Oleh :
KELOMPOK X
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I
PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI YANG TERKAIT
DENGAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER, SURABAYA DAN
PASURUAN
Oleh :
KELOMPOK X
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Arizky Setiawan
: Dyas Indraswari H
: 1. Shinta Umi A
2. Ulfa M
3. Holifatul Laili
4. Qurrotul Ainy
5. Fitria Nur Indahsari
6. Diah Ayu Rahmawati
7. Rina Dwi Anjani
8. Fadhlullah H
9. Wahyu Sri P
10. Laila Khifdiyah D Y
11. Hilmi Muhyidin A
(NIM. 122110101120)
(NIM. 122110101041)
(NIM. 112110101131)
(NIM. 122110101028)
(NIM. 122110101032)
(NIM. 122110101071)
(NIM. 122110101121)
(NIM. 122110101127)
(NIM. 122110101131)
(NIM. 122110101166)
(NIM. 122110101167)
(NIM. 122110101174)
(NIM. 122110101207)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I
PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI YANG TERKAIT
DENGAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER, SURABAYA DAN
PASURUAN
Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Pembantu Dekan 1
Dosen Pembimbing
(PIER)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL
I) yang diadakan di instansi kesehatan dan instansi yang terkait dengan kesehatan di
Kabupaten Jember dan Kota Surabaya, yang terdiri dari Rumah Sakit Jember Klink
Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan Pasuruan Industrial
Estate Rembang (PIER). Dalam Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) ini kami
dapat mengenal profil, struktur organisasi, program kerja, unit pelayanan, serta
pelaksanaan program yang terdapat di instansi kesehatan dan instansi yang terkait
dengan kesehatan. Kegiatan PBL I ini sangat bermanfaat bagi kami yaitu dapat
menambah pengetahuan mengenai instansi kesehatan dan instansi yang terkait dengan
kesehatan serta memperoleh informasi-informasi baru mengenai kesehatan.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kegiatan PBL I ini:
1.
Drs. Husni Abdul Gani. M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
2.
Universitas Jember
Abu Khoiri. S.KM., M.Kes. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan
3.
4.
5.
6.
P. S.KM., M.Kes.
Dosen Pembimbing Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) Dr. Isa
7.
8.
9.
10.
iv
Demikian laporan ini telah kami susun dan tidak menutup kemungkinan adanya
kekurangan karena keterbatasan kami. Untuk itu, kritik dan saran selalu kami tunggu
guna kesempurnaan laporan ini.
Kelompok X
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................5
DAFTAR TABEL.......................................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................11
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................12
1.1 Latar Belakang...................................................................................................12
1.2 Tujuan..................................................................................................................14
1.3 Manfaat.................................................................................................................15
BAB 2. HASIL KEGIATAN......................................................................................17
2.1 Profil Jember Klinik...........................................................................................17
2.1.1 Sejarah Jember Klinik.................................................................17
2.1.2 Jejak Langkah Jember Klinik........................................................18
2.1.3 Identitas Jember Klinik................................................................19
2.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RS Jember Klinik.........................................20
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1. PENDAHULUAN
10
masyarakat.
Melalui
kunjungan
tersebut,
diharapkan
mahasiswa
11
b.
12
3) Pelaksanaan program kerja pada seksi gizi pada bidang PPKM instansi
c.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
a. Sebagai sarana pengenalan mahasiswa terhadap instansi kesehatan dan
b.
c.
d.
selama perkuliahan.
Melatih mahasiswa agar mepersiapkan diri di dunia kerja.
c.
13
d.
e.
a.3.3
Bagi Instansi
a. Dapat memberi masukan pada manajemen khususnya pengembangan
b.
c.
d.
14
15
Nusantara X (Persero) yang membawahi 3 (tiga) Rumah Sakit (RS GatoelMojokerto, RS Toeloengredjo-Pare-Kediri, dan Rumah Sakit Perkebunan-Jember),
telah resmi menjadi Anak Perusahaan PTPN X (Persero) dengan nama PT. Nusantara
Medika Utama.
2.1.2 Jejak Langkah Jember Klinik
a.
Tahun 1910
Berdiri dengan sebutan Djemberscheklinik merupakan pusat pengobatan
karyawan dari sebuah perusahaan perkebunan milik Belanda yang bernama
hingga menjadi Unit Kesehatan PTP XXVII dengan nama Jember Klinik.
Tahun 1996
Pada tanggal 14 Februari 1996, beberapa elemen dari PT. Perkebunan
Nusantara yakni PTP XXVII, PTP XIX dan PTP XXI-XXII melakukan fusi.
Peleburan ini pada nantinya akan mengelola lebih dari satu komoditas yang
secara tata niaga digabung dalam naungan PTPN X. Ini sebagaimana yang
Oktober 2003.
Tahun 2013 ( Peristiwa Penting )
16
Madya ( C )
Status Kepemilikan
Surat Ijin RS
188.45/320/012/2012
Tanggal
Oleh
Bupati Jember
Sifat
Tetap
Akreditasi
17
Senyum
Sapa
Salam
Sayang
Santun
Cepat
Cekatan
Cerdas
Cermat
Citra
18
19
4. PKMRS/penyuluhan kesehatan
5. Home Visite
7. Home Care
8. Layanan Lingkungan
9. Limbah cair IPAL
10. Limbah padat Incenerator
c. Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Umum
2. Poli Gigi
3. Poli Akupuntur
4. Poli Tumbuh Kembang Anak
5. Poli Laktasi
6. Poli Alergi
7. UGD
8. Haemodialisa
9. Klinik bedah plastik
10. Poli Gizi
20
d. Poli Spesialis
1. Spesialis Penyakit Dalam
2. Spesialis Anak
3. Spesialis Kandungan
4. Spesialis Syaraf
5. Spesialis Mata
6. Spesialis THT
rahang
e. Layanan Penunjang
1. Laboratorium (24 jam)
2. Radiologi (24 jam):
a) CT-Scan
b) C-Arm
c) USG 4 Dimensi
d) C-R
3. Fisioterapi
a) Pijat Bayi
b) Baby Spa
4. Apotik (24 jam)
5. Konsultasi Gizi
6. Kamar Operasi (24 jam)
21
melakukan deteksi dini tumbuh kembang ini maka digunakan beberapa piranti
skrining melalui wawancara, observasi dan pengukuran.
Anak yang dapat melakukan kontultasi di poli tumbuh kembang anak berusia 5-6
tahun. Karakteristik anak usia 5-6 tahun menurut Syamsuar Mochthar antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
perkembangan bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga
merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa. Dengan koordinasi gerakan
yang baik anak mampu menggerakan mata dan tangan untuk mewujudkan
imajinasinya kedalam bentuk gambar, sehingga penggunaan gambar karya anak dapat
membantu meningkatkan kemampuan bicara anak.
a. Tahap perkembangan anak usia 5-6 tahun
1. Perkembangan fisik
Anak usia 5-6 tahun memiliki banyak tenaga untuk melakukan
kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan
gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan
tangan sudah berkembang dengan baik. Anak sudah dapat menggunakan
tanganya untuk menggoreskan pensil atau krayon sehingga anak dapat
membuat gambar yang diinginkanya. Gambar karya anak tersebut akan
digunakan dalam rangka peningkatan kemampuan bicara anak
2. Perkembangan kognitif
Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini
anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas. Anak mulai mengenali
beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa
22
23
d) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah
mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.
e) Dapat melucu atau membuat lelucon
b. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Tumbuh Kembang Anak
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Berbicara merupakan titik sentral penting, bagi seluruh perkembangan anak.
Keterlambatan bicara sering terjadi pada anak. Hal tersebut terjadi karena adanya
keterlambatan manuritas (kematangan) dari proses saraf pusat yang diperlukan,
dalam memproduksi kemampuan berbicara. Kurangnya stimulasi juga bisa
menjadi penyebab gangguan ini, dan jika tidak segera ditangani gangguan ini bisa
menetap.
Menurut beberapa penelitian, penyebab gangguan berbicara terjadi karena
adanya gangguan hemisfer dominant. Gangguan ini mengarah ke otak bagian kiri.
Beberapa ada juga yang ditemukan di otak sebelah kanan, korpus kalosum, dan
lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Gangguan bicara sering terjadi
pada anak laki-laki dan biasanya ringan. Umumnya, kemampuan berbicara akan
terlihat baik saat umur 2 tahun.
2. Cerebral Palsy (CP)
Cerebal palsy merupakan
kondisi
yang
menyerang
pusat
kendali
24
25
26
termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang
tidak mendukung untuk hidup sehat.
b. Misi
Berdasarkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi, maka misi pembangunan
kesehatan di Jawa Timur adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
1) Perda Prov. Jatim No. 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jawa Timur
2) Pergub Jatim No. 79 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub
Bagian dan Seksi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Pergub Jatim No. 118 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
c. Struktur Organisasi
27
d. Tujuan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan misinya menetapkan
tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
maka ditetapkan tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat,
pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
2)
Untuk
mewujudkan
misi
28
Untuk
mewujudkan
misi
Untuk
mewujudkan
misi
Untuk
mewujudkan
misi
29
b)
b)
c)
d)
a)
b)
rangka mewujudkan
misi
Meningkatkan
dan mendayagunakan
30
di
rumah
sakit,
balai
kesehatan,
puskesmas
dan
jaringannya
serta
Untuk
mewujudkan tujuan Mewujudkan mutu lingkungan
keberhasilan
pencapaian sasaran:
a) Minimal 70% Kabupaten/Kota mempunyai akses sanitasi dasar memenuhi
syarat.
b) Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
memenuhi
syarat.
d) Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
pengelolaan
31
Untuk
mewujudkan tujuan Memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar
mampu menumbuhkan
(UKBM), maka
membentuk dan
Untuk
mewujudkan tujuan Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan
32
25%
Kabupaten/Kota
melakukan
pelayanan
konseling
33
keuangan
di
dengan
34
Sakit
Kabupaten/Kota
mampu
dalam
35
3.
4.
gizi).
100% Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans dan audit KLB gizi
5.
buruk.
100% petugas pelaksana gizi mampu melaksanakan penanganan gizi
Menjamin
ketersediaan,
pemerataan,
3.
4.
5.
6.
7.
rasional
Minimal 85 % sarana produksi dan distribusi obat, alat kesehatan
(ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan kosmetika
menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar
36
8.
9.
psikotropika.
10. Minimal 45% Sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar.
11. Minimal 60% permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi obat
tradisional dan kosmetika terlayani sesuai standar.
12. Minimal 40% dari kebutuhan tersedia buffer bahan kimia dan
laboratorium.
13. Minimal 70% Industri Makanan Rumah Tangga yang diawasi tidak
menggunakan bahan tambahan yang dilarang untuk makanan.
14. Minimal 70% tanaman obat asli Indonesia di UPT Materia Medica Batu
dapat dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan kesehatan.
g. Untuk mewujudkan tujuan Mengembangkan kebijakan, sistem pembiayaan
dan manajemen pembangunan kesehatan, maka ditetapkan sasaran:
Mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi
kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan, dengan
indikator keberhasilan sasaran:
1. 100% standar tentang pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
prioritas kesehatan tersusun.
2. 100% Laporan Hasil Pemeriksaan ditindaklanjuti tepat waktu.
3. Minimal 75% pengelolaan administrasi keuangan sesuai dengan SAI
(Sistem Akuntansi Instansi).
4. 100% dokumen perencanaan dan anggaran tersusun sesuai standar.
5. 100% Kerjasama antar daerah dan luar negeri terdokumentasi.
6. Termanfaatkannya aplikasi e-reporting (pelaporan elektronik) di 38
Kabupaten/Kota.
7. Tersusunnya profil kesehatan Jawa Timur sesuai standar.
8. Terdokumentasinya laporan pencapaian SPM bidang
Kabupaten/Kota.
kesehatan
37
20/100.000 penduduk.
Minimal 60% Kabupaten/Kota dengan angka kematian DBD maksimal
3.
1%.
Minimal
50
Kabupaten/Kota
yang
melaksanakan
program
program.
Minimal 80% korban akibat bencana skala provinsi tertangani sesuai
5.
standar.
Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan program pengendalian
6.
7.
8.
yang
melaksanakan
program
38
9.
10.
11.
12.
13.
14.
sesuai standar.
15. Minimal 80% Kabupaten/Kota melaksanakan program pelayanan
kesehatan haji sesuai standar.
16. Minimal 70 % Kabupaten/Kota mencapai 90 % penderita kusta telah
menyelesaikan pengobatan sesuai standar.
17. 100% Kabupaten/Kota mencapai angka keberhasilan pengobatan TB
minimal 90%.
18. Minimal 70 % Kabupaten/Kota memiliki layanan komprehensif
HIV/AIDS.
19. Minimal 70% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program malaria
mampu mencapai API (Annual Parasite Index malaria ) 1.
20. 100% Kabupaten/Kota yang ditemukan penderita pes telah melaksanakan
program pemberantasan pes mencapai indikator utama.
i. Untuk mewujudkan tujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran
tenaga kesehatan sesuai standar, maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan
jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, dengan
indikator keberhasilan sasaran:
1. Minimal 80% RSU Kelas C mempunyai spesialis obgyn, anak, interna,
2.
3.
sertifikat.
Minimal 10% Puskesmas memiliki jadwal kunjungan dokter spesialis
4.
5.
6.
39
7.
8.
9.
Strategi
Strategi pencapaian tujuan dan sa saran adalah merupakan strategiorganisasi,
yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berisi rencana menyeluruh dan
terpadu mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara operasional dengan
memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai satu cara untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran, maka strategi yang ditetapkan terdiri atas :
1) Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM
3) Penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatan sistem surveilans
4)
5)
6)
7)
g.
40
sekolah
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
(4)
berencana
Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di
(5)
(6)
(7)
(8)
perawat.
(9) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Madiun
(10) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Pamekasan
41
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
lainnya
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi
Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi
Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan masalah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
gizi
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatan indikatif:
Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(4)
(5)
c)
d)
lainnya (Napza)
(6) Pengembangan Tanaman Obat dan Peningkatan Promosi
(7) Pemanfaatan Obat Bahan Alam Indonesia
(8) Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium
(9) Peningkatan Mutu Makanan dan Minuman
(10) Peningkatan dan Pengembangan UPT Materia Medika Batu
e) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan,
dengan
kegiatan indikatif :
(1) Pengembangan dan fasilitasi program kesehatan
(2) Pengembangan manajemen perencanaan bidang kesehatan
(3) Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang
(4)
(5)
kesehatan
Pengembangan sistem informasi kesehatan
Pengembangan kajian/penelitian program kesehatan
42
3)
4)
sumberdaya
mempunyai
tugas
merencanakan,
melaksanakan,
43
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10) Pelaksanaan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Sekretariat memiliki 3 sub bagian dan masing-masing sub bagian dipimpin oleh
Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian secretariat terdiri dari :
1) Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas :
a) Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat-surat,
b)
c)
d)
e)
44
Sub
Bagian
Penyusunan
Program
a) Menyiapkan bahan perencanaan sistem penganggaran dan kebijakan
pembangunan kesehatan
b) Melaksanakan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis, prosedur tetap
mengenai sistem penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan
c) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan sistem
penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan
d) Melaksanakan fasilitasi sistem penganggaran
e)
dan
kebijakan
pembangunan kesehatan
Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
f)
g)
pembangunan kesehatan
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
3)
b)
c)
d)
45
46
47
bahan
Perencanaan
Program
dan
kebijaksanaan
teknis
operasional pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan usia lanjut,
kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga Berencana
b) Menyiapkan bahan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, prosedur
tetap, manual pelaksanaan mengenai kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja
dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
c) Menyiapkan bahan penyusunan, menjabarkan dansosialisasi, standard
pelayanan dan pengelolaan program kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja
dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
d) Menyiapkan bahan penerbitan rekomendasi perizinan kesehatan keluarga
e) Melaksanakan pembinaan, pemantauan dan pengendalian penerapan
kebijakan, pelaksanaan pedoman, standart dan pengelolaan program
kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan usia lanjut, kesehatan reproduksi
serta teknis medis pelayanan Keluarga Berencana
f) Melaksanakan fasilitasi program kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan
usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
g) Menyiapkan bahan koordinasi dan sinkronisasi dengan lintas program, lintas
sektor, organisasi profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya
masyarakat
48
2)
penyehatan lingkungan
Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur
tetap program pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah
3)
4)
bencana
Penilaian cepat kesehatan (rapid healt assesment) dan melakukan tindakan
darurat di bidang Pencegahan Pemberantasan penyakit, masalah kesehatan dan
5)
penyehatan lingkungan
Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program pencegahan,
pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan
6)
penyehatan lingkungan
Pelaksanaan fasilitasi program pencegahan, pengamatan, pemberantasan
7)
49
pencegahan,
8)
9)
pengamatan,
pemberantasan
penyakit,
masalah
kesehatan,
fasilitasi
program
pemberantasan
penyakit
dan
50
51
b.
c.
pengamanan limbah
Melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
d.
e.
f.
d.
g.
h.
52
Seksi
Perencanaan
kesehatan
asing
dan
53
distribusi,
pendayagunaan,
54
55
56
Seksi Gizi
Seksi Gizi, mempunyai tugas:
a) Menyiapkan bahan perencanaan program gizi masyarakat
b) Menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis serta
prosedur tetap pelayanan program gizi masyarakat
c) Menyelenggarakan sistem kewaspadaan dini terhadap gizi masyarakat
d) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
program gizi masyarakat
e) Menyiapkan bahan fasilitasi program gizi masyarakat
f) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program dan gizi masyarakat
g) Menyiapkan bahan evaluasi program gizi masyarakat
h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang
57
Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan salah satu jenis gangguan
kekurangan zat gizi, terutama zat gizi makro yang dapat memberikan gambaran
tentang status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat, pada umumnya dapat dilihat
dari status gizi balita. KEP merupakan kondisi tubuh yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi
kecukupan yang dianjurkan.
(b) Prevalensi Kejadian Kurang Energi dan Protein (KEP)
58
prevalensi gizi buruk di Jawa Timur sudah cukup aman (1,15%). Akan tetapi harus
ditekankan bahwa semua kabupaten/kota yang ada harus tetap waspada dan terus
mempertahankan agar prevalensi gizi buruknya tidak naik bahkan diupayakan agar
semaksimal mungkin untuk berupaya menguranginya Data tersebut diperoleh dari
laporan masyarakat, kader Posyandu, maupun kasus-kasus yang langsung dibawa ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada, seperti Puskesmas dan rumah sakit.
(c) Upaya pencegahan dan Penanggulangan
Masalah Gizi Buruk dapat dilakukan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan Reabilitatif. Berikut Uraian dari keempat upaya tersebut :
a)
59
1)
Penemuan Aktif dan Rujukan Kasus Gizi Buruk. Pada saat menemukan
kasus gizi buruk, maka secepatnya petugas kesehatan harus memberikan
pengobatan agar tidak terjadi masalah yang lebih serius lagi dengan
rujukan dari laporan masyarakat, kader Posyandu, maupun kasus-kasus
yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada,
2)
3)
60
Kelima prinsip tersebut harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat agar nantinya
dapat dianggap sebagai KADARZI dan dapat tercipta derajat kesehatan masyarakat
yang tinggi.
2. KVA
(a) Definisi KVA
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan
baik), dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan
epitel untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain.
Kekurangan Vitamin A adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami defisiensi
vitamin A. Vitamin A merupakan suatu zat organik yang digunakan oleh tubuh untuk
pemeliharaan epitel selaput lendir, ketajaman penglihatan dan pencegahan terjadinya
infeksi. Vitamin A berperan dalam penglihatan membuat kita bisa melihat dalam
cahaya redup, dan juga turut berperan memberi kekebalan tubuh.
(b) Upaya pencegahan dan Penanggulangan
Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak
tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah
masalah kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka
kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin
A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Dalam upaya penyediaan vitamin A yang cukup untuk tubuh ditempuh
kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi Vitamin A
a. Pelaksanaan Suplementasi kapsul vitamin A
1) Bayi (6-11 bulan)
Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur
6-11 bulan) baik sehat maupun sakit
61
Gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita
selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada di bawah ini :
62
Grafik 2.2.1. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 dan 2012
(Sumber : Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012)
2. Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
Fortifikasi (penambahan zat gizi) vitamin A pada pangan merupakan solusi untuk
mengatasi kekurangan vitamin A. Dengan fortifikasi, kandungan vitamin A suatu
makanan bisa lebih tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan seseorang. Contoh
dari fortifikasi yang sudah dilakukan adalah Fortifikasi vitamin A pada margarin,
minyak goring curah.
3. Peningkatan KIE (Penyuluhan Gizi)
a. Pemanfaatan bahan makanan sumber vitamin A
b. Peningkatan cakupan pemberian kapsul vitamin A
3. GAKY
(a) Definisi
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Namun apabila diabaikan dapat
menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua
orang. GAKY adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembesaran
kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan di derita oleh sejumlah besar penduduk yang
tinggal di suatu daerah tertentu. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tingkat Pembesaran
Deskripsi
63
Kelenjar Tiroid
OA
OB
kepala tengadah
I
Pembesaran pada posisi tengadah
II
Pembesaran terlihat pada posisi kepala normal
III
Pembesaran terlihat dari jauh
Tabel 2.1 1 Klasifikasi tingkat pembesaran kalenjar tiroid
(Sumber :Departemen Kesehatan RI 2005)
(b) Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
GAKY diketahui mempunyai kaitan yang erat dengan gangguan perkembangan
mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi masalah
GAKY makan akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia. Apabila di
suatu wilayah dijumpai penderita gondok lebih dari 10% maka daerah itu dinyatakan
daerah endemik GAKY dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Jawa Timur
masihmerupakan masalah gizi yang perlu mendapatkan penanganan secara serius
mengingatdampaknya terhadap kualitas sumberdaya manusia. Kekurangan Yodium
dapatmenyebabkan masalah Gondok dan Kretinisme serta mengakibatkan penurunan
kecerdasan.
Upaya penanggulangan GAKY di Jawa Timur dilaksanakan melalui
optimalisasi pemanfaatan garam ber-Yodium serta penyuluhan tentang bahan
makanan alami sumber Yodium. Berdasarkan hasil monitoring garam di desa dapat
ditentukan kategori suatu desa dikatakan desa baik apabila dari 21 sampel yang
diperiksa, maksimal hanya 1 sampel yang tidak mengandung Yodium. Pada tahun
2011 dan 2012, di Jawa Timur tidak dilakukan monitoring garam ber-Yodium. Hal ini
disebabkan karena alokasi yang terbatas dan difokuskan untuk kegiatan prioritas yang
lain
64
4. AGB
(a) Definisi
Anemia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan baik jumlah maupun ukuran
eritrosit atau banyaknya hemoglobin sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara darah dan sel jaringan terbatasi. Anemia gizi adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena
kekurangan konsumsi protein maupun karena gangguan absorbsi. Zat gizi yang
bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C, dan vitamin
E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah (Amaatsier, 2004)
Anemia
defisiensi
besi
adalah
suatu
keadaan
atau
kondisi
sebagai
Hematokrit (g/L)
-
6 bulan - 6 tahun
12
< 0,33
6 tahun 14 tahun
< 0,34
Dewasa
13
Laki-laki
12
< 0,39
Wanita
11
< 0,36
Wanita Hamil
< 0,33
Tabel 2.1 2 Kadar Hb dan hematokrit (Ht) sebagai indikator anemia
(Sumber : WHO 2004)
65
66
67
68
adalah
Pembangunan kawasan
kawasan
ini
industri
merupakan
industri yang ada di Jawa Timur. Pengembangan kawasan industri pertama kali
dilakukan di Surabaya yaitu Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), kemudian
disusul dengan Sidoarjo Industrial Estate Berbek (SIEB) dan yang terakhir Pasuruan
Industrial Estate Rembang (PIER). Pengembangan PIER dimulai dengan pembebasan
tanah milik petani dan baru tahun 1996
dimulai
pembangunan prasarana
industry.
Proses pembebasan tanah di kawasan Industrial
Rembang
Pasuruan
(PIER) dimulai tahun 1989, yang dilakukan oleh Panitia Pembebasan Tanah, yaitu:
Bupati Kepala Daerah TK II, Kepala Badan Pertanahan Negara (BPN), Kabag
Pemerintahan Daerah TK II, Departemen Pertanian, Kantor Pajak Hasil Bumi,
Kecamatan, Kepala Desa, PT SIER (Persero) dan Kepala Seksi Hak Atas Tanah
(HAT) dari BPN sebagai sekretaris. Luas tanah yang dibebaskan di PIER berdasarkan
petok. Luas total pembebasan tanah kawasan Industri Rembang Pasuruan (PIER),
yang berada di dalam maupun di luar kawasan, terdiri atas 6 desa dan data
pembebasan tanah sesuai petok D adalah 5.184.986,00 m2 (Lahan Industri di
Rembang/PIER), 4) Proses pembebasan tanah dilakukan sejak 1989 sampai 2005.
Hasil dari pembebasan tanah di kawasan industri PIER adalah 500 ha. Dari 500
ha luas lahan, 70% dialokasikan sebagai area industri dan 30% untuk area publik.
Kawasan industri PIER jika dilihat dari pengusaha yang menanamkan
modalnya, didominasi oleh pengusaha dari Jepang. Hal ini terkait dengan kesan dan
anggapan mereka bahwa selain letak Pasuruan yang sangat strategis, dan aman,
69
wilayah ini dilalui oleh jalan tol, berdekatan dengan Surabaya, juga fasilitas yang
tersedia dalam kawasan industri PIER, misalnya tersedianya pusat pengolahan air
limbah, pembuangan sampah, keamanan, pemadam kebakaran, PLN, gas, jaringan
telepon, bank, masjid, kontraktor, serta fasilitas olahraga yang berupa lapangan tenis,
lapangan sepak bola dan club house. Pusat pengolahan air limbah letaknya di sebelah
kiri double way.
Kawasan industri PIER Rembang dibuka mulai
tahun
1992.
Industri
pertama yang bergabung dalam kawasan ini adalah PT Welcome Nusantara yang
memproduksi plastik. Industri ini milik pengusaha dari Hong Kong dan mulai
berproduksi pada tahun 1993. Seperti sudah dijelaskan dalam uraian sebelumnya
bahwa pengembangan kawasan PIER menggunakan tanah dari beberapa desa yang
letaknya tepat dengan rencana pembangunan kawasan industri tersebut.
a.
Peta PIER
70
b.
merupakan bagian dari usaha PT.SIER. Visi dan misi PIER diantaranya :
Visi
Menjadi kawasan industri modern didukung unit bisnis strategis, yang
berkesinambungan, terkemuka dan ramah lingkungan.
Misi
1)
2)
3)
4)
c.
71
72
d. Bidang Usaha
Bidang usaha PIER meliputi usaha sebagai berikut:
1) Merencanakan, membangun, serta mengembangkan kawasan industri
guna penyediaan tanah, prasarana, serta fasilitas-fasilitas industri lainnya
yang dibutuhkan bagi para investor.
2) Melakukan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan atas seluruh area
kawasan industri.
3) Memberikan pelayanan kepada para penanam modal dalam rangka
pendirian dan pengelolaan pabrik atau usaha industrinya.
4) Penjualan tanah matang siap bangun, persewaan Bangunan Pabrik Siap
Pakai (BPSP) untuk keperluan usaha industri skala menengah.
5) Persewaan bangunan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) untuk keperluan
usaha industri skala kecil.
6) Persewaan bangunan pergudangan.
7) Penyediaan Kawasan Berikat untuk perusahaan - perusahaan industri yang
berorientasi ekspor.
73
e. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di PIER terdiri atas :
1) Pusat mengolahan air limbah
2) Pembuangan sampah
3) Keamaanan
4) Pemadam kebakaran
5) Gas
6) Perawatan lingkungan (jalan, drainase, dan penerangan jalan)
7) Sarana olahraga
8) Penyediaan listrik
9) Penyediaan air industri
f. Keuntungan/Manfaat Kawasan Industri PIER
Secara Umum :
1) Pengembangan wilayah
2) Pemicu pertumbuhan ekonomi daerah
74
3)
75
di kawasan PIER berupa limbah air. Limbah air ini diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang supaya tidak mencemari lingkungan sekitar.
Pengolahan air limbah di kawasan PIER menggunakan sistem
pengolahan biologis tanpa menggunakan bahan kimia apa pun. Tersedianya
pengolahan air limbah ini digunakan untuk mengatasi dampak negatif yaitu
menghindari pencemaran air, tanah dan udara. Hasil dari pengolahan limbah
tersebut diolah dan dijadikan pupuk. Semua perusahaan yang berada dalam
kawasan PIER limbahnya dialirkan ke pusat pengolahan air limbah tersebut
dengan menggunakan pipa yang telah disusun bercabang dan dimasukkan ke
dalam tanah.
Hal ini merupakan kewajiban dari setiap Kawasan Industri
berdasarkan Keputusan Presiden No. 53 tahun 1989. Dengan adanya IPAL,
maka target pencapaian baku mutu kualitas limbah cair kedalam golongan II,
sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 72 tahun 2013 akan terpenuhi, sehingga
aman dibuang ke ABA sungai kelas III.
3)
harus
Investor.
Pemilihan investor yang masuk kawasan PIER bertujuan agar
diperoleh pabrik yang sanggup memenuhi baku mutu yang ditetapkan PIER
sehingga Effluent nantinya minimal selalu memenuhi standard kualitas
buangan sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 72 tahun 2013. Pabrik yang
76
77
78
a. Bak Equalisasi
79
80
semua industri yang memproduksi berbagai macam produk dan air limbah tersebut
belum mengalami pengolahan sehingga baunya masih sangat menyengat.
Bak Pengendap Pertama/ Primary Setling Tank, Bak pengendap pertama
ini berfungsi untuk mengendapkan air limbah yang berasal dari sumur penampungan.
Pengurasan pada bak pengendap pertama ini dilakukan satu bulan satu kali. Bak
pengendap pertama terdiri atas 3 bak, yaitu :
1) Bak pertama untuk mereduksi padatan yang kemudian dialirkan ke sand field
(ladang pasir). Di kolam ladang pasir itulah padatan dikeringkan dan padatan
yang sudah kering akan dikirim ke PPLI di Bogor yang telah ditunjuk pemerintah
untuk mengolah bahan limbah padat. Pengiriman ini dilakukan setiap 3 kali dalam
seminggu dengan menggunakan truk.
2) Bak kedua merupakan bak untuk mengapungkan limbah yang mempunyai berat
jenis lebih kecil dari berat jenis air, seperti busa sabun dan minyak.
3) Bak ketiga merupakan bak terakhir dari penyaringan terdahulu untuk kemudian
akan diolah selanjutnya.
Seperti halnya pada bak penampung sementara, air limbah yang ada di bak
pertama ini masih mengeluarkan bau yang tidak enak namun sedikit berkurang dari
sebelumnya. Penyebabnya adalah sama, karena limbah belum mengalami proses
penguraian, hanya masih dilakukan pengendapan dan pemisahan partikel limbah.
Pada bak aerasi ini terjadi proses penambahan oksigen dan proses
pertumbuhan bakteri. Pada proses-proses sebelumnya metode yang digunakan adalah
metode fisika, namun pada tahapan ini sudah mulai menggunakan metode biologi
dengan memanfaatkan mikrobiologi sebagai pengurainya.
1) Proses Penambahan Oksigen
Air yang sudah disaring dialirkan ke bak oksidasi. Penambahan oksigen adalah
salah salah satu usaha pengambilan zat pencemar dalam limbah sehingga
konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama
sekali dengan cara menggunakan rotor yang berfungsi untuk mengalirkan
oksigen sebagai pengganti kincir. Zat yang dapat diambil berupa gas, cairan, ion,
koloid atau bahan tercampur.
81
82
Diatur tidak terlalu lamabat bertujuan agar padatan yang ada di dasar bak tidak
menjadi padatan mati yang mengeras.
1.
2.3.4 Identifikasi Bahaya dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Pekerja Sub Bagian Operator
Proses
Pekerjaan
Proses
Homogenisasi
dari bak
equalisasi
Potensi Bahaya
Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)
Pengendalian
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.
Gambar
83
Proses
Pengendapan
dari bak
Secondary
Settling
Kelelahan kerja
akibat pekerjaan
dilakukan secara
manual karena
mesin tidak dapat
digunakan
(potensi bahaya
ergonomi).
Adanya shift
kerja
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata
Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
Memperbaiki
mesin agar dapat
mengurangi
beban kerja
pekerja.
84
kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker
Proses Oksidasi
dari bak
aerasi/oxidation
ditch
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata
Kelelahan kerja
akibat proses
pembersihan
kotoran secara
manual (potensi
bahaya
ergonomi).
Adanya shift
kerja
Terkilir/terjatuh
akibat beban
kerja berlebih
(potensi bahaya
ergonomi)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
sepatu
Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung
Shift kerja
85
tangan, masker
Proses
pegendapan
akhir dari bak
pengendapan
akhir (clarifier)
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata
Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata
Proses
Terkena limbah
pengambilan
B3 (potensi
lumpur B3 yang bahaya kimia)
sudah
dikeringkan
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Pakaian kerja,
sepatu, sarung
tangan, masker,
helm, dan
kacamata
86
Proses
penyimpanan
limbah B3 yang
sudah
dikeringkan
Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)
Tersedianya
restricted area
(area terbatas)
Adanya rambu rambu
keselamtan dan
kesehatan kerja
87
2.3.5 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Sub Bagian
Operator
Langkah
Pekerjaan
Proses
Homogenisasi
dari bak
equalisasi
Potensi Bahaya
Pengendalian
Ketersediaa
n APD
Perilaku
Penggunaan APD
Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu
dan sarung
tangan.
Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu, dan
sarung
tangan
Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan,.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
dan tetap merasa
aman (tidak
terjadi apa apa).
Kelelahan kerja
akibat
pekerjaan
dilakukan
secara manual
karena mesin
tidak dapat
digunakan
(potensi bahaya
ergonomi).
Adanya shift
kerja
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
Telah
tersedia
pakaian
kerja,
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan
Memperbaiki
mesin agar
dapat
mengurangi
beban kerja
pekerja.
88
Proses
Pengendapan
dari bak
Secondary
Settling
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata
Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan
Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan
Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya.
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
Telah
tersedia
pakaian
kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
89
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Proses
Oksidasi dari
bak
aerasi/oxidatio
n ditch
tangan,
masker
tangan
menggunakannya
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata
Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Tersedia alat
pelindung
diri berupa
sepatu
Pekerja sudah
menggunakan
APD berupa
sepatu dengan
benar
Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan
Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa sepatu
Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan
Shift kerja
90
menggunakannya.
Proses
pegendapan
akhir dari bak
pengendapan
akhir (clarifier)
Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker
Telah
tersedia
pakaian
kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata
Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan
Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan
Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya.
Terkena air
Menggunaka Telah
limbah B3
n alat
tersedia
(potensi bahaya pelindung diri pakaian
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
91
kimia)
berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker
kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan
masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata
Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.
Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
Proses
pengambilan
lumpur B3
yang sudah
dikeringkan
Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)
Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
Pakaian kerja,
sepatu,
sarung
tangan,
masker, helm,
dan kacamata
Tersedianya
alat
pelindung
diri berupa
pakaian
kerja,
sepatu,
sarung
tangan,
masker,
helm, dan
kacamata
Pekerja tidak
menggunakan
masker,
kacamata, helm,
dan sarung tangan
dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunaknnya.
Proses
penyimpanan
limbah B3
yang sudah
dikeringkan
Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)
Tersedianya
restricted
area (area
terbatas)
Adanya
rambu rambu
92
keselamtan
dan kesehatan
kerja
Tabel 2.3. 2 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Sub Bagian Operator
93
94
95
2)
3)
Masalah Kesehatan
3) Seksi Penyehatan Lingkungan
f) Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan
(1) Seksi Perencanaan Pendayagunaan dan
Pengembangan
SDM
Kesehatan
(2) Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
(3) Seksi Pembiayaan Kesehatan
2) Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
(1) Seksi Gizi
(2) Seksi Promosi Kesehatan
(3) Seksi Informasi dan Litbang Kesehatan
3) Unit Pelayanan Teknis Daerah
4) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai berbagai program
kesehatan, diantaranya adalah program upaya kesehatan masyarakat,
program perbaikan gizi masyarakat, program promosi kesehatan, program
pengembangan lingkungan sehat, program pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan program-program lainnya.
5) Salah satu program perbaikan gizi masyarakat adalah menurunkan angka
gizi buruk dan stunting di provinsi Jawa Timur.
6) Hasil survey penentuan gizi menunjukkan bahwa gizi buruk di Provinsi
Jawa Timur mencapai 2.2% pada tahun 2013 dan 2% pada tahun 2014.
Dengan prevalensi tertinggi terletak di Kabupaten Pamekasan yaitu 47.5%
dan terendah ada di Kabupaten Blitar dengan nilai 7.2%. Sedangkan nilai
batasan maksimal untuk stunting adalah 32%. Hasil survey Penentuan
96
ini
merupakan
pengembangan
lebih lanjut
wilayah industri yang ada di Jawa Timur. kawasan industri PIER berada
di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil dan
Kecamatan Kraton. Luas total pembebasan tanah kawasan industri
Rembang Pasuruan (PIER) sampai tahun ini adalah 745 Ha. Luas tanah
yang sudah atas Hak Pengolahan Lahan (HPL) adalah 511 Ha. PIER
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan
pengembangan kawasan industri dengan bisnis utamanya berupa:
a) Merencanakan, membangun, serta mengembangkan kawasan industri
guna penyediaan
97
kimia apapun.
Alur proses pengelolaan limbah cair industri di IPAL PIER meliputi :
a)
Pencampuran seluruh limbah cair di sumur pengumpul
sementara.
b) Pengendapan limbah cair di bak pengendap pertama lumpur hasil
endapan dikeringkan dan limbah cair dialirkan ke bak selanjutnya.
c) Penguraian limbah cair dengan menggunakan mikrobiologi aerob
sehingga digunakan juga penambahan oksigen di bak Aerasi atau
5)
Oxidation Ditch.
d)
Pengendapan akhir.
e)
Pengaliran effluent ke bak pengontrol dan bak penampung
f) Air di bak penampung dibuang / dialirkan menuju badan air (sungai).
Wujud kepedulian PIER dalam melaksanakan System Managemen
Lingkungan, yaitu tersedianya fasilitas IPAL dan penerapan sistem
6)
penghijauan.
Kelebihan sistim pengelolaan limbah cair di IPAL PIER adalah :
a) Metode yang digunakan menggunakan fisika-biologi sehingga tidak
membutuhkan biaya yang besar.
b) Sangat berguna untuk turut mencegah kerusakan
pencemaran limbah industri
Kelemahannya adalah :
lingkungan akibat
98
badan
air
(tidak dimanfaatkan).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat
di PT. SIER berupa bahaya fisik, kimia, dan ergonomi. Bahaya potensial fisik
berasal dari sinar ultraviolet secara langsung. Bahaya potensial kimia berasal
dari debu, air limbah B3, dan limbah B3. Bahaya potensial ergonomi berasal
dari beban kerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, alat pelindung diri di
PIER telah disediakan oleh perusahaan. Pekerja sub bagian operator di PIER
yang sedang bekerja didapatkan tidak menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai dengan Standard Operational Procedure yang telah ditetapkan.
3.2 Saran
a. Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember
1)
2)
3)
berbagai media
Sebaiknya RS Jember Klinik rutin mengupdate web site yang dimiliki
99
100
DAFTAR PUSTAKA
101
LAMPIRAN
Ruang CT-SCAN
102
103
Proses fisioterapi
104
105
106
107