Anda di halaman 1dari 20

Laporan PRAKERIN Rumah Sakit Umum Pindad Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI


DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD
BANDUNG
Di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian Nasional(UN)
Tahun pelajaran 2013

Disusun Oleh:
ANIS SAADAH
DEA PUTRI ANGGRAENI
RISCALINA

111210.001
111210.005
111210.020

PROGRAM KEAHLIAN KESEHATAN


KEAHLIAN KEFARMASIAAN
SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI
2013

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG

01 APRIL 31 MEI 2013

Setelah membaca laporan ini dengan seksama menurut pertimbangan kami telah memenuhi
persyaratan ilmiah sebagai laporan praktek kerja industri.
Cileunyi, juni 2013
Menyetujui,
Pembingbing
IFRS PINDAD BANDUNG

Pembingbing Sekolah
SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI

(Indah Laily Hilmi S.Farm,MKM, Apt)


Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI
(Toni Nuryadi S.pd)

(Deni Hendra A. S.farm.,Apt)


Ketua Program
KEAHLIAN FARMASI
(Eka Novianti S.Farm)

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadiran Alllah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan hasil laporan
pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).

Penyusun laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun diklat 2013/2014 dan laporan ini juga sebagai
bukti bahwa saya (Penulis) telah melaksanakan dan melaksanakan Praktek Kerja Industri di
RUMAH SAKIT PINDAD BANDUNG
Laporan ini dapat terbuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak pembimbing materi
maupun teknis, oleh karna itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepada Allah swt yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan
laporan ini
2. Kepada Orang Tua tersayang yang telah memberi masukan untuk menyusun laporan ini
3. Bapak. Ojat. selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Umat Islam SMK BHAKTI
KENCANA CILEUNYI.
4. Bapak. Toni Nuryadi S.Pd, selaku kepala SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI.
5. Bapak. Deni Hendra A., S.Farm., Apt selaku wakil kepala sekolah SMK BHAKTI
KENCANA CILEUNYI.
6. Ibu Eka Novianti., S.Farm, selaku Ka. Program ke ahlian Farmasi
7. Bapak. Deni Hendra A., S.Farm., Apt, selaku pembimbing dari sekolah.
8. Ibu Indah Laily Hilmi S.Farm,MKM, Apt selaku pembimbing dari RSU PINDAD
BANDUNG
9. Seluruh staf Instalasi Farmasi RSU PINDAD
Walaupun kami (penulis) telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang
ada, kami (penulis) menyadari sebagai manusia biasa, bahwa tidak ada yang terlepas dari
kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk menyempurnakan hasil laporan prakerin ini .
Akhir kata, kami (penulis) berharap laporan ini bermanfaat bagi kami (penulis) dan pembaca,
serta menjadi semangat dan motivasi bagi rekan-rekan yang akan melaksanakan prakerin.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang d lakukan oleh semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Bandung, Juni 2013
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Dalam dunia pendidikan, khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja
secara terampil dengan kemampuan yang diperolehnya. Oleh karena itu, program PKL
memegang peranan yang sangat penting bagi sekolah untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang
telah dikuasai peserta didik dalam penerapannya di dunia usaha yang sebenarnya.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah praktek kerja yang dilakukkan oleh sekolah dengan dunia
industri atau instansi pemerintah seperti (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan
lainnya). Program PKL ini salah satu cara yang efektif untuk memadukan antara teori dan
praktek yang diterima di sekolah dengan praktek kerja yang secara nyata di Instansi terkait.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Maksud dilaksanakanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk mengaplikasikan praktek
siswa dan siswi di luar sekolah dan juga agar siswa dan siswi mengetahui bagaimana praktek
sesunguhnya di tempat kerja atau instansi terkait.
B. TUJUAN
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah agar siswa dan siswi terlatih di dunia industri atau
instansi terkait dan siswa bisa mengapreasiasikan keunggulan masing-masing tempat PKL serta
siswa dan siswi dapat mengukur kemampuannya masing-masing di dunia kefarmasian. Dan
untuk dijadikannya kegiatan yang nantinya siswa dan siswi mampu berintropeksi diri untuk lebih
baik kedepanya.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
A. Manfaat bagi Penulis
A. Lebih mengetahui dunia kefarmasian;
B. Mengetahui karakteristik pelayanan resep di Rumah Sakit;
C. Mengetahui spesialit/pengelompokan obat dan jenis- jenis obat dinstalasi farmasi
Rumah Sakit terkait;
D. Menjalin kerja sama yang baik antar rekan kerja.
B. Maanfaat bagi Sekolah
1. Mengikat kerja sama yang baik antar pihak sekolah dan intansi atau Rumah Sakit yang
terkait;
2. Menjadikan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidang kefarmasian;
3. Meningkatkan mutu siswa dan siswi dalam kompetensi dalam bidang
farmasi.
C. Manfaat bagi Rumah Sakit
1. Dapat Membagi ilmunya kepada siswa dan siswi PKL;
2. Membantu dan meringankan pekerjaan di Instalasi Farmasi terkait.
D. Manfaat bagi Pihak Lain
Diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi atau sumber informasi yang dapat
dikembangkan menjadi lebih baik.

1.4 Waktu dan tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai dari tanggal 1 April 2013 dan berakhir pada
tanggal 31 Mei 2013 bertempat di Rumah Sakit Umum PINDAD dengan alamat Jl. Jendral Gatot
Subroto no 517 (Papanggungan).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 RUMAH SAKIT
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG RUMAH SAKIT.
A. Rumah Sakit
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009)BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
2. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
3. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung
di Rumah Sakit.
5. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.


B. Asas, Tujuan, Tugas, dan Fungsi, Rumah Sakit
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).BAB II
dan BAB III
ASAS DAN TUJUAN serta TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT
Pasal 2 dan Pasal 3 serta Pasal 4 dan Pasal 5
1. ASAS Rumah Sakit:
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
2. Tujuan Rumah Sakit :
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit, dan Rumah Sakit

3. Tugas Rumah Sakit :


a. Pelayanan Peningkatan Kesehatan
b. Pelayanan pencegahan penyakit
c. Pelayanan pemulihan penyakit
d. Pelayanan lainya yang berhubungan dengan kesehatan
4. Fungsi Rumah Sakit :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan emulihan kesehatan seuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi dibidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahan bidang kesehatan.
C. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam:
1) Rumah Sakit Umum

Rumah sakit yang memberi pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit.
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, 2009) BAB VI JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 19
b. Pengelolaanya
Berdasarkan pengelolaannya Rumah sakit dapat dibagi menjadi:
1) Rumah Sakit Publik
Rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
Hukum yang bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Privat
Rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009) BAB VI
JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 20

2. Berdasarkan Klasifikasi Rumah Sakit


a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri atas:
1) Rumah Sakit Umum Kelas`A
Yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain, dan 13 subspesialis dasar.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
Yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang
paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis lain, dan 2 subspesialis
dasar.
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
Yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis penunjang medik.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D
Yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 2 spesialis dasar.
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009) BAB VI
JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 24 Bagian ke 1
b. Klasifikasi Rumah sakit Khusus terdiri atas:
1) Rumah Sakit Khusus Kelas A
Yaitu rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit palayanan

medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
2) Rumah Sakit Khusus Kelas B
Yaitu rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
3) Rumah Sakit Khusus Kelas C
Yaitu rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).
BAB VI JENIS DAN KLASIFIKASI Pasal 24 Bagian ke 2
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
A. Definisi Instalasi Farmasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelengarakan, mengkoordinasi, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian Rumah
Sakit.
B. Tujuan Instalasi Farmasi
Tujuan Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah :
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi rumah sakit.
3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.
4. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit.
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional.
C. Tugas Farmasi Rumah Sakit
Adapun tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
b. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang obat
c. Memberi Pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi
2. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi.
4. Mengadakan penelitian dan pengembangan dibidang farmasi.
D.

Fungsi Farmasi Rumah Sakit

Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan.
1. Fungsi Pengelolaan Perbekalan Farmasi terdiri dari:
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah di buat sesuai
ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi utuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi keunit-unit pelayanan Rumah Sakit
2. Fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan terdiri
dari:
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau keluarga pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penanganan obat kanker.
i. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
j. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
k. Melaporkan setiap kegiatan.
(Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
A. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan yang dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat
dipertangung jawabkan, dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.
B. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
melalui :
1. Pembelian :
a. Secara Tender ( oleh panitia pembeliaan barang farmasi)
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
2. Produksi/ pembuatan sediaan farmasi
A. Produksi steril

B.

Produksi Non steril

3.

Sumbangan/Droping/Hibah

a. Penyimpanan perbekalan kesehatan


Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan :
1.Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2.Dibedakan menurut suhunya, dan kesetabilanya
3. Mudah tidaknya meledak/terbakar
4. Tahan/tidaknya terhadap cahaya
Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
b. Pendistribusian
Merupakan Kegiatan Mendistribusikan perbekalan farmasi dirumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis.
c. Pelayanan informasi obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainya dan pasien.
(Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).

2.4 Sistem Distribusi Obat


Sistem distribusi rumah sakit di golongkan menjadi 4 :
A. Sistem Unit Doses
Pendistibusian obata obatan melalui resep perorangan yang di siapkan , diberikan atau di
gunakan dan di bayar dalam unit dosis tunggal atau ganda , yang berisi obat dalam jumlah yang
telah di tetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa
Keuntungan :
1. Mengefesiensikan tenaga perawat dalam asuhan keperawatan . karena obat sudah ada di
ruangan perawat karena sudah disediakan oleh farmasi
2. Mengurangi kesalahan pengobatan , karena adanya pemeriksaan ganda oleh farmasi ketika
membaca resep dokter sebelum dan sesudah menyediakan obat
3. Menurunkan biaya total pengobatan karena pasien membayar pengobatan yang di gunakan
saja
4. Meniadakan kemungkinan pencurian obat yang terbuang
5. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi , perawat dan dokter
B.

Sistem Floor stock

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang raawat merupakan tanggung jawab
perawat ruangan. Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat di kontrol secara berkala oleh petugas farmasi.
Keuntungan Sisitem Floor stock :
1. Obat yang diperlukan tersedia dengan cepat
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
3. Pengurangan jumlah transkip pesenanan obat bagi farmasi
4. Pengurangan penyalinan resep
Keterbatasan Sistem Floor stock:
1. Keselahan pembelian obat akan bertambah karenafarmasi tidak memeriksa ulang pesanan
obat.
2. Meningkatkan persediaan obat disetiap pos perawat atau tempat perawatan lain
3. Memperbesar kemungkinan pencurian obat
4. Meningkatkan bahaya yang berhubungan dengan kerusakan obat.
C. Sistem Individual Prescription
Pendistribusaian perbekalan farmasi resep perorangan / pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
instalasi farmasi
Keuntungan Sistem Individual Prescription:
1. Semua pesanan obat di periksa farmasi
2. Memungkinkan interaksi antara farmasi perawat , dokter, dan pasien.
3. Memungkinkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti
Kerugian Sistem Individual Prescription
1. Memungkinkan ada penundaan untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan
2. Meningkatkan akan kebutuhan personil bagian farmasi untuk menjalankan tugas melayani
resep perorangan.
D. Sistem Kombinasi Resep Individual dengan Persediaan di Ruangan
Sistem distribusi yang menggunakan gabungan dari individual preseption dan floor stock, yang
dimana obat bisa diambil di instalasi farmasi nya langsung atau ada juga di ruang tersebut
Keuntungan distribusi obat kombinasi :
1. Semua resep atau order individual di kaji langsung oleh apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker , Dokter, Perawat , dan pasien
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita.
4. Beban ifrs dapat berkurang.
2.5 Sistem Penyimpanan Obat
1. Alphabetis adalah cara penyimpanan obat menurut nama obat sesuai dengan
alphabet
2. Bentuk sediaan adalah cara penyimpanan obat menurut bentuk dari sediaan

jenis obat tersebut


3. FIFO(First In First Out) adalah cara penyimpanan obat dimana obat yang
pertama masuk, maka harus pertama dikeluarkan
4. FEFO ( First Expired First Out ) adalah cara penyimpanan obat dimana obat
yang sudah dekat Expired maka barang tersebut harus dikeluarkan pertama
5. LIFO ( Last In First Out ) adalah cara penyimpanan yang dimana barang
masuk terakhir tetapi dikeluarkan pertama.
2.6 Sistem Penyimpanan Resep
Resep disimpan minimal selama 3 tahun, yang di kelompokan menurut
tanggal, nomor urut, dan jenis resep, yang disimpan pada suatu ruangan
khusus
2.7 Cara Pemusnahan Resep
Dilakukan selama 4 tahun sekali, setelah dimusnahkan dibuat berita acara
pemusnahan. Dilaporkan ke kantor dinas kesehatan, dan ke kepala balai besar
pemeriksaan obat dan makanan serta kepada kepala dinas kesehatan provinsi .
Tata Cara Pemusnahan :
1. Resep Narkotika dihitung lembaranya
2. Resep lainya ditimbang
3. Resep dihancurkan dengan mesin penghancur, dikubur, atau dibakar.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981
2..8 Cara Pemusnahan Obat
Dilakukan Selama 4tahun sekali, setelah di musnahkan, Dibuat berita acara pemusnahan.
Dilaporkan ke kantor Dinas Kesehatan dan kepala balai besar pemeriksaan obat dan makanan
serta kepada kepala dinas kesehatan provinsi.
Obat dimusnahkan sesuai dengan jenis obat contoh nya:
1. Sirup : di encerkan terlebih dahulu dan langsung di buang ke instalasi pengelolaan air
limbah
2. Tablet dan Kapsul : dengan cara dilarutkan dalam air lalu dibuang ke instalasi pengelolaan
air limbah
3. Injek dan infusan : Larutan di buang ke instalasi pengolaan air limbah lalu wadah atau
sediaan di hancurkan dengan mesin penghancur.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM PINDAD
3.1 Rumas Sakit Umum Pindad
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Pindad
Rumah sakit umum PINDAD diresmikan oleh jendral Achmad Yani pada tanggal 04 mei 1945

yang pada awalnya bernama rumah sakit Chandra Kirana. Secara resmi rumah sakit Chandra
Kirana di sah kan pada tanggal 01 mei 1967 sesuai dengan surat keputusan Kodam III siliwangi
No. Kep. 96/V/1967 dengan kapasitas 100 twmpat tidur dan kurang lebih 100 orang pegawai.
Kemudian di tingkatkan menjadi DENKES yang di sebut Detesemen Kesehatan perindustrian
angkatan darat dibawah pimpinan komandan teknis tetap direktur PINDAD, Komandan Teknis
Perwira Kes Dam IV.
Pada tahun 1971 dibawah pimpinan Lectol Dr. Sulaeman A.S , sempat mengadakan kursus
Kejuruan selama 1 tahun tahun 1972 nama Denkes diubah menjadi Bina kesehatan Industri
dengan jumlah karyawan 170 orang.
Pada tahun 1977, berdasarkan surat keputusan MENHAKAM No. Skep/226/II/1977 tanggal 25
Febuari 1977. Rumah sakit KCK PINDAD di tetapkan sebagai Rumah Sakit Abri TK. IV
dengan Kapasitas 75 tempat tidur.
2. Status dan klasifikasi Rumah Sakit Umum PINDAD
Rumah Sakit Umum PINDAD merupakan rumah sakit yang di miliki oleh PT. Cakra Mandiri
Pratama (CMP) sebagai anak perusaan PT. PINDAD berdasarkan klasifikasi rumah sakit swasta
bila di tinjau dari sarana nya RSU PINDAD merupakan rumah sakit umum pertama di bandung
yang di sejajarkan dengan rumah sakit pemerintahan tipe D, dengan fasilitas 63 tempat tidur .
Berdasarkan pelayanannya rumah sakit PINDAD dapat di sejajarkan dengan rumahsakit
pemerintah tipe C, karena mempunyai dokter spesialis THT , Orthopedi, penyakit dalam, mata ,
bedah , radiologi , dan lain lain.
3. Tujuan, visi, misi, dan filosofi Rumah Sakit Umum PINDAD
A. Tujuan RSU PINDAD
Tujuan umum:
Memberi konstribusi pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan
kesehatan yang profesional .
Tujuan khusus
a. Mandiri secara organisasi
b. Pelayanan di lakukan berdasarkan standar profesi
c. Melengkapi dan meningkatkan fasilitas pelayanan
d. Menghasilkan manfaat yang optimal serta dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
menjamin kesinambungan organisasi .
A. Visi
Menjadi rumah sakit yang profesional mandiri bermutu dan terpercaya pada tahun 2015
B. Misi
1. Menciptakan kemandirian rumah sakit baik secara organisasi maupun secara pinansial serta
berkonstribusi positif terhadap PT. Pindad
2. Meningkatkan dan memanfaatkan sumber daya untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, bermutu dan terpercaya.
3. Meningkatkan klasifikasi rumah sakit menjadi type madya setara dengan type C
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan

C. Moto Rumah sakit


Rumah sakit pindad mempunyai moto ASRI yang merupakan kepanjangan dari
A : Asih
Menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama
S : Sehat
Pasien Sehat, Karyawan sehat, dan lingkungan sehat
R : Ramah
Mewarnai sikap prilaku karyawan
I : Inovatif
Senantiasa belajar dan berkembang untuk mencapai tujuan
D.
1.
2.
3.
4.

Filosofi Rumah Sakit


Pasien menjadi prioritas utama
Berkembang untuk maju
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis
Karyawan punya arti

3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pindad


1. Sejarah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pindad
Instalasi farmasi rumah sakit umum PINDAD pada awalnya merupakan sebuah Depo obat yaitu
tempat pengelolaan yang belum bisa mengadakan obat sendiri (obat dibeli di apotek) didalam
pendirianya instalasi farmasi tidak memerlukan Surat Izin Apotek(SIA) tetapi hanya surat Izin
RSU PINDAD.
Rumah Sakit Umum PINDAD berdiri pada bulan maret 1999 dengan Dra. Muliati sebagai
pimpinanya.
Instalasi farmasi RSU bertugas untuk menyediakan permintaan dari masing-masing poli yang
ada di rumah sakit. Instalasi farmasi RSU PINDAD melayani permintaan alat kesehatan, resep
untuk pasien, rawat inap dan, Rawat jalan dan Partik.
2. Lokasi dan tata ruang Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi rumah sakit umum PINDAD mempunyai beberapa ruangan yaitu ruang tunggu,
tempat penerimaan resep, dan penyerahan obat kepada pasien diruang pelayanan resep. Ruang
kepala instalasi farmasi , ruang penyimpanan infus dan aqua dest, ruang administrasi dan
keuangan, lemari penyimpanan obat, kamar mandi dan mushola.
3. Peranan Kepala Instalasi Farmasi RSU PINDAD (Apoteker)
a. Menyusun program kerja instalasi farmasi
b. Memimpin, mengatur dan menyelengarakan kegiatan kefarmasian.
c. Membuat , memperbaiki dan mengembangkan protap sesuai dengan pengembangan ilmu
farmasi
d. Melaksanakan pengawasan, pembimgbing dan evaluasi terhadap staf instalasi farmasi
e. Melaksanakan pengendalian, pengawasan dan perbekalaan farmasi
f. Membuat pengaturan jadwal kerja staf instalasi farmasi
g. Melaksanakan pengontrolan kegiatan pelayanan maupun administrasi
h. Membuat laporan hasil kegiatan baik harian, bulanan, maupun tahunan.

4. Bagian pengadaan dan perencanaan


a. Pengadaan
Bagian pengadaan di instalasi farmasi bertugas mengkoordinasi pemesanan perbekalan
kesehatan dengan membuat perencanaan pengadaan untuk diusulkan ke innstalasi farmasi rumah
sakit. Mencatat pemesanan, melakukan kegiatan administrasi farmasi yang berkaitan dengan
pengadaan, membuat laporan hasil kegiatan dan mengikuti pertemuan berkala di instalasi
farmasi.
b. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran , untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat di pertanggung jawabkan dan dasar dasar perencanaan yang
telah di tentukan antara lain konsumsi , epidemiologi , kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
5. Bagian Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obat yang
diterima pada suatu tempat tertentu yang dinilai aman. Tujuannya adalah :
1. Memelihara mutu obat yang baik
2. Menjaga kelangsungan ketersediaan obat
3. Menghindari pengunaan obat yang tidak bertangung jawab
Tempat penyimpanan obat atau sediaan dapat dibedakan atas dasar suhu, tempat khusus terutama
untuk obat golongan narkotika atau tempat khusus bahan kimia lainya yang mudah terbakar
6. Bagian Distribusi
Bagian distribusi bertugas sebagai kordinator pelaksanaan distribusi, mengkoordinasi seluruh
kegiatan, seperti menyimpan obat terutama menyimpan obat narkotik dan obat keras tertentu.
Melaksanakan pengawasan terhadap distribusi obat untuk persediaan ruangan.
Sistem distribusi di RSU PINDAD menggunakan sistem resep perorangan /individual
prescription . resep di bawa pasien atau keluarga pasien untuk di serahkan ke bagian instalasi
farmasi tanpa ada penyimpanan di poli kecuali untuk keperluan dokter , dokter bedah , dokter di
ruangan igd. Untuk obat yang masuk ke keperluan cito atau cepat ke instalasi farmasi obat
langsung di ambil oleh dokter, perawat , atau asisten apoteker
7. Bagian Administrasi
Mempunyai tugas sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan administrasi pembelian, penjualan
dan penyediaan perbekalan atau laporan membuat konsep surat menyurat di lakukan oleh
instalasi farmasi . selain itu administrasi farmasi juga melaksanakan penyimpanan dan
mendokumentasiakannya serta mengikuti pertemuan berkala di instalasi farmasi rumah sakit.
8. Jenis Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum PINDAD
Instalasi farmasi RSU PINDAD selain melayani resep juga distribusi perbekalan terutama obat,
alat kesehatan habis pakai , ragen untuk keperluan instalasi atau poli , instalasi tersebut meliputi :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Laboratorium

c. Gizi
d. Kamar Operasi
e. Instalasi radiologi
f. Rawat Inap
Meliputi 5 ruang yaitu :
1. Ruang anak
2. Ruang penyakit dalam
3. HCU
4. Ruang bersalin
5. Ruang bedah
g. Rawat jalan
Meliputi 10 poli yaitu:
1. Poli baru
2. Poli THT
3. Poli umum
4. Poli anak
5. Poli obgyn
6. Poli kb/kia
7. Poli bedah umum
8. Poli gigi
9. Poli orthopedi
10. Poli kulitt dan kelamin
9. Perlengkapan Instalasi Farmasi RSU PINDAD
Perlengkapan di instalasi farmasi meliputi
a. Sebuah lemari khusus untuk penyimpanan obat narkotik dan psikotropika
b. Sebuah lemari es tempat penyimpanan obat yang tidak tahan panas
c. Alat alat peracikan seperti mortir, stemper , gelas ukur , corong dll.
d. Empat buah rak untuk menyimpan obat golongan paten
e. Tiga buah rak untuk menyimpan obat golongan generik
f. Dua buah rak untuk menyimpan obat golongan askes
g. Sebuah rak untuk obat golongan askeskin
h. Sebuah rak lemari kaca untuk obat luar
10. Pelayanan Kefarmasian di RSU PINDAD
a. Resep partik (resep umum/ biasa)
b. Resep jppk ( Jaminan Pelayanan dan Pemulihan Kesehatan)
Yaitu resep yang harus di bayar apabila tidak memenuhi resep standar
c. Resep kontraktor
Misalnya pasien tersebut dari kontraktor hardlent :
Setelah menerima resepnya apakah obat tersebut masuk standar obat hardlent atau tidak , kalau
tidak maka obat di selisihkan dengan obat yang masuk standar hardlent. Obat yang tidak masuk
setandar, disalin lalu salinan nya diberikan kepada pasien (kontraktor nya) . jika pasien mau
membeli obat yang di salin , pasien hanya bayar 20%.

Perusahaan yg sudah bekerja sama dengan PINDAD


1. External
a. BSM (Bandung Super Mall)
b. Hardlent Medical Husada
c. Topindo Kencana
d. Goodrich
e. PT. Plami
f. Bintang Agung
g. PT. Nyaka Hera Husada
2. Internal
a. RS. Cakra Mandiri Pratama
b. Nisa (Niaga dan Jasa)
c. Manufaktur
d. Dimincu
e. Turen
3. Industri perusahaan
a. JT ( Difisi senjata)
b. Rekin
c. TC ( Tempo dan kor)
d. Stetper
4. Resep Askes
a. Askeskin
b. Askes wajib
c. Askes komersial
11.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.3

Pengelompokan Obat IFRS PINDAD


Berdasarkan alphabetis
Berdasarkan kelompok obat genirik dan non generik
Berdasarkan kelompok obat Askes
Berdasarkan kelompok Obat Narkotika dan psikotropika
Berdasarkan kelompok obat over the couter (OTC)
Berdasarkan Kelompok obat lemari es
Kegiatan Prakerin
Praktek kerja lapangan sangat bermanfaat sekali buat saya, dengan melaksanakan
PRAKERIN saya telah mengerjakan salah satu syarat untuk bisa mengikuti ujian. Selain
itu dengan prakerin , wawasan saya semangkin luas, ilmu dan pengalaman saya
bertambah, dan yang paling penting saya menjadi tahu tentang dunia kerja yang akan saya
hadapi nanti. Walapun masa PRAKERIN sangat singkat, tapi saya telah berusaha sebaik
mungkin memanfaatkan waktu yang telah diberikan agar saya mendapatkan wawasan yang
baru. Berikut ini adalah kegiatan yang saya lakukan selama melaksanakan prakerin yang
bertempat di RSU PINDAD bandung yang dilaksanakan dari tanggal 1 April 31 mei
2013.

1. Menghafal Letak Obat


Sebelum saya membantu melayani resep saya diwajibkan menghafal obat dan letak obat. Untuk
memudahkan melayani resep dan akan lebih cepat melayani pasien.
2. Membaca Resep
Sebagai seorang calon asisten apoteker saya harus memahami terlebih dahulu obat yang ada di
IFRS PINDAD kegitan ini sangat bermanfaat bagi saya, karena dengan kegiatan ini saya bisa
berlatih membaca resep yang ditulis oleh Dokter yang berbeda - beda. Saya juga bisa
mengetahui jenis- jenis resep yang ada di rumah sakit umum PINDAD
3. Mengelompokan Resep Sesuai dengan Jenis
Kegiatan ini untuk arsip IFRS dan juga untuk mengantisipasi jika suatu saat resep tersebut
diperlukan kembali atau bila terjadi kesalahan. Akan lebih mudah untuk mencari nya karena
resep telah di susun sesuai dengan jenis tanggal, bulan dan juga tahunya.
4. Menerima Barang dari Supplier
Supplier akan datang ke IFRS dan akan memberikan barang yang telah di pesan. Supplier akan
memberikan faktur tapi sebelum ke pihak IFRS menandatangani faktur kita harus memeriksa
apakah benar obat yang di antarkan serta menghitung jumlah obat , memeriksa kondisi pisik obat
dan mengecek tanggal kadaluarsa . setelah semuanya sesuai pihak IFRS baru menandatangani
faktur dan juga menerima barang dan memasukkanya ke dalam persediaan obat. kegiatan ini
membuat kita mengetahui bagaimana proses pembelian obat ke PBF / supplier.
5. Mengelompokkan Faktur
Faktur faktur di terima dari supplier untuk di susun mulai dari tanggal dan bulannya kegiatan
ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila terjadi kesalahan atau kekurangan barang yang di
kirim dan juga untuk arsip IFRS serta untuk kontrabon
6. Stelling
Adalah kegiatan mencatat dan menyesuaikan data di kartu stock dengan keadan sebenarnya . ini
berfungsi untuk mengetahui persediaan obat agar tidak terjadi kekosongan . kegiatan ini harus
kita lakukan setiap mengambil obat atau pun memasukan obat ke dalam tempatnya . dengan
kegiatan ini pula apoteker dapat mengevaluasi tingkat perputaran obat tersebut.
7. Pelayanan Resep
Kegiatan ini merupakan tugas pokok dari IFRS yang terdiri dari
a. Menmasukan data resep dalam komputer
Kegiatan ini merupakan langkah awal setelah kita menerima resep. Bertujuan untuk memberikan
informasi harga obat yang mau dibeli pasien
b. Mempersiapkan Obat dan Memberi Etiket
Setelah pasien kembali dengan membawa resep dan kwitansi sebagi bukti pembayaran, tugas
kita mempersiapkan obat yang diminta resep, menuliskan etiket yg meliputi penulisan nomor,

tanggal, nama pasien dan cara pengunaan obat, juga menulis salinan resep bila perlu
c. Meracik Obat
Peracikan dilakukan bila terdapat resep yang meminta diracik. Meracik bisa dari tablet atau
kapsul yang di buat menjadi kapsul, serbuk, meracik salep atau krim, menambahkan zat ke
dalam sirup dan yang lainya.
Kegitan ini diperlukan ketelitian, karena apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan ataupun
dalam peracikan obat akibat nya akan fatal.
d. Pengemasan Obat
Kegiatan ini dilakukan ketika obat sudah selesai di siapkan dan diberi etiket. Pengemasan
dilakukan sekaligus untuk memeriksa obat apakah sesuai dengan yang diminta di resep tersebut.
Apabila benar, obat dimasukan kedalam kantong plastik.
e. Melakukan Stock off name
Kegiatan ini adalah perhitungan perbekalan kesehatan yang dilakukan secara periodik. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengecek kesesuaian jumlah obat dengan data yang ada pada kartu stock
juga untuk pengawasan perputaran obat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Setelah saya melaksanakan PRAKERIN, saya mendapat ilmu pengetahuan yang sebelumnya
belum saya dapat di sekolah diantaranya adalah saya lebih mengetahui nama nama obat,
menerima barang dari PBF, menyetok barang, membaca resep dan masih banyak lagi ilmu yang
saya dapat.
Adapun kesimpulan lainnya adalah:
1. sistem distribusi obat yang berada di instalasi farmasi RSU PINDAD gunakan individual
prescription dan floor stock atau bisa di sebut juga dengan kombinasi, yang mana alur distribusi
pasien atau keluarga pasien langsung menyerahkan resep ke instalasi farmasi
2. pengadaan obat di RSU PINDAD:
a. pemesanan
pemesanan obat di lakukan setiap waktu, pengecekan obat nama yang akan mulai habis baru
dilakukan pemesanan ke PBF dapat melalui surat pesanan(SP) atau telepon. Banyaknya pesanan
di sesuaikan dengan kebutuhan.
b. Penerimaan
Barang yang datang dari PBF di terima langsung oleh petugas instalasi farmasi untuk di periksa
apakah sesuai atau tidak dengan pesanan. Bila barang tidak sesuai dengan pemesanan barang
dapat di kembalikan.
c.

Penyimpanan

1.
2.
3.

Berdasarkan bentuk sediaan


Berdasarkan perutukan
Berdasarkan alfabet

Anda mungkin juga menyukai