Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU / CPR

26 Maret 2012 - BTCLS

Resusitasi jantung paru adalah suatu


tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti
jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart
attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi
napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti,
sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ fital akan mengalami
kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang
paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika
ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak
mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara
permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN
PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah
dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti
napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka
harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada

penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi
jantung paru / CPR.
Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober
2010, Prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :
A. Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER]
Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). ALat proteksi
yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
dari korban kepada penolong.
Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang
mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object), Setelah
penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata,
keras, kering dan jauh dari bahaya.
B. Cek Respons / Penilaian Kesadaran
Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya. Jika dengan memanggil
dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan
Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara
penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang
telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan
dalam kondisi koma.
C. Panggil Bantuan / Call For Help
Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik
dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya.
BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau
disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation)
maka suruh penolong lain untuk mengambil AED.

MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan
nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lainlain.
EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika
lokasi ada didaerah terpencil.
D. Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih
berdenyut atau tidak.
Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan
menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah
samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban.
Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan
2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban.
Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan
penekanan / kompresi pada dada korban.
Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan
napas dan pemeriksanaan napas.
E. Kompresi Dada
Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera
dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali.
CARANYA : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas
tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas
tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus.
Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci
(korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)

F. Buka Jalan Napas


Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas. Buka jalan napas dengan
menengadahkan kepala korban. Pada korban trauma yang dicurigai mengalami patah tulang
leher melakukan jalan napas cukup dengan mengangkat dagu korban.
G. Memberikan Napas Buatan
Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih
bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya
pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan
napas (FEEL).
Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan
saja sebanyak 12-20 kali per menit.
Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar
ketika muntah tidak terjadi aspirasi.
Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan
kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.
H. Evaluasi
Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan)
Evaluasi pada pemebrian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit.

Anda mungkin juga menyukai