Disusun Oleh:
ANIS SAADAH
DEA PUTRI ANGGRAENI
RISCALINA
111210.001
111210.005
111210.020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG
Setelah membaca laporan ini dengan seksama menurut pertimbangan kami telah memenuhi
persyaratan ilmiah sebagai laporan praktek kerja industri.
Cileunyi, juni 2013
Menyetujui,
Pembingbing
IFRS PINDAD BANDUNG
Pembingbing Sekolah
SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadiran Alllah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan hasil laporan
pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).
Penyusun laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun diklat 2013/2014 dan laporan ini juga sebagai
bukti bahwa saya (Penulis) telah melaksanakan dan melaksanakan Praktek Kerja Industri di
RUMAH SAKIT PINDAD BANDUNG
Laporan ini dapat terbuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak pembimbing materi
maupun teknis, oleh karna itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepada Allah swt yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan
laporan ini
2. Kepada Orang Tua tersayang yang telah memberi masukan untuk menyusun laporan ini
3. Bapak. Ojat. selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Umat Islam SMK BHAKTI
KENCANA CILEUNYI.
4. Bapak. Toni Nuryadi S.Pd, selaku kepala SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI.
5. Bapak. Deni Hendra A., S.Farm., Apt selaku wakil kepala sekolah SMK BHAKTI
KENCANA CILEUNYI.
6. Ibu Eka Novianti., S.Farm, selaku Ka. Program ke ahlian Farmasi
7. Bapak. Deni Hendra A., S.Farm., Apt, selaku pembimbing dari sekolah.
8. Ibu Indah Laily Hilmi S.Farm,MKM, Apt selaku pembimbing dari RSU PINDAD
BANDUNG
9. Seluruh staf Instalasi Farmasi RSU PINDAD
Walaupun kami (penulis) telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang
ada, kami (penulis) menyadari sebagai manusia biasa, bahwa tidak ada yang terlepas dari
kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk menyempurnakan hasil laporan prakerin ini .
Akhir kata, kami (penulis) berharap laporan ini bermanfaat bagi kami (penulis) dan pembaca,
serta menjadi semangat dan motivasi bagi rekan-rekan yang akan melaksanakan prakerin.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang d lakukan oleh semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Bandung, Juni 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja
secara terampil dengan kemampuan yang diperolehnya. Oleh karena itu, program PKL
memegang peranan yang sangat penting bagi sekolah untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang
telah dikuasai peserta didik dalam penerapannya di dunia usaha yang sebenarnya.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah praktek kerja yang dilakukkan oleh sekolah dengan dunia
industri atau instansi pemerintah seperti (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan
lainnya). Program PKL ini salah satu cara yang efektif untuk memadukan antara teori dan
praktek yang diterima di sekolah dengan praktek kerja yang secara nyata di Instansi terkait.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Maksud dilaksanakanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk mengaplikasikan praktek
siswa dan siswi di luar sekolah dan juga agar siswa dan siswi mengetahui bagaimana praktek
sesunguhnya di tempat kerja atau instansi terkait.
B. TUJUAN
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah agar siswa dan siswi terlatih di dunia industri atau
instansi terkait dan siswa bisa mengapreasiasikan keunggulan masing-masing tempat PKL serta
siswa dan siswi dapat mengukur kemampuannya masing-masing di dunia kefarmasian. Dan
untuk dijadikannya kegiatan yang nantinya siswa dan siswi mampu berintropeksi diri untuk lebih
baik kedepanya.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
A. Manfaat bagi Penulis
A. Lebih mengetahui dunia kefarmasian;
B. Mengetahui karakteristik pelayanan resep di Rumah Sakit;
C. Mengetahui spesialit/pengelompokan obat dan jenis- jenis obat dinstalasi farmasi
Rumah Sakit terkait;
D. Menjalin kerja sama yang baik antar rekan kerja.
B. Maanfaat bagi Sekolah
1. Mengikat kerja sama yang baik antar pihak sekolah dan intansi atau Rumah Sakit yang
terkait;
2. Menjadikan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidang kefarmasian;
3. Meningkatkan mutu siswa dan siswi dalam kompetensi dalam bidang
farmasi.
C. Manfaat bagi Rumah Sakit
1. Dapat Membagi ilmunya kepada siswa dan siswi PKL;
2. Membantu dan meringankan pekerjaan di Instalasi Farmasi terkait.
D. Manfaat bagi Pihak Lain
Diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi atau sumber informasi yang dapat
dikembangkan menjadi lebih baik.
Rumah sakit yang memberi pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit.
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, 2009) BAB VI JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 19
b. Pengelolaanya
Berdasarkan pengelolaannya Rumah sakit dapat dibagi menjadi:
1) Rumah Sakit Publik
Rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
Hukum yang bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Privat
Rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009) BAB VI
JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 20
medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
2) Rumah Sakit Khusus Kelas B
Yaitu rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
3) Rumah Sakit Khusus Kelas C
Yaitu rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).
BAB VI JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 24 Bagian ke 2
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
A. Definisi Instalasi Farmasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelengarakan, mengkoordinasi, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian Rumah
Sakit.
B. Tujuan Instalasi Farmasi
Tujuan Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah :
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi rumah sakit.
3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.
4. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit.
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional.
C. Tugas Farmasi Rumah Sakit
Adapun tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
b. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang obat
c. Memberi Pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi
2. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi.
4. Mengadakan penelitian dan pengembangan dibidang farmasi.
D.
Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan.
1. Fungsi Pengelolaan Perbekalan Farmasi terdiri dari:
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah di buat sesuai
ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi utuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi keunit-unit pelayanan Rumah Sakit
2. Fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan terdiri
dari:
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau keluarga pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penanganan obat kanker.
i. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
j. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
k. Melaporkan setiap kegiatan.
(Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
A. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan yang dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat
dipertangung jawabkan, dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.
B. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
melalui :
1. Pembelian :
a. Secara Tender ( oleh panitia pembeliaan barang farmasi)
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
2. Produksi/ pembuatan sediaan farmasi
A. Produksi steril
B.
3.
Sumbangan/Droping/Hibah
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang raawat merupakan tanggung jawab
perawat ruangan. Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat di kontrol secara berkala oleh petugas farmasi.
Keuntungan Sisitem Floor stock :
1. Obat yang diperlukan tersedia dengan cepat
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
3. Pengurangan jumlah transkip pesenanan obat bagi farmasi
4. Pengurangan penyalinan resep
Keterbatasan Sistem Floor stock:
1. Keselahan pembelian obat akan bertambah karenafarmasi tidak memeriksa ulang pesanan
obat.
2. Meningkatkan persediaan obat disetiap pos perawat atau tempat perawatan lain
3. Memperbesar kemungkinan pencurian obat
4. Meningkatkan bahaya yang berhubungan dengan kerusakan obat.
C. Sistem Individual Prescription
Pendistribusaian perbekalan farmasi resep perorangan / pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
instalasi farmasi
Keuntungan Sistem Individual Prescription:
1. Semua pesanan obat di periksa farmasi
2. Memungkinkan interaksi antara farmasi perawat , dokter, dan pasien.
3. Memungkinkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti
Kerugian Sistem Individual Prescription
1. Memungkinkan ada penundaan untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan
2. Meningkatkan akan kebutuhan personil bagian farmasi untuk menjalankan tugas melayani
resep perorangan.
D. Sistem Kombinasi Resep Individual dengan Persediaan di Ruangan
Sistem distribusi yang menggunakan gabungan dari individual preseption dan floor stock, yang
dimana obat bisa diambil di instalasi farmasi nya langsung atau ada juga di ruang tersebut
Keuntungan distribusi obat kombinasi :
1. Semua resep atau order individual di kaji langsung oleh apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker , Dokter, Perawat , dan pasien
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita.
4. Beban ifrs dapat berkurang.
2.5 Sistem Penyimpanan Obat
1. Alphabetis adalah cara penyimpanan obat menurut nama obat sesuai dengan
alphabet
2. Bentuk sediaan adalah cara penyimpanan obat menurut bentuk dari sediaan
yang pada awalnya bernama rumah sakit Chandra Kirana. Secara resmi rumah sakit Chandra
Kirana di sah kan pada tanggal 01 mei 1967 sesuai dengan surat keputusan Kodam III siliwangi
No. Kep. 96/V/1967 dengan kapasitas 100 twmpat tidur dan kurang lebih 100 orang pegawai.
Kemudian di tingkatkan menjadi DENKES yang di sebut Detesemen Kesehatan perindustrian
angkatan darat dibawah pimpinan komandan teknis tetap direktur PINDAD, Komandan Teknis
Perwira Kes Dam IV.
Pada tahun 1971 dibawah pimpinan Lectol Dr. Sulaeman A.S , sempat mengadakan kursus
Kejuruan selama 1 tahun tahun 1972 nama Denkes diubah menjadi Bina kesehatan Industri
dengan jumlah karyawan 170 orang.
Pada tahun 1977, berdasarkan surat keputusan MENHAKAM No. Skep/226/II/1977 tanggal 25
Febuari 1977. Rumah sakit KCK PINDAD di tetapkan sebagai Rumah Sakit Abri TK. IV
dengan Kapasitas 75 tempat tidur.
2. Status dan klasifikasi Rumah Sakit Umum PINDAD
Rumah Sakit Umum PINDAD merupakan rumah sakit yang di miliki oleh PT. Cakra Mandiri
Pratama (CMP) sebagai anak perusaan PT. PINDAD berdasarkan klasifikasi rumah sakit swasta
bila di tinjau dari sarana nya RSU PINDAD merupakan rumah sakit umum pertama di bandung
yang di sejajarkan dengan rumah sakit pemerintahan tipe D, dengan fasilitas 63 tempat tidur .
Berdasarkan pelayanannya rumah sakit PINDAD dapat di sejajarkan dengan rumahsakit
pemerintah tipe C, karena mempunyai dokter spesialis THT , Orthopedi, penyakit dalam, mata ,
bedah , radiologi , dan lain lain.
3. Tujuan, visi, misi, dan filosofi Rumah Sakit Umum PINDAD
A. Tujuan RSU PINDAD
Tujuan umum:
Memberi konstribusi pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan
kesehatan yang profesional .
Tujuan khusus
a. Mandiri secara organisasi
b. Pelayanan di lakukan berdasarkan standar profesi
c. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas pelayanan
d. Menghasilkan manfaat yang optimal serta dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
menjamin kesinambungan organisasi .
A. Visi
Menjadi rumah sakit yang profesional mandiri bermutu dan terpercaya pada tahun 2015
B. Misi
1. Menciptakan kemandirian rumah sakit baik secara organisasi maupun secara pinansial serta
berkonstribusi positif terhadap PT. Pindad
2. Meningkatkan dan memanfaatkan sumber daya untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, bermutu dan terpercaya.
3. Meningkatkan klasifikasi rumah sakit menjadi type madya setara dengan type C
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
c. Gizi
d. Kamar Operasi
e. Instalasi radiologi
f. Rawat Inap
Meliputi 5 ruang yaitu :
1. Ruang anak
2. Ruang penyakit dalam
3. HCU
4. Ruang bersalin
5. Ruang bedah
g. Rawat jalan
Meliputi 10 poli yaitu:
1. Poli baru
2. Poli THT
3. Poli umum
4. Poli anak
5. Poli obgyn
6. Poli kb/kia
7. Poli bedah umum
8. Poli gigi
9. Poli orthopedi
10. Poli kulitt dan kelamin
9. Perlengkapan Instalasi Farmasi RSU PINDAD
Perlengkapan di instalasi farmasi meliputi
a. Sebuah lemari khusus untuk penyimpanan obat narkotik dan psikotropika
b. Sebuah lemari es tempat penyimpanan obat yang tidak tahan panas
c. Alat alat peracikan seperti mortir, stemper , gelas ukur , corong dll.
d. Empat buah rak untuk menyimpan obat golongan paten
e. Tiga buah rak untuk menyimpan obat golongan generik
f. Dua buah rak untuk menyimpan obat golongan askes
g. Sebuah rak untuk obat golongan askeskin
h. Sebuah rak lemari kaca untuk obat luar
10. Pelayanan Kefarmasian di RSU PINDAD
a. Resep partik (resep umum/ biasa)
b. Resep jppk ( Jaminan Pelayanan dan Pemulihan Kesehatan)
Yaitu resep yang harus di bayar apabila tidak memenuhi resep standar
c. Resep kontraktor
Misalnya pasien tersebut dari kontraktor hardlent :
Setelah menerima resepnya apakah obat tersebut masuk standar obat hardlent atau tidak , kalau
tidak maka obat di selisihkan dengan obat yang masuk standar hardlent. Obat yang tidak masuk
setandar, disalin lalu salinan nya diberikan kepada pasien (kontraktor nya) . jika pasien mau
membeli obat yang di salin , pasien hanya bayar 20%.
tanggal, nama pasien dan cara pengunaan obat, juga menulis salinan resep bila perlu
c. Meracik Obat
Peracikan dilakukan bila terdapat resep yang meminta diracik. Meracik bisa dari tablet atau
kapsul yang di buat menjadi kapsul, serbuk, meracik salep atau krim, menambahkan zat ke
dalam sirup dan yang lainya.
Kegitan ini diperlukan ketelitian, karena apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan ataupun
dalam peracikan obat akibat nya akan fatal.
d. Pengemasan Obat
Kegiatan ini dilakukan ketika obat sudah selesai di siapkan dan diberi etiket. Pengemasan
dilakukan sekaligus untuk memeriksa obat apakah sesuai dengan yang diminta di resep tersebut.
Apabila benar, obat dimasukan kedalam kantong plastik.
e. Melakukan Stock off name
Kegiatan ini adalah perhitungan perbekalan kesehatan yang dilakukan secara periodik. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengecek kesesuaian jumlah obat dengan data yang ada pada kartu stock
juga untuk pengawasan perputaran obat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Setelah saya melaksanakan PRAKERIN, saya mendapat ilmu pengetahuan yang sebelumnya
belum saya dapat di sekolah diantaranya adalah saya lebih mengetahui nama nama obat,
menerima barang dari PBF, menyetok barang, membaca resep dan masih banyak lagi ilmu yang
saya dapat.
Adapun kesimpulan lainnya adalah:
1. sistem distribusi obat yang berada di instalasi farmasi RSU PINDAD gunakan individual
prescription dan floor stock atau bisa di sebut juga dengan kombinasi, yang mana alur distribusi
pasien atau keluarga pasien langsung menyerahkan resep ke instalasi farmasi
2. pengadaan obat di RSU PINDAD:
a. pemesanan
pemesanan obat di lakukan setiap waktu, pengecekan obat nama yang akan mulai habis baru
dilakukan pemesanan ke PBF dapat melalui surat pesanan(SP) atau telepon. Banyaknya pesanan
di sesuaikan dengan kebutuhan.
b. Penerimaan
Barang yang datang dari PBF di terima langsung oleh petugas instalasi farmasi untuk di periksa
apakah sesuai atau tidak dengan pesanan. Bila barang tidak sesuai dengan pemesanan barang
dapat di kembalikan.
c.
Penyimpanan
1.
2.
3.