Makalah Askeb II
Makalah Askeb II
ASUHAN PERSALINAN
KEBUTUHAN DASAR ASUHAN PERSALINAN PENYULIT
DAN KOMPLIKASI SERTA PENANGANAN PERSALINAN
KALA I
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
Nurma Astri Rahayu (CK.1.14.024)
Rosa
Rani Indriyani
(CK.1.14.026)
Rani Nurdiani
(CK.1.14.027)
Shely
(CK.1.14.032)
Rifki Santika D
(CK.1.14.028)
Silvia Anggraeni
(CK.1.14.033)
Riza Mulani A
(CK.1.14.029)
Sintianida
(CK.1.14.034)
(CK.1.14.030)
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini membahas tentang Kebutuhan Dasara Asuhan Persalinan Penyulit
dan Komplikasi serta Penanganan Persalinan Kala I agar mahasiswa dapat
memahaminya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Askeb II Kebidanan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan Dalam
2.2 Hgjh
2.3 Hhj
2.4 Ghjghj
2.5 Fhh
2.6 Fhghj
BAB III PENUTUP
Saran
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan dengan seberapa jauh
pelayanan di masyarakat. Oleh karena itu, angka kematian tinggi rendahnya
ditentukan oleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Selama
anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi
yang kemungkinan akan timbul.
Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Salah satu tindakan yang di lakukan
oleh seorang bidan dalam kala II adalah melakukan Vaginal Toucher (Periksa
Dalam) dimana tindakan ini sangat penting di lakukan untuk memantau
keadaan ibu berserta janinnya. Serta memastikan proses persalinan akan
berlangsung aman dan lancar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kala I dalam persalinan ?
bdalam
persalinan kala I ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Pesalinan ( ASKEB II) dan menigkatkan pemahaman
mahasiswa kebutuhan dasar asuhan persalinan penyulit dan komplikasi
serta penanganan persalinan kala I.
Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini ditujukan untuk memberi
informasi kepada pembaca kebutuhan dasar asuhan persalinan penyulit
dan komplikasi serta penanganan persalinan kala I.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Awal
Apabila seorang ibu akan melahirkan, pengkajian awal perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan apakah persalinan sudah
pada waktunya, serta apakah kondisi ibu dan bayinya normal. Pengkajian
awal tersebut adalah sebagai berikut.
Lihat tanda-tanda perdarahan, mekonium/bagian orang yang lahir,
tanda bekas operasi seksio sesaria terdahulu, ibu yang yang warna
kulitnya kuning atau kecolatan.
Raba kapan waktunya tiba, menentukan ibu sudah waktunya
melahirkan
Periksa tanda-tanda denyut penting untuk hipertensi, detak jantung
janin terhadap bardikardi
Jika menemukan satu dari tanda-tanda tersebut di atas, ibu perlu
dikirim
ke
pasilitas
yang
mampu
memberikan
asuhan
kegawatdaruratan obstetric.
1. Mengkaji riwayat kesehatan
a. Biodata atau identitas pasien (nama, umur,alamat,pekerjaan,
agama, pendidikan, status perkawinan).
Biodata sebagai data awal untuk mengetahui identitas ibu.
Umur juga dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor
predisposisi terhadap sejumlah komplikasi. Misalnya, ibu dibawah
usia 16 tahun dan diatas 35 tahun dapat meningkatkan insiden
preeklamsia. Usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes
tipe II, hipertensi kronis yang menyebabkan peningkatan insiden
preeklamsia dan abrupsio plasenta, persalinan yang lama pada
nulipara, seksio sesaria, kelahiran pertama, intra-uterine growth
retardation (IUGR), anomaly kromosom, dan kematian janin.
Tempat melahirkan
Cara melahirkan (spontan, vakum, forcep, atau operasi)
Masalah atau gangguan yang timbul pada saat hamil dan
melahirkan
seperti
perdarahan,
letak
sungsang,
saat
ini
juga
menjadi
dasar
untuk
kelamin,tumor
reproduksi,oprasi ginekologi.
4. Riwayat medis
a. Riwayat medis saat ini
Apakah
ibu
hebat,pandangan
atau
mengalami
berkunang-kunang
kanker,system
sakit
atau
kepala
nyeri
adanya
komplikasi
melhirkan
kelainan,terutama
sagatlah
pda
ibu
penting
yang
untuk
belum
menemukian
pernah
adanya
memeriksakan
atau
nyeri.
Peningkatan
suhu
menunjukan
aday
diabetes),
kehamilan
kembar
atau
terjadinya
atonia
uterus
pascapartum,
yang
Menentukan
apakah
perubahan
serviks
yang
riwayat.
Molding caput suksedaneum
Memastikan adaptasi janin terhadap pelvis ibu.
Letak, persentasi, posisi, dan variasi
Memastikan temuan pada abdomen. Kadang-kadang
data ini lebih mudah diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan dalam, karena bagian persentasi garis sutura,
fontanel, tulang tengkorak (jika persentasi sefalik), tangan,
meregang
untuk
memastikkan
kemungkinan
kebutuhan evisiotomi.
Bidan mungkin tidak mempunyai waktu untuk mengkaji riwayat
dan pemeriksaan fisik ibu jika ibu datang pada saat menjelang persalinan
atau sudah hamper melahirkan sangatlah penting bagi bidan untuk
bertindak fleksibel pada proses ini dan menyesuaikan cara mengumpilkan
informasi keadaan fisik dan emosi ibu.
2.4 Mengdiagnosis Persalinan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup peratik kebidanan dan memenuhi setandar nemenklatur
(tatanama) diagnosis kebidanan.
Berdasarkan temuan-temuan dalam riwayat kesehatan, bidan akan
dapat mengambil keputusan apakah ibu dalam persalinan sesungguhnya
dan jika benar demikian, dalam kala I fase berapa ibu sekarang.
a. Menilai Data
Kategori
Keterangan
Saat persalinan
Persalinan bermasalah
Contoh :
-kemajuan persalinan yang lamban
Contoh :
-eklamsia, perdarahan, lilitan tali
pusat, bayo mengalami kesulitan
serabut
fibrin,
yang
masing-masing
berbentuk
kumparan dengan panjang rata-rata 200mm dan diameter 7 mm. selsel ini terdiri atas serabut-serabut kontraktil yang lebih kecil dan
tersusun dari rantai aktin dan myosin yang saling terjalin dan
dibungkus oleh membrane yang permeable.
c. Ciri-ciri kontraksi miometrium
Meskipun uterus tersusun atas banyak serabut otot, organ ini
berfungsi sebagai satu organ muskuler berongga. Miometrium tidak
pernah relaksasi sempurna, tonus istirahat antara 6 dan 12 mmHg. Uterus
berkontraksi secara teratur sejak awal kehamilan. Hingga akhir kehamilan,
kontraksi uterus (Braxton Hicks) tidak menimbulkan rasa nyeri. Setiap
kontraksi mengakibatkan meningkatnya tekanan intra uteri dengan
amplitudo atau intensitas yang berbeda beda. Kontraksi ini terdiri atas 2
elemen, yaitu peningkatan secara cepat samapi mencapi puncak dan
pemulihan secara lambat menuju ton us intirahat. Untuk tujuan deskriptif,
intensitas kontaksi dikaikan dengan frekuensi kontarksi (per 10 menit),
memberikan suatu aktivitas uterus yang dinyatakan dalam unit
Montevideo. Kontaksi uterus dimulai dari suatu pacemaker yang teletak di
persambungan tuba falopi dan uterus pada satu sisi. Gelombang kontraksi
Persalinan Semu
ada
perubahan
interval
Waktu
dan
kekuatan
semakinbertambah
depan
Ada
hubungan
antara
obat
menghentikan
belum
masuk
PAP
proses
sesungguhnya
Kemajuan
persalinan
ditandai
dengan
meningkatnya
Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat
penting dilakukan karena berhubungan dengan fungsi jantung,
sehingga tekanan darah harus dipantau dengan sangat cermat,
terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural.
Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung
mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah sebelum
proses persalinan, berkaitan dengan adanya his.
Keadaan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu
telentang, syok, atau anestesi epidural.
Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi
esensial selama kehamilan, proses persalinan akan lebih
meningkatkan tekanan darah, sehingga pemantauan tekanan
darah ibu harus lebih sering dan lebih cermat.
Pada kondisi normal, tekanan darah selama kala 1 (fase
laten dan fase aktif), diukur setiap 2 4 jam sekali.
Urinarisis
Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus
dipantau, meliputi: volume, glukosa urin, keton dan protein.
Volume urin berkaitan dengan fungsi ginjal secara
keseluruhan, keton berkaitan dengan adanya kelaparan atau
distres maternal jika semua energi yang ada telah terpakai
(kadar keton yang rendah sering terjadi selama persalinan dan
dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan dengan keadaan
diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan dengan pre-
bayinya.
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain mengenai
cara-cara dalam memberikan perhatian dan mendukung ibu
persalinan berlangsung.
Anjurkan ibu untuk makan makanan ringan dan minum
sepanjang ia menginginkanya.
Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional selama
ibu.
Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
medikamentosa
yang
diberikan,
pemeriksaan
teratur,
Pencegahan infeksi.
Dukungan Emosional
Kehadiran orang terdekat merupakan hal terpenting diantara
semua upaya mendukung dan memberikan rasa nyaman kepada
ibu. Anjurkan kepada suami atau orang terdekat dari ibu untuk
mendampingi ibu dan mereka dapat melakukan tindakan yang
membantu ibu dalam mencapai rasa nyaman, dimana tentu saja
tindakan ini telah mendapat persetujuan dari sang ibu. Bekerja
sama dengan anggota keluarga ibu untuk :
dan
dikosongkan
maka
akan
mengakibatkan
tubuhnya,
dan
kondisi
kering
akan
meningkatkan
Tujuan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau
rekam medik ibu bersalin dan bayi baru 1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat
pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses
persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasikomplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi
yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKESWHO, 2003).
Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1. Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2. Rupture uteri
3. Infeksi / sepsis puerperal
4. Perdarahan postpartum
5. Fistel
Penggunaan Patograf
1.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun
adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2.
min.2x/10, lamanya<20.
b)
min.1x/10, lamanya<20.
2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a) bila infus oksitosin dimulai
oksitosin
b) induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian
prostaglandin)
c)
pecah.
Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :
Partus prematurus
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
3. Nadi: setiap 1/2 jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
Untuk pendidikan
f.
Untuk penelitian
Nama, umur
2. Kondisi Janin
1) Denyut jantung janin
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung
dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah
denyut jantung janin dihubungkan).
Pencatatan pada partograf :
a)
dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi
partograf.
2) Air ketuban
Air ketuban bisa :
Utuh (U)
Jernih (J)
Kering (K)
lajur DJJ.
c) Gunakan lambang-lambang berikut ini:
bercampur mekonium
bercampur darah
Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100
atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f)
untuk
berakomodasi
atau
disproporsi
mudah
1. Kemajuan Persalinan
1) Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
a. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam,
dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama
fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan
kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi
juga harus dicatatkan.
b. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah
sakit, dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang
persalinannya sudah berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda X. Bila pasien
masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda X diletakkan pada garis
waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda X.
Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam
fase laten kemudian masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang
8 jam maka tanda X dipindahkan ke garis waspada. Perpindahan ini
digambarkan dengan garis putus-putus sampai pada garis waspada dan
diberi tanda Tr.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam
rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1) H I : Sama dengan pintu atas panggul
2)
pubis
3) H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4) H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal,
mendatar
atau melepasnya porsio.
b)
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
f)
b)
c)
d)
e)
Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas
simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka
4.
f)
Hubungkan
tanda
'0'
dari
setiap
pemeriksaan
dengan
b)
c)
perlu
b)
b)
c)
d)
2. Kontraksi uterus
darah
diukur
setiap
jam
atau
lebih
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
2) Temperatur
Pencatatan pada Partograf
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
3) Urin
Yang diukur :
Volume
Albumin
Glukosa
dokter umum)
d) Persiapan sebelum melakukan rujukan
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh
proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan
pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan
menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,
tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf
saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3. Kala II
apakah
terdapat
risiko
atau
terjadi
perdarahan
menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala
IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
4. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan
seksama menurut petunjuk pada partograf.
5. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan rujukan segera.
6. Jika mekonium kental, nilak DJJ dan rujuk segera.
7. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi.
8. Dengan hati-hati pilahkan labium majus dengan jari manis dan ibu
jari(gunakan tangan periksa).
9. Masukkan (hati-hati jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah.
10. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai
dilakukan.
11. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakukan tindakan amniotomi
(merobeknya).
Alasannya
amniotomi
sebelum
waktunya
dapat
terlindung dari infeksi dan sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi
selama kontraksi hipertonik. Amniotomi rutin selama persalinan normal tidak
memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Tinjauan studi tentang prosedur
amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak ada fase pemendekan pada
proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan persalinan dengan
operasi caesar.
Pengertian Amniotomi
Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion.
Alasan Menghindari Amniotomi
1. Kemungkinan kompresi tali pusat.
2. Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak
merata.
3. Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang
berkurang.
Indikasi Amniotomi
1. Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.
2. Akselerasi persalinan.
3. Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.
4. Pada kasus solusio plasenta.
Keuntungan Amniotomi
Prosedur Amniotomi
Sikap dan perilaku
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.
3. Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
4. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan
sesudah tindakan.
5. Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi
(DTT).
6. Mendekontaminasi alat pasca tindakan.
Content/Isi
1. Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).
2. Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hatihati selaput ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan
tidak teraba tali pusat/bagian-bagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam
lebih nyaman dilakukan di antara kontraksi, kecuali jika selaput ketuban
tidak teraba.
3. Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam
vagina dan memandu dengan jari tangan.
meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Tetap
waspada terhadap indikasi-indikasi dan segera lakukan tindakan yang
diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat
memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan
berlangsung aman dan lancer sehingga akan berdampak baik terhadap
keselamatan ibu dan bayi yang akan di lakukan .
PENYULIT DAN KOMPLIKASI DALAM PERSALINAN KALA 1
a penyulit dalam persalinan kala 1
Induikasi indikasi untuk melakukan tindakan dan atau rujukan segera selama
kala I persalianan adalah sebagi berikut.
1
kemampuan
ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
lain
dengan
janinnya.
Makrosomia
dapat
rujuk
ibu
ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
ibu
kefasilitas
yang
memiliki
kemampuan
ibu
kefasiliitas
yang
memiliki
kemampuan
Tindakan:
1). Segera
rujuk
ibu
ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
(partograf)
Pembukan serviks kurang dari 1 cm per jam
Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik.
Tindakan :
1). Segera
rujuk
ibu
ke
fasilitas
yang
memiliki
kemampuan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Kala I persalinan di
mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten persalinan :
Dimulai sejak awal kontraksi yang ,menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 ja
Fase Aktif persalinan :
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung 40 detik atau lebih)
Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1
cm atau lebih perjam hingga pembukaan 10 cm
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi acuan dalam
melakukan identifikasi, mendiagnosis, memberikan asuhan kala I,
Magazine.
Amniotomy
to
do
or
not
to
do?.
Labour.
Summaries.cochrane.org/CD006167/amniotomy-for-