Osteomyelitis
Maria Margaret Nyoman Lestari , S.Ked
Pembimbing : dr.Jean E. Pello, Sp.B
SMF Ilmu Bedah
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
PENDAHULUAN
Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang
dan struktur-struktur di sekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan seluruh
struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya bahkan membahayakan jiwa.
Insidensi osteomielitis berkisar antara 0,1-1,8 % dari populasi orang dewasa.
Prevalensinya pada anak-anak berusia kurang dari 1 tahun adalah 1 kasus per 1000
populasi sedangkan pada anak-anak yang lebih tua adalah 1 kasus dari
5000
kulit. Pada ruptur korpus kavernosum dilakukan eksplorasi, evakuasi bekuan darah,
dan penjahitan defek untuk menghindari komplikasi berupa impotensi di kemudian
hari.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penis terdiri dari atas tiga struktur utama, yaitu dua korpus kavernosum dan
satu korpus spongiosum. Korpus spongiosum mengelilingi uretra. Ketiga korpus ini
dibungkus oleh fascia Buck dan fascia Colles yang lebih superfisial.
Trauma pada penis dapat mencederai salah satu, sebagian atau seluruh struktur tadi.
Penyebab trauma penis yang tersering adalah trauma tajam, baik tembakan maupun
karena benda tajam1.
B. ANATOMI PENIS4
Penis terdiri dari 3 korpora erektil: dua korpora kavernosa dan satu korpora
spongiosum. Korpora cavernosa yang terletak di bagian distal mengandung jaringan
erektil yang dibungkus oleh tunika albugiea (Gambar II.1). Pada batang penis,
terdapat hubungan yang bebas diantara keduakorpora kavernosa melalui septum
midline yang inkomplit. Septum ini menjadi komplit pada ujung penis dan hilum
penis, dimana korpora kavernosa menjadi mandiri dan membentuk krura yang
terpisah.
Badan erektil penis diselubungi oleh deep penile fascia (fasia Bucks),
superficial penile fascia (fasia Dartos), dan kulit. Fasia Bucks adalah lapisan tebal
yang langsung menyelubungi dan menempel secara longgar terhadap ketiga korpora.
Di sebelah superior dari corpora kavernosa terdapat vena dorsalis profundus, arteri
dorsalis, nervus dorsalis yang berada pada fasia Bucks diatas tunika albuginea. Di
Suplai darah superfisial untuk kulit penis dan dartos berasal dari bagian
inferior kanan dan kiri arteri pudenda ekterna. pembuluh darah ini berasal dari cabang
pertama arteri femoralis dan menyilang sisi medial atas dari femoral triangle yang
akan bercabang menjadi dua. Cabang-cabang ini berjalan ke arah dorsolateral dan
ventrolateral didalam fasia dartos pada shaft penis dengan kolateralisasi ke arah
midline. Drainase vena superfisial penis disediakan oleh sejumlah vena yang berjalan
di dalam fasia dartos pada sisi dorso lateral penis. Vena-vena ini bersatu pada basis
penis yang membentuk vena dorsalis superfisialis, yang akan bermuara pada vena
saphena kiri.
Suplai darah ke struktur dalam dari penis berasal dari arteri penis kommunis
yang merupakan terusan dari arteri perieal. Arteri penis komunis berjalan pada batas
medial ramus pubis inferior sebelum bercabang menjadi cabang terminal dekat
dengan bulbus uretra. Terkadang satu atau lebih pembuluh darah terminal penis
berasal dari arteri pudenda aksesorius yang berasal dari pelvis, paling banyak berasal
dari arteri obturator atau arteri pudenda interna sebelum masuk foramen sciatica
magna. Arteri pudenda asesorius berjalan sepanjang bagian bawah buli-buli dan
permukaan anterolateral dari prostat untuk mencapai bagian dalam dari penis. 11
C. PATOLOGI
Luka akibat benda tajam ditemukan baik karena percobaan bunuh diri,
dipotong lawan jenis, digigit binatang, misalnya kura-kura sewaktu mandi atau buang
hajat di kali, maupun iatrogenik pada sirkumsisi. Pada avulsi biasanya kulit penis atau
kulit skrotum terlepas, sedangkan pada strangulasi akan terjadi iskemia dan nekrosis
penis bagian distal.
Trauma tumpul yang terjadi sewaktu persetubuhan menyebabkan penis patah
yang berupa ruptur korpus kavernosum dan/atau uretra.
Meningkatnya kekerasan domestik diseluruh dunia juga meningkatkan angka trauma
tusuk atau trauma tembak pada traktus genitourinarius. Luas injuri pada trauma
tembak berhubungan dengan kaliber dan kecepatan tembak dari peluru. Luka tembak
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Trauma penetrasi dengan peluru velositas rendah, sering proyektil masih
berada pada jaringan, menghasilkan luka yang kecil dengan tepi yang kasar.
2. Luka tembak perforasi, sering terlihat pada peluru dengan velositas rendah
sampai tinggi. Pada kasus ini, peluru menembus jaringan dengan luka masuk
yang kecil dan luka keluar yang besar.
3. Luka tembak avulsi adalah luka serius yang disebabkan oleh peluru dengan
velositas tinggi, dengan luka masuk yang sesuai ukuran kaliber tetapi
meninggalkan defek jaringan yang besar pada luka keluar.2
Walaupun kasus gigitan hewan adalah kasus yang umum, gigitan hewan atau manusia
adalah penyebab trauma tajam genitalia yang sangat jarang, dan berhubungan dengan
resiko tinggi terjadinya infeksi.
D. GAMBARAN KLINIS
Diagnosis trauma tajam khususnya amputasi penis dapat terlihat jelas dari
pemeriksaan fisik. Dari anamnesa harus diketahui tentang tipe trauma, berapa lama
trauma tersebut telah berlangsung dan alat penyebab amputasi penis tersebut. Adanya
darah pada meatus urethra mengindikasikan bahwa ada trauma pada uretra. Tetapi,
ketiadaan darah pada meatus tidak serta-merta menghilangkan kemungkinan terjadi
trauma pada uretra. Pada trauma tembus yang disebabkan oleh tembakan, kaliber
peluru dan dapat membantu menentukan luas dan jalur kerusakan. Retrograde
urethrography, dan sistoskopi, mungkin dapat berguna, tetapi ahli urologi harus
waspada untuk kemungkinan urethrogram yang negatif palsu karena adanya bekuan
darah yang mencegah adanya ekstravasasi. Skala trauma tajam penis menurut
American Association for the Surgery of Trauma dapat dilihat pada Tabel II.2.6
Tabel II.2 Skala trauma organ untuk trauma penis menurut American
Association for the Surgery of Trauma (AAST). 6
Grading
AAST
Trauma penis
I
II
III
IV
V
F. MANAGEMENT PENATALAKSANAAN
Menurut guidelines European Association of Urology tahun 2013 mengenai
trauma tajam penis, direkomendasikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan dan
debridemen jaringan nekrotik. Bahkan pada trauma tajam penis yang terbatas,
penjahitan primer dari jaringan yang rusak dapat menghasilkan penyembuhan yang
baik karena banyaknya suplai darah penis. Karena elastisitas dari kulit penis cukup
baik, hilangnya kulit dalam jumlah sedang biasanya dapat teratasi dengan baik,
walaupun pada trauma yang luas dan kehilangan jaringan kulit yang luas memerlukan
manajemen yang lebih sulit. Jaringan yang digunakan untuk rekonstruksi pasca
trauma harus memiliki kemampuan menutup yang baik dan cocok digunakan untuk
rekonstruksi. Teknik split thickness skin grafting menyediakan kemampuan menutup
yang baik dan durabilitasnya baik tetapi teknik ini lebih mudah terjadi kontraksi,
sehingga penggunaannya pada batang penis harus seminimal mungkin. McAnich et
al. merekomendasikan penggunaan ketebalan skin graft setidaknya 0,015 inchi (0,4
mm) dengan tujuan untuk mengurangi resiko kontraksi. Full thickness skin graftyang
digunakan pada batang penis memberikan kemungkinan kontraksi yang lebih kecil,
kosmetik yang lebih baik, dan lebih resisten pada trauma hubungan seksual. Donor
dapat diambil dari perut, pantat, paha maupun axilla, dengan dipilih berdasarkan
pilhan ahli urologi dan tipe trauma. 7
Prosedur pebedahan rekonstruksi besar yaitu phaloplasty (baik dengan arteri
radialis atau arteri pubis) terkadang dibutuhkan pada trauma yang menyisakan sedikit
jaringan penis atau stump penis yang tidak berfungsi. 7
Untuk melakukan tindakan replantasi, pertama dilakukan kontrol vaskular pada basis
dari tepi potongan sebelah proksimal dari corpora (Gambar II.9). tergantung dari
hebat perdarahan, kompresi lokal secara manual dengan kasa atau torniquet dengan
penrose drain mungkin dibutuhkan. Setelah perdarahan terkontrol, tunika albuginea
dari korpora kavernosa kemudian di reaproksimasi dengan jahitan terputus
menggunakan polyglactin (vicryl) 3-0 dengan tiga atau empat jahitan melewati
septum mediana untuk stabilisasi. Arteri-arteri cavernosa tidak perlu dilakukan
reanastomosis karena sulit dan tidak meningkatkan outcome. Tepi proksimal dan
distal urethra kemudian di mobilisasi menjauhi korpora dan kemudian dispatulasi.
Kemudian urethra direanastomose diatas kateter foley terbuat dari silikon dengan
ukuran 16Fr dengan jahitan terputus menggunakanpolydioxanone (maxon atau PDS)
berukuran 5-0 satu lapis. Kemudian dilakukan diversi urin melalui suprapubik untuk
penyembuhan urethra (Gambar II.10).8
Gambar II.9 Kontrol vaskular pada basis dari tepi potongan sebelah proksimal dari
corpora dan spatulasi dari urethra. 8
memerankan
peran
yang
penting
dalam
proses
fisiologis
I.
Kasus
Identitas
Nama
Umur
JK
Alamat
Anamnesis (autoanamnesis):
o Keluhan Utama
o MOI
oleh wanita dari arah atas saat berhubungan seksual yang menyebabkan
luka terbuka pada pangkal penis
o Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Pengobatan
o Wound Toilet
o IVFD RL 20 tpm
o Inj. Ceftriaxon 2x1 g (sc) pukul 03.45
A: Patent, clear
D: Alert.
Secondary Survey
GCS: E4V5M6
Kepala
: normal
Mata
Conjungtiva
Sclera
: icteric (-/-)
Pupil
: isokoric +/+
Telinga
: otorrhea (-/-)
Hidung
Leher
: jejas (-)
Dada:
Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor (+/+)
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
EXTREMITAS
Jejas (-)
Status Lokalis
Penis: tampak 1 luka terbuka pada pangkal penis dengan ukuran 5cm x 1cm
x0,2cm dengan dasar jaringan subcutis, perdarahan aktif (+), merembes (+).
Hematom pada distal hingga dorsum penis.Nyeri (+), disertai diskontinuitas pada
shaft penis.
Pemeriksaan Lab
WBC
o
o
o
o
o
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
PLT
: 8,43x10^3 (4,3-10)
%Limph : 20,4 %
%Mono: 9,3%
%Eo: 4,7 %
%Basofil: 0,2%
%Neut: 65,4%
: 3,61x 10^6 (4,10-5,3)
: 9,2 g/dl (11,3 14,1)
: 30,1 % (33 41)
: 83,4 (80 -99)
: 25,5 (27 31)
: 235 x 10^3 (150 400)
Assesment
Trauma tajam penis ec Vulnus scisum
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 1 amp IV
Inj. ATS 1 amp (sc) IM
Inj. Kalnex 3x1 amp IV
Rawat luka dengan NaCl dan betadin
Balut, tekan daerah luka
Pro operasi
Laporan operasi
Diagnosa Pre-Operatif : Trauma Tajam Penis Ec Vulnus Scisum
Diagnosa Operatif
: Ruptur Corpus Cavernosum Partial + Vulnus Scisum
Jenis Operasi
: Repair Corpus Cavernosum + Cystostomy
Laporan operasi:
1. Pasien tidur terlentang dengan SAB
2. Desinfeksi lapangan operasi kemudian naping
3. Buka luka, tampak vulnus scisum 5 cm pada dorsum penis yang
menembus sampai corpus cavernosum kanan dan kiri, corpus spongiosum
intak.
4. Dilakukan pemasangan kateter. Kateter melewati luka tetapi terhambat
pada prostat. Diputuskan dilakukan cystostomy
5. Repair corpus cavernosum
6. Luka dijahit
II.Pembahasan
Diagnosis trauma tajam penis dapat terlihat jelas dari pemeriksaan fisik. Dari
anamnesa harus diketahui tentang tipe trauma, berapa lama trauma tersebut telah
berlangsung dan alat penyebab amputasi penis tersebut. Pada pasien ini dari anamnesa
didapatkan bahwa penis pasien dipotong oleh wanita selingkuhannya dengan
menggunakan pisau dapur saat berhubungan seksual 1 hari sebelum masuk Instalasi
Rawat Darurat RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes. Penderita merupakan rujukan RSUD
Soe. Di RSUD Soe dilakukan Wound Toilet, IVFD RL 20 tpm, Inj. Ceftriaxon 2x1 g
(sc) pukul 03.45, Inj. Antrain 1 g pukul 03.30. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
vulnus schissum di penis bagian proksimal dengan ukuran 5cm x 1cm x0,2cm dengan
dasar jaringan subcutis, perdarahan aktif (+), merembes (+). Hematom pada distal
hingga dorsum penis. Nyeri (+), disertai diskontinuitas pada shaft penis.
Pasien ini mengalami trauma penis derajat II menurut skala trauma organ
untuk trauma penis menurut American Association for the Surgery of Trauma
(AAST) dimana terjadi Laserasi sedalam fasia Bucks (cavernosum) tanpa hilangnya
jaringan. Pada pasien ini didapatkan uretra intak.
Menurut guidelines European Association of Urology tahun 2013 mengenai
trauma tajam penis, direkomendasikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan dan
debridemen jaringan nekrotik. Bahkan pada trauma tajam penis yang terbatas,
penjahitan primer dari jaringan yang rusak dapat menghasilkan penyembuhan yang
baik karena banyaknya suplai darah penis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2.EGC. Jakarta. p 66-88
2.
McAninch JW. Injuries to the Genitourinary Tract. In: Tanagho EA, McAninch
JW. Smiths General Urology, 17th ed. McGraw Hill;2008. P.278-296