I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah dan peradaban umat Islam telah dijumpai berbagai macam
Perbedaan yang ada tentunya tidak dapat dinafikan begitu saja tanpa melakukan
sebuah penyelidikan atau upaya untuk mencari grass root sebuah aliran pemikiran.
Hal ini dapat dicermati mulai dari priode klasik Islam (650-1250), priode
periode mempunyai cirri dan keunikan tersendiri, terutama pada periode modern.
dengan jatuhnya Mesir ke tangan Eropa yang pada akhirnya menjadikan umat Islam
ini insaf atas kelemahan-kelemahannya serta sadar bahwa di Barat telah muncul
sebuah peradaban baru yang lebih tinggi dan super power yang merupakan acaman
bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam agar dapat bangkit kembali
dari keterpurukan, dan tentunya diharapkan dapat bersaing, berkompetisi dan jauh
Dari sekian banyak pemikir modern Islam yang terlibat langsung dalam
1
Ziauddin Ahmad, Influence of Islam on World Civilization, (Karachi: Royal Book
Company, 1994), h. 9.
Seyyed Amir Ali 2
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
seperti Sayyid Ahmad Khan,2 Mohsinul Mulk, Abu Alam Kazad, Maulana
Muhammad Ali, Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah, namun yang menjadi tema sentral
dari pembahasan ini yaitu Sayyid Amir Ali. Ia tidak hanya menawarkan konsep akan
tetapi juga terlibat langsung sebagai pemeran utama yang memberikan kontribusi
figur Seyyed Amir Ali beserta pemikiran yang dikembangkannya. Makalah ini
memfokuskan pada pokok pikiran Seyyed Amir Ali yang tidak dapat dipisahkan dari
2
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1999), h. 296.
Seyyed Amir Ali 3
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
II. PEMBAHASAN
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi'ah yang sehari-harinya bekerja di
kerajaan Persia pada masa Nadir Syah (1736-1748), kemudian keluarga tersebut
berpindah ke India dan menjadi pejabat kerajaan di Istana Mughal demikian pula
bekerja pada pada British East India Company.3 Sayyid Amir Ali lahir pada 6 April
1. Jenjang Pendidikan
ia mempelajari bahasa Arab dan juga belajar bahasa Inggris kemudian Sastra dan
Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai di tahun
Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai
Pemerintah Inggris, pengacara, dan guru besar dalam hukum Islam. Yang membuat
3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Cet. XIII;
Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 174.
4
H. A. Mukti Ali, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, (Cet. IV; Bandung:
Mizan, 1998), h. 142.
5
John L. Posito (Ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, (New York:
Oxford University Press, 1995), Vol: I, h. 48.
6
H. A. Mukti Ali, op.cit., h. 142.
Seyyed Amir Ali 4
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
ia lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam bidang politik dan buku karangannya The
merupakan wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya adalah untuk membela
kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Dewan Raja Muda Inggris (The
Viceroy’s Council) di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam majelis itu.8
berhenti dari Pengadilan Tinggi Bengal. Pada tahun 1906 ia diangkat menjadi
anggota The Judicial Committee of the Privy Council (Komite Kehakiman Dewan
Raja) di London, dan merupakan orang India pertama yang menduduki jabatan
tersebut. Seperti halnya Sir Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali juga merupakan seorang
Inggris di India.9
Amir Ali bahwa hal tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menghindari
7
Harun Nasution, , op.cit., h. 174.
8
Ibid.,
9
H. A. Mukti Ali, op. cit., h. 143.
Seyyed Amir Ali 5
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
pengaruh dan dominasi orang Hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan
tampil dan mempunyai peran penting dalam pergerakan Khilafah di London sebagai
Upaya yang dijalankan Sayyid Amir Ali adalah gerakan diplomatis serta
mempertahankan Khilafah, selain itu ia dan Agha Khan melayangkan surat tertulis
kepada perdana menteri Turki di tahun 1923 dan menghimbau agar Khilafah tetap
eksis, namun upaya tersebut mendapat tanggapan dingin dari pemerintah Turky.13
Dalam bukunya The Spirit of Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan diskursus
tentang akhirat, sebagaimana yang dikuti oleh Harun Nasution, bahwa bangsa yang
pertama kali menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir
kuno. Agama Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain hidup di
10
Ibid.,
11
Khilafah Utsmania (1300-1922), khilafah ini secara resmi dihapuskan oleh Kemal Atatur di
tahun 1924. lihat Akbar S Ahmad, Islam to Day: A Short Introduction to the Muslim World, (London:
I.B. Tauris & Co Ltd, 2001), h. 72.
12
Kemal Ataturk (1881-1938) membentuk pemerintahan Turky di tahun 1920 yang berkiblat
ke Barat (westernisasi) dengan kebijakan memisahkan antara persoalan agama dan negara
(secularism). Lihat Tamara Sonn, Zafar Ishaq Ansari, John L. Esposito, (ed) Muslims and the West:
Encounter and Dialogue, (Islamabad: Islamic Research Institute Press, 2001), h. 222.
13
John L. Posito (Ed), op. cit., h. 49.
Seyyed Amir Ali 6
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
dunia, namun dengan adanya pekembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul
kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang
sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia
akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam bentuk
rohani.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti
dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi
perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral
golongan awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk
2. Perbudakan
perbudakan dalam sejarah peradaban manusia telah ada semenjak zaman purba.
Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem
perbudakan dan agama Kristen tidak membawa ajaran untuk menghapus sistem
perbudakan.
baik dan tidak boleh dibedakan dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam sejarah
14
Harun Nasution, , op.cit., h. 178.
Seyyed Amir Ali 7
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
peradaban Islam, tercatat bahwa ada di antara budak-budak yang akhirnya menjadi
perdana menteri.15
terletak pada keadaan umat Islam di zaman modern menganggap bahwa pintu ijtihad
telah tertutup dan tidak boleh lagi melakukan ijtihad, bahkan itu adalah dosa. Orang
harus tunduk kepada pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui
kebutuhan abad ke-20. pendapat ulama yang disusun pada beberapa abad yang lalu
masih tetap diyakini sesuai dan dapat dipakai untuk zaman modern.16
Selain itu, penyebab kemunduran umat ini, umat Islam di zaman modern
tidak percaya pada kekuatan akal, sedangkan nabi Muhammad memberi penghargaan
tinggi dan mulia terhadap akal manusia. Ulama kita sekarang, menurut Amir Ali,
menjadikan berpikir dan menggunakan akal sebagai dosa dan kejahatan. Dan
penyebab lain adalah tidak adanya perhatian yang serius terhadap ilmu pengetahuan,
baik sains maupun perkembangan teknologi, dan ini sangat berbeda pada zaman
Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman
klasik, karena mereka kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan berusaha
keras untuk melaksanakannya. Eropa pada waktu yang bersamaan masih dalam
kemunduran intelektual dan kebebasan berpikir belum ada karena dunia Eropa
berada di bawah kekuasaan gereja. Sementara Islamlah yang pertama membuka pintu
15
Ibid., h. 179.
16
Ibid., h. 180.
17
Mazharul Haq, A Short History of Islam,(Cet. XVII; Lahore: Bookland, 2002), h. 560.
Seyyed Amir Ali 8
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
berpikir untuk menggali potensi akal. Dan inilah, menurut Sayyid Amir Ali,
membuat umat Islam menjadi promotor ilmu pengetahuan dan peradaban, sedangkan
ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kebebasan berpikir. Setelah kebebasan
berpikir menjadi kabur di kalangan umat Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam
Sayyid Amir Ali lebih banyak memberi perhatian tentang keadilan Tuhan dan
dari perbuatan manusia dan sesungguhnya Tuhan mengontrol alam ini dengan
keadilan, selain itu ujian terhadap kebaikan dan kejahatan bukanlah keinginan dari
Lebih dari itu, Sayyid Amir Ali berpegang teguh terhadap adanya kekuatan
hukum yang berlaku di alam ini, ia memaparkan bahwa dalam al-Qur’an telah
banyak dijumpai tentang keputusan Tuhan yang secara jelas menerangkan tentang
kehendak atau keinginan yang muncul begitu saja, namun keinginan Tuhan adalah
keinginan yang mendidik (it’s an education will). Kebajikan manusia, keadilan dan
18
Harun Nasution, , op.cit., h. 181.
19
Mazheruddin Siddiqi, Modern Reformis Thought in The Muslim World, (Islamabd: Islamic
Research Institute Press, 1982), h. 48.
Seyyed Amir Ali 9
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
hukum, semua ini merupakan kategori yang mendasar dalam pandangan Sayyid
sebagaiman yang ia paparkan dalam bukunya The Spirit of Islam, dengan pandangan
bahwa kekuatan akal dan kapasitas intelektual seorang nabi tumbuh dan berkembang
sama dengan manusia yang lain. Selanjutnya Amir Ali memberikan sebuah ilustrasi,
bahwa beberapa surah yang terdapat dalam al-Qur’an telah mendeskripsikan tentang
kenikmatan syurga, baik secara figuratif atau lisan yang diwahyukan kepada nabi
tidak serta merta diturunkan secara keseluruhan, akan tetapi melalui beberapa
tahapan.21
perkembagan untuk memahami surah demi surah yang diturunkan. Demikian pula
perkembangan akal seorang guru tidak hanya berkembang sejalan dengan perjalanan
Dalam uraian ini, Sayyid Amir Ali menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat
dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalism, tetapi adalah jiwa kebebasan manusia dalam
oleh Sayyid Amir Ali, adalah Islam bukanlah dijiwai oleh paham qada’ dan qadr atau
jabariah, tetapi oleh paham Qadariah, yaitu kebebasan manusia dalam kehendak dan
dalam Islam, semetara paham qadariah dan rasionalisme itu sendiri menimbulkan
Sayyid Amir Ali dalam bukunya The Spirit pf Islam selanjutnya menguraikan
dan filsafat dalam Islam. Aliran Mu’tazilah untuk beberapa abad mempengaruhi
pemikiran umat Islam yang disokong oleh para penguasa yang berpikiran luas
sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tumbuh dengan pesat sehingga tidak sedikit
kaum Mu’tazilah menjadi ahli dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti
masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan Islam ketika itu bahkan sampai ke
sehingga melalui merekalah, dalam pandangan Sayyid Amir Ali, terjadi perubahan
yang besar dalam masyarakat Islam dari umat yang sederhana kebudayaannya
23
Harun Nasution, , op.cit., h. 181.
24
Ibid.,
Seyyed Amir Ali 11
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
Membahas tentang figur Sayyid Amir Ali sepertinya tidak cukup apabila
hanya berkutak pada cara pandang dan pemikirannya, tanpa mencoba melihat dan
Salah satu yang sangat menonjol yang ada pada Sayyid Amil Ali, terutama
serangan, baik dari luar maupun dari dalam. Di kalangan Orientalis barat, Amir Ali
terkenal sebagai apolog terbesar di antara penulis-penulis Muslim, atau lebih dikenal
Sayyid Amir Ali berusaha untuk membuktikan pada dirinya atau orang lain
bahwa Islam adalah baik. Apologi merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh
yang salah tentang Islam lebih daripada menerangkan Islam itu sendiri, dan mereka
ingin menjadi pembela Islam lebih daripada usaha untuk memahami Islam terutama
untuk menjawab langsung serangan barat terhadap Islam, khususnya sebelum perang
dunia pertama hingga perang dunia kedua berakhir yang sangat merugikan umat
Dalam hal ini para pemikir Muslim modern harus berusaha memikirkan
pertahanan terhadap Islam lebih daripada Islam itu sendiri. Sayyid Amir Ali, menurut
25
John L. Posito (Ed), op. cit., h. 49.
26
H. A. Mukti Ali, op. cit., h. 143.
Seyyed Amir Ali 12
Oleh: Aliman Bin Abd Ghani
H.A. Mukti Ali, adalah contoh yang paling tepat tentang apologi Islam, karena
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang berhijrah dari Persia ke
India dan akhirnya menjadi pejabat Istana kerajaan Munghal. Dari sanalah Sayyid
hukum Inggris, kemudian ia kembali ke India dan terlibat dalam dunia akademisi dan
politk sekaligus berafiliasi dengan pemerintahan Inggris, hal ini merupakan suatu
upaya untuk memperjaungkan kepentingan umat Islam, tidak hanya yang ada di
Pandangan Sayyid Amir Ali tidak hanya mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan pemikiran dan teologi, seperti hari akhirat, isu sosial dan perbudakan,
kelemahan umat Islam, kosepsi tentang ketuhanan, kenabian dan akal, kebebasan
Mu’tazilah.
Meskipun demikian, Sayyid Amir Ali tetap menjadi seorang apolog Islam
modern yang membela eksistensi Islam dari berbagai serangan, baik internal maupun
eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1999
Ali, Mukti, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan. Cet. IV; Bandung:
Mizan, 1998.
Esposito, John L. (Ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.
Vol: I; New York: Oxford University Press, 1995
Haq, Mazharul, A Short History of Islam. Cet. XVII; Lahore: Bookland, 2002.
Tamara Sonn, Zafar Ishaq Ansari, John L Esposito, (ed) Muslims and the West:
Encounter and Dialogue.Islamabad: Islamic Research Institute Press, 2001.