Anda di halaman 1dari 108

LAPORAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I


PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI YANG TERKAIT
DENGAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER, SURABAYA DAN
PASURUAN

Oleh :
KELOMPOK X

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015

LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I
PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI YANG TERKAIT
DENGAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER, SURABAYA DAN
PASURUAN

Oleh :
KELOMPOK X
Ketua
Sekretaris
Anggota

: Arizky Setiawan
: Dyas Indraswari H
: 1. Shinta Umi A
2. Ulfa M
3. Holifatul Laili
4. Qurrotul Ainy
5. Fitria Nur Indahsari
6. Diah Ayu Rahmawati
7. Rina Dwi Anjani
8. Fadhlullah H
9. Wahyu Sri P
10. Laila Khifdiyah D Y
11. Hilmi Muhyidin A

(NIM. 122110101120)
(NIM. 122110101041)
(NIM. 112110101131)
(NIM. 122110101028)
(NIM. 122110101032)
(NIM. 122110101071)
(NIM. 122110101121)
(NIM. 122110101127)
(NIM. 122110101131)
(NIM. 122110101166)
(NIM. 122110101167)
(NIM. 122110101174)
(NIM. 122110101207)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015

ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I
PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI YANG TERKAIT
DENGAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEMBER, SURABAYA DAN
PASURUAN

Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing

( RS. Jember Klinik )

( Dinas Kesehatan Prov. Jatim )

Irma Prasetyowati. S.KM., M.Kes


NIP. 198005162003122002

Rahayu Sri P, S.KM., M.Kes


NIP. 197708282003122001

Mengetahui :
Pembantu Dekan 1

Dosen Pembimbing
(PIER)

Abu Khoiri. S.KM., M.kes


NIP. 197903052005011002

Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes.


NIP. 197509142008121002

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL
I) yang diadakan di instansi kesehatan dan instansi yang terkait dengan kesehatan di
Kabupaten Jember dan Kota Surabaya, yang terdiri dari Rumah Sakit Jember Klink
Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan Pasuruan Industrial
Estate Rembang (PIER). Dalam Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) ini kami
dapat mengenal profil, struktur organisasi, program kerja, unit pelayanan, serta
pelaksanaan program yang terdapat di instansi kesehatan dan instansi yang terkait
dengan kesehatan. Kegiatan PBL I ini sangat bermanfaat bagi kami yaitu dapat
menambah pengetahuan mengenai instansi kesehatan dan instansi yang terkait dengan
kesehatan serta memperoleh informasi-informasi baru mengenai kesehatan.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kegiatan PBL I ini:
1.

Drs. Husni Abdul Gani. M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

2.

Universitas Jember
Abu Khoiri. S.KM., M.Kes. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan

3.
4.

Masyarakat Universitas Jember


Dr. Isa Marufi. S.KM., M.Kes. selaku Koordinator Kegiatan PBL I
Dosen Pembimbing Instansi Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember

5.

Irma Prastyowati. S.KM., M.Kes.


Dosen Pembimbing Instansi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Rahayu Sri

6.

P. S.KM., M.Kes.
Dosen Pembimbing Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) Dr. Isa

7.
8.
9.
10.

Marufi. S.KM., M.Kes.


Direktur Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember dan staf
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan staf
Direktur Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) dan staf
Teman-teman serta sejumlah pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu atas perannya membantu menyelesaikan laporan PBL 1 ini.

iv

Demikian laporan ini telah kami susun dan tidak menutup kemungkinan adanya
kekurangan karena keterbatasan kami. Untuk itu, kritik dan saran selalu kami tunggu
guna kesempurnaan laporan ini.

Jember, April 2015

Kelompok X

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................5
DAFTAR TABEL.......................................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................11
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................12
1.1 Latar Belakang...................................................................................................12
1.2 Tujuan..................................................................................................................14
1.3 Manfaat.................................................................................................................15
BAB 2. HASIL KEGIATAN......................................................................................17
2.1 Profil Jember Klinik...........................................................................................17
2.1.1 Sejarah Jember Klinik.................................................................17
2.1.2 Jejak Langkah Jember Klinik........................................................18
2.1.3 Identitas Jember Klinik................................................................19
2.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RS Jember Klinik.........................................20

2.1.5 Budaya Organisasi RS Jember Klinik...........................................20


2.1.6 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja...................................21
2.1.7 Pelayanan Kesehatan RS Jember Klinik.......................................22
2.1.8 Poli Tumbuh Kembang Anak........................................................24

2.2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur..............................................................30


2.2.1 Profil Instansi....................................................................................................30
2.2.2 Unit Kerja Dinkes Provinsi............................................................50

2.3 Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER).................................................78


2.3.1 Profil PIER.................................................................................. 78
2.3.2 Keuntungan dan Manfaat Kawasan industr PIER.........................83
2.3.3 Program Dan Kegiatan PIER (Instalasi Pengelolaan Air Limbah ).84
2.3.3.1 Alir Pengolahan Limbah PT. SIER..............................................87
2.3.4 Identifikasi Bahaya dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Pekerja Sub Bagian Operator......................................................92
2.3.5 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Sub
Bagian Operator..........................................................................96

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................103


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................103
3.2 Saran...................................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................111
LAMPIRAN..............................................................................................................112

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 1 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja Jember Klinik..............18

Gambar 2.2 1 Struktur organisasi dinas kesehatan provinsi Jember......................27


Gambar 2.2 2. Diagram prevalensi kurang eneri dan protein KEP........................59
Gambar 2.2 3: Diagram Cakupan pemberian Fe1 dan Fe 3 pada Ibu hamil Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011 dan 2012........................................................................67

Gambar 2.3. 1 Peta Pier.........................................................................................71


Gambar 2.3. 2 Struktur Organisasi PIER...............................................................73
Gambar 2.3. 3 Bagan Alir pengolahan limbah PIER.............................................78

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 1 Klasifikasi tingkat pembesaran kalenjar tiroid.....................................65


Tabel 2.1 2 Kadar Hb dan hematokrit (Ht) sebagai indikator anemia........................67

Tabel 2.3. 1 Identifikasi Bahaya IPAL (PIER)....................................................87


Tabel 2.3. 2 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Sub Bagian Operator..............92

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka
pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal itu secara optimal
diselenggarakan upaya kesehatan dan diperlukannya sarana kesehatan yang dapat
juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
dengan menghimpun seluruh potensi Bangsa Indonesia.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan
terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan kesehatan itu
sendiri adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Untuk mewujudkan tingginya derajat kesehatan bagi seluruh warga negara
Indonesia, diperlukan kontribusi dari Rumah Sakit Pemerintah Daerah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Rumah sakit sebagai

10

salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart
dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Pemerintah telah bersungguh-sungguh
dan terus menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah salah satu lembaga pendidikan yang
berorientasi pada upaya promotif dan preventif. Salah satu wujud dalam rangka
pencapaian visi dan sasaran tersebut maka diperlukan kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) yang merupakan bagian dari kurikulum fakultas dan salah satu mata
kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa.
PBL merupakan kegiatan belajar mahasiswa di luar perkuliahan dengan tujuan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama menempuh studi di
perkuliahan, serta mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan
pendekatan yang ada di bidang kesehatan masyarakat yang bersifat multidispliner.
PBL juga bertujuan memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenal dan
memahami segala permasalahan di bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat serta
mengetahui instansi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada
PBL I, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat diberikan kesempatan untuk
mengenal dan memahami potensi instansi kesehatan dan instansi yang terkait dengan
kesehatan di Kabupaten Jember dan Kota Surabaya, yaitu Rumah Sakit Jember Klinik
Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan Pasuruan Industrial
Estate Rembang (PIER).
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL 1) meliputi kegiatan kunjungan
ke instansi-instansi yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan derajat
kesehatan

masyarakat.

Melalui

kunjungan

tersebut,

diharapkan

mahasiswa

11

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di instansi yang terkait dengan


Kesehatan. Dimana, mahasiswa dapat mengetahui tentang profil instansi (visi, misi,
strategi, kebijakan), program kerja instansi, struktur organisasi dan pembagian kerja
di instansi, unit-unit pelayanan/ kerja instansi serta pelaksanaan program kerja
instansi. Hal-hal tersebut perlu diketahui dan dipahami secara langsung oleh
mahasiswa agar di masa yang akan datang Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember dapat menghasilkan sarjana yang bermutu dan unggul, yang pada
akhirnya dapat berkompetisi dalam lingkungan kerja.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan PBL I Instansi adalah agar mahasiswa
mengetahui gambaran umum mengenai instansi kesehatan dan terkait kesehatan di
Kabupaten Jember dan Kota Surabaya yaitu: Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten
Jember, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan Pasuruan Industrial Estate
Rungkut (PIER).
1.2.2 Tujuan Khusus
a.

Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember


Mampu mengenal instansi kesehatan yaitu Rumah Sakit Jember Klinik
Kabupaten Jember, meliputi:
1) Mengetahui profil instansi: sejarah, visi dan misi, tujuan, budaya organisasi,

b.

struktur organisasi dan pembagian kerja dan lain-lain.


2) Mengenal pelayanan di instansi.
3) Mengetahui poli tumbuh kembang anak di instansi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Mampu mengenal instansi yang berkaitan dengan kesehatan yaitu Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
1) Mengetahui profil instansi: visi dan misi, tujuan, kebijakan, sasaran, stategi ,
struktur organisasi dan lain-lain.
2) Unit-unit pelayanan/kerja di instansi

12

3) Pelaksanaan program kerja pada seksi gizi pada bidang PPKM instansi

4) Mengetahui prevalensi gizi jawa timur dan pencegahan dan penanggulangan

c.

masalah gizi di jawa timur


5) Evaluasi program kerja instansi
Pasuruan Industrial Estate Rembang ( PIER )
Mampu mengenal instansi yang berkaitan dengan kesehatan yaitu Pasuruan
Industrial Estate Rembang (PIER), meliputi:
1) Mengetahui profil instansi: visi dan misi, peta lokasi, struktur organisasi,
2)
3)
4)
5)

bidang usaha, fasilitas dan lain-lain.


Mengetahui keuntungan dan manfaat instansi
Mengetahui program dan kegiatan kerja instansi
Mengetahui alur pengolahan air limbah di instansi
Mengetahui bahaya dan penggunaan APD pada pekerja IPAL

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
a. Sebagai sarana pengenalan mahasiswa terhadap instansi kesehatan dan
b.

instansi lain yang berhubungan dengan kesehatan.


Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang instansi yang memberi
pelayanan kesehatan pada masyarakat dan instansi yang berhubungan
dengan kesehatan masyarakat.

c.

Menjadi agenda mahasiswa untuk menerapkan teori yang telah diterima

d.

selama perkuliahan.
Melatih mahasiswa agar mepersiapkan diri di dunia kerja.

a.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


a. Memperoleh informasi mengenai instansi kesehatan dan instansi yang
b.

berhubungan dengan kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Timur.


Memperoleh informasi tentang efektifitas suatu program kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh instansi terhadap peningkatan

c.

derajat kesehatan masyarakat di daerah kerjanya.


Menjalin dan mempererat kerjasama lintas sektor antara SKM dengan
instansi kesehatan dan instansi yang berhubungan dengan kesehatan di
Provinsi Jawa Timur.

13

d.

Sebagai saran menjalin kerjasama dengan instansi yang terkait dengan

e.

Fakultas Kesehatan Masyarakat.


Hasil laporan PBL I mahasiswa dapat dijadikan sebagai referensi bagi
mahasiswa FKM secara umum

a.3.3

Bagi Instansi
a. Dapat memberi masukan pada manajemen khususnya pengembangan
b.

program kesehatan di instansi tersebut.


Dapat memperkenalkan dan mempromosikan bangian-bagian serta

c.

organisasi di instansi tersebut.


Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki bagi
pihak instansi dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu

d.

pelayanan pada masyarakat.


Sebagai sarana untuk menjembatani antara instansi kesehatan dengan
lembaga pendidikan Universitas Jember, khususnya Fakultas Kesehatan
Masyarakat.

14

BAB 2. HASIL KEGIATAN

2.1 Profil Jember Klinik


2.1.1 Sejarah Jember Klinik
Masyarakat Jember lebih mengenal nama RS Jember Klinik yang berasal dari
bahasa Belanda "DJEMBER SCHEKLINIK" yang sekarang nama resminya RS.
Perkebunan Jember PT. Nusantara Medika Utama yang terletak ditengah-tengah kota
tepatnya di Jl. Bedadung 2 Jember. Jember Klinik merupakan Unit Usaha Pelayanan
Kesehatan milik PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang berfungsi sebagai
rumah sakit yang melayani perusahaan dan masyarakat umum.
Sejarah RS. Perkebunan Jember tidak lepas dari sejarah berdirinya perusahaan
Perkebunan Belanda LMOD (Landbouw Maatschappij Oup Djember) sebelum di
nasionalisasi pada tahun 1956 yang merupakan asal dari PT. Perkebunan XXVII, PT.
Perkebunan XXVI dan PT. Perkebunan XXIII di kabupaten Jember. Setelah masa
nasionalisasi RS Perkebunan menjadi bagian dari PPN Baru Pra Unit Tembakau.
Setelah PPN mengalami beberapa kali Reorganisasi dari tahun 1957 hingga menjadi
Unit Kesehatan PT. Perkebunan XXVII.
Berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 terjadi
peleburan semua PT. Perkebunan diantara PT. Perkebunan XXVII, PT. Perkebunan
XIX dan PT. Perkebunan XXI-XXII yang mengelola lebih dari satu komuditas yang
tatacara niaganya berbeda dijadikan satu menjadi PT. Perkebunan Nusantara X.
Berdasarkan Surat Direksi No XX-PBUMN/03.056 tentang pembentukan
Strategi Bisnis unit yang disetujui Menteri Negara BUMN dan SK Direksi PT.
Perkebunan Nusantara X Nomor XX-SURKP/03.149 tentang Penetapan Rumah Sakit
sebagai Strategi Bisnis Unit (SBU) terhitung mulai 07 Oktober 2003. Berdasarkan
Akte Notaris No. 14 tanggal 19 Januari 2013 SBU Rumah Sakit PT. Perkebunan

15

Nusantara X (Persero) yang membawahi 3 (tiga) Rumah Sakit (RS GatoelMojokerto, RS Toeloengredjo-Pare-Kediri, dan Rumah Sakit Perkebunan-Jember),
telah resmi menjadi Anak Perusahaan PTPN X (Persero) dengan nama PT. Nusantara
Medika Utama.
2.1.2 Jejak Langkah Jember Klinik
a.

Tahun 1910
Berdiri dengan sebutan Djemberscheklinik merupakan pusat pengobatan
karyawan dari sebuah perusahaan perkebunan milik Belanda yang bernama

Landbouw Maatschappij Oup Djember atau kerap disingkat LMOD.


b. Tahun 1957
LMOD (Landbouw Maatschappij Oup Djember) akhirnya dinasionalisasi
pada tahun 1956 yang merupakan asal dari PTP XXVII, PTP XXVI dan
PTP XXIII di Kabupaten Jember. Setelah masa nasionalisasi, Rumah Sakit
Jember Klinik menjadi bagian dari PPN Baru Pra Unit Tembakau. Setelah
itu, PPN kemudian mengalami beberapakali reorganisasi dari tahun 1957
c.

hingga menjadi Unit Kesehatan PTP XXVII dengan nama Jember Klinik.
Tahun 1996
Pada tanggal 14 Februari 1996, beberapa elemen dari PT. Perkebunan
Nusantara yakni PTP XXVII, PTP XIX dan PTP XXI-XXII melakukan fusi.
Peleburan ini pada nantinya akan mengelola lebih dari satu komoditas yang
secara tata niaga digabung dalam naungan PTPN X. Ini sebagaimana yang

tertuang dalam PP nomor 15 tahun 1996. Termasuk Jember Klinik.


d. Tahun 2003
Rumah Sakit Jember Klinik tergabung dalam Strategi Bisnis Unit (SBU)
Rumah Sakit dari PTPN X. Gagasan tentang SBU ini lantas secara legal
diakui melalui persetujuan Menteri Negara BUMN dan SK Direksi PTPN X
Nomor XX-SURKP/03.149 tentang Strategi Bisnis Unit terhitung sejak 07
e.

Oktober 2003.
Tahun 2013 ( Peristiwa Penting )

16

Pada tahun 2013, tepatnya berdasarkan Akte Notaris tanggal 19 Januari


2013, SBU Rumah Sakit PTPN X yang membawahi 3 rumah sakit (RS
Perkebunan/RS Jember Klinik, RS Gatoel Mojokerto, RS HVA Toelongredjo
Kediri) resmi menjadi anak perusahaan PTPN X, dengan menggunakan nama
PT. Nusantara Medika Utama (PT. NMU).

2.1.3 Identitas Jember Klinik


Nama Rumah Sakit

Rumah Sakit Perkebunan

Alamat Rumah Sakit

Jl. Bedadung 2 Jember


No.Telp.0331-487104, Fax:485912

Kelas Rumah Sakit

Madya ( C )

Status Kepemilikan

PT. Nusantara Medika Utama

Surat Ijin RS

188.45/320/012/2012

Tanggal

10-08-2012 s/d 10-08-2017

Oleh

Bupati Jember

Sifat

Tetap

Akreditasi

Telah ter-akreditasi penuh tingkat


dasar, Nomor KARS-SERT/293/I/ 2012
tanggal 12 Januari 2012

2.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RS Jember Klinik


a. Visi Jember Klinik
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang mengutamakan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien

17

b. Misi Jember Klinik


1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi melebihi harapan pelanggan
2.
3.
4.
5.

dengan mengutamakan keselamatan pasien.


Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia.
Mengembangkan fasilitas rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Memotivasi karyawan untuk berkeja dalam tim dengan dedikasi tinggi dan inovasi.
Menyediakan lingkungan rumah sakit yang aman dan menunjang keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).


6. Mewujudkan rumah sakit berwawasan lingkungan.

2.1.5 Budaya Organisasi RS Jember Klinik


Untuk mencapai Visi dan Misi Jember Klinik, perusahaan membangun budaya
perusahaan secara terus-menerus yang disosialisasikan kepada seluruh karyawan,
meliputi :
1. Disiplin dan loyalitas
2. Teamwork yang solid
3. Kreativ dan inovatif
Selain itu Jember Klinik juga menerapkan kebiasaan 5S yaitu
1.
2.
3.
4.
5.

Senyum
Sapa
Salam
Sayang
Santun

Selain penerapan 5S, Jember Klinik juga menerapkan 5C yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.

Cepat
Cekatan
Cerdas
Cermat
Citra

2.1.6 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja

18

Gambar 2.1 1 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja Jember Klinik

2.1.7 Pelayanan Kesehatan RS Jember Klinik


a. Produk Layanan Unggulan:
1. Trauma Center
2. Brain and Spine
3. Operasi Bedah Mikro
4. Cosmetik Gigi dan Laboratorium Gigi
5. Medical Check Up
6. Spa Baby
7. Poli Tumbuh Kembang Anak
b. Pelayanan yang lain:
1. Senam hamil
2. Senam belly dance
3. Senam Osteoporosis

19

4. PKMRS/penyuluhan kesehatan
5. Home Visite
7. Home Care
8. Layanan Lingkungan
9. Limbah cair IPAL
10. Limbah padat Incenerator
c. Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Umum
2. Poli Gigi
3. Poli Akupuntur
4. Poli Tumbuh Kembang Anak
5. Poli Laktasi
6. Poli Alergi
7. UGD
8. Haemodialisa
9. Klinik bedah plastik
10. Poli Gizi

20

d. Poli Spesialis
1. Spesialis Penyakit Dalam

10. Spesialis Radiologi

2. Spesialis Anak

11. Spesialis Bedah Umum

3. Spesialis Kandungan

12. Spesialis Bedah Tulang

4. Spesialis Syaraf

13. Spesialis Bedah Syaraf /Kepala

5. Spesialis Mata

14. Spesialis Jantung

6. Spesialis THT

15. Spesialis Rehabilitasi Medik

7. Spesialis Gigi/Bedah mulut dan

16. Spesialis Urologi

rahang

17. Spesialis Anaesthesi

8. Spesialis Gigi Anak

18. Spesialis Penyakit Jiwa

9. Spesialis Kulit & Kelamin

19. Spesialis Bedah Plastik

e. Layanan Penunjang
1. Laboratorium (24 jam)
2. Radiologi (24 jam):
a) CT-Scan
b) C-Arm
c) USG 4 Dimensi
d) C-R

3. Fisioterapi
a) Pijat Bayi
b) Baby Spa
4. Apotik (24 jam)
5. Konsultasi Gizi
6. Kamar Operasi (24 jam)

2.1.8 Poli Tumbuh Kembang Anak


Poli tumbuh kembang anak merupakan salah satu pelayanan rawat jalan yang
ada di Rumah Sakit Jember Klinik. Orang tua dapat melakukan deteksi dini tumbuh
kembang pada anak untuk menemukan adanya penyimpangan tumbuh kembang agar
lebih mudah dilakukan penanganan selanjutnya atau diintervensi secara dini. Untuk

21

melakukan deteksi dini tumbuh kembang ini maka digunakan beberapa piranti
skrining melalui wawancara, observasi dan pengukuran.
Anak yang dapat melakukan kontultasi di poli tumbuh kembang anak berusia 5-6
tahun. Karakteristik anak usia 5-6 tahun menurut Syamsuar Mochthar antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gerakan lebih terkontrol


Perkembangan bahasa sudah cukup baik
Dapat bermain dan berkawan
Peka terhadap situasi sosial
Mengetahui perbedaan kelamin dan status
Dapat berhitung 1-10
Pada anak usia 5-6 tahun mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi,

perkembangan bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga
merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa. Dengan koordinasi gerakan
yang baik anak mampu menggerakan mata dan tangan untuk mewujudkan
imajinasinya kedalam bentuk gambar, sehingga penggunaan gambar karya anak dapat
membantu meningkatkan kemampuan bicara anak.
a. Tahap perkembangan anak usia 5-6 tahun
1. Perkembangan fisik
Anak usia 5-6 tahun memiliki banyak tenaga untuk melakukan
kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan
gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan
tangan sudah berkembang dengan baik. Anak sudah dapat menggunakan
tanganya untuk menggoreskan pensil atau krayon sehingga anak dapat
membuat gambar yang diinginkanya. Gambar karya anak tersebut akan
digunakan dalam rangka peningkatan kemampuan bicara anak
2. Perkembangan kognitif
Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini
anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas. Anak mulai mengenali
beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa

22

anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis. Namun,


pada tahap ini anak masih egosentris. Tahap praoperasional, anak mulai
merepresentasikan dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar.
Anak mulai berfikir simbolik, pemikiran-pemikiran mental muncul,
egosentrisme tumbuh, dan keyakinan magis mulai terkonstruksi. Pada tahap
praoperasional dapat dibagi dalam sub-sub tahap, yaitu sub tahapan fungsi
simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif.
3. Perkembangan bahasa
Anak usia 5-6 tahun sudah mampu berbicara dengan struktur kalimat
yang lebih rumit dan anak senang menggunakan bahasa untuk menceritakan
gagasan, pengalaman, pengetahuan dan apa yang dipikirkanya kepada orang
lain, sehingga gambar karya anak dapat dipilih dalam rangka meningkatkan
kemampuan bicara anak. Hal itu dilakukan dengan cara meminta anak
menjelaskan hasil gambar yang dibuatnya. Dengan demikian kemampuan
bicara anak dapat diketahui.
Perkembangan bahasa anak pada usia 5 tahun antara lain:
a) Perbendaharaan kosakata mencapai 5000 8.000 kata.
b) Stuktur kalimat menjadi lebih rumit.
c) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada
d)
e)
f)
4.

beberapa kesalahan pelafalan.


Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar.
Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara.
Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.
Perkembangan emosi
Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik ada beberapa

karakteristik perkembangan sosial anak usia 5 tahun antara lain:


a) Dapat mengatur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang
bisa diterima secara sosial.
b) Anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka.
c) Mengahayati perilaku sosial yang pantas.

23

d) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah
mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.
e) Dapat melucu atau membuat lelucon
b. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Tumbuh Kembang Anak
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Berbicara merupakan titik sentral penting, bagi seluruh perkembangan anak.
Keterlambatan bicara sering terjadi pada anak. Hal tersebut terjadi karena adanya
keterlambatan manuritas (kematangan) dari proses saraf pusat yang diperlukan,
dalam memproduksi kemampuan berbicara. Kurangnya stimulasi juga bisa
menjadi penyebab gangguan ini, dan jika tidak segera ditangani gangguan ini bisa
menetap.
Menurut beberapa penelitian, penyebab gangguan berbicara terjadi karena
adanya gangguan hemisfer dominant. Gangguan ini mengarah ke otak bagian kiri.
Beberapa ada juga yang ditemukan di otak sebelah kanan, korpus kalosum, dan
lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Gangguan bicara sering terjadi
pada anak laki-laki dan biasanya ringan. Umumnya, kemampuan berbicara akan
terlihat baik saat umur 2 tahun.
2. Cerebral Palsy (CP)
Cerebal palsy merupakan

kondisi

yang

menyerang

pusat

kendali

pergerakan.Anak dikatakan menderita CP jika mengalami gangguan motorik,


ada gangguan pada tonus otot, terutama di gerak motorik yang disebabkan cedera
di otak yang sifatnya non progresif.
Anak yang mengalami gangguan ini, akan menyebabkan kesulitan dalam
memegang obyek, merangkak dan berjalan. Penderita juga mengalami kejang dan
gangguan mental. CP berat menyebabkan anak tidak bisa berjalan dan
memerlukan perawatan ekstensif jangka panjang. Sedangkan CP ringan hanya
sedikit canggung dalam gerakan, dan membutuhan bantuan khusus.
3. Sindrom Down
Gangguan ini merupakan kelainan genetic, disebabkan jumlah kromosom 21
yang lebih banyak disbanding orang normal. Manusia normal memiliki

24

kromosom 46, sedangkan pendeita sindrom down memiliki kromosom 47.


Gangguan ini ditandai dengan wajah yang mirip orang Mongolia dan penderita
mengalami cacat mental. Gangguan ini bisa terdeteksi saat masa kehamilan ibu,
dengan cara pengambilan contoh air ketuban, dan tes darah sebelum minggu ke
16 masa kehamilan.
4. Perawakan Pendek
Ini adalah merupakan keadaan di mana anak memeliki tinggi badan dibawah
persentil ke-3
5. Autis
Autis merupakan kondisi anak sejak lahir, yang membuatnya tidak dapat
melakukan hubungan sosial atau berkomunikasi secara normal. Akibatnya, anak
merasa terisolasi dan masuk ke dunianya sendiri, aktivitas dan minta yang
obsesif.
Gejalanya muncul saat anak berumur 3 tahun. Yang dirasakan biasanya
komunikasi (terlambat atau tidak bisa berbicara), sulit bersosialisasi, kelainan
pengindraan (sensitive terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan
rasa), dan perilaku (hiperaktif dan pasif). Namun kadang kala bisa terdeteksi
sebelum usia 3 tahun.
6. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah keadaan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terjadi
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan. Gejala utama pada
retardasi mental ialah intelegensi yang terbelakang atau keterbelakangan mental
(IQ).
c. SDM poli tumbuh kembang anak
Poli tumbuh kembang anak memiliki SDM berjumlah 9 orang (3 orang dokter
umum dan 6 orang perawat). Mekanisme kerja 1 orang perawat stay di poli
tumbuh kembang anak dan yang lainnya bekerja diruangan-ruangan lainnya.
SDM yang ada akan bekerja secara efektif jika terdapat pasien pada poli tumbuh
kembang anak.

25

d. Kendala poli tumbuh kembang anak


Poli tumbuh kembang anak RS Jember Klinik belum dikenal publik
dikarenakan poli tumbuh kembang anak belum memiliki kantor atau ruangan
tersendiri. Masih belum ada fasilitas yang lengkap juga menjadi kendala dalam
kegiatan promosi poli tumbuh kembang anak.
e. Program kerja poli tumbuh kembang anak
Program kerja yang pernah dilakukan oleh poli tumbuh kembang anak adalah
seminar se-karisidenan besuki yang dihadiri oleh ibu sampai dengan perawat.
Seminar tersebut bertemakan seputar tumbuh kembang anak.
f. Pelayanan poli tumbuh kembang anak
Poli tumbuh kembang anak pada RS Jember Klinik beroperasi ketika ada
pasien yang datang. Pasien yang datang memiliki durasi waktu pemeriksaan
selama 2-3 jam. Pada durasi tersebut, dilakukan konsultasi dan pemantauan anak
secara intensif untuk melihat perkembangan anak apakah sudah sesuai dengan
umur. Jika ditemukan gangguan pada anak maka akan diperiksa lebih lanjut oleh
dokter spesialis. Konsultasi seputar tumbuh kembang anak dapat diulang 1
seminggu kemudian untuk memantau kembali perkembangan dari anak.
g. Pembiayaan poli tumbuh kembang anak
Poli tumbuh kembang anak tidak memberlakukan perbedaan harga yang harus
dibayarkan oleh pasien.

2.2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur


2.2.1 Profil Instansi
a. Visi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai visi: Masyarakat Jawa
Timur Mandiri untuk Hidup Sehat. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
adalah suatu kondisi dimana masyarakat Jawa Timur menyadari, mau, dan mampu
untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi,
sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit

26

termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang
tidak mendukung untuk hidup sehat.
b. Misi
Berdasarkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi, maka misi pembangunan
kesehatan di Jawa Timur adalah :
1)

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

2)

Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup


sehat.

3)

Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan


yang bermutu, merata, dan terjangkau.

4)

Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan


masalah kesehatan.

5)

Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan.


Dasar pembuatan misi disesuaikan dengan :

1) Perda Prov. Jatim No. 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jawa Timur
2) Pergub Jatim No. 79 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub
Bagian dan Seksi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Pergub Jatim No. 118 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
c. Struktur Organisasi

27

Gambar 2.2 1 Struktur organisasi dinas kesehatan provinsi Jember

d. Tujuan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan misinya menetapkan
tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
maka ditetapkan tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat,
pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
2)

Untuk

mewujudkan

misi

Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, maka

28

ditetapkan tujuan: Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar


mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
3)

Untuk

mewujudkan

misi

Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang


bermutu, merata, dan terjangkau, maka ditetapkan tujuan:
a) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui
Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya.
b) Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat.
c) Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat
dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan.
4) Mengembangkan kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan
kesehatan.
5)

Untuk

mewujudkan

misi

Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah


kesehatan, maka ditetapkan tujuan: Mencegah menurunkan dan mengendalikan
penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya.
6)

Untuk

mewujudkan

misi

Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan, maka ditetapkan


tujuan: Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan
sesuai standar.
e. Kebijakan
Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai dirumuskan sebagai berikut:

29

1) Dalam rangka mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan


kesehatan, maka ditetapkan kebijakan: Pemantapan pembangunan berwawasan
kesehatan.
2) Dalam rangka mewujudkan misi Mendorong terwujudnya kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat, maka ditetapkan kebijakan:
a)

Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

b)

Peningkatan lingkungan sehat

3) Dalam rangka mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan


pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, maka ditetapkan
kebijakan:
a)

Percepatan penurunan kematian ibu dan anak.

b)

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat


miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan.

c)

Pemenuhan ketersediaan dan pengendalian obat, perbekalan kesehatan dan


makanan.

d)

Peningkatan pembiayaan kesehatan dan pengembangan kebijakan dan


manajemen kesehatan.

4) Dalam rangka mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalian penyakit


dan penanggulangan masalah kesehatan, maka ditetapkan kebijakan:
Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada bayi,

a)

anak balita, ibu hamil dan menyusui


Peningkatan pencegahan, surveilans, deteksi dini penyakit

b)

menular, penyakit tidak menular, penyakit potensial KLB/wabah dan ancaman


epidemi yang dikuti dengan pengobatan sesuai standar serta penanggulangan
masalah kesehatan lainnya dan bencana.
5) Dalam

rangka mewujudkan

misi

Meningkatkan

dan mendayagunakan

sumberdaya kesehatan, maka ditetapkan kebijakan: Penyediaan tenaga kesehatan

30

di

rumah

sakit,

balai

kesehatan,

puskesmas

dan

jaringannya

serta

mendayagunakan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan.


f. Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan
hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara
operasional. Rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus
pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat
spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.
Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir
tahun 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menetapkan sasaran dengan
rincian sebagai berikut:
1)

Untuk
mewujudkan tujuan Mewujudkan mutu lingkungan

yang lebih sehat,

pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan


pembangunan berwawasan kesehatan maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan
kualitas air bersih, sanitasi dasar,
kualitas kesehatan

higiene sanitasi makanan minuman serta

lingkungan dan pengendalian faktor risiko dampak

pencemaran lingkungan di masyarakat, dengan indikator

keberhasilan

pencapaian sasaran:
a) Minimal 70% Kabupaten/Kota mempunyai akses sanitasi dasar memenuhi
syarat.
b) Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan

kualitas air bersih

dan air minum sesuai standar.


c) Minimal 70% sanitasi dasar pondok pesantren yang diawasi

memenuhi

syarat.
d) Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan

pengelolaan

makanan dan tempat-tempat umum.


e) Minimal 50% Kabupaten/Kota menerapkan program Kabupaten/Kota sehat.

31

f) Minimal 80% rumah tinggal penduduk yang diawasi memenuhi syarat


kesehatan.
g) Minimal 70% Kabupaten/Kota melakukan pembinaan pengamanan limbah
cair dan padat.
h) Minimal 50% Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap keracunan
pestisida.
i) Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
j) Minimal 20% desa memiliki forum kelompok masyarakat pengguna air.
2)

Untuk
mewujudkan tujuan Memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar
mampu menumbuhkan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

(UKBM), maka

ditetapkan sasaran: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku


hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian,
dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran : Pengembangan media
promosi dan informasi sadar hidup sehat sesuai target.
(a) Minimal 25 % pondok pesantren di Kabupaten/Kota mempunyai Pos
Kesehatan Pesantren sesuai standar.
(b) Minimal 40 % dari kecamatan di Kabupaten/Kota

membentuk dan

membina Saka Bhakti Husada Kwartir Ranting.


(c) 100% Kabupaten/Kota menyusun profil kegiatan promosi kesehatan dan
pengembangan UKBM sesuai pedoman.
(d) Minimal 52% posyandu di semua Kabupaten/Kota berstrata Purnama
Mandiri (PURI).
(e) Minimal 75% desa siaga di semua Kabupaten/Kota dengan pada tahap
Tumbuh Kembang dan Paripurna.
3)

Untuk
mewujudkan tujuan Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan

32

kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya,


maka ditetapkan sasaran:
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja
dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi, dengan indikator keberhasilan
pencapaian sasaran :
1. 100% Kabupaten/Kota melaksanakan pemeriksaan penjaringan kesehatan
siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru
UKS/dokter kecil mencapai target provinsi.
2. Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan pelayanan kesehatan peduli
remaja sesuai standar.
3. Minimal 30% Kabupaten/Kota, melaksanakan pelayanan kesehatan
pralansia dan lansia sesuai target provinsi.
4. Minimal 90% Kabupaten/Kota cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
mencapai target SPM.
5. Minimal 84% Kabupaten/Kota dengan cakupan Kunjungan Neonatal
(KN) lengkap mencapai target minimal 90%
6. Minimal 65% Kabupaten/Kota dengan cakupan kunjungan bayi mencapai
target SPM
7. Minimal 50% Kabupaten/Kota dengan cakupan pelayanan kesehatan pada
anak balita sesuai target SPM.
8. Minimal 50% Kabupaten/Kota mencapai cakupan pelayanan KB aktif >
70%
9. Minimal

25%

Kabupaten/Kota

melakukan

pelayanan

konseling

PMTCT/HIV pada ibu hamil yang ANC sesuai target provinsi.


b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan
jaringannya serta pelayanan

kesehatan penunjang, dengan indikator

keberhasilan pencapaian sasaran:


1. Minimal 45% Puskesmas yang ada menjadi puskesmas rawat inap standar.
2. Minimal 25% Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Plus.

33

3. Minimal 10% Puskesmas Pembantu yang ada menjadi Puskesmas


Pembantu Layani Gawat Darurat dan Observasi.
4. Minimal 50% Puskesmas yang menyelenggarakan PONED memenuhi
standar mutu.
5. Minimal 60 % Puskesmas mempunyai UGD 24 jam.
6. Minimal 20% Kabupaten/Kota menerapkan sistem

keuangan

di

Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja.


7. Minimal 30% Kabupaten/Kota menerapkan standar pelayanan minimal
berdasarkan citizens charter atau kontrak pelayanan.
8. 50% Polindes berkembang menjadi Pondok kesehatan desa (Ponkesdes).
9. Minimal 25% Puskesmas terlayani mobil bengkel service kesehatan.
10. Minimal 25% Unit Transfusi Darah (UTD) memenuhi standar mutu.
11. Minimal 80% keluhan masyarakat miskin yang berobat gratis di
Puskesmas seluruh Kabupaten/Kota tertangani.
12. Minimal 50% puskesmas di daerah tertinggal dan terpencil melakukan
pembinaan keluarga rawan.
13. Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan jiwa.
14. Minimal 80% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan kerja.
15. Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan
olahraga.
16. Minimal 60% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan indra.
17. Minimal 60% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pembinaan pengobat
tradisional sesuai standar.
18. Minimal 90% success rate bagi penderita TB yang berobat di BP4.
19. Minimal 80 % tercapai angka konversi penderita TB yang berobat di BP4.
20. Maksimal 5% error rate dari spesimen penderita TB yang berobat di BP4.
21. Minimal 90% Kabupaten/Kota melaksanakan program PGPK
(Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan).
c. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan

dengan

kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat


dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai
kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran:
1. Minimal 80% keluhan masyarakat miskin yang berobatgratis di Rumah
Sakit Pemerintah seluruh Kabupaten/Kota tertangani.
2. Minimal 75% Rumah Sakit Pemerintah terakreditasi 5 pelayanan dasar.

34

3. 80% RSUD Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelayanan Obstetri


Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam.
4. Minimal 80% Rumah Sakit Provinsi memiliki tenaga dokter sub spesialis.
5. Minimal 90% Rumah Sakit Kabupaten/Kota memiliki jejaring dengan
Puskesmas untuk penanggulangan masalah kesehatan.
6. Minimal 10% Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyusun standar pelayanan
minimal berdasarkan citizens charter atau kontrak pelayanan.
7. Minimal 15% Rumah Sakit pelaksana program DOTS mencapai angka
kesembuhan 85%.
8. Minimal 70 % Rumah Sakit Pemerintah yang memberikan pelayanan,
dukungan dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.
9. Minimal 25 % Rumah Sakit Pemerintah mampu melayani kasus pandemi
influenza sesuai standar.
10. Minimal 90% Rumah

Sakit

Kabupaten/Kota

mampu

dalam

penatalaksanaan gizi buruk sesuai standar.


11. 90% RSUD Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
level 1 sesuai standar.
12. Minimal 80% Rumah Sakit Pemerintah memiliki sarana penunjang medis
sesuai standar.
13. Angka kematian penderita DBD di Rumah Sakit Pemerintah maksimal
1%.
14. Minimal 90% success rate bagi penderita TB yang berobat di Rumah Sakit
Paru.
15. Minimal 80 % tercapai angka konversi kenderita TB yang berobat di
Rumah Sakit Paru.
16. Maksimal 5 % error rate dari spesimen penderita TB yang berobat di
Rumah Sakit Paru.
17. 100% pasien kusta mendapat Multi Drug Therapi (MDT) dan Prevention
of disability (POD) di Rumah Sakit Khusus Kusta.
18. Minimal 80% penderita kusta dengan reaksi Erytematus Nodusum
Leprosum (ENL) di Rumah Sakit khusus terhindar dari cacat.
d. Untuk mewujudkan tujuan Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat, maka ditetapkan sasaran:

35

Meningkatkan keluarga sadar gizi dan perbaikan gizi masyarakat, dengan


indikator keberhasilan pencapaian sasaran:
1. 100% Kabupaten/Kota memiliki data prevalensi gizi kurang sebagai
2.

dasar penanggulangan balita KEP dan gizi buruk.


100% Kabupaten/Kota melaksanakan upaya penanggulangan masalah

3.

gizi (KEP, anemia, gizi besi, GAKY, KVA).


100% Kabupaten/Kota melaksanakan program kadarzi (keluarga sadar

4.

gizi).
100% Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans dan audit KLB gizi

5.

buruk.
100% petugas pelaksana gizi mampu melaksanakan penanganan gizi

masyarakat sesuai standar.


e. Untuk mewujudkan tujuan

Menjamin

ketersediaan,

pemerataan,

pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta


pembinaan mutu makanan, maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan
pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan, dengan indikator
keberhasilan pencapaian sasaran:
1. Minimal 50% tersedia obat buffer stock dan alat kesehatan habis pakai
2.

untuk pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Propinsi.


Minimal 80% tersedia obat dan alat kesehatan habis pakai untuk

3.
4.
5.

pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Provinsi.


Minimal 90% tersedia obat untuk penanggulangan bencana dan KLB.
Minimal 95% obat sesuai kebutuhan tersedia di semua Kabupaten/Kota.
Minimal 60% sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan

6.

pelayanan kefarmasian sesuai standar.


100 % Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring, pembinaan dan
pelaporan secara berkala penggunaan obat secara rasional di Puskesmas
dengan menerapkan software monitoring penggunaan obat secara

7.

rasional
Minimal 85 % sarana produksi dan distribusi obat, alat kesehatan
(ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan kosmetika
menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar

36

8.

Minimal 90% permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi obat,


alat kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT),

9.

dan kosmetika terlayani sesuai standar.


Minimal 80% Kabupaten/Kota menerapkan sistem pelaporan narkotika-

psikotropika.
10. Minimal 45% Sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar.
11. Minimal 60% permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi obat
tradisional dan kosmetika terlayani sesuai standar.
12. Minimal 40% dari kebutuhan tersedia buffer bahan kimia dan
laboratorium.
13. Minimal 70% Industri Makanan Rumah Tangga yang diawasi tidak
menggunakan bahan tambahan yang dilarang untuk makanan.
14. Minimal 70% tanaman obat asli Indonesia di UPT Materia Medica Batu
dapat dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan kesehatan.
g. Untuk mewujudkan tujuan Mengembangkan kebijakan, sistem pembiayaan
dan manajemen pembangunan kesehatan, maka ditetapkan sasaran:
Mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi
kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan, dengan
indikator keberhasilan sasaran:
1. 100% standar tentang pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
prioritas kesehatan tersusun.
2. 100% Laporan Hasil Pemeriksaan ditindaklanjuti tepat waktu.
3. Minimal 75% pengelolaan administrasi keuangan sesuai dengan SAI
(Sistem Akuntansi Instansi).
4. 100% dokumen perencanaan dan anggaran tersusun sesuai standar.
5. 100% Kerjasama antar daerah dan luar negeri terdokumentasi.
6. Termanfaatkannya aplikasi e-reporting (pelaporan elektronik) di 38
Kabupaten/Kota.
7. Tersusunnya profil kesehatan Jawa Timur sesuai standar.
8. Terdokumentasinya laporan pencapaian SPM bidang
Kabupaten/Kota.

kesehatan

37

9. 100% Kabupaten/Kota yang memanfaatkan laporan berbasis WEB sesuai


standar.
10. Tersedianya minimal 15 dokumen hasil kajian/penelitian program
kesehatan.
11. 60% UPT melaksanakan budaya kerja.
12. Minimal 80% UPT memiliki analisa jabatan sesuai standar.
13. Minimal 70% penduduk mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan.
h. Untuk mewujudkan tujuan Mencegah, menurunkan dan mengendalikan
penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya, maka
ditetapkan sasaran: Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit
menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini
dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana, dengan
indikator keberhasilan pencapaian sasaran:
1. Minimal 50% Kabupaten/Kota dengan angka kesakitan DBD maksimal
2.

20/100.000 penduduk.
Minimal 60% Kabupaten/Kota dengan angka kematian DBD maksimal

3.

1%.
Minimal

50

Kabupaten/Kota

yang

melaksanakan

program

pemberantasan penyakit menular mencapai target indikator utama


4.

program.
Minimal 80% korban akibat bencana skala provinsi tertangani sesuai

5.

standar.
Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan program pengendalian

6.

pneumonia balita sesuai standar.


Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program pengendalian

7.

Penyakit Tidak Menular tertentu sesuai petunjuk teknis.


Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan program pemberantasan

8.

diare sesuai standar.


Minimal 50% Kabupaten/Kota

yang

melaksanakan

program

Pemberantasan Penyakit bersumber binatang mencapai target indikator


utama program.

38

9.

Minimal 50% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program P2 filaria

10.
11.
12.
13.
14.

memenuhi indikator sesuai standar.


Minimal 80% Kabupaten/Kota mencapai UCI Desa sesuai dengan target.
Minimal 80% KLB skala provinsi tertanggulangi < 48 jam.
Minimal 80% pasca bencana skala provinsi tidak diikuti KLB penyakit.
Minimal 70% laporan STP sentinel tepat dan lengkap.
Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan surveilans Pandemi Influenza

sesuai standar.
15. Minimal 80% Kabupaten/Kota melaksanakan program pelayanan
kesehatan haji sesuai standar.
16. Minimal 70 % Kabupaten/Kota mencapai 90 % penderita kusta telah
menyelesaikan pengobatan sesuai standar.
17. 100% Kabupaten/Kota mencapai angka keberhasilan pengobatan TB
minimal 90%.
18. Minimal 70 % Kabupaten/Kota memiliki layanan komprehensif
HIV/AIDS.
19. Minimal 70% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program malaria
mampu mencapai API (Annual Parasite Index malaria ) 1.
20. 100% Kabupaten/Kota yang ditemukan penderita pes telah melaksanakan
program pemberantasan pes mencapai indikator utama.
i. Untuk mewujudkan tujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran
tenaga kesehatan sesuai standar, maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan
jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, dengan
indikator keberhasilan sasaran:
1. Minimal 80% RSU Kelas C mempunyai spesialis obgyn, anak, interna,
2.

bedah, anestesi, radiologi dan patologi klinik.


100% bidan di desa PTT mengikuti pelatihan pratugas dan mendapat

3.

sertifikat.
Minimal 10% Puskesmas memiliki jadwal kunjungan dokter spesialis

4.
5.
6.

tertentu dari Rumah Sakit Kabupaten/Kota.


Minimal 10% ponkesdes mempunyai perawat.
Semua desa dan kelurahan mempunyai Bidan di Desa.
Provinsi dan minimal 25% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelatihan
bidang kesehatan sesuai stndar.

39

7.

Minimal 25% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pengelolaan tenaga

8.
9.

kesehatan sesuai standar.


100 % tenaga kesehatan yang lulus uji kompetensi berizin.
Penyelenggaraan pemilihan tenaga kesehatan (medis, paramedis,

kesehatan masyarakat dan nutrisionis) Puskesmas teladan sesuai tujuan.


10. Minimal 60% tenaga kesehatan yang bekerja di instansi pemerintah
11.
12.
13.
14.
f.

menduduki jabatan fungsional kesehatan.


100% Lulusan Akper Madiun lulus uji kompetensi.
Minimal 90% lulusan Akzi Surabaya mempunyai IPK 3.
Terwujudnya kualitas dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat

Strategi
Strategi pencapaian tujuan dan sa saran adalah merupakan strategiorganisasi,

yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berisi rencana menyeluruh dan
terpadu mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara operasional dengan
memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai satu cara untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran, maka strategi yang ditetapkan terdiri atas :
1) Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM
3) Penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatan sistem surveilans
4)
5)
6)
7)
g.

monitoring dan informasi kesehatan


Pemberdayaan masyarakat
Pengembangan sistem pembiayaan
Peningkatan manajemen kesehatan
Peningkatan koordinasi dan kemitraan terhadap pelaku pembangunan kesehatan
Rencana Program dan Kegiatan
Dalam rangka mewujudkan sasaran organisasi dengan indikator sasaran sebagai

tolok ukur keberhasilannya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menetapkan


program operasional dan kegiatan pokok organisasi. Secara garis besar programprogram operasional tersebut dapat diuraikan berdasarkan orientasi misi sebagai
berikut :

40

1) Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan


dan Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
dirumuskan program-program :
a. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan indikatif:
b. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
c. Penyehatan Lingkungan
d. Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat
e. Pengembangan SABPL melalui pendekatan participatory
f. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan, dengan kegiatan indikatif:
(1) Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
(2) Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
(3) Pengembangan posyandu dan desa siaga
2) Untuk mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau , dirumuskan
program-program :
a) Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
(1) Peningkatan kesehatan anak, remaja dan lanjut usia
(2) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak pra
(3)

sekolah
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga

(4)

berencana
Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di

(5)

Puskesmas dan jaringannya


Peningkatan mutu pelayanan kesehatan penunjang (laboratorium, darah,

(6)

radiomedik, bengkel alat kesehatan)


Peningkatan kesehatan penduduk miskin, daerah terpencil, tertinggal

(7)

dan kepulauan di Puskesmas dan jaringannya


Peningkatan pelayanan kesehatan khusus (indra, jiwa, olahraga, batra

(8)

dan kesehatan kerja)


Perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (polindes), dari hanya
melayani pasien bersalin menjadi Pondok Kesehatan Desa (ponkesdes)
yang juga melayani kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga

perawat.
(9) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Madiun
(10) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Pamekasan

41

(11) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Surabaya


(12) Peningkatan pelayanan kesehatan di BKMM Surabaya
b)
Program Upaya Kesehatan Perorangan, dengan kegiatan indikatif:
(1) Pelayanan bagi penduduk miskin di Rumah Sakit dan atau Rumah Sakit
(2)
(3)

khusus serta pengembangan kesehatan rujukan


Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit
Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dan kegawatdaruratan di

(1)
(2)

Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit khusus.


Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Paru
Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kusta
Program Perbaikan Gizi Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, KVA dan zat gizi mikro

(3)
(4)
(5)

lainnya
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi
Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi
Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan masalah

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

gizi
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatan indikatif:
Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

(4)
(5)
c)

d)

lainnya (Napza)
(6) Pengembangan Tanaman Obat dan Peningkatan Promosi
(7) Pemanfaatan Obat Bahan Alam Indonesia
(8) Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium
(9) Peningkatan Mutu Makanan dan Minuman
(10) Peningkatan dan Pengembangan UPT Materia Medika Batu
e) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan,

dengan

kegiatan indikatif :
(1) Pengembangan dan fasilitasi program kesehatan
(2) Pengembangan manajemen perencanaan bidang kesehatan
(3) Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang
(4)
(5)

kesehatan
Pengembangan sistem informasi kesehatan
Pengembangan kajian/penelitian program kesehatan

42

3)

(6) Peningkatan manajemen dan fungsi kelembagaan UPT


(7) Pengembangan pembiayaan kesehatan secara pra upaya
Untuk mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan, dirumuskan program-program :
a) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, dengan kegiatan indikatif :
(1) Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
(2) Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
(3) Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana
(4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit serta tata laksana penderita
(5) Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML)
(6) Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)
(7) Peningkatan imunisasi
(8) Peningkatan surveillance epidemiologi dan pengamatan penyakit serta
penanggulangan KLB
(9) Pengendalian Penyakit Kusta
(10) Pengendalian Penyakit TB

4)

(11) Pengendalian Penyakit HIV/AIDS


(12) Pengendalian Penyakit Malaria
(13) Pengendalian Penyakit Pes
Untuk mewujudkan misi Meningkatkan dan mendayagunakan

sumberdaya

kesehatan , dirumuskan program-program :


a) Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan, dengan kegiatan indikatif :
(1) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya
serta Rumah Sakit
(2) Penempatan, pengembangan dan pemenuhan tenaga kesehatan di tempat
(3)
(4)
(5)
(6)

pelayanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan jaringannya)


Peningkatan profesionalisme dan pengembangan tenaga kesehatan
Peningkatan pengembangan Akper Madiun
Peningkatan pengembangan Akzi Surabaya
Peningkatan pengembangan UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat

2.2.2 Unit Kerja Dinkes Provinsi


a. Sekretariat
Sekretaris

mempunyai

tugas

merencanakan,

melaksanakan,

mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian,

43

perlengkapan, penyusunan program, keuangan, hubungan masyarakat (humas) dan


protokol.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretaris
mempunyai fungsi:
1)

Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan perizinan

2)

Pengelolaan administrasi kepegawaian

3)

Pengelolaan administrasi keuangan

4)

Pengelolaan administrasi perlengkapan

5)

Pengelolaan urusan rumah tangga, humas dan protokol

6)

Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundang undangan

7)

Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang

8)

Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas

9)

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi organisasi dan tatalaksana

10) Pelaksanaan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Sekretariat memiliki 3 sub bagian dan masing-masing sub bagian dipimpin oleh
Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian secretariat terdiri dari :
1) Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas :
a) Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat-surat,
b)
c)
d)
e)

penggandaan naskah-naskah dinas, kearsipan dan perpustakaan dinas


Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian
Menyelenggarakan urusan rumah tangga dan keprotokolan
Melaksanakan tugas di bidang hubungan masyarakat
Mempersiapkan seluruh rencana kebutuhan kepegawaian mulai
penempatan formasi, pengusulan dalam jabatan, usulan pensiun,
peninjauan masa kerja, pemberian penghargaan, kenaikan pangkat, DP-3,
DUK, Sumpah/Janji Pegawai, Gaji Berkala, kesejahteraan, mutasi dan

44

pemberhentian pegawai, diklat, ujian dinas, izin belajar, pembinaan


kepegawaian dan disiplin pegawai, menyusun standar kompetensi
pegawai, tenaga teknis dan fungsional
f) Melakukan penyusunan kebutuhan perlengkapan, pengadaan dan
perawatan peralatan kantor, pengamanan, penghapusan aset serta
menyusun laporan pertanggungjawaban atas barang-barang inventaris
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
2)

Sub

Bagian

Penyusunan

Program
a) Menyiapkan bahan perencanaan sistem penganggaran dan kebijakan
pembangunan kesehatan
b) Melaksanakan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis, prosedur tetap
mengenai sistem penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan
c) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan sistem
penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan
d) Melaksanakan fasilitasi sistem penganggaran
e)

dan

kebijakan

pembangunan kesehatan
Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat

f)

sistem penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan


Menyiapkan bahan evaluasi sistem penganggaran dan kebijakan

g)

pembangunan kesehatan
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

3)

Sub Bagian Keuangan


a)

Melaksanakan pengelolaan keuangan termasuk pembayaran gaji


pegawai

b)

Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan

c)

Menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan


keuangan

d)

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

45

b. Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes)


Bidang yankes mempunyai tugas menyusun perencanaan, kebijakan teknis
operasional, standard pelayanan, pedoman teknis, pembinanan dan pengendalian
program pelayanan kesehatan dasar dan penunjang, rujukan dan khusus serta
kesehatan keluarga.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Pelayanan
Kesehatan mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian Kesehatan
Dasar dan penunjang, rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
2) Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur
tetap Kesehatan Dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta
Kesehatan Keluarga
3) Penyelenggaraan kebijaksanaan program kesehatan dasar dan penunjang,
kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
4) Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program kesehatan
dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
5) Pelaksanaan fasilitasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
6) Pelaksanaan koordinasi pelaksanaan program kesehatan dasar dan penunjang,
kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
7) Pelaksanaan evaluasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga
8) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas
Bidang Yankes beberapa seksi dan masing-masing Seksi dipimpin oleh
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
Bidan yankes terdiri dari :
1)

Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang


a)

Menyiapkan bahan perencanaan pelayanan kesehatan dasar penunjang

46

b) Menyiapkan bahan pedoman teknis dan standart pelayanan kesehatan dasar


dan penunjang
c) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelayanan
kesehatan dasar dan penunjang yang dilakukan pemerintah maupun swasta
d) Melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian upaya kesehatan
dasar dan penunjang pada daerah perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan
e) Melaksanakan registrasi dan akreditasi sarana kesehatan dasar baik
Pemerintah maupun Swasta ;
f)

Melaksanakan fasilitasi pelayanan kesehatan dasar dan penunjang

g) Menyiapkan bahan evaluasi program pelayanan kesehatan dasar dan


penunjang
h) Menyiapkan bahan koordinasi lintas program dan lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat tentang
pelayanan kesehatan dasar dan penunjang
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
2)

Seksi Kesehatan Rujukan dan Khusus


a) Menyiapkan bahan perencanaan pelayanan kesehatan rujukan dan khusus
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan penjabaran standart pelayanan kesehatan
rujukan dan khusus
c) Menyiapkan bahan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan Rujukan dan
khusus
d) Menyiapkan bahan penerbitan rekomendasi perizinan RS Pemerintah kelas B
Pendidikan dan RS Khusus, RS Swasta serta sarana kesehatan penunjangnya
e) Menyiapkan bahan penerbitan perizinan sarana kesehatan tertentu
f) Menyiapkan bahan bimbingan registrasi dan akreditasi rumah sakit
pemerintah dan swasta
g) Menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
kesehatan rujukan dan khusus
h) Melaksanakan fasilitasi peningkatan pelayanan kesehatan rujukan dan khusus

47

i) Menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,


institusi pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan
pelayanan kesehatan rujukan dan khusus
j) Menyiapkan bahan evaluasi program pelayanan kesehatan rujukan dan khusus
k) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
3)

Seksi Kesehatan Keluarga


a) Menyiapkan

bahan

Perencanaan

Program

dan

kebijaksanaan

teknis

operasional pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan usia lanjut,
kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga Berencana
b) Menyiapkan bahan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, prosedur
tetap, manual pelaksanaan mengenai kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja
dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
c) Menyiapkan bahan penyusunan, menjabarkan dansosialisasi, standard
pelayanan dan pengelolaan program kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja
dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
d) Menyiapkan bahan penerbitan rekomendasi perizinan kesehatan keluarga
e) Melaksanakan pembinaan, pemantauan dan pengendalian penerapan
kebijakan, pelaksanaan pedoman, standart dan pengelolaan program
kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan usia lanjut, kesehatan reproduksi
serta teknis medis pelayanan Keluarga Berencana
f) Melaksanakan fasilitasi program kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan
usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana
g) Menyiapkan bahan koordinasi dan sinkronisasi dengan lintas program, lintas
sektor, organisasi profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya
masyarakat

48

h) Menyiapkan bahan evaluasi pelaksanaan program kesehatan ibu, kesehatan


anak, remaja dan usia lanjut serta kesehatan reproduksi termasuk teknis medis
pelayanan Keluarga Berencana
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
c. Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan (PPMK)
Bidang PPKM mempunyai tugas menyusun perencanaan, merumuskan
kebijaksanaan teknis, operasional, melaksanakan kegiatan pembinaan pengawasan
dan pengendalian dalam kegiatan pencegahan masalah kesehatan, surveilans
epidemiologi.
Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, mempunyai fungsi:
1)

Pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian pencegahan,


pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan

2)

penyehatan lingkungan
Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur
tetap program pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah

3)

kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan


Penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini terhadap penyebaran penyakit dan
faktor resiko yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa / Wabah dan

4)

bencana
Penilaian cepat kesehatan (rapid healt assesment) dan melakukan tindakan
darurat di bidang Pencegahan Pemberantasan penyakit, masalah kesehatan dan

5)

penyehatan lingkungan
Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program pencegahan,
pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan

6)

penyehatan lingkungan
Pelaksanaan fasilitasi program pencegahan, pengamatan, pemberantasan

7)

penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan


Pelaksanaan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan pihak swasta program

49

pencegahan,
8)
9)

pengamatan,

pemberantasan

penyakit,

masalah

kesehatan,

kesehatan matra dan penyehatan lingkungan


Pelaksanaan evaluasi program pencegahan, pengamatan, pemberantasan
penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas
Bidang PPMK terdiri dari :
1. Seksi Pemberantasan Penyakit
a) Menyiapkan bahan perencanaan program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor binatang perantara penyakit
b) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis serta prosedur tetap pelayanan yang terkait dengan program
pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor binatang perantara
penyakit
c) Melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit
d) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor - binatang perantara
penyakit
e) Melaksanakan

fasilitasi

program

pemberantasan

penyakit

dan

pengamatan vektor - binatang perantara penyakit


f) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat
dan pihak swasta program pemberantasan penyakit dan pengamatan
vektor binatang perantara penyakit
g) Menyiapkan bahan evaluasi program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor - binatang perantara penyakit
h) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
2. Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah Kesehatan
a) Menyiapkan bahan perencanaan program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan

50

b) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk


teknis serta prosedur tetap pelayanan program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan
c) Menyelenggarakan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyebaran
penyakit dan faktor resiko yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar
Biasa /wabah bencana serta penanggulangannya
d) Melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit
e) Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan dan pengendalian program
imunisasi, surveilans epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian
Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan
pelabuhan
f) Melaksanakan fasilitasi program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan
matra, karantina dan kesehatan pelabuhan
g) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan
pihak swasta program imunisasi, surveilans epidemiologi, penyakit tidak
menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan matra,
karantina dan kesehatan pelabuhan
h) Menyiapkan bahan evaluasi program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan
matra, karantina dan kesehatan pelabuhan
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang
3. Seksi Penyehatan Lingkungan
a. Menyiapkan bahan perencanaan program penyehatan makanan minuman,
air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah

51

b.

Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,


petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan program penyehatan
makanan minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasandan

c.

pengamanan limbah
Melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan

d.

melakukan tindakan darurat di bidang penyehatan lingkungan


Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
penyehatan makanan minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan,

e.

kawasan dan pengamanan limbah


Melaksanakan fasilitasi program penyehatan makanan minuman, air,

f.

kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah


Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat
dan pihak swasta program penyehatan makanan minuman, air, kualitas

d.

g.

lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah


Menyiapkan bahan evaluasi program penyehatan makanan minuman, air,

h.

kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah


Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Kepala Bidang

Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan (PSDK)


Bidang PSDK mempunyai tugas menyusun perencanaan, merumuskan
kebijakan teknis operasional di bidang pendayagunaan tenaga kesehatan,
kefarmasian dan perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Bidang
Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan perencanaan program pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta
pembiayaan kesehatan
2) Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur
tetap program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta pembiayaan kesehatan

52

3) Penyelenggaraan, pemantauan, pembinaan dan pengendalian program


pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan,
kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta pembiayaan kesehatan
4) Pelaksanaan registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu
5) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta pembiayaan
kesehatan
6) Penyiapan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor organisasi
profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan pihak swasta
pengembangan dan pemberdayaan sumber saya manusia kesehatan,
kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta pembiayaan kesehatan
7) Pelaksanaan evaluasi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta pembiayaan
kesehatan
8) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepala dinas
Bidang PSDK terdiri dari :
1)

Seksi

Perencanaan

pendayagunaan dan pengembangan SDM kesehatan


a) Menyiapkan bahan perencanaan kebutuhan, distribusi, pendayagunaan,
pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta
tenaga kesehatan tertentu
b) Menyiapkan bahan pedoman teknis, standart kebutuhan tenaga kesehatan
dan diklat fungsional dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan
c) Melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu
sesuai peraturan perundang-undangan;
d) Menyiapkan rekomendasi izin tenaga

kesehatan

asing

dan

penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan


e) Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan

53

f) Melaksanakan akreditasi pelatihan tenaga kesehatan dan institusi


pendidikan tenaga kesehatan
g) Melaksanakan fasilitasi kebutuhan,

distribusi,

pendayagunaan,

pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta


tenaga kesehatan tertentu;
h) Menyiapkan bahan evaluasi kebutuhan, distribusi, pendayagunaan,
pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta
tenaga kesehatan tertentu
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
2)

Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan


a) Menyiapkan bahan perencanaan program pembinaan dan pengendalian
obat, obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan
obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi keracunan
b) Menjabarkan kebijakan operasional di bidang obat, obat tradisional,
narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat kesehatan, perbekalan
kesehatan rumah tangga, dan kosmetika
c) Menyiapkan bahan penyusunan pedomah, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis serta prosedur tetap program pembinaan dan pengendalian obat,
obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan
obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi keracunan
d) Menyiapkan rekomendasi izin prinsip usaha industri obat tradisional, izin
usaha industri obat tradisional, industry farmasi, industri alat kesehatan,
industri perbekalan kesehatan rumah tangga, pedagang besar farmasi,
penyalur alat kesehatan, izin pedagang besar farmasi cabang, sub dan
cabang penyalur alat kesehatan, izin prinsip dan izin usaha industri kecil
obat tradisional

54

e) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang


obat, obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya,
perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan obat dan alat
kesehatan serta pelayanan informasi keracunan
f) Melaksanakan fasilitasi program pembinaan dan pengendalian obat, obat
tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan obat dan alat
kesehatan serta pelayanan informasi keracunan.
g) Menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, asosiasi, lembaga swadaya masyarakat, dan
pihak swasta program pembinaan dan pengendalian obat, obat tradisional,
narkotika.psikotropika, zat adiktif lainnya, alat kesehatan, perbekalan
kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan obat dan alat kesehatan
serta pelayanan informasi keracunan
h) Menyiapkan bahan evaluasi program pembinaan dan pengendalian obat,
obat tradisional, narkotika.psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan
obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi keracunan
i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
3)

Seksi Pembiayaan Kesehatan


a) Menyiapkan bahan perencanaan pengembangan Pembiayaan Kesehatan
b) Menyiapkan bahan pedoman standar petunjuk pelaksanaan, teknis,
protab, pelayanan program Pembiayaan Kesehatan
c) Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan dan pengawasan program
Pembiayaan Kesehatan
d) Melaksanakan fasilitasi program Pembiayaan Kesehatan
e) Menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan pihak
swasta, program Pembiayaan Kesehatan

55

f) Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan program Pembiayaan


Kesehatan
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang
e. Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PPKM)
Bidang PPKM mempunyai tugas menyusun perencanaan, merumuskan
kebijakan teknis operasional, melaksanakan kegiatan pembinaan pengawasan dan
pengendalian dalam kegiatan promosi kesehatan, UKBM, Gizi Masyarakat, Sistem
Informasi dan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat mempunyai
fungsi:
1) Pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian promosi
kesehatan, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi
masyarakat, system informasi dan penelitian pengembangan kesehatan
2) Penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur
tetap pelayanan Promosi Kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat, sistem informasi dan penelitian
pengembangan kesehatan
3) Penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini terhadap gizi masyarakat
4) Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program promosi
kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi
masyarakat, sistem informasi dan penelitian pengembangan kesehatan
5) Pelaksanaan fasilitasi program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat, sistem informasi dan
penelitian pengembangan kesehatan
6) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan program promosi kesehatan dan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat
.sistem informasi dan penelitian pengembangan kesehatan

56

7) Pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat, sistem informasi dan
penelitian pengembangan kesehatan
8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.
Bidang PPKM terdiri dari :
1)

Seksi Gizi
Seksi Gizi, mempunyai tugas:
a) Menyiapkan bahan perencanaan program gizi masyarakat
b) Menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis serta
prosedur tetap pelayanan program gizi masyarakat
c) Menyelenggarakan sistem kewaspadaan dini terhadap gizi masyarakat
d) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
program gizi masyarakat
e) Menyiapkan bahan fasilitasi program gizi masyarakat
f) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program dan gizi masyarakat
g) Menyiapkan bahan evaluasi program gizi masyarakat
h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang

Berdasarkan data di Dinas Kesehatan, Seksi Gizi ini terdapat 4 permasalahan


utama gizi masyarakat yaitu KEP (Kekurangan Energi Utama), KVA (Kekurangan
Vitamin A), GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) dan AGB (Anemia Gizi
Besi).
Pengumpulan Data untuk permasalahan Gizi diperoleh melalui 2 metode
yaitu: Survei Riskesdas yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali dan PSG
(Pemantauan Status Gizi) yang dilakukan mandiri oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur setiap 1 tahun sekali.
Berikut uraian mengenai 4 permasalahan Gizi tersebut:
1. KEP
(a) Definisi KEP

57

Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan salah satu jenis gangguan
kekurangan zat gizi, terutama zat gizi makro yang dapat memberikan gambaran
tentang status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat, pada umumnya dapat dilihat
dari status gizi balita. KEP merupakan kondisi tubuh yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi
kecukupan yang dianjurkan.
(b) Prevalensi Kejadian Kurang Energi dan Protein (KEP)

Gambar 2.2 2. Diagram prevalensi kurang eneri dan protein KEP


Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Sumber : Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
.
Gambaran status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur (BB/U)
di Jawa Timur Tahun 2012, dapat dilihat pada gambar 3 tersebut. Dari gambar,
diketahui bahwa berdasarkan indikator BB/U, persentase balita Gizi Buruk (BB
Sangat Kurang sebesar 1,15% dan persentase balita Gizi Kurang sebesar 5,71%,
sehingga persentase balita kurang gizi (Gizi Kurang + Gizi Buruk) sebesar 6,86%.
Jika dibandingkan dengan target MDGs tahun 2014 sebesar 3.6%, maka angka

58

prevalensi gizi buruk di Jawa Timur sudah cukup aman (1,15%). Akan tetapi harus
ditekankan bahwa semua kabupaten/kota yang ada harus tetap waspada dan terus
mempertahankan agar prevalensi gizi buruknya tidak naik bahkan diupayakan agar
semaksimal mungkin untuk berupaya menguranginya Data tersebut diperoleh dari
laporan masyarakat, kader Posyandu, maupun kasus-kasus yang langsung dibawa ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada, seperti Puskesmas dan rumah sakit.
(c) Upaya pencegahan dan Penanggulangan
Masalah Gizi Buruk dapat dilakukan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan Reabilitatif. Berikut Uraian dari keempat upaya tersebut :
a)

Promotif dan Preventif


1) Pemberian Pendidikan (Penyuluhan) mengenai pentingnya pemenuhan
Gizi seimbang pada masyarakat agar nantinya diperoleh derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
2) Revitalisasi Posyandu, yaitu Upaya pemenuhan kesehatan dasar balita dan
peningkatan status gizi berbasis masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan peran posyandu sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar
berbasis masyarakat. Intervensi yang dilakukan : Penyediaan Sarana &
Prasarana Posyandu, Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu, Peningkatan
Pengetahuan Ibu dan Membangun Kemitraan Masyarakat untuk
Meningkatkan Peran Pelayanan Posyandu.
3) Pemberian Suplementasi Gizi.
4) Pemberian MP-ASI bagi balita Gakin. Tujuan pemberian makanan
pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang
diperlukan bayi. pada keluarga miskin pemberian MP ASI sangat
diperlukan karena adanya kemungkinan orang tua dari bayi tidak mampu
mencukupi kebutuhan bayi dengan makanan yang bergizi untuk
memenuhi kebutuhan yang dianjurkan, sehingga akan terjadi KEP.

b) Kuratif dan Rehabilitatif (upaya pengobatan dan pemulihan)

59

1)

Penemuan Aktif dan Rujukan Kasus Gizi Buruk. Pada saat menemukan
kasus gizi buruk, maka secepatnya petugas kesehatan harus memberikan
pengobatan agar tidak terjadi masalah yang lebih serius lagi dengan
rujukan dari laporan masyarakat, kader Posyandu, maupun kasus-kasus
yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada,

2)

seperti Puskesmas dan rumah sakit.


Perawatan Balita Gizi Buruk dengan bantuan TFC. Theurapetic Feeding
Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi ialah suatu kegiatan pelatihan
untuk mendeteksi dini adanya KEP, kemudian setelah itu melakukan
pendampingan dengan memberikan perawatan pada penderita KEP

3)

sampai si penderita KEP tersebut memperoleh gizi yang lebih baik.


Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan. Setelah mendapatkan
perawatan, balita harus mendapatkan pendampingan yang biasanya
dilakukan oleh kader posyandu, hal ini dikarenakan balita tersebut rawan
untuk mengalami gizi buruk lagi

Demi mencapai derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah telah membuat


selogan yang berguna untuk Tercapainya keadaan gizi yang optimal untuk seluruh
anggota keluarga, agar nantinya tidak mengalami permasalahan gizi seperti yang
telah diuraikan diatas. Berperilaku gizi yang baik atau KADARZI harus memenuhi 5
prinsip, diantaranya yaitu :
a. Menimbang berat badan secara teratur.
b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam
bulan (ASI eksklusif).
c. Makan beraneka ragam.
d. Menggunakan garam beryodium.
e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

60

Kelima prinsip tersebut harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat agar nantinya
dapat dianggap sebagai KADARZI dan dapat tercipta derajat kesehatan masyarakat
yang tinggi.
2. KVA
(a) Definisi KVA
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan
baik), dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan
epitel untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain.
Kekurangan Vitamin A adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami defisiensi
vitamin A. Vitamin A merupakan suatu zat organik yang digunakan oleh tubuh untuk
pemeliharaan epitel selaput lendir, ketajaman penglihatan dan pencegahan terjadinya
infeksi. Vitamin A berperan dalam penglihatan membuat kita bisa melihat dalam
cahaya redup, dan juga turut berperan memberi kekebalan tubuh.
(b) Upaya pencegahan dan Penanggulangan
Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak
tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah
masalah kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka
kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin
A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Dalam upaya penyediaan vitamin A yang cukup untuk tubuh ditempuh
kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi Vitamin A
a. Pelaksanaan Suplementasi kapsul vitamin A
1) Bayi (6-11 bulan)
Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur
6-11 bulan) baik sehat maupun sakit

61

2) Anak Balita (1-4 tahun)


Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita
(umur 1-5 tahun) baik sehat maupun sakit sebanyak 2x yaitu Bulan
Februari dan Agustus)
3) Ibu Nifas
Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru
melahirkan (nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang
cukup melalui ASI yaitu sebanyak 2 x 200.000 SI (segera setelah
melahirkan dan 24 jam dari pemberian pertama hingga hari ke 28
maksimal)
Adapun Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Jawa Timur tahun 2012 pada
bayi sebesar 97,83%, anak balita sebesar 77,07%. Jika digabungkan antara bayi dan
anak balita, maka cakupannya sebesar 91,5%. Cakupan tersebut telah memenuhi
target tahun 2012 sebesar 85%, sedangkan untuk mencapai target tahun 2014 sebesar
90%, pencapaiannya juga sudah terpenuhi, akan tetapi harus tetap dipertahankan,
jangan sampai terjadi penurunan lagi. Dibandingkan dengan cakupan pada tahun
2011, ada penurunan sebesar 0,6% pada bayi yaitu dari 98,43% tahun 2011 menjadi
97,83% pada tahun 2012. Sedangkan pada anak balita ada penurunan sebesar 6,06%,
yaitu dari 83,13% tahun 2011 menjadi 77,07% pada tahun 2012.

Gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita
selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada di bawah ini :

62

Grafik 2.2.1. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 dan 2012
(Sumber : Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012)
2. Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
Fortifikasi (penambahan zat gizi) vitamin A pada pangan merupakan solusi untuk
mengatasi kekurangan vitamin A. Dengan fortifikasi, kandungan vitamin A suatu
makanan bisa lebih tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan seseorang. Contoh
dari fortifikasi yang sudah dilakukan adalah Fortifikasi vitamin A pada margarin,
minyak goring curah.
3. Peningkatan KIE (Penyuluhan Gizi)
a. Pemanfaatan bahan makanan sumber vitamin A
b. Peningkatan cakupan pemberian kapsul vitamin A

3. GAKY
(a) Definisi
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Namun apabila diabaikan dapat
menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua
orang. GAKY adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembesaran
kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan di derita oleh sejumlah besar penduduk yang
tinggal di suatu daerah tertentu. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tingkat Pembesaran

Deskripsi

63

Kelenjar Tiroid
OA
OB

Belum ada pembesaran


Pembesaran dapat diraba, tetapi belum terlihat pada posisi

kepala tengadah
I
Pembesaran pada posisi tengadah
II
Pembesaran terlihat pada posisi kepala normal
III
Pembesaran terlihat dari jauh
Tabel 2.1 1 Klasifikasi tingkat pembesaran kalenjar tiroid
(Sumber :Departemen Kesehatan RI 2005)
(b) Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
GAKY diketahui mempunyai kaitan yang erat dengan gangguan perkembangan
mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi masalah
GAKY makan akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia. Apabila di
suatu wilayah dijumpai penderita gondok lebih dari 10% maka daerah itu dinyatakan
daerah endemik GAKY dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Jawa Timur
masihmerupakan masalah gizi yang perlu mendapatkan penanganan secara serius
mengingatdampaknya terhadap kualitas sumberdaya manusia. Kekurangan Yodium
dapatmenyebabkan masalah Gondok dan Kretinisme serta mengakibatkan penurunan
kecerdasan.
Upaya penanggulangan GAKY di Jawa Timur dilaksanakan melalui
optimalisasi pemanfaatan garam ber-Yodium serta penyuluhan tentang bahan
makanan alami sumber Yodium. Berdasarkan hasil monitoring garam di desa dapat
ditentukan kategori suatu desa dikatakan desa baik apabila dari 21 sampel yang
diperiksa, maksimal hanya 1 sampel yang tidak mengandung Yodium. Pada tahun
2011 dan 2012, di Jawa Timur tidak dilakukan monitoring garam ber-Yodium. Hal ini
disebabkan karena alokasi yang terbatas dan difokuskan untuk kegiatan prioritas yang
lain

64

4. AGB
(a) Definisi
Anemia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan baik jumlah maupun ukuran
eritrosit atau banyaknya hemoglobin sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara darah dan sel jaringan terbatasi. Anemia gizi adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena
kekurangan konsumsi protein maupun karena gangguan absorbsi. Zat gizi yang
bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C, dan vitamin
E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah (Amaatsier, 2004)
Anemia

defisiensi

besi

adalah

suatu

keadaan

atau

kondisi

sebagai

ketidakmampuan sistem eritropoieses dalam pempertahankan kadar hemoglobin


normal, sebagai akibat kekurangan konsumsi satu atau lebih zat gizi. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan keadaan anemia seseorang atau kelompok masyarakat
berbeda-beda berdasarkan kelompok umur da jenis kelamin serta keadaan fisiologis
seseorang. Anemia dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila
prevalensinya >15%.
Kelompok Umur
Anak

Batas Kadar Hb (g/L)


11

Hematokrit (g/L)
-

6 bulan - 6 tahun

12

< 0,33

6 tahun 14 tahun

< 0,34

Dewasa

13

Laki-laki

12

< 0,39

Wanita

11

< 0,36

Wanita Hamil
< 0,33
Tabel 2.1 2 Kadar Hb dan hematokrit (Ht) sebagai indikator anemia
(Sumber : WHO 2004)

65

(b) Pencegahan dan Penanggulangan AGB


Upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi dilaksanakan
melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil,
karena prevalensi Anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Di samping itu, kelompok
ibu hamil merupakan kelompok rawan yang sangat berpotensi memberi kontribusi
terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Untuk mencegah Anemia Gizi pada
ibu hamil dilakukan suplementasi TTD dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1
(satu) tablet (60 mg Elemental Iron dan 0,25 mg Asam Folat) berturut-turut minimal
90 hari selama masa kehamilan. Persentase cakupan ibu hamil di Jawa Timur yang
mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 87,71% dan yang mendapat 90 tablet.
Jika dibandingkan dengan target 2012, pencapaiannya belum memenuhi target,
yaitusebesar 85%. Gambaran perbandingan pencapaian tahun 2011 dan tahun 2012
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Khusus untuk pencapaian cakupan pemberian Fe3, target yang ditetapkan
MDGs sebesar 95% pada tahun 2014. Hal ini berarti masih ada kesenjangan sebesar
13,23%. Sebenarnya rendahnya cakupan Fe ini lebih disebabkan karena adanya
under-reporting saja, sebab cakupan K1 yang mensyaratkan harus sudah diberi tablet
Fe1 dan cakupan K4 yang mensyaratkan harus sudah diberi Fe3, sudah cukup tinggi.
Dengan kesempatan waktu yang masih 2 (dua) tahun lagi, maka masih ada harapan
besar untuk dapat memenuhi target pada akhir tahun 2014.

66

Gambar 2.2 3. Diagram Cakupan pemberian Fe1 dan Fe 3 pada Ibu


hamil Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 dan 2012
(Sumber : Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012)

2. Seksi Promosi Kesehatan


Seksi Promosi Kesehatan mempunyai tugas :
a) Menyiapkan bahan perencanaan program kegiatan promosi kesehatan dan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
b) Menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis serta prosedur
tetap pelayanan program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
c) Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM)

67

d) Melaksanakan fasilitasi program promosi kesehatan dan Upaya


Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
e) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan
pihak swasta program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
f) Menyiapkan bahan evaluasi program promosi kesehatan dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang
3. Seksi Informasi & Litbang Kesehatan
Seksi Informasi dan Penelitian Pengembangan Kesehatan mempunyai tugas:
a) Menyiapkan bahan perencanaan program kajian data Informasi, evaluasi
dan pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan
b) Mentiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis
serta prosedur tetap pelayanan program kajian data Informasi, evaluasi
dan pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan
c) Melaksanakan bimbingan pengawasan dan pengendalian program kajian
data Informasi, evaluasi dan pelaporan serta penelitian pengembangan
kesehatan
d) Melaksanakan fasilitasi program kajian data Informasi, evaluasi dan
pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan
e) Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan
pihak swasta program kajian data Informasi, evaluasi dan pelaporan serta
penelitian pengembangan kesehatan
f) Menyiapkan bahan evaluasi program kajian data Informasi, evaluasi dan
pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

68

2.3 Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER)


2.3.1 Profil PIER
PIER

adalah

Pembangunan kawasan

kawasan
ini

industri

merupakan

yang dikembangkan di Pasuruan.


pengembangan

lebih lanjut wilayah

industri yang ada di Jawa Timur. Pengembangan kawasan industri pertama kali
dilakukan di Surabaya yaitu Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), kemudian
disusul dengan Sidoarjo Industrial Estate Berbek (SIEB) dan yang terakhir Pasuruan
Industrial Estate Rembang (PIER). Pengembangan PIER dimulai dengan pembebasan
tanah milik petani dan baru tahun 1996

dimulai

pembangunan prasarana

industry.
Proses pembebasan tanah di kawasan Industrial

Rembang

Pasuruan

(PIER) dimulai tahun 1989, yang dilakukan oleh Panitia Pembebasan Tanah, yaitu:
Bupati Kepala Daerah TK II, Kepala Badan Pertanahan Negara (BPN), Kabag
Pemerintahan Daerah TK II, Departemen Pertanian, Kantor Pajak Hasil Bumi,
Kecamatan, Kepala Desa, PT SIER (Persero) dan Kepala Seksi Hak Atas Tanah
(HAT) dari BPN sebagai sekretaris. Luas tanah yang dibebaskan di PIER berdasarkan
petok. Luas total pembebasan tanah kawasan Industri Rembang Pasuruan (PIER),
yang berada di dalam maupun di luar kawasan, terdiri atas 6 desa dan data
pembebasan tanah sesuai petok D adalah 5.184.986,00 m2 (Lahan Industri di
Rembang/PIER), 4) Proses pembebasan tanah dilakukan sejak 1989 sampai 2005.
Hasil dari pembebasan tanah di kawasan industri PIER adalah 500 ha. Dari 500
ha luas lahan, 70% dialokasikan sebagai area industri dan 30% untuk area publik.
Kawasan industri PIER jika dilihat dari pengusaha yang menanamkan
modalnya, didominasi oleh pengusaha dari Jepang. Hal ini terkait dengan kesan dan
anggapan mereka bahwa selain letak Pasuruan yang sangat strategis, dan aman,

69

wilayah ini dilalui oleh jalan tol, berdekatan dengan Surabaya, juga fasilitas yang
tersedia dalam kawasan industri PIER, misalnya tersedianya pusat pengolahan air
limbah, pembuangan sampah, keamanan, pemadam kebakaran, PLN, gas, jaringan
telepon, bank, masjid, kontraktor, serta fasilitas olahraga yang berupa lapangan tenis,
lapangan sepak bola dan club house. Pusat pengolahan air limbah letaknya di sebelah
kiri double way.
Kawasan industri PIER Rembang dibuka mulai

tahun

1992.

Industri

pertama yang bergabung dalam kawasan ini adalah PT Welcome Nusantara yang
memproduksi plastik. Industri ini milik pengusaha dari Hong Kong dan mulai
berproduksi pada tahun 1993. Seperti sudah dijelaskan dalam uraian sebelumnya
bahwa pengembangan kawasan PIER menggunakan tanah dari beberapa desa yang
letaknya tepat dengan rencana pembangunan kawasan industri tersebut.
a.

Peta PIER

Gambar 2.3. 1 Peta Pier

70

Peta di atas menunjukkan bahwa kawasan industri PIER berada di 3


kecamatan, yaitu Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil dan Kecamatan Kraton.
Luas total pembebasan tanah kawasan industri Rembang Pasuruan (PIER) sampai
tahun ini adalah 745 Ha. Luas tanah yang sudah atas Hak Pengolahan Lahan (HPL)
adalah 511 Ha.

b.

Visi dan Misi PIER


Visi dan Misi PIER tidak jauh berbeda dengan visi dan misi PT. SIER karena

merupakan bagian dari usaha PT.SIER. Visi dan misi PIER diantaranya :
Visi
Menjadi kawasan industri modern didukung unit bisnis strategis, yang
berkesinambungan, terkemuka dan ramah lingkungan.
Misi
1)

Mewujudkan kawasan industri yang inovatif, berbasis teknologi informasi,


dalam lokasi, produk, pelayanan dan fasilitas pendukung ke semua pihak yang
berkepentingan.

2)

Adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan rencana pengembangan


regional, nasional maupun internasional.

3)

Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dalampenyediaan layanan penjualan,


persewaan, penyediaan fasilitas industri dan sarana penunjangnya dengan
kualitas

4)

terbaik guna mendukung proses bisnis.

Mewujudkan pengelolaan kawasan industri ramah lingkungan yang bernilai


tambah.

c.

Struktur Organisasi SIER - PIER

71

Struktur organisasi akan menunjukkan garis wewenang dan tanggung jawab


yang jelas. Sehingga tidak akan terjadi kerancuan antara fungsi masing-masing
bagian. Struktur organisasi PIER secara lengkap disajikan pada gambar berikut:

72

Gambar 2.3. 2 Struktur Organisasi SIER-PIER

d. Bidang Usaha
Bidang usaha PIER meliputi usaha sebagai berikut:
1) Merencanakan, membangun, serta mengembangkan kawasan industri
guna penyediaan tanah, prasarana, serta fasilitas-fasilitas industri lainnya
yang dibutuhkan bagi para investor.
2) Melakukan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan atas seluruh area
kawasan industri.
3) Memberikan pelayanan kepada para penanam modal dalam rangka
pendirian dan pengelolaan pabrik atau usaha industrinya.
4) Penjualan tanah matang siap bangun, persewaan Bangunan Pabrik Siap
Pakai (BPSP) untuk keperluan usaha industri skala menengah.
5) Persewaan bangunan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) untuk keperluan
usaha industri skala kecil.
6) Persewaan bangunan pergudangan.
7) Penyediaan Kawasan Berikat untuk perusahaan - perusahaan industri yang
berorientasi ekspor.

73

Bidang usaha penunjang, meliputi:


1) Persewaan ruangan perkantoran, dan business center.
2) Persewaan fasilitas olahraga dan fasilitas rekreasi.
3) Pengelolaan fasilitas unit poliklinik.
4) Persewaan manajemen pergudangan / total logistic.
5) Pengelolaan fasilitas stasiun pompa bensin umum (SPBU).
6) Pengelolaan fasilitas stasiun pompa bensin elpiji (SPBE).
7) Usaha jasa pemborongan (contracting) dan jasa konsultasi (consultant).

e. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di PIER terdiri atas :
1) Pusat mengolahan air limbah
2) Pembuangan sampah
3) Keamaanan
4) Pemadam kebakaran
5) Gas
6) Perawatan lingkungan (jalan, drainase, dan penerangan jalan)
7) Sarana olahraga
8) Penyediaan listrik
9) Penyediaan air industri
f. Keuntungan/Manfaat Kawasan Industri PIER
Secara Umum :
1) Pengembangan wilayah
2) Pemicu pertumbuhan ekonomi daerah

74

3)

Meningkatkan daya tarik untuk investor di daerah

2.3.2 Keuntungan dan Manfaat Kawasan industri PIER


a.Pemerintah
1) Peningkatan pendapatan daerah (Deviden, pajak, retribusi, dan lainlain)
2) Efisien dan efektif bagi penyiapan infrastruktur dan utilitas
3) Memudahkan kegiatan pengawasan industri
b. Investor/Pengusaha:
1) Ada kepastian hukum terutama status kepemilikan tanah
2) Kemudahan dan kecepatan proses perijinan kegiatan industri (tidak
diperlukan ijin lokasi, tidak diperlukan HO, tidak diperlukan AMDAL,
cukup UKL dan UPL, adanya pelayanan perijinan dari pengelola
kawasan industri)
3) Kemudahan dan kecepatan dalam penyediaan infrastruktur dan utilitas
(tanah sudah siap bangun, tersedianya fasilitas sarana dan prasarana)
4) Keamanan dan kenyamanan (tersedia satuan pengaman kawasan,
satuan pemadam kebakaran, dan lain-lain)

c.Masyarakat (khususnya sekitar kawasan) :


1) Terciptanya peluang kerja
2) Terciptanya peluang usaha (pemondokan, kos-kosan, toko, dan lainlain)

b.3.3 Program Dan Kegiatan PIER (Instalasi Pengelolaan Air Limbah )


Wujud kepedulian PIER dalam melaksanakan Sistem Managemen
Lingkungan, yaitu tersedianya fasilitas IPAL. Limbah di kawasan industri
PIER ditangani secara khusus, karena di sana terdapat pusat pengolahan yang
jauh dari pemukiman warga. Sebagian besar limbah dari beberapa industri

75

di kawasan PIER berupa limbah air. Limbah air ini diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang supaya tidak mencemari lingkungan sekitar.
Pengolahan air limbah di kawasan PIER menggunakan sistem
pengolahan biologis tanpa menggunakan bahan kimia apa pun. Tersedianya
pengolahan air limbah ini digunakan untuk mengatasi dampak negatif yaitu
menghindari pencemaran air, tanah dan udara. Hasil dari pengolahan limbah
tersebut diolah dan dijadikan pupuk. Semua perusahaan yang berada dalam
kawasan PIER limbahnya dialirkan ke pusat pengolahan air limbah tersebut
dengan menggunakan pipa yang telah disusun bercabang dan dimasukkan ke
dalam tanah.
Hal ini merupakan kewajiban dari setiap Kawasan Industri
berdasarkan Keputusan Presiden No. 53 tahun 1989. Dengan adanya IPAL,
maka target pencapaian baku mutu kualitas limbah cair kedalam golongan II,
sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 72 tahun 2013 akan terpenuhi, sehingga
aman dibuang ke ABA sungai kelas III.

Atas dasar item tersebut diatas, dibangunlah IPAL, karena :


1)
2)

Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan semakin tinggi.


Undang-undang/ peraturan tentang lingkungan, yang

3)

diwujudkan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat.


Sebagai salah satu fasilitas pendukung yang ditawarkan kepada

harus

Investor.
Pemilihan investor yang masuk kawasan PIER bertujuan agar
diperoleh pabrik yang sanggup memenuhi baku mutu yang ditetapkan PIER
sehingga Effluent nantinya minimal selalu memenuhi standard kualitas
buangan sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 72 tahun 2013. Pabrik yang

76

akan dibangun investor harus melewati beberapa tahapan yang telah


ditetapkan oleh PIER yaitu:
a) Tahap Aplikasi
b) Proyek dilaksanakan
c) Produksi berjalan
Apabila pabrik telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan maka
tahap selanjutnya yaitu melakukan evaluasi sebagai berikut:
1. Memperkirakan karakteristik limbah terhadap kemampuan sistem IPAL
2. Menentukan standar air limbah yang dapat diterima
3. Menentukan cara pembuangan kedalam sistem pengolahan
4. Membuat peraturan dan syarat pembuangan limbah
5. Merancang sistem pentarifan biaya operasional IPAL.
Berikut merupakan ketentuan dan standar air limbah kawasan PIER,
yaitu dilarang membuang kedalam sistem saluran air limbah Kawasan Industri
PIER sebagai berikut :
Air hujan, air tanah
1. Calcium carbide
2. Bahan yang mudah terbakar
3. Cairan, zat padat, atau gas karena jumlahnya sudah cukup untuk dapat
menimbulkan kebakaran, ledakan atau menyebabkan kerusakan pada
sistem saluran air limbah
4. Bahan atau hal lain yang karena kondisinya atau reaksi dengan limbah lain
dapat menimbulkan gas, uap dan atau bahan sejenisnya yang dapat
membahayakan kehidupan manusia
5. Ragi, ter, aspal, minyak mentah, carbon disulfida, hydrosulfida,
polysulfida
6. Bahan radioaktif
7. Setiap limbah yang dapat menimbulkan pelapisan keras/ endapan
8. Bahan pewarna yang tidak dapat diolah secara biologis
9. Bahan yang dapat merusak mesin/ peralatan pengolahan limbah
10. Pestisida, fungisida, herbisida, insectisida, rodentisida, fumigants
11. Limbah padat.

77

2.3.3.1 Alur Pengolahan Limbah PT. SIER

Gambar 2.3. 3 Bagan Alir pengolahan limbah PIER


Seluruh air limbah yang berasal dari industri di bawah naungan PIER, baik
limbah industri maupun rumah tangga, akan dialirkan menuju IPAL PIER untuk
dilakukan pengolahan. Pembuangan air limbah industri (waste water disposal)
dialirkan melalui pipa dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang
sepanjang jalan di depan kavling pabrik yang terletak di Kawasan Industri Rembang.

78

2.3.3.2 Alur Pengolahan Air Limbah PT. SIER

a. Bak Equalisasi

d .Bak Pengendap Akhir/Clarifier

b. Secondary Settling Tank

c. Bak Aerasi/Oxidation Ditch

79

e. Bak penampungan akhir & bak pengontrol


Sistem pengolahan air limbah PIER menggunakan sistem pengolahan secara
fisika-biologis sehingga tidak menggunakan bahan kimia. Alur pengolahan air limbah
industri yang dilakukan di instalasi pengolahan air limbah di PIER adalah sebagai
berikut:
Limbah- limbah cair dari semua pabrik dikumpulkan menjadi satu dalam bak
pengumpul /penampung sementara. Di dalam bak penampungan ini semua limbah
yang masuk dicampur menjadi satu dengan tujuan untuk menetralisir limbah, misal
untuk jenis air limbah yang terlalu basa akan bercampur dengan limbah yang terlalu
asam sehingga keduanya menjadi lebih netral. Penyatuan atau pencampuran air
limbah ini bertujuan agar air limbah tidak mengganggu populasi bakteri pada tahap
selanjutnya yaitu di bak aerasi. Selain itu juga agar memudahkan proses pengolahan
air limbah.
Air limbah yang terdapat di bak penampung sementara ini mengeluarkan bau
yang sangat menyengat dan mengganggu penciuman bagi yang tidak terbiasa.
Menurut pemaparan pihak perusahaan, hal tersebut terjadi karena air limbah yang
terdapat di bak penampungan sementara merupakan air limbah yang berasal dari

80

semua industri yang memproduksi berbagai macam produk dan air limbah tersebut
belum mengalami pengolahan sehingga baunya masih sangat menyengat.
Bak Pengendap Pertama/ Primary Setling Tank, Bak pengendap pertama
ini berfungsi untuk mengendapkan air limbah yang berasal dari sumur penampungan.
Pengurasan pada bak pengendap pertama ini dilakukan satu bulan satu kali. Bak
pengendap pertama terdiri atas 3 bak, yaitu :
1) Bak pertama untuk mereduksi padatan yang kemudian dialirkan ke sand field
(ladang pasir). Di kolam ladang pasir itulah padatan dikeringkan dan padatan
yang sudah kering akan dikirim ke PPLI di Bogor yang telah ditunjuk pemerintah
untuk mengolah bahan limbah padat. Pengiriman ini dilakukan setiap 3 kali dalam
seminggu dengan menggunakan truk.
2) Bak kedua merupakan bak untuk mengapungkan limbah yang mempunyai berat
jenis lebih kecil dari berat jenis air, seperti busa sabun dan minyak.
3) Bak ketiga merupakan bak terakhir dari penyaringan terdahulu untuk kemudian
akan diolah selanjutnya.
Seperti halnya pada bak penampung sementara, air limbah yang ada di bak
pertama ini masih mengeluarkan bau yang tidak enak namun sedikit berkurang dari
sebelumnya. Penyebabnya adalah sama, karena limbah belum mengalami proses
penguraian, hanya masih dilakukan pengendapan dan pemisahan partikel limbah.
Pada bak aerasi ini terjadi proses penambahan oksigen dan proses
pertumbuhan bakteri. Pada proses-proses sebelumnya metode yang digunakan adalah
metode fisika, namun pada tahapan ini sudah mulai menggunakan metode biologi
dengan memanfaatkan mikrobiologi sebagai pengurainya.
1) Proses Penambahan Oksigen
Air yang sudah disaring dialirkan ke bak oksidasi. Penambahan oksigen adalah
salah salah satu usaha pengambilan zat pencemar dalam limbah sehingga
konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama
sekali dengan cara menggunakan rotor yang berfungsi untuk mengalirkan
oksigen sebagai pengganti kincir. Zat yang dapat diambil berupa gas, cairan, ion,
koloid atau bahan tercampur.

81

2) Proses Pertumbuhan Bakteri


Bakteri diperlukan untuk mengurangi bahan organic yang ada dalam air limbah.
Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk menguraikan
bahan-bahan tersebut. Proses pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran dan jenis kotoran. Bakteri
ini akan berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya
cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara
konstan. Apabila jumlah makanan dirasa kurang, maka akan dilakukan
penambahan lumpur yang baru sehingga pengolahan air limbah dapat terus
berlangsung. Lumpur yang biasanya dipergunakan untuk penambahan makanan
ini disebut lumpur aktif dimana pemberiannya dilakukan sebelum memasuki bak
aerasi dengan mengambil lumpur dari bak pengendapan kedua atau bak
pengendapan lumpur terakhir. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah makanan
dirasa melebihi kebutuhan bakteri yang ada, maka akan dilakukan pengurangan
lumpur yang terkandung dalam air limbah.
Air limbah yang telah mengalami proses pengolahan di bak aerasi akan
dialirkan ke bak pengendap terakhir. Di bak ini air limbah dibuat tenang (tidak
mengalir) dengan tujuan agar padatan yang masih tersisa dari proses sebelumnya
bisa mengendap di bagian dasar bak dan bagian permukaan bak merupakan air
jernih yang sudah tidak mengandung padatan. Air jernih tersebut kemudian
dialirkan ke bak penampung selanjutnya. Bagian dasar bak dibuat mengerucut di
bagian tengahnya sebagai tempat mengendapnya padatan. Selain itu juga
dipasang sebuah alat yang diletakkan di bagian tengah bak. Alat ini akan
bergerak memutar mengelilingi bak dengan waktu 45 menit per satu putaran.
Pengaturan waktu tersebut memang didesain dengan tujuan agar alat memutar
tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Diatur tidak terlalu cepat bertujuan
agar padatan mengendap dan air jernih di bagian atas sehingga tidak tercampur.

82

Diatur tidak terlalu lamabat bertujuan agar padatan yang ada di dasar bak tidak
menjadi padatan mati yang mengeras.
1.

Bak penampungan akhir dan bak pengontrol


Air limbah hasil dari bak pengendapan akhir akan dialirkan ke bak
penampungan akhir dan sebagian juga akan dialirkan ke bak pengontrol.
Bak penampung akhir ini berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan
(effluent) yang siap dibuang ke sungai. Pada bak ini terdapat saluran untuk
mengalirkan air ke sungai yang terletak tidak jauh dari bak penampung
akhir. Sebagian effluent juga dialirkan ke bak pengontrol yang akan
digunakan untuk sampel pengontrolan kualitas air yang akan dibuang ke
sungai, sudah memenuhi baku mutu lingkungan apa belum untuk dialirkan
ke sungai. Pengontrolan dilakukan dengan media ikan dan juga pengukuran
ilmiah. Pengontrolan dengan pengukuran ilmiah dilakukan sebanyak dua
kali dalam sehari.

2.3.4 Identifikasi Bahaya dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Pekerja Sub Bagian Operator

Proses
Pekerjaan
Proses
Homogenisasi
dari bak
equalisasi

Potensi Bahaya
Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)

Pengendalian
Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.

Gambar

83

Proses
Pengendapan
dari bak
Secondary
Settling

Kelelahan kerja
akibat pekerjaan
dilakukan secara
manual karena
mesin tidak dapat
digunakan
(potensi bahaya
ergonomi).

Adanya shift
kerja

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata

Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,

Memperbaiki
mesin agar dapat
mengurangi
beban kerja
pekerja.

84

kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker

Proses Oksidasi
dari bak
aerasi/oxidation
ditch

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata

Kelelahan kerja
akibat proses
pembersihan
kotoran secara
manual (potensi
bahaya
ergonomi).

Adanya shift
kerja

Terkilir/terjatuh
akibat beban
kerja berlebih
(potensi bahaya
ergonomi)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
sepatu

Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung

Shift kerja

85

tangan, masker

Proses
pegendapan
akhir dari bak
pengendapan
akhir (clarifier)

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata

Terkena sinar
ultraviolet secara
langsung (potensi
bahya fisik)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu dan
sarung tangan.

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu, sarung
tangan, masker

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
masker dan
kacamata

Proses
Terkena limbah
pengambilan
B3 (potensi
lumpur B3 yang bahaya kimia)
sudah
dikeringkan

Menggunakan
alat pelindung
diri berupa
Pakaian kerja,
sepatu, sarung
tangan, masker,
helm, dan
kacamata

86

Proses
penyimpanan
limbah B3 yang
sudah
dikeringkan

Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)

Tersedianya
restricted area
(area terbatas)
Adanya rambu rambu
keselamtan dan
kesehatan kerja

Tabel 2.3. 1 Identifikasi Bahaya IPAL (PIER)

87

2.3.5 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Sub Bagian
Operator

Langkah
Pekerjaan
Proses
Homogenisasi
dari bak
equalisasi

Potensi Bahaya

Pengendalian

Ketersediaa
n APD

Perilaku
Penggunaan APD

Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
Helm,pakaian
kerja, sepatu
dan sarung
tangan.

Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu, dan
sarung
tangan

Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan,.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya
dan tetap merasa
aman (tidak
terjadi apa apa).

Kelelahan kerja
akibat
pekerjaan
dilakukan
secara manual
karena mesin
tidak dapat
digunakan
(potensi bahaya
ergonomi).

Adanya shift
kerja

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa

Telah
tersedia
pakaian
kerja,

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan

Memperbaiki
mesin agar
dapat
mengurangi
beban kerja
pekerja.

88

Proses
Pengendapan
dari bak
Secondary
Settling

pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker

kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan

sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata

Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan

Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan

Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya.

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung

Telah
tersedia
pakaian
kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat

89

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Proses
Oksidasi dari
bak
aerasi/oxidatio
n ditch

tangan,
masker

tangan

menggunakannya

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata

Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Tersedia alat
pelindung
diri berupa
sepatu

Pekerja sudah
menggunakan
APD berupa
sepatu dengan
benar

Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan

Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat

Kelelahan kerja Adanya shift


akibat proses
kerja
pembersihan
kotoran secara
manual
(potensi bahaya
ergonomi).
Terkilir/terjatuh
akibat beban
kerja berlebih
(potensi bahaya
ergonomi)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa sepatu

Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
fisik)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan

Shift kerja

90

menggunakannya.

Proses
pegendapan
akhir dari bak
pengendapan
akhir (clarifier)

Terkena air
limbah B3
(potensi bahaya
kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker

Telah
tersedia
pakaian
kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,
masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata

Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Terkena sinar
ultraviolet
secara
langsung
(potensi bahya
kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
pakaian kerja,
helm, sepatu,
dan sarung
tangan

Telah
tersedia
pakaian
kerja, helm,
sepatu,
sarung
tangan

Pekerja
menggunakan alat
pelindung diri
tidak lengkap
tidak
menggunakan
helm dan sarung
tangan.
Dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya.

Terkena air
Menggunaka Telah
limbah B3
n alat
tersedia
(potensi bahaya pelindung diri pakaian

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata,

91

kimia)

berupa
pakaian kerja,
kacamata,
sepatu,
sarung
tangan,
masker

kerja,
kacamata,
sepatu,
masker,
sarung
tangan

masker, dan
sarung tangan
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Terpapar debu
dari lingkungan
IPAL (potensi
bahaya kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
masker dan
kacamata

Telah
tersedia
kacamata,
dan masker.

Pekerja tidak
menggunakan
kacamata dan
masker
dikarenakana
ketidaknyamanan
saat
menggunakannya

Proses
pengambilan
lumpur B3
yang sudah
dikeringkan

Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)

Menggunaka
n alat
pelindung diri
berupa
Pakaian kerja,
sepatu,
sarung
tangan,
masker, helm,
dan kacamata

Tersedianya
alat
pelindung
diri berupa
pakaian
kerja,
sepatu,
sarung
tangan,
masker,
helm, dan
kacamata

Pekerja tidak
menggunakan
masker,
kacamata, helm,
dan sarung tangan
dikarenakan
ketidaknyamanan
saat
menggunaknnya.

Proses
penyimpanan
limbah B3
yang sudah
dikeringkan

Terkena limbah
B3 (potensi
bahaya kimia)

Tersedianya
restricted
area (area
terbatas)
Adanya
rambu rambu

92

keselamtan
dan kesehatan
kerja

Tabel 2.3. 2 Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Sub Bagian Operator

93

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
a. Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember
1. Berdasarkan Akte Notaris No. 14 tanggal 19 Januari 2013 SBU Rumah Sakit
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang membawahi 3 (tiga) Rumah
Sakit (RS Gatoel-Mojokerto, RS Toeloengredjo-Pare-Kediri, dan Rumah Sakit
Perkebunan-Jember), telah resmi menjadi Anak Perusahaan PTPN X (Persero)
dengan nama PT. Nusantara Medika Utama.
2. Pada tahun 2003, Rumah Sakit Jember Klinik tergabung dalam Strategi Bisnis
Unit (SBU) Rumah Sakit dari PTPN X.
3. Visi Rumah Sakit Jember Klinik yaitu menjadi Rumah Sakit pilihan
masyarakat yang mengutamakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
4. Misi Rumah Sakit Jember Klinik salah satunya yaitu menyediakan layanan
kesehatan yang bermutu tinggi melebihi harapan pelanggan dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
5. Di dalam Rumah Sakit Jember Klinik menerapkan budaya untuk
meningkatkan semangat kerja dalam melayani pasien yang terdiri dari 5S dan
5C. Selain itu, untuk menjaga solidaritas antar karyawan rumah sakit,
diterapkan budaya disiplin dan loyalitas, teamwork yang solid, kreativ dan
inovatif.
6. Struktur organisasi Rumah Sakit Jember Klinik dikepalai oleh kepala rumah
sakit yang dibawahi oleh lima kepala divisi yang terdiri dari divisi pelayanan
medik, divisi penunjang medik, divisi keperawatan, divisi Divisi Humas,
Pemasaran & Pengembangan Bisnis, divisi Administrasi, Keuangan & SDM.
7. Rumah Sakit Jember Klinik memiliki beberapa unit pelayanan yaitu produk
layanan unggulan, pelayanan rawat jalan, poli spesialis, dan layanan
penunjang.
8. Poli tumbuh kembang anak Rumah Sakit Jember Klinik berorientasi
mendeteksi dini tumbuh kembang pada anak umur 5-6 tahun untuk

94

menemukan adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah


dilakukan penanganan selanjutnya atau diintervensi secara dini. Deteksi dini
tumbuh kembang dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran
selama 2-3 jam untuk sekali konsultasi dan dapat diulang 1 minggu
selanjutnya. SDM Poli tumbuh kembang anak terdiri dari 3 orang dokter
umum dan 6 orang perawat. Kendala poli tumbuh kembang anak adalah
belum mempunyai kantor dan fasilitas yang lengkap. Program kerja yang
pernah dilakukan adalah seminar tumbuh kembang anak se-karisidenan
besuki. Tidak ada perbedaan harga untuk masing-masing pasien.
b. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
1) Visi Dinas Kesahatan Provinsi Jawa Timur adalah Masyarakat Jawa Timur
Mandiri untuk Hidup Sehat
2) Misi:
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
b) Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c) Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata, dan terjangkau.
d) Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan.
e) Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan
3) Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi terdiri atas:
a) Kepala Dinas Kesehatan
b) Sekretariat
(1) Sub Bagian Penyusunan Program
(2) Sub Bagian Tata Usaha
(3) Sub Bagian Keuangan
c) Kelompok Jabatan Fugsional

95

d) Bidang Pelayanan Kesehatan


1)

Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang

2)

Seksi Kesehatan Rujukan dan Khusus

3)

Seksi Kesehatan Keluarga

e) Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan


1)
2)

Seksi Pemberantasan Penyakit


Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan

Masalah Kesehatan
3) Seksi Penyehatan Lingkungan
f) Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan
(1) Seksi Perencanaan Pendayagunaan dan

Pengembangan

SDM

Kesehatan
(2) Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
(3) Seksi Pembiayaan Kesehatan
2) Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
(1) Seksi Gizi
(2) Seksi Promosi Kesehatan
(3) Seksi Informasi dan Litbang Kesehatan
3) Unit Pelayanan Teknis Daerah
4) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai berbagai program
kesehatan, diantaranya adalah program upaya kesehatan masyarakat,
program perbaikan gizi masyarakat, program promosi kesehatan, program
pengembangan lingkungan sehat, program pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan program-program lainnya.
5) Salah satu program perbaikan gizi masyarakat adalah menurunkan angka
gizi buruk dan stunting di provinsi Jawa Timur.
6) Hasil survey penentuan gizi menunjukkan bahwa gizi buruk di Provinsi
Jawa Timur mencapai 2.2% pada tahun 2013 dan 2% pada tahun 2014.
Dengan prevalensi tertinggi terletak di Kabupaten Pamekasan yaitu 47.5%
dan terendah ada di Kabupaten Blitar dengan nilai 7.2%. Sedangkan nilai
batasan maksimal untuk stunting adalah 32%. Hasil survey Penentuan

96

Status Gizi menunjukkan bahwa pencapaian nilai stunting Provinsi Jawa


Timur adalah 29.2% pada tahun 2013 dan 29% pada tahun 2014. Prevalensi
tertinggi untuk stunting terletak di Kabupaten Pasuruan yaitu 41% dan
terendah adalah Kabupaten Bojonegoro 0%.
c. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER)
a. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER)
1) PIER adalah kawasan industri yang dikembangkan di Pasuruan.
Pembangunan kawasan

ini

merupakan

pengembangan

lebih lanjut

wilayah industri yang ada di Jawa Timur. kawasan industri PIER berada
di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil dan
Kecamatan Kraton. Luas total pembebasan tanah kawasan industri
Rembang Pasuruan (PIER) sampai tahun ini adalah 745 Ha. Luas tanah
yang sudah atas Hak Pengolahan Lahan (HPL) adalah 511 Ha. PIER
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan
pengembangan kawasan industri dengan bisnis utamanya berupa:
a) Merencanakan, membangun, serta mengembangkan kawasan industri
guna penyediaan

tanah, prasarana, serta fasilitas-fasilitas industri

lainnya yang dibutuhkan bagi para investor.


b) Melakukan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan atas seluruh area
kawasan industri.
c) Memberikan pelayanan kepada para penanam modal dalam rangka
pendirian dan pengelolaan pabrik atau usaha industrinya.
d) Penjualan tanah matang siap bangun, persewaan Bangunan Pabrik
Siap Pakai (BPSP) untuk keperluan usaha industri skala menengah.
e) Persewaan bangunan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) untuk
keperluan usaha industri skala kecil.
f)

Persewaan bangunan pergudangan.

97

g) Penyediaan Kawasan Berikat untuk perusahaan - perusahaan industri


yang berorientasi ekspor.
2)

PIER merupakan sebuah perusahaan yang berwawasan lingkungan dan


salah satu wujud kepedulian PIER dalam melaksanakan sistem
manajemen lingkungan yaitu dengan menyediakan fasilitas
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang bertujuan untuk
melakukan pengelolaan limbah cair dari semua industri yang

berada di bawah naungan PIER.


3) Metode pengelolaan limbah cair yang dilakukan di IPAL PIER
menggunakan metode fisika-biologis tanpa menggunkan metode
4)

kimia apapun.
Alur proses pengelolaan limbah cair industri di IPAL PIER meliputi :
a)
Pencampuran seluruh limbah cair di sumur pengumpul
sementara.
b) Pengendapan limbah cair di bak pengendap pertama lumpur hasil
endapan dikeringkan dan limbah cair dialirkan ke bak selanjutnya.
c) Penguraian limbah cair dengan menggunakan mikrobiologi aerob
sehingga digunakan juga penambahan oksigen di bak Aerasi atau

5)

Oxidation Ditch.
d)
Pengendapan akhir.
e)
Pengaliran effluent ke bak pengontrol dan bak penampung
f) Air di bak penampung dibuang / dialirkan menuju badan air (sungai).
Wujud kepedulian PIER dalam melaksanakan System Managemen
Lingkungan, yaitu tersedianya fasilitas IPAL dan penerapan sistem

6)

penghijauan.
Kelebihan sistim pengelolaan limbah cair di IPAL PIER adalah :
a) Metode yang digunakan menggunakan fisika-biologi sehingga tidak
membutuhkan biaya yang besar.
b) Sangat berguna untuk turut mencegah kerusakan
pencemaran limbah industri
Kelemahannya adalah :

lingkungan akibat

98

a) Pada pengolahan awal masih menimbulkan bau yang sangat


mengganggu.
b) Hasil akhir pengolahan air limbah langsung dibuang ke

badan

air

(tidak dimanfaatkan).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat
di PT. SIER berupa bahaya fisik, kimia, dan ergonomi. Bahaya potensial fisik
berasal dari sinar ultraviolet secara langsung. Bahaya potensial kimia berasal
dari debu, air limbah B3, dan limbah B3. Bahaya potensial ergonomi berasal
dari beban kerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, alat pelindung diri di
PIER telah disediakan oleh perusahaan. Pekerja sub bagian operator di PIER
yang sedang bekerja didapatkan tidak menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai dengan Standard Operational Procedure yang telah ditetapkan.

3.2 Saran
a. Rumah Sakit Jember Klinik Kabupaten Jember
1)
2)

Pengadaan ruangan dan fasilitas untuk poli tumbuh kembang anak


Mempromosiskan poli tumbuh kembang anak ke masyarakat luas dengan

3)

berbagai media
Sebaiknya RS Jember Klinik rutin mengupdate web site yang dimiliki

b. Dinkes Provinsi Kabupaten Surabaya


Untuk mewujudkan terciptanya pelayanan kesehatan yang optimal bagi
masyarakat Jawa Timur, maka diharapkan Dinas Kesehatan Jawa Timur untuk
mensinergikan program kerja antar bidang sehingga masing-masing bidang bisa

99

saling membantu dalam pelaksanaan program sehingga kualitas hidup masyarakat


dapat meningkat. Selain itu, kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat
juga penting untuk dilakukan agar semua pihak berperan aktif dalam mengatasi
masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Diharapkan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur dapat lebih menekankan upaya promotif dan preventif dengan
memanfaatkan sumberdaya dari lulusan FKM untuk diberikan banyak peran di Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
c. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER)
1. Untuk pekerja
Diharapkan pekerja patuh menggunakan alat pelindung diri secara benar dan
lengkap sesuai dengan standar operasional prosedur di perusahaan
2. Untuk perusahaan
a) Pihak manajemen perusahaan hendaknya mengadakan sosialisasi minimal
setahun sekali terkait standar opersional prosedur terutama tentang jenis alat
pelindung diri yang wajib digunakan dengan cara mengadakan presentasi.
b) Pihak perusahaan hendaknya mengadakan penuluhan minimal sebulan sekali
terkait potensial bahaya yang terdapat di tempat kerja.
c) Perlu adanya komitmen yang kuat sejak awal untuk semua pekerja agar
mematuhi peraturan yang dibuat. Jika terdapat pekerja yang tidak mematuhi
maka akan dikenakan sanksi dari komitmen tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai dampak negatif dari air limbah B3 dan
limbah B3 yang sudah dikeringkan terhadap kesehatan pekerja.

100

DAFTAR PUSTAKA

101

LAMPIRAN

a. Daftar Gambar Jember Klinik Jember

Ruang CT-SCAN

Ruang terbuka hijau RS Jember Klinik

102

IPAL RS Jember Klinik

Fasilitas ibadah RS Jember Klinik

103

Proses fisioterapi

Foto bersama dengan kabid pemasaran

b. Daftar Gambar Dinkes Provinsi Surabaya

104

Ruang Staf Seksi Gizi


Kelompok 10 di Bidang PPKM

Pemaparan Materi di Dinkes Prov

Seksi dari bidang PPKM

c. Daftar Gambar Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER)

105

Ruang penyimpanan lumpur (limbah B3)

Papan keterangan salah satu bagian IPAL

106

Kantor Manajemen IPAL PIER

Operator IPAL yang sedang bertugas

107

Penjelasan dari salah satu pegawai PIER

Anda mungkin juga menyukai