BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan penduduk di Indonesia
yang semakin tak terkendali serta semakin
pesatnya alih informasi dan teknologi
menuntut dilaksanakannya pembangunan
gedung tingkat tinggi yang serba cepat dan
praktis. Pembangunan gedung baja tingkat
tinggi merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang beraneka
ragam. Hal inilah yang biasa terjadi pada kotakota metropolitan di Indonesia yang sering
menimbulkan permasalahan pokok yaitu
mengenai tempat tinggal.
Surabaya sebagai salah satu kota
metropolitan terbesar di Indonesia yang saat
ini terus berkembang pesat, tentunya hal ini
menimbulkan berbagai macam permasalahan
baru diantaranya adalah melonjaknya jumlah
penduduk yang tinggal dan bekerja sedangkan
jumlah lahan yang tersedia sedikit dan tidak
berkembang. Sehingga permasalahan pokok
yaitu mengenai kurangnya tempat tinggal
menjadi sesuatu yang hangat untuk
diperbincangkan akhir-akhir ini. Dari semua
inilah yang kemudian memacu pemerintah
Kota Surabaya untuk mengeluarkan peraturan
atau anjuran untuk meningkatkan kesadaran
dan kemauan masyarakat mengenai Vertical
Living. Dimana nantinya, pertumbuhan
perumahan tidak lagi kearah horizontal saja,
akan tetapi kearah vertikal.
Dalam perkembangan dunia konstruksi
sendiri, salah satu tahapan penting dalam
perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan.
Jenis-jenis material yang selama ini dikenal
dalam dunia konstruksi antara lain adalah baja,
beton bertulang serta kayu. Di Kota Surabaya
sendiri gedung-gedung yang menggunakan
struktur beton bertulang sudah banyak kita
jumpai. Namun bangunan yang menggunakan
struktur baja masih sangat jarang sekali
digunakan. Hal ini disebabkan karena
bangunan yang menggunakan struktur baja
akan menghabiskan biaya lebih besar terutama
dari sisi pemeliharaan. Namun walaupun
membutuhkan biaya yang lebih besar,
bangunan yang menggunakan struktur baja
Penjelasan
Tidak ada kerusakan berarti pada struktur dan non-struktur, bangunan
Operasional (Operational)
tetap berfungsi.
Tidak ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana kekuatan dan
kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa.
Penempatan Segera
Komponen non-struktur masih berada ditempatnya dan sebagaian
(Immediate Ocupancy)
besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap
berfungsi dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan.
Terjadi kerusakan komponen struktur, kekakuan berkurang, tetapi
Keselamatan Jiwa
masih mempunyai ambang yang cukup terhadap keruntuhan.
(Life Safety)
Komponen non-struktur masih ada tetapi tidak berfungsi. Dapat
dipakai lagi jika sudah dilakukan perbaikan.
Mencegah keruntuhan
(Collapse Prevention)
IO = Immediate Occupancy
LS = Life Safety
CP = Collapse Prevention
Gambar 2.1 Ilustrasi rekayasa gempa berbasis
kinerja
Gambar 2.1 diatas menjelaskan secara
kualitatif level kinerja yang digambarkan
bersama dengan suatu kurva hubungan gayaperpindahan yang menunjukkan perilaku
struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan
dari analisa statik non-linier khusus yang
dikenal sebagai analisa pushover, sehingga
disebut juga sebagai kurva pushover.
Sedangkan titik kinerja merupakan
besarnya perpindahan titik pada atap pada saat
mengalami gempa rencana, dapat dicari
menggunakan metoda yang ada. Selanjutnya
diatas kurva pushover dapat digambarkan
secara kualitatif kondisi kerusakan yang terjadi
pada level kinerja yang ditetapkan agar awam
mempunyai
bayangan
seberapa
besar
kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga
dikorelasikan dibawahnya berapa prosentase
biaya dan waktu yang diperlukan untuk
perbaikan. Informasi itu tentunya sekedar
gambaran perkiraan, meskipun demikian sudah
mencukupi untuk mengambil keputusan apa
yang sebaiknya harus dilakukan terhadap hasil
analisis bangunan tersebut.
Kinerja Batas Ultimate
Kinerja batas ultimit struktur gedung
ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar-tingkat maksimum struktur gedung
akibat pengaruh Gempa Rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan,
yaitu
untuk
membatasi
kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur gedung yang
dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
untuk
mencegah
benturan
berbahaya
antargedung atau antar bagian struktur gedung
yang dipisah dengan sela pemisah (sela
delatasi). Simpangan antar-tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan
suatu faktor pengalisebagai berikut gedung
beraturan : = 0.7 R
Untuk
gedung
tidak
beraturan
0.7 R
:=
(2.2)
Faktor Skala
di mana R adalah faktor reduksi gempa
struktur gedung tersebut dan. Untuk memenuhi
persyaratan kinerja batas ultimit, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut rumusan
diatas tidak boleh melampaui 0.02 kali tinggi
tingkat yang bersangkutan. Kriteria simpangan
ultimit tersebut selanjutnya digunakan sebagai
target perpindahan, sedangkan evaluasi kriteria
penerimaan masih mengacu pada FEMA 356
yang sudah built-in pada program komputer
ETABS v9.7.1.
Analisa Statik Non-linier (Pushover)
Analisa statik nonlinier merupakan
prosedur analisa untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa,
dikenal pula sebagai analisa pushover atau
analisa beban dorong statik. Analisa dilakukan
dengan memberikan suatu pola beban lateral
statik pada struktur, yang kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali
sampai satu target perpindahan lateral dari
suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik
tersebut adalah titik pada atap, atau lebih tepat
lagi adalah pusat massa atap.
Analisa pushover menghasilkan kurva
pushover (Gambar 2.1), kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser
dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada
atap (D). Pada proses pushover, struktur
didorong sampai mengalami leleh disatu atau
lebih lokasi di struktur tersebut.
5
BAB III
METODOLOGI
Bagan Alir Tugas Akhir
Gambar Variasi pola distribusi pembebanan
lateral
(FEMA 274)
Beban lateral harus diberikan pada
model struktur dalam proporsi yang sama
dengan distribusi gaya inersia sebidang dengan
diaphragma lantai. Untuk keseluruhan analisis
sedikitnya dua pola beban lateral harus
diberikan yaitu :
Sama
dengan
pola
ragam
fundamental pada arah yang ditinjau
bilamana sedikitnya 75% massa
dapat diantisipasi pada ragam
tersebut.
Pola kedua adalah distribusi merata
sesuai dengan proporsi total massa
pada lantai.
Pengumpulan Data
1. Data umum bangunan
2. Data tanah
S tudi Literatur
Buku dan peraturan-peraturan yang berlaku
Preliminery Desain
NOT OK
Pembebanan
1. Beban mati
2. Beban hidup
3. Beban angin
4. Beban gempa
Pemodelan dan Analisa S truktur
Kontrol Desain
OK
Evaluasi Kinerja S truktur
Perencanaan Pondasi
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER
Pelat Atap ( lantai 15 )
tulangan negatif
10 - 250
pelat bondek
90 mm
balok
balok
Merk
Kecepatan
: 90 m/min
Kapasitas
: (1000 kg)
Lebar pintu
: 900 mm
Dimensi sangkar :
eksternal 1660 x 1705 mm2
internal 1600 x 1550 mm2
Dimensi ruang luncur : 4200 x 2200 mm2
9
900
1705
1660
LIFT
LIFT
2050
Balok Anak
2200
Perencanaan Tangga
Data - data perencanaan tangga :
Mutu baja (BJ 41)
: fy = 2500 kg/cm2
Tinggi per lantai
: 380 cm
Tinggi bordes : 190 cm
Panjang bordes : 600 cm
Lebar bordes : 150 cm
Panjang tangga : 250 cm
Lebar tangga : 200 cm
Tebal pelat anak tangga : 3 mm
Lebar injakan (i)
: 30 cm
Tinggi injakan (t)
: 17,5 cm
4200
65 30
17,5 cm
2
190
Jumlah tanjakan =
11 buah
17,5
Tinggi injakan (t) =
190
0
32,35 ....... Ok
30 x10
arc tg
10
A
Balok tumpuan tangga
Balok utama
tangga
BAB V
PEMBEBANAN DAN ANALISA
STRUKTUR PRIMER
150
Bordes
250
800
VOID
200
200
Tinggi
Hx (m)
57
53.2
49.4
45.6
41.8
38
34.2
30.4
26.6
22.8
19
15.2
11.4
7.6
3.8
Lantai
200
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Balok induk
Balok induk
600
+ 1.90
0.00
250
150
Menentukan
Bangunan (ed)
Berat
(Kg)
512528.72
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
1007547.34
843651.34
14454295.48
Eksentrisitas
Massa
(KN)
5125.29
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
10075.47
8436.51
144542.95
Rencana
e
0.843
0.737
0.721
0.727
0.726
0.726
0.733
0.727
0.728
0.728
0.729
0.73
0.73
0.731
0.733
b
(1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b
(arah x)
50
3.76
1.66
50
3.61
1.76
50
3.58
1.78
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.60
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.59
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77
50
3.60
1.77
edx
3.76
3.61
3.58
3.59
3.59
3.59
3.60
3.59
3.59
3.59
3.59
3.60
3.60
3.60
3.60
11
Tabel Perhitungan
struktur
e
0.019
0.05
0.031
0.022
0.025
0.025
0.033
0.024
0.023
0.023
0.022
0.021
0.019
0.016
0.013
b
(1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b
(arah y)
19
0.98
0.93
19
1.03
0.90
19
1.00
0.92
19
0.98
0.93
19
0.99
0.93
19
0.99
0.93
19
1.00
0.92
19
0.99
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.98
0.93
19
0.97
0.93
19
0.97
0.94
edy
0.98
1.03
1.00
0.98
0.99
0.99
1.00
0.99
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.97
0.97
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Period
2.6932
2.4432
2.1015
0.9595
0.9168
0.8713
0.5028
0.4935
0.4598
0.3174
0.3144
0.2907
0.2184
0.2176
0.2002
UX
0.0015
77.195
0.0894
0.0005
10.4096
0.0057
0.0012
4.1697
0.0011
0.0024
2.4167
0.0005
0.0075
1.5898
0.0002
periode
UY
72.7814
0.0097
3.1842
10.9042
0.0015
0.5409
4.0817
0.0017
0.2392
2.3424
0.0029
0.1413
1.5223
0.0077
0.0945
fundamental
SumUX
0.0015
77.1965
77.2859
77.2863
87.6959
87.7016
87.7028
91.8724
91.8735
91.8760
94.2927
94.2932
94.3007
95.8905
95.8907
SumUY
72.7814
72.7911
75.9752
86.8795
86.8810
87.4219
91.5036
91.5054
91.7445
94.0869
94.0898
94.2311
95.7535
95.7612
95.8557
12
Spectra
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
EY
VX
0,78.1.141796638,7
13825,17 KN
8.1000
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dir
F2
U1
11446.21
U1
1.63
U1
554.94
U1
4421.94
U1
0.61
U1
219.34
U1
1655.25
U1
0.70
U1
96.99
U1
949.90
U1
1.18
U1
57.31
U1
586.72
U1
2.98
U1
34.27
Total (KN) 20030
0,85 . VX = 11751,4 KN
0,85 . VY = 11751,4 KN
Spectra
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EX
Mode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Dir
F1
U1
0.24
U1
12960.74
U1
15.58
U1
0.19
U1
4221.36
U1
2.29
U1
0.48
U1
1690.91
U1
0.45
U1
0.99
U1
980.03
U1
0.19
U1
2.90
U1
611.26
U1
0.06
Total (KN) 20487.68
0,85 .
0,78.1.141796638,7
VY
13825,17 KN
8.1000
>
0,85 . VX =
11751,4 KN . . . Ok
Lantai
hi (m)
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
Ket.
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
13
hi (m)
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
h 522
43,5
tw 12
1100 1100
69,57
250
fy
h
Jadi
tw
1100
fy
geser plastis
Sayap :
bf
2t f
Ket.
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
Ok
201
5,025
2 x 20
170
10,75
250
Badan :
h 522
43,5
tw 12
1680
p
106,25
250
b
Jadi
2t
dan
.....
Penampang Kompak
L LB
M n Cb M R M P M R R
LR LP
Kontrol Lendutan
d.
Lendutan ijin :
f'
L
800
2,22 cm
360 360
14
Perencanaan Kolom
PU = 970678 kg
MUX = 112554 kgm
MUY = 92798 kgm
H = 3,80 m
Kolom utama menggunakan
Profil K 950 x 450 x 16 x 38
a. Kontrol Penampang
Sayap :
bf
2t f
I XC
2858312 / 380
G A Lc
12,5
I Xb
290400 / 500
Lb
450
5,29
2 x38
GB = 1
Diperoleh : Kc = 0,87 ( tidak begoyang)
170
10,75
250
Kc = 1,95 ( bergoyang )
Terhadap Sumbu Y :
Bagian dasar kolom diasumsikan jepit,
sehingga GB = 1
Badan :
h 818
51,125
tw 16
1680
p
106,25
250
b
Jadi
2t
dan
I YC
2888462 / 380
G A Lc
13
I Xb
290400 / 500
Lb
bx
= fy x ZX
Sumbu Y :
MY
= SY x fy
Mny
= fy x ZY
Cm
1
NU
1
N
crbx
Cm 0,6 0,4
Cm 0,6 0,4
Mny 1,5 My
M1
M2
37055,74
0,47
112554
Terhadap sumbu Y :
Cm
1
NU
1
N
crby
E
2 x10 6
1,76 .30,36
1511,33 cm
M
fy
2500
Cm 0,6 0,4 1
M2
LP 1,76 .i y
Penampang Kompak
Mnx
GB = 1
by
. . . . . bentang
Cm 0,6 0,4
40842,81
0,42
92798
15
PU
970678
0,48 0,2
.Pn 2023369,56
PU
8 M M
UX UY 1,0
.Pn 9 .M nx .M ny
970678
8 115336,4 104955
1,0
2023369,56 9 507465 516150
= 0,863 1,0
. . . . . Ok
BAB VI
EVALUASI KINERJA DENGAN
METODE
ANALISIS PUSHOVER
Implementasi Metode Koefisien
Perpindahan
Arah X (portal arah memanjang)
Te = 2,567 detik ; lebih besar dari 1 detik
maka C1 = 1
C0 = 1,5 (Tabel 3.2 FEMA 356 untuk
bangunan lebih dari 10 lantai)
C2 = 1,1 (Tabel 3.3 FEMA 356 untuk
bangunan sebagai rangka type 1 dan
level kinerja yang dipilih adalah LS
(Life Safety).
C3 = 1 (Perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = 0,144 (didapat dari ETABS)
g = 9,81 m/det2
Maka untuk mencari menggunakan rumus
berikut :
2
Te
.g
2
= C0.C1.C2.C3.Sa.
2,567
2
X
= 0,397 m
16
Hasil
evaluasi
pada
step
7
memperlihatkan bahwa kinerja struktur arah X
tidak muncul sendi plastis yang melewati batas
LS (Life Safety) seperti yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Jadi hasil evaluasi kinerja struktur
arah X memenuhi dan keselamatan penghuni
akan terjamin pada saat gedung mengalami
gempa.
Sedangkan nilai Base Force pada step
7 yaitu sebesar 2372244,25 kg x 9,81 m/det2 x
85% = 19774,20 KN < Vtx = 20487,68 KN
(diambil dari perhitungan Base Shear arah X
pada Bab 5). Artinya menunjukkan bahwa
perilaku struktur juga masih dalam keadaan
elastis.
Te
= C0.C1.C2.C3.Sa.
.g
2
2,567
2
X
= 0,4140 m
17
18
BAB VII
PERENCANAAN SAMBUNGAN
Kolom
K 950x450x16x38
Pelat L70x70x7
Balok Anak Lantai
WF 450x300x11x18
100
100
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Baut 16
35
35
60
60
60
60
35
35
T 400x400x30x50
Baut 30
Baut 22
T 400x400x30x50
Baut 30
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Balok Induk
WF 600x200x12x20
L 100x100x10
L 100x100x10
Baut 22
40
80
Baut 16
80
Pelat L70x70x7
80
80
Baut 30
T 400x400x30x50
100
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Kolom
K 950x450x16x38
80 80
100
Baut 30
T 400x400x30x50
Baut 30
Baut 30
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Profil siku
WF 60x60x6
Baut 30
Pelat 15mm
Baut 30
100
Baut D12
30
40
50
100
100
100
100
40
30
100
Pelat 15mm
100
100
50
50
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
Kolom
K 950x450x16x38
T 400x400x30x50
100
100
Baut 30
Baut 22
T 400x400x30x50
Baut 30
Baut 30
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Balok Induk
WF 600x200x12x20
L 100x100x10
L 100x100x10
Baut 22
40
80
80
80
80
100
T 400x400x30x50
80 80
100
Baut 30
T 400x400x30x50
Baut 30
BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI
Baut 30
Pondasi
gedung
rusunawa
ini
menggunakan pondasi tiang pancang produksi
PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut :
Diameter
= 600 mm
Tebal
= 100 mm
Kelas
= A1
Allowable axial
= 235,4 ton
Bending momen crack
= 17 tm
Bending momen ultimate = 25,5 tm
19
0.90
0.90
0.90
D
arc tan
S 2 1 1
Ce 1
0
90
m n
1.50
1.50
9.30
1.50
1.50 0.90
0.90 1.50
3.30
Perencanaan Poer
Data perencanaan poer :
Dimensi kolom (Base Plate) = 1150 x 1150
mm
Mutu beton (fc)
= 30 Mpa
Mutu baja (fy)
= 400 Mpa
Tebal poer
= 1250 mm
Diameter tulangan
= 32 mm
Selimut beton
= 50 mm
Tinggi efektif (d) :
dX = 1250 50 x 32 = 1184 mm
dY = 1250 50 32 x 32 = 1152 mm
0.90
1.50
4.80
1.50
3.30
2 b .d . f ' c
VC1 1 o
6
c
1
VC 2 bo .d . f ' c
3
20
9.30
1.50
0.90
1.50
1.50
0.90 1.50
1.50
4.80
1.50
1.50
0.90
0.90
1.50 0.90
0.90
3.30
Penulangan Poer
a. Pondasi tipe 1 (P1)
Penulangan arah X
3.30
qu
0.90
3Pu
1.50
4.80
1.50
0.90
0.90
0.90
3.30
Penulangan arah Y
qu
Akibat kolom
0.90 1.50
1.50
1.50
9.30
1.50
1.50 0.90
2Pu
3.30
21
D32-230
D32-230
12-300
D32-200
D28-200
6Pu
50.00
Penulangan arah Y
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
8.00
qu
3
P2
19.00
P2
P2
P2
P2
P2
P2
P2
3.00
2Pu
8.00
2Pu
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
1
4.00
8.00
8.00
8.00
6.00
8.00
8.00
Perencanaan Sloof
Data data perancangan :
PU = 910310,6 kg = 9103106 N
Dimensi sloof :
b = 500 mm
h = 700 mm
Ag = 350000 mm2
Selimut beton = 50 mm
Tulangan utama = D32
Tulangan sengkang = 12
Tinggi efektif (d) = 700 (50 + 12 + x 32) =
622 mm
Dari diagram interaksi yang diperoleh dari
program bantu PCACOL, diperoleh tulangan
adalah 1.06 %.
Luas tulangan perlu :
AS perlu = 500 x 700 x 0,0106 = 3675 mm2
Sehingga di pakai 6D28 (AS pakai = 3693 mm2)
22
BAB IX
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa
yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder
terlebih dahulu seperti perhitungan tangga,
pelat lantai, dan balok anak terhadap bebanbeban yang bekerja baik beban mati, beban
hidup maupun beban terpusat.
2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama
yaitu meliputi kontrol lendutan, kontrol
penampang (local buckling), kontrol lateral
buckling dan kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom
King Cross yang meliputi kontrol
penampang, perhitungan kuat tekan aksial
kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan
kontrol kombinasi aksial dan lentur.
4. Rigid
connection
digunakan
untuk
sambungan antara balok-kolom. Simple
connection digunakan pada sambungan
balok anak dengan balok induk.
5. Dimensi dimensi dari struktur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dimensi kolom
- Profil : K 950 x 450 x 16 x 38
Profil balok induk :
WF 600 x 200 x 12 x 20
Profil balok anak
- BA1 :
WF 450 x 300 x 11 x 18
- BA2 :
WF 450 x 200 x 8 x 12
Profil balok lift
- BF 1 :
WF 400 x 200 x 7 x 11
- BF 2 :
WF 400 x 200 x 8 x 13
Profil balok tangga
- Utama :
WF 200 x 100 x 5,5 x 8
- Penumpu :
WF 250 x 125 x 6 x 9
9.2
Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam untuk menghasilkan perencanaan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, estetika serta kinerja struktur
yang juga penting untuk dilakukan sehingga
diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perencanaan dan apa yang sudah ditargetkan.
23
TAMPAK SAMPING
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400
TAMPAK DEPAN
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400
24