erdiri dari beberapa ras maka penyebaran penyakit melalui lalu lintas benih perl
u mendapat perhatian dari pihak karantina.
3.
Hawar daun (late blight, fruit rot) : Phytophthora infestans (Mount.)de
Barry.
Sebaran geografi :
Terdapat di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Eropa. Di Indonesia penyakit ini
dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara T
imur.
Tanaman inang :
Tomat, kentang, dan terung.
Gejala serangan :
Bercak pada daun pada awalnya berupa bercak kebasahan kemudian meluas secara cep
at menjadi bercak hijau pucat sampai coklat. Pada kondisi lembab pada permukaan
bawah daun terdapat gejala busuk berwarna abu-abu keputihan, kemudian berkembang
menjadi bercak besar berwarna coklat.
Daun yang terinfeksi menjadi coklat, menggulung, dan mati. Batang dan petiole ju
ga dapat terserang, sehingga keseluruhan tanaman mati (Gambar ).
Buah yang terserang nampak bercak gelap seperti berminyak. Bercak dapat membesar
sehingga menutupi seluruh buah. Gejala busuk lunak oleh bakteri biasanya mengik
uti gejala hawar daun sehingga menyebabkan timbulnya bau busuk (Gambar ...).
Penularan penyakit :
Melalui sisa-sisa tanaman sakit dan benih.
Lokasi patogen pada benih :
Inokulum terdapat pada permukaan benih, lapisan luar benih (internal dan ekstern
al).
Uji kesehatan benih : metode Blotter.
Pengendalian penyakit benih :
Perlakuan desinfeksi permukaan benih.
4.
Rebah kecambah, busuk pangkal batang (damping off, collar rot : Rhizocto
nia solani Kuhn.)
Sebaran geografi :
Di Indonesia dilaporkan terjadi di Jawa dan Sumatera.
Tanaman inang :
Penyakit ini mempunyai sebaran inang yang luas antara lain tanaman yang termasuk
famili Solanaceae.
Gejala serangan :
Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu terjadinya gejala pembus
ukan dan rebah kecambah. Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, yaitu adanya pembusukan dengan warna coklat kemerahan. Pembusukan dimula
i dari lapisan luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung, kanker berwarna
coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam kondisi yang menguntungkan penyakit da
pat berkembang ke bagian atas maupun bawah tanaman.
Penularan penyakit :
Inokulum primer berasal dari tanah dan sisa-sisa tanaman sakit.
Lokasi patogen pada benih :
Sklerotia tercampur dalam benih.
Uji kesehatan benih :
Metode Blotter untuk mengamati miselium. Sklerotia yang tercampur dengan benih d
apat dideteksi dengan pengamatan secara visual.
Pengendalian penyakit benih :
Dilaporkan perlakuan benih dengan Ceresan M dapat mengendalikan penyakit.
5.
Cucumber Mosaic Virus (CMV) : Cucumovirus, 28 nm.
Sebaran geografi :
Terutama didaerah beriklim sedang. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa.
Tanaman inang :
Lebih dari 49 famili tanaman terdiri dari tanaman budidaya, tanaman hias, gulma,
tanaman tahunan, dan semak, antara lain : wortel, seledri, ketimun, melon, squa
sh, kacang-kacangan, selada, cabai, bayam, tanaman hias (anemone, candytuft, vio
la, zinnia, columbine, dahlia, delphinium, geranium, petunia, phlox), pisang, ix
ora, dan markisa.
Gejala serangan :
Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanama
n tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mott
le mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk d
aun seperti tali sepatu (shoestring-like) (Gambar ...), yang dapat dikacaukan de
ngan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).
Pada ketimun dan zucchini menunjukkan gejala mosaik sistemik dan kerdil, buah ke
timun mengalami distorsi.
Pada kacang-kacangan terdapat gejala mild mosaic (mosaik ringan), kerdil dan men
guning.
Pada bayam terjadi gejala hawar dan mosaik pada seledri.
Penularan penyakit :
Secara mekanis
Vektor : terdapat 60 spesies aphid.
Melalui benih : pada tomat dan ketimun hanya 1 %, Vigna sequipedalis dan V. unqu
iculata 4
28 %, Phaseolus vulgaris 20 %, dan Stellaria media 40 %.
Lokasi patogen pada benih :
Virus CMV terdapat pada embrio.
Uji kesehatan benih :
Tanaman indikator : Chenopodium quinoa dan C. amaranticolor, menimbulkan gejala
bercak lokal nekrotik. Vigna unquiculata, bercak lokal berukuran kecil berwarna
coklat. Tomat, gejala daun berbentuk seperti tali sepatu.
Uji serologi : ELISA.
6.
Virus Mosaik Tomat (Tomato Mosaic Virus) : ToMV (bentuk batang, 300 x 18
nm).
Sebaran geografi :
Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan di Sumatera dan
Jawa.
Tanaman inang :
Tanaman yang termasuk famili Solanaceae, Amaranthaceae, Aizoaceae, dan Scrophula
riaceae.
Beberapa spesies menunjukkan reaksi lokal gejala bercak nekrotik yaitu Nicotiana
tabacum var Xanthi n.c. dan N. sylvestris, N. glutinosa juga dapat bereaksi lok
al tetapi kurang sensitive.
Gejala serangan :
Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, kulti
var/varietas tanaman, serta strain virus. Secara umum dapat dikelompokan dalam t
iga tipe gejala :
a) Gejala mosaik dan mottle pada daun (pada musim panas di rumah kaca). Pada kon
disi intensitas rendah dan suhu rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun
(fern-leaf) (Gambar ...).
b) Gejala kuning nyata atau aucuba mosaik dan mottle pada daun yang dapat mempenga
ruhi buah.
c) Gejala nekrotik pada batang, petiole, dan atau buah. Terjadinya nekrotik dapa
t menimbulkan kematian tanaman. Pada buah terjadi bercak cekung nekrotik.
Pada cabai yang ditanam setelah tomat, terjadi nekrotik pada daun, kerontokan/gu
gur daun, mosaik kronis, serta kekerdilan.
Penularan penyakit :
Secara mekanis dan melalui benih. Virus ini belum diketahui dapat ditularkan mel
alui vektor (serangga penular).
Lokasi patogen dalam benih :
Virus terdapat dalam external mucilage, testa, dan endosperm. Virus tidak ditula
rkan melaalui embrio. Virus dapat bertahan dan bersifat infektif selama beberapa
tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibit
an pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bi
bit ke pertanaman.