Bab I Unrevisied
Bab I Unrevisied
PENDAHULUAN
Kesimpulan yang timbul ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Trihandini (2005) dan Edwardin (2006).
Selain mengenai kecerdasan emosional, penelitian lain yang dilakukan oleh Zohar
dan Marshall (2000) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual juga memegang
peranan yang besar terhadap kesuksesan seseorang dalam bekerja. Seorang karyawan
yang memperoleh kebahagiaan dalam bekerja akan berkarya lebih baik. Hal ini sesuai
dengan hasil survey majalah SWA (Maret 2007) yang menunjukkan bahwa penerapan
nilai-nilai spiritual dalam perusahaan mampu meningkatkan produktivitas. Sedangkan
hasil penelitian Trihandini (2005) menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja karyawan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Goleman khusus pada orang-orang yang
hanya memiliki kecerdasan dibagian akademis, yang terjadi adalah kegelisahan yang
tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terksesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahan secara cepat. Dan
bila
hal ini didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosional, maka orang-orang
seperti ini sering menjadi masalah di perusahaan. Karena sifat-sifat tadi, bila
seseorang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi namun kecerdasan
emosionalnya rendah, maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala,
sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
terhadap kondisi lingkungan dan cenderung putus asa apabila mengalami stress.
Kondisi yang berbeda akan dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf kecerdasan
intelektual rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Intelegensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungan secara efektif. Keberhasilan manusia menurut pendapat
umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya
mereka yang memiliki kecerdasan intelektual dan akademis matematis saja yang
mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan.
Dalam pekerjaannya, seorang auditor sangat dipengaruhi oleh peran besar
kecerdasan intelektual. Kepintaran banyak dimanfaatkan dalam dunia pekerjaan
contohnya dalam level manajemen atas sebagai pihak perencana strategis yang akan
menentukan nasib organisasi di masa depan, kemampuan untuk menyusun programprogram jangka panjang, prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan
strategis, memerlukan kemampuan intelektual yang tinggi untuk keperluan analisisanalisis mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi yang tinggi agar segala yang
ingin diraih dapat terwujud dengan efektif. Namun, semuanya akan sia-sia jika tidak
diimbangi dengan pengendalian emosional dan spiritual yang dapat menyeimbangkan
kecerdasan tersebut.
Kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja
sumber daya manusia di tempat tersebut yang kita kenal sebagai auditor. Auditor
harus mengikuti aturan mengenai etika profesi yang meliputi pengaturan tentang
independensi, integritas dan objektifitas, standart umum dan prinsip akuntansi,
tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada rekan seprofesi, serta tanggung
jawab dan praktik lainnya. Tanpa ada pengendalian atau kematangan emosi (EQ)
dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (keimanan dan ketakwaan) (SQ),
sangat sulit bagi auditor untuk dapat bertahan dalam tekanan frustasi, stress,
menyelesaikan konflik yang sudah menjadi bagian atau resiko profesi dan memikul
tanggung jawab seperti apa yang diatur dalam Kode Etik sebagai Auditor, serta
tidak
untuk menyalahgunakan
kemampuan
dan
keahlian
yang
merupakan
amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Dengan demikian
akan berpengaruh terhadap hasil kinerja mereka (mutu dan kualitas audit) atau
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, kecurangan dan manipulasi terhadap
tugas yang diberikan.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian dengan judul
PENGARUH
KECERDASAN
EMOSIONAL
DAN
KECERDASAN
Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Subjek penelitian adalah auditor independen di beberapa Kantor Akuntan
Publik di daerah DKI Jakarta
2. Objek yang diteliti adalah hanya sebatas pada Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual auditor
3. Perolehan data hanya dibatasi dengan menggunakan kuesioner dari responden