1.
2.
Dresta:
adalah pandangan, kebiasaan - kebiasaan maupun aturan - aturan
dari suatu daerah tertentu yang terdiri dari empat yang dinamakan
catur dresta, sebagaimana disebutkan dalam hukum Hindu, Catur
Dresta terdiri dari :
Purwa/Kuna Dresta merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah
melekat pada kehidupan masyarakat secara turun tumurun.
Desa dresta merupakan peraturan-peraturan yang diterapkan untuk
lingkungan sempit atau desa adat pakraman. Bagi pendatang baru,
pertama kali masuk ke suatu desa adat pakraman terlebih dahulu harus
mampu beradaptasi dengan aturan desa adat pekraman yang telah ada.
Tujuannya tidak lain hanya semata-mata untuk menciptakan hubungan
yang hamonis.
1
3.
4.
Loka Dresta yaitu hampir sama dengan Desa Dresta hanya saja scope /
lingkupnya yang lebih luas. Agar hubungan menjadi harmonis maka
kita sebagai warga sepatutnyalah untuk mengikuti aturan - aturan
sesuai dengan daerahnya.
Sastra Dresta merupakan aturan pamungkas yaitu jika seluruh dresta
di atas tidak dapat diimplementasikan dan menimbulkan perdebatan
yang tidak jelas, maka satu-satunya yang harus dipedomani adalah
sastra dresta ini yaitu diluar dari tiga aturan tersebut di atas.
Sehingga kesebelan dari seseorang sebagaimana yang disebutkan
sebagai cuntaka dapat disesuaikan dengan dresta ataupun aturan aturan yang sesuai dengan daerah bersangkutan untuk
menciptakan kesucian dan hubungan yang hamonis pada
lingkungan daerah tersebut.
Awig-Awig:
hukum yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat Bali,
sehingga dapat dikatakan sebagai hukum yang hidup (the living
law). Materi awig-awig umumnya mengatur kehidupan
masyarakat Bali dalam tiga aspek Tri Hita Karana, yaitu aspek
kemasyarakatan atau pawongan (hubungan manusia antara
sesama manusia), aspek kewilayahan atau palemahan (hubungan
manusia dengan lingkungan alamnya) dan aspek keagamaan atau
parhayngan (Hubungan manusia dengan Tuhannya). Dalam
pengaturan setiap aspek tersebut dirumuskan tindakan-tindakan
yang diharuskan, dibolehkan ataupun yang dilarang.
Gama:
adalah adat yang sangat abstrak yang oleh semua anggota
masyarakat Bali dijunjung tinggi dan diusahakan untuk
dilaksanakan.
Sima:
adalah pelaksanaan dari ajaran-ajaran dan asas-asas umum dalam
gama, berlaku terbatas pada satu daerah sesuatu desa atau
sekelompok desa-desa
Pararem:
adalah jenis adat yang dirumuskan dalam rapat-rapat desa yang
disebut sangkepan. Keputusan ini diambil oleh desa dalam
sangkepannya sebagai jawaban atas suatu persoalan yang nyata
dihadapi oleh masyarakat yang memerlukan penyelesaian.
(Istilah-istilah diatas yang digunakan oleh masyarakat tersebut
diatas sesungguhnya tidaklah tepat semuanya diterjemahkan
sebagai hukum adat sebab tidak semua adat mempunyai sifat
hukum. Hukum adat hanyalah sebagaian dari adat, yaitu sisi adat
yang mempunyai akibat hukum, sebagaian besar lainnya dari adat
tidak mempunyai akibat hukum apabila tidak dituruti).
sumber: Pengantar Hukum Adat Bali, Bali Tours Guide
2.
4.
hidup),
keseimbangan
antara
melainkan
hubungan
juga
ditujukan
bagi
dengan
alam
manusia
dengan
sesamanya
(pawongan),
keseimbangan
6
hukum adat.
Untuk meyakini teori mana yang berlaku dalam hubungan
antara hukum adat Bali yang berlaku sekarang ini dengan
hukum Hindu, kalaupun itu ada, maka langkah penting yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan pengkajian
terhadap kitab-kitab yang diklaim berisi hukum Hindu. Perlu
didentifikasikan dan diinventarisir nilai-nilai, asas-asas, serta
norma-norma yang ada di dalamnya, kemudian dilihat tingkat
sinkronisasinya dengan hukum adat yang kini berlaku dalam
masyarkat Bali.
sumber: Pengantar Hukum Adat Bali