Outline
Outline
asam
amino sehingga belut menjadi sumber protein hewani yang baik (Alit, 2009). Belut
merupakan jenis komoditi perikanan yang mudah dibudidayakan, baik di media
lumpur maupun di media air (Manurung et al., 2015). Menurut Fujiani (2015), belut
adalah hewan karnivor yang membutuhkan pakan yang mengandung protein 60-70
%, sehingga dalam usaha budidaya belut hal yang perlu diperhatikan yaitu pakan.
Pemberian pakan yang sesuai akan memacu pertumbuhan belut sehingga produksinya
dapat meningkat.
Cacing tanah salah satu contoh pakan yang dapat dijadikan sebagai sumber
protein. Cacing tanah mengandung protein 64-76%, pembiakannya pun tergolong
mudah, sehingga cocok dijadikan pakan belut. Pelet apung dan pelet tenggelam
merupakan pakan buatan untuk ikan yang sudah banyak diperjual belikan di pasaran.
Pelet sangat mudah didapat namun untuk penyediaan pakan menghabiskan biaya
40-50% dari biaya produksi (Fujiani et al., 2015). Berdasarkan hal diatas, peneliti
melakukan percobaan Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Buatan Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Belut (Monopterus albus). Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui serta mengkaji jenis pakan yang terbaik untuk
pertumbuhan dan kelulushidupan belut (Monopterus albus).
pengambilan data 10 hari sekali sedangkan pengukuran kualitas air berupa suhu,
DO, dan pH dilakukan setiap 1 minggu sekali pada pagi hari dan sore hari. Data
akan dianalisa dengan analisis varian (ANOVA) bila ditemukan perbedaan signifikan
maka dilanjutkan dengan uji Duncans.
Pengumpulan Data
Variabel yang diukur meliputi: Tingkat konsumsi pakan (TKP), efisiensi
pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER), laju pertumbuhan relatif
(RGR), kelulushidupan (SR). Data kualitas yang diambil meliputi suhu, oksigen
terlarut dan pH.
a. Total Konsumsi Pakan (TKP)
Total konsumsi pakan dihitung dengan rumus yaitu:
TKP = Pakan yang diberikan Sisa pakan
b. Efisiensi pemanfaatan pakan (EPP)
Menurut Tacon (1987), efisiensi pemanfaatan pakan adalah perbandingan
antara pertambahan bobot biomassa yang diperoleh dengan jumlah bobot pakan
yang dikonsumsi. Perhitungan efisiensi pemanfaatan pakan:
EPP =
Wt - W0
100 %
F
Dimana:
EPP = Efisiensi pemberian pakan (%)
Wt
= Bobot hewan uji pada akhir penelitian (g)
W0
= Bobot hewan uji pada awal penelitian (g)
F
= Jumlah pakan ikan yang diberikan selama penelitian (g)
c. Protein Efisiensi Rasio (PER)
Rumus Protein Efisiensi Rasio dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Tacon (1987):
PER
Wt Wo
Pi
x 100%
Dimana:
PER
Wt
Wo
= Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g)
Pi
= Bobot protein yang dikonsumsi (g)
d. Laju Pertumbuhan Relatif (RGR)
Laju Pertumbuhan Relatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Zonneveld et al. (1991):
RGR =
Wt Wo
W 0 xt
x 100%
Dimana:
RGR = Laju Pertumbuhan Individu (%/hari)
Wt
= Bobot rata rata ikan uji pada akhir penelitian (g)
Wo
= Bobot rata rata ikan uji pada awal penelitian (g)
t
= Lama pengamatan (hari)
e. Kelulushidupan (SR)
Kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus Effendie
SR =
Dimana:
SR
Nt
N0
(1997),
yaitu:
Nt
100 %
N0
= Kelulushidupan (%)
= Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
= Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
DAFTAR PUSTAKA
Alit, I.G.K. 2009. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertambahan Berat dan
Panjang Badan Belut Sawah. Jurnal Biologi XIII (1): 25 28 (ISSN
14105292).