Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini, Indonesia adalah salah satu Negara yang sedang berkembang.
Sebagai contoh, perkembangan disektor infrastruktur, seperti bandar udara, kereta
api, pelabuhan dan lainnya. Selain di sektor infrastruktur, Indonesia juga
mengalami perkembangan disektor Ekonomi. Seiring dengan keikut sertaan
Indonesia dalam ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ), maka semakin besar
lapangan pekerjaan di Indonesia. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Indonesia
adalah salah satu Negara dengan potensi yang tinggi sebagai ladang bisnis yang
menjanjikan sebagai sasaran pasar berbagai produk dan jasa. Untuk menghadapi
ini, Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang baik dan di harapkan
mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari Negara-negara lain.
Untuk mencapai harapan ini maka diperlukan kinerja sumber daya manusia
yang baik. Kinerja sumber daya manusia atau job performance adalah prestasi
sesungguhnya yang di capai seseorang. Dengan demikian kinerja sumber daya
manusia merupakan kualitas dan kuantitas hasil kerja yang dicapai seseorang
berdasarkan standar yang ditetapkan dalam waktu tertentu. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja sumber daya manusia. Salah satunya menurut Keith
Davis (1989), faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja sumber daya
manusia adalah kemampuan (ability), dan faktor motivasi (motivation).
Penelitian ini akan berfokus pada peningkatan kinerja sumber daya manusia
melalui faktor internal (individu), yaitu kemampuan (ability). Kemampuan

seseorang diantaranya ditentukan oleh kecerdasan yang dimilikinya. Terdapat


beberapa kecerdasan pada diri manusia, diantarnya: kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis,
logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima,
menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti dan menerima makna pada apa yang dihadapi
dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi
persoalan di masyarakat. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali
perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta
kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.
Pada dasarnya, ketiga kecerdasan ini memiliki cara kerja yang saling
berhubungan. Namun, sebagian besar sumber daya manusia yang berada di Negara
berkembang termasuk Indonesia memiliki perkembagan kecerdasan emosional yang
kurang baik. Hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang sudah dilakukan Goleman
(2003) memperlihatkan bahwa kemampuan terbesar yang mempengaruhi kesuksesan
seseorang dalam bekerja adalah empati, disiplin diri dan inisiatif yang merupakan
bagian yang kita kenal dengan kecerdasan emosional. Dan menunjukkan bahwa
keberhasilan hidup seseorang ditentukan pendidikan formalnya 15%, sedangkan
sisanya yaitu sebesar 85% ditentukan oleh sikap mental dan kepribadiannya.

Kesimpulan yang timbul ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Trihandini (2005) dan Edwardin (2006).
Selain mengenai kecerdasan emosional, penelitian lain yang dilakukan oleh Zohar
dan Marshall (2000) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual juga memegang
peranan yang besar terhadap kesuksesan seseorang dalam bekerja. Seorang karyawan
yang memperoleh kebahagiaan dalam bekerja akan berkarya lebih baik. Hal ini sesuai
dengan hasil survey majalah SWA (Maret 2007) yang menunjukkan bahwa penerapan
nilai-nilai spiritual dalam perusahaan mampu meningkatkan produktivitas. Sedangkan
hasil penelitian Trihandini (2005) menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja karyawan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Goleman khusus pada orang-orang yang
hanya memiliki kecerdasan dibagian akademis, yang terjadi adalah kegelisahan yang
tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terksesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahan secara cepat. Dan

bila

hal ini didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosional, maka orang-orang
seperti ini sering menjadi masalah di perusahaan. Karena sifat-sifat tadi, bila
seseorang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi namun kecerdasan
emosionalnya rendah, maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala,
sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
terhadap kondisi lingkungan dan cenderung putus asa apabila mengalami stress.
Kondisi yang berbeda akan dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf kecerdasan
intelektual rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Intelegensi

adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungan secara efektif. Keberhasilan manusia menurut pendapat
umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya
mereka yang memiliki kecerdasan intelektual dan akademis matematis saja yang
mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan.
Dalam pekerjaannya, seorang auditor sangat dipengaruhi oleh peran besar
kecerdasan intelektual. Kepintaran banyak dimanfaatkan dalam dunia pekerjaan
contohnya dalam level manajemen atas sebagai pihak perencana strategis yang akan
menentukan nasib organisasi di masa depan, kemampuan untuk menyusun programprogram jangka panjang, prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan
strategis, memerlukan kemampuan intelektual yang tinggi untuk keperluan analisisanalisis mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi yang tinggi agar segala yang
ingin diraih dapat terwujud dengan efektif. Namun, semuanya akan sia-sia jika tidak
diimbangi dengan pengendalian emosional dan spiritual yang dapat menyeimbangkan
kecerdasan tersebut.
Kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja
sumber daya manusia di tempat tersebut yang kita kenal sebagai auditor. Auditor
harus mengikuti aturan mengenai etika profesi yang meliputi pengaturan tentang
independensi, integritas dan objektifitas, standart umum dan prinsip akuntansi,
tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada rekan seprofesi, serta tanggung
jawab dan praktik lainnya. Tanpa ada pengendalian atau kematangan emosi (EQ)
dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (keimanan dan ketakwaan) (SQ),

sangat sulit bagi auditor untuk dapat bertahan dalam tekanan frustasi, stress,
menyelesaikan konflik yang sudah menjadi bagian atau resiko profesi dan memikul
tanggung jawab seperti apa yang diatur dalam Kode Etik sebagai Auditor, serta
tidak

untuk menyalahgunakan

kemampuan

dan

keahlian

yang

merupakan

amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Dengan demikian
akan berpengaruh terhadap hasil kinerja mereka (mutu dan kualitas audit) atau
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, kecurangan dan manipulasi terhadap
tugas yang diberikan.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian dengan judul
PENGARUH

KECERDASAN

EMOSIONAL

DAN

KECERDASAN

SPIRITUAL AUDITOR TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR


AKUNTAN PUBLIK DI DAERAH DKI JAKARTA

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apakah kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja
auditor?
2. Apakah kecerdasan spiritual auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja
auditor?
3. Apakah ada pengaruh yang simultan dan signifikan antara kecerdasan
emosional auditor eksternal dan kecerdasan spiritual auditor terhadap kinerja
auditor?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal berikut :

a. Menguji dan mengetahui pengaruh kecerdasan emosional auditor


eksternal terhadap kinerja auditor.
b. Menguji dan mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual auditor
eksternal terhadap kinerja auditor.
c. Menguji dan mengetahui pengaruh yang simultan dan signifikan
antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan emosional auditor
eksternal terhadap kinerja auditor.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi bidang akademis khususnya bagian pendidikan
akuntansi pada perguruan tinggi dalam mendidik, dan mendiskusikan
mengenai pentingnya kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dalam
pola pendidikan bagi para mahasiswa, sebagai calom akuntan dan auditor di
masa yang akan datang. Serta dapat meyikapi semakin beratnya tugas dan
tanggung jawab mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik agar dapat lebih
meningkatkan kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas dengan
pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sehingga
mereka bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab.
3. Memberi informasi bagi kelompok responden mengenai pentingnya
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional sehingga mereka dapat
mengembangkan dan melatih kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
secara mandiri sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja dan segala
tekanannya.
4. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi riset-riset
selanjutnya terkait dengan penelitian kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual auditor yang lebih sempurna dan komprehensif.
1.5 Pembatasn Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Subjek penelitian adalah auditor independen di beberapa Kantor Akuntan
Publik di daerah DKI Jakarta
2. Objek yang diteliti adalah hanya sebatas pada Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual auditor
3. Perolehan data hanya dibatasi dengan menggunakan kuesioner dari responden

Anda mungkin juga menyukai