22

40
80
80
80
80

100

T 400x400x30x50

80 80

100

Baut 30
T 400x400x30x50
Baut 30

BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI

Baut 30

Pondasi
gedung
rusunawa
ini
menggunakan pondasi tiang pancang produksi
PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut :
Diameter
= 600 mm
Tebal
= 100 mm
Kelas
= A1
Allowable axial
= 235,4 ton
Bending momen crack
= 17 tm
Bending momen ultimate = 25,5 tm
19

MAKALAH TUGAS AKHIR

Sehingga Pijin 1 tiang berdasarkan daya dukung


tanah adalah: Pijin 1 tiang = QL / SF = 681.5 / 3 =
227.167 ton (menentukan).
- Dari tabel spesifikasi tiang pancang yang
diproduksi PT. Wika diketahui kapasitas
tiang
pancang
tunggal
berdasarkan
kekuatan bahan adalah 235.4 ton
Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
a. Pondasi tipe 1 (P1)
Dimensi poer : 480 cm x 330 cm x 125 cm
1.50

0.90

0.90

0.90

D
arc tan
S 2 1 1
Ce 1

0
90
m n

1.50

1.50

9.30

1.50

1.50 0.90

b. Pondasi tipe 2 (P2)


Dimensi poer : 930 cm x 330 cm x 125 cm

0.90 1.50

Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal


Bila direncanakan menggunakan tiang pancang
diameter 60 cm dengan kedalaman 26 m,
diperoleh :
NS = 13,38
NP = 36,57
K = 40 t/m2
AS = ( x D) x 26 = ( x 0.6) x 26 = 49.029
m2
AP = 0.25 x x D2 = 0.25 x x 0.62 =
0.2829 m2
Maka :
QP = NP x K x AP = 36.57 x 40 x 0.2829 =
413.865 ton
QS = (Ns/3+1) x AS = (13.38/3 + 1) x 49.029
= 267.635 ton
QL = QP + QS = 413.865 + 267.635 = 681.5
ton

3.30

Perencanaan Poer
Data perencanaan poer :
Dimensi kolom (Base Plate) = 1150 x 1150
mm
Mutu beton (fc)
= 30 Mpa
Mutu baja (fy)
= 400 Mpa
Tebal poer
= 1250 mm
Diameter tulangan
= 32 mm
Selimut beton
= 50 mm
Tinggi efektif (d) :
dX = 1250 50 x 32 = 1184 mm
dY = 1250 50 32 x 32 = 1152 mm

0.90

1.50

4.80

1.50

Kontrol Geser Ponds Pada Poer

3.30

Untuk menghitung nilai efisiensi tiang


pancang kelompok dihitung berdasarkan
perumusan Converse Labarre :

Kuat geser diambil nilai terkecil dari :

2 b .d . f ' c
VC1 1 o
6
c
1
VC 2 bo .d . f ' c
3

20

MAKALAH TUGAS AKHIR

Akibat tiang pancang

9.30

1.50
0.90

1.50

1.50

0.90 1.50

1.50

4.80

1.50

1.50

0.90

0.90

1.50 0.90

a. Pondasi tipe 1 (P1)


PU = 693807,36 kg
Pmax 1 tiang = 227167 kg
tiang pancang tiap grup = 6
Dimensi poer = 4.8 x 3.3 x 1.25 m3
Akibat kolom

0.90

3.30

Penulangan Poer
a. Pondasi tipe 1 (P1)
Penulangan arah X

3.30

Akibat tiang pancang


1.50

qu

0.90

3Pu

1.50

4.80

1.50

0.90

0.90

0.90

Jadi digunakan tulangan 24D32 200 (Aspakai


= 19292.16 mm2)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 6D32 230 (Aspakai =
4823.04 mm2)

3.30

b. Pondasi tipe 2 (P2)


PU = 910310,6 kg
Pmax 1 tiang = 227167 kg
tiang pancang tiap grup = 12
Dimensi poer = 9.3 x 3.3 x 1.25 m3

Penulangan arah Y

qu

Akibat kolom

Jadi digunakan tulangan 33D32 100 (Aspakai


= 26526.72 mm2)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 7D32 200 (Aspakai =
5626.88 mm2)

0.90 1.50

1.50

1.50

9.30

1.50

1.50 0.90

2Pu

3.30

21

MAKALAH TUGAS AKHIR

b. Pondasi tipe 2 (P2)


Penulangan arah X
qu

Kolom King Cross K 950 x 450 x 16 x 38

Kolom King Cross K 950 x 450 x 16 x 38

D32-230

D32-230

12-300

D32-200

D28-200

6Pu

Jadi digunakan tulangan 47D32 200 (Aspakai


= 37780,48 mm2)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 10D32 125 (Aspakai
= 8038.4 mm2)

Gambar detail penulangan sloof

50.00

Penulangan arah Y

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1
8.00

qu

3
P2

19.00

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P2

3.00

2Pu

8.00

2Pu

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1
1

4.00

Jadi digunakan tulangan 41D32 80 (Aspakai =


32957.44 mm2)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 9D32 130 (Aspakai =
7234,56 mm2)

8.00

8.00

8.00

6.00

8.00

8.00

Gambar denah pondasi

Perencanaan Sloof
Data data perancangan :
PU = 910310,6 kg = 9103106 N
Dimensi sloof :
b = 500 mm
h = 700 mm
Ag = 350000 mm2
Selimut beton = 50 mm
Tulangan utama = D32
Tulangan sengkang = 12
Tinggi efektif (d) = 700 (50 + 12 + x 32) =
622 mm
Dari diagram interaksi yang diperoleh dari
program bantu PCACOL, diperoleh tulangan
adalah 1.06 %.
Luas tulangan perlu :
AS perlu = 500 x 700 x 0,0106 = 3675 mm2
Sehingga di pakai 6D28 (AS pakai = 3693 mm2)

22

MAKALAH TUGAS AKHIR

BAB IX
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa
yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder
terlebih dahulu seperti perhitungan tangga,
pelat lantai, dan balok anak terhadap bebanbeban yang bekerja baik beban mati, beban
hidup maupun beban terpusat.
2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama
yaitu meliputi kontrol lendutan, kontrol
penampang (local buckling), kontrol lateral
buckling dan kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom
King Cross yang meliputi kontrol
penampang, perhitungan kuat tekan aksial
kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan
kontrol kombinasi aksial dan lentur.
4. Rigid
connection
digunakan
untuk
sambungan antara balok-kolom. Simple
connection digunakan pada sambungan
balok anak dengan balok induk.
5. Dimensi dimensi dari struktur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dimensi kolom
- Profil : K 950 x 450 x 16 x 38
Profil balok induk :
WF 600 x 200 x 12 x 20
Profil balok anak
- BA1 :
WF 450 x 300 x 11 x 18
- BA2 :
WF 450 x 200 x 8 x 12
Profil balok lift
- BF 1 :
WF 400 x 200 x 7 x 11
- BF 2 :
WF 400 x 200 x 8 x 13
Profil balok tangga
- Utama :
WF 200 x 100 x 5,5 x 8
- Penumpu :
WF 250 x 125 x 6 x 9

6. Titik evaluasi kinerja atau target


displacement (), merupakan hal yang
penting untuk mengevaluasi kinerja struktur
terhadap suatu gempa rencana, menjadi
indikasi sejauh mana kondisi struktur bila
ada gempa tertentu. Dalam tugas akhir ini
metode yang digunakan dalam menentukan
displacment adalah metode koefisien
perpindahan
mengacu pada FEMA
273/356.
7. Dari hasil evaluasi, portal arah X
(memanjang) dan arah Y (melintang) sama
- sama berperilaku elastis pada gempa
rencana, tetapi perilaku pasca leleh portal
arah Y secara keseluruhan bersifat kurang
daktail dibanding portal arah X. Itu
disimpulkan berdasarkan bentuk kurva
pushover yang dihasilkan. Pada portal Y,
kurva pushover berhenti pada suatu titik
puncak setelah leleh dan mengalami fail
yang mendadak. Sedangkan kurva pushover
portal X setelah titik puncak masih mampu
menunjukkan perilaku penurunan kekuatan
yang bertahap yang diikuti deformasi yang
besar.
8. Struktur bangunan bawah menggunakan
pondasi dalam berupa tiang pancang
berdiameter 60 cm sedalam 26 meter.

9.2

Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam untuk menghasilkan perencanaan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, estetika serta kinerja struktur
yang juga penting untuk dilakukan sehingga
diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perencanaan dan apa yang sudah ditargetkan.

23

MAKALAH TUGAS AKHIR

TAMPAK SAMPING
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400

TAMPAK DEPAN
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400

24

Anda mungkin juga menyukai