Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Penting Pada Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)


1.
Bercak kering Alternaria (early blight, Alternaria blight) : Alternaria
solani Sorauer.
Sebaran geografi :
Terdapat di Inggris, India, Australia, dan Amerika Serikat. Di Indonesia dilapor
kan terdapat di Sumatera dan Jawa.
Tanaman inang :
Tanaman yang termasuk Solanaceae antara lain kentang (Solanum tuberosum), terung
(S. melongenas), ranti (S. nigrum), kecubung (Datura stramonium).
Gejala serangan :
Gejala dapat terjadi pada daun, batang, dan buah. Pada daun terdapat bercak-berc
ak kecil bulat dan bersudut, berwarna coklat tua sampai hitam. Di sekitar bercak
nekrotik terdapat halo sempit. Pada serangan berat banyak terdapat bercak, daun
akan layu dan gugur sebelum waktunya (Gambar ).
Gejala pada batang ditandai dengan bercak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkar
an terpusat.
Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx, terjadi bercak dengan lingka
ran-lingkaran terpusat. Buah yang terinfeksi akan gugur sebelum masak (Gambar ..
.).
Penularan penyakit :
Melalui sisa-sisa tanaman sakit, tanah dan benih.
Lokasi inokulum pada benih :
Miselium dan konidia pada permukaan benih. Miselium pada lapisan benih.
Uji kesehatan benih : Metode Blotter.
Pengendalian penyakit benih :
Di Hongaria dikendalikan dengan perlakuan benih yaitu dengan perendaman selama 1
5 menit dalam ceresan 0,1 %.
2.
Layu Fusarium (Fusarium wilt) : Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sa
cc.) Snyder & Hansen.
Sebaran geografi :
Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa
.
Tanaman inang : terbatas pada tomat.
Gejala serangan :
Bibit yang terserang menunjukkan gejala layu. Tanaman dewasa yang terserang menu
njukkan kelayuan yang diawali dengan merunduknya petiole dan rachis daun. Daun y
ang terserang akhirnya berubah menjadi kuning. Akar yang terinfeksi apabila dica
but dan dibelah secara vertikal menunjukkan gejala diskolorasi pada pembuluh xyl
em (Gambar ).
Penularan penyakit : melalui benih dan tanah
Lokasi patogen pada benih :
Pada permukaan benih sering terkontaminasi inokulum patogen. Struktur seperti kl
amidospora terdapat dalam hilum benih. Miselium terdapat dalam lapisan luar beni
h, mikrokonidia yang dihasilkan terbawa dalam pembuluh cairan.
Uji kesehatan benih :
Benih yang telah disterilisasi permukaannya diletakkan pada media agar Littman :
Dextrose 10 g, peptone 10 g, bacto oxgall 15 g, agar 20 g, air destilasi 1 l. K
emudian diinkubasikan pada 20o C selama 5 hari dengan pencahayaan ultra violet s
elama 12 jam. Pada benih yang terinfeksi akan muncul koloni seperti kapas di sek
itar benih (Gambar ...).
Pengendalian penyakit benih :
Perlakuan dengan benomil dilaporkan di Taiwan dapat mengeradikasi inokulum. Di M
aroko perlakuan benih dengan 2 % Na-hipoklorit dilaporkan dapat mengendalikan pe
nyakit.
Peranan karantina :
Penyakit layu Fusarium merupakan penyakit yang menimbulkan banyak kerugian dan t

erdiri dari beberapa ras maka penyebaran penyakit melalui lalu lintas benih perl
u mendapat perhatian dari pihak karantina.
3.
Hawar daun (late blight, fruit rot) : Phytophthora infestans (Mount.)de
Barry.
Sebaran geografi :
Terdapat di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Eropa. Di Indonesia penyakit ini
dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara T
imur.
Tanaman inang :
Tomat, kentang, dan terung.
Gejala serangan :
Bercak pada daun pada awalnya berupa bercak kebasahan kemudian meluas secara cep
at menjadi bercak hijau pucat sampai coklat. Pada kondisi lembab pada permukaan
bawah daun terdapat gejala busuk berwarna abu-abu keputihan, kemudian berkembang
menjadi bercak besar berwarna coklat.
Daun yang terinfeksi menjadi coklat, menggulung, dan mati. Batang dan petiole ju
ga dapat terserang, sehingga keseluruhan tanaman mati (Gambar ).
Buah yang terserang nampak bercak gelap seperti berminyak. Bercak dapat membesar
sehingga menutupi seluruh buah. Gejala busuk lunak oleh bakteri biasanya mengik
uti gejala hawar daun sehingga menyebabkan timbulnya bau busuk (Gambar ...).
Penularan penyakit :
Melalui sisa-sisa tanaman sakit dan benih.
Lokasi patogen pada benih :
Inokulum terdapat pada permukaan benih, lapisan luar benih (internal dan ekstern
al).
Uji kesehatan benih : metode Blotter.
Pengendalian penyakit benih :
Perlakuan desinfeksi permukaan benih.
4.
Rebah kecambah, busuk pangkal batang (damping off, collar rot : Rhizocto
nia solani Kuhn.)
Sebaran geografi :
Di Indonesia dilaporkan terjadi di Jawa dan Sumatera.
Tanaman inang :
Penyakit ini mempunyai sebaran inang yang luas antara lain tanaman yang termasuk
famili Solanaceae.
Gejala serangan :
Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu terjadinya gejala pembus
ukan dan rebah kecambah. Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, yaitu adanya pembusukan dengan warna coklat kemerahan. Pembusukan dimula
i dari lapisan luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung, kanker berwarna
coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam kondisi yang menguntungkan penyakit da
pat berkembang ke bagian atas maupun bawah tanaman.
Penularan penyakit :
Inokulum primer berasal dari tanah dan sisa-sisa tanaman sakit.
Lokasi patogen pada benih :
Sklerotia tercampur dalam benih.
Uji kesehatan benih :
Metode Blotter untuk mengamati miselium. Sklerotia yang tercampur dengan benih d
apat dideteksi dengan pengamatan secara visual.
Pengendalian penyakit benih :
Dilaporkan perlakuan benih dengan Ceresan M dapat mengendalikan penyakit.
5.
Cucumber Mosaic Virus (CMV) : Cucumovirus, 28 nm.
Sebaran geografi :
Terutama didaerah beriklim sedang. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa.
Tanaman inang :
Lebih dari 49 famili tanaman terdiri dari tanaman budidaya, tanaman hias, gulma,
tanaman tahunan, dan semak, antara lain : wortel, seledri, ketimun, melon, squa

sh, kacang-kacangan, selada, cabai, bayam, tanaman hias (anemone, candytuft, vio
la, zinnia, columbine, dahlia, delphinium, geranium, petunia, phlox), pisang, ix
ora, dan markisa.
Gejala serangan :
Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanama
n tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mott
le mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk d
aun seperti tali sepatu (shoestring-like) (Gambar ...), yang dapat dikacaukan de
ngan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).
Pada ketimun dan zucchini menunjukkan gejala mosaik sistemik dan kerdil, buah ke
timun mengalami distorsi.
Pada kacang-kacangan terdapat gejala mild mosaic (mosaik ringan), kerdil dan men
guning.
Pada bayam terjadi gejala hawar dan mosaik pada seledri.
Penularan penyakit :
Secara mekanis
Vektor : terdapat 60 spesies aphid.
Melalui benih : pada tomat dan ketimun hanya 1 %, Vigna sequipedalis dan V. unqu
iculata 4
28 %, Phaseolus vulgaris 20 %, dan Stellaria media 40 %.
Lokasi patogen pada benih :
Virus CMV terdapat pada embrio.
Uji kesehatan benih :
Tanaman indikator : Chenopodium quinoa dan C. amaranticolor, menimbulkan gejala
bercak lokal nekrotik. Vigna unquiculata, bercak lokal berukuran kecil berwarna
coklat. Tomat, gejala daun berbentuk seperti tali sepatu.
Uji serologi : ELISA.
6.
Virus Mosaik Tomat (Tomato Mosaic Virus) : ToMV (bentuk batang, 300 x 18
nm).
Sebaran geografi :
Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan di Sumatera dan
Jawa.
Tanaman inang :
Tanaman yang termasuk famili Solanaceae, Amaranthaceae, Aizoaceae, dan Scrophula
riaceae.
Beberapa spesies menunjukkan reaksi lokal gejala bercak nekrotik yaitu Nicotiana
tabacum var Xanthi n.c. dan N. sylvestris, N. glutinosa juga dapat bereaksi lok
al tetapi kurang sensitive.
Gejala serangan :
Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, kulti
var/varietas tanaman, serta strain virus. Secara umum dapat dikelompokan dalam t
iga tipe gejala :
a) Gejala mosaik dan mottle pada daun (pada musim panas di rumah kaca). Pada kon
disi intensitas rendah dan suhu rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun
(fern-leaf) (Gambar ...).
b) Gejala kuning nyata atau aucuba mosaik dan mottle pada daun yang dapat mempenga
ruhi buah.
c) Gejala nekrotik pada batang, petiole, dan atau buah. Terjadinya nekrotik dapa
t menimbulkan kematian tanaman. Pada buah terjadi bercak cekung nekrotik.
Pada cabai yang ditanam setelah tomat, terjadi nekrotik pada daun, kerontokan/gu
gur daun, mosaik kronis, serta kekerdilan.
Penularan penyakit :
Secara mekanis dan melalui benih. Virus ini belum diketahui dapat ditularkan mel
alui vektor (serangga penular).
Lokasi patogen dalam benih :
Virus terdapat dalam external mucilage, testa, dan endosperm. Virus tidak ditula
rkan melaalui embrio. Virus dapat bertahan dan bersifat infektif selama beberapa
tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibit
an pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bi
bit ke pertanaman.

Uji kesehatan benih :


a) Metode uji tanaman indikator :
Inokulasi virus pada tanaman indikator N. tabacum cv. Xanthi n. c. dapat menimbu
lkan hasil reaksi lokal bercak nekrotik dalam 3
5 hari. Ukuran diameter bercak 0
,5 mm kemudian berkembang menjadi 4 mm. Inokulasi juga dapat dilakukan pada poto
ngan N. sylvestris yang diinkubasi dalam cawan petri di bawah penyinaran lampu.
Inokulum virus dapat diperoleh dengan cara menggerus benih terinfeksi dalam laru
tan air atau buffer.
b) Uji serologi ;
Dengan menggunakan antisera pada konsentrasi 1 : 16.000.
Pengendalian penyakit benih :
Benih tomat dapat dibebaskan dari kontaminasi virus dengan cara merendam benih d
alam larutan 10 % (w/v), Na, PO, selama 20 menit.
Perlakuan benih dengan pemanasan (heat treatment) pada suhu 70o C selama 2
4 har
i atau selama 2 hari pada suhu 78o C dapat mengeradikasi virus yang terbawa dala
m endosperm.
Penanganan bibit secara hati-hati agar tidak bersentuhan satu sama lain.
Menghindari menanam tomat pada lahan yang sama untuk jangka waktu minimum 7 bula
n.
Peranan karantina :
Diketahui ada tipe strain ToMV yang berdekatan dengan tipe strain TMV (tobaca mo
saic virus) daripada tobamovirus.

Anda mungkin juga menyukai