Anda di halaman 1dari 16

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI EDAMAME

Disusun oleh : Nani Yulianti, S.P


HASIL KEGITAN PRAKTIK LAPANG

BUDIDAYA KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L) Merill


DI DESA SUKAGALIH, KABUPATEN BOGOR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman asli dari China yang telah dibudidyakan sejak 2500
tahun SM.Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antarnegara, kedelai tersebar
ke berbagai negara tujuan perdagangan seperti: Jepang, Korea, Indonesia, India,
Australia dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai di Indonesia
adalah di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan 2006).
Kedelai banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang dapat
dikonsumsi baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu, kecap) atau segar (cukup
direbus) yang dikenal dengan nama kedelai sayur (edamame). Kedelai mengandung
40% protein yang memiliki arti penting sebagai protein nabati untuk meningkatkan gizi
dan mengatasi penyakit kurang gizi (Balai Penelitian Tanaman Pangan2004).

Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung 11,40 gram protein, kalori 582
Kcal, lemak 6,6 gram, serat 15,6 gram, kalsium 140 gram, fosfor 1,7 gram, besi 1 gram,
vitamin B2 0,14 gram, vitamin B1 10,27 gram, dan air 71,1 gram (Samsu 2001). Kedelai
segar merupakan satu-satunya sayuran yang mengandung sembilan jenis asam
amino esensial (isoleusin, lisin, leusin, fenilalanin, tirosin, metionin, sistin, treonin,
triptofan dan valin) yang dapat menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol
yang dapat mencegah penyakit jantung .Kedelai juga dapat meningkatkan metabolisme
dan kadar energi, dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu,
kedelai edamame juga mengandung isoflavone, beta karoten, dan serat. Isoflavon dalam
kedelai merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim kekebalan
dan menurunkan resiko pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi.
Hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan bahwa wanita
Jepang yang mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker
payudara pada tingkat terendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai
(Stephan 2009). Oleh karena itu kebutuhan akan kedelai segar akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan makanan
bergizi.
Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur
lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi,
sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif
singkat dibandingkan kedelai biasa,karena edamame dipanen pada saat kedelai masih
hijau (Soewanto et al 2007).
Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar,
baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar
terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus
produksi kedelai edamame. Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal
Indonesia terus meningkat (Zuprizal 2003). Menurut Benziger dan Shanmugasundaram
(1995) Jepang merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk
segar maupun beku. Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara
150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat dipenuhi
oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, Jepang
mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar
edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96%
kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan
edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.00070.000ton/tahun.
Peranan kedelai yang penting
sebagai
bahan
makanan
dan
untuk
kesehatan serta nilai ekonomi yang cukup tinggi, membuat kedelai edamame potensial
untuk dikembangkan.
1.2. Tujuan

Tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah untuk mempelajari teknik
budidaya kedelai edamame yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Megamendung.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapang dilaksanakan mulai tanggal 01 Agustus 2012 sampai dengan
tanggal 01September 2012 yang bertempat di lahan milik petani terdekat di
Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat.
1.4. Metodologi
Dalam praktik lapang ini mahasiswa secara aktif terlibat dalam kegiatan budidaya
edamame dilapangan. Selain itu dilakukan studi pustaka untuk menambah informasi
mengenai teknik budidaya kedelaiedamame.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Edamame


Edamame berasal dari bahasa Jepang. Eda berarti cabang dan mame berarti
kacang, dapat diartikan sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang (Branched bean).
Edamame di Cina dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy bean) (Miles at al. 2000).
Orang Eropa terutama Inggris lebih mengenal jenis kedelai ini dengan nama vegetable
soybean (kedelai sayur) atau green soybean dan sweet soybean. Edamame dapat
didefinisikan sebagai kedelai berbiji sangat besar(>30g/100 biji) yang dipanen muda
dalam bentuk polong segar pada stadia R-6, dan dipasarkan dalam bentuk segar (fresh
edamame) atau dalam keadaan beku (frozen edamame) (Benziger dan
Shanmugasundaram 1995).
Di Indonesia edamame mulai ditanam pada tahun 1990 di Gadog, Bogor Jawa
Barat dan hasilnya dipasarkan dalam bentuk segar di pasar dalam negeri. Pada tahun
1992 edamame dicoba pula pengembangannya di Jember dan sejak tahun 1995 hasilnya
mulai dipasarkan dalam bentuk segar beku dan diekspor ke Jepang (Soewanto et
al. 2007).

2.2. Klasifikasi dan Morfologi


Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine
soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa klasifikasi yang dapat
diterima adalah kedelai termasuk dalam kingdomPlantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, familiLeguminoceae, subfamili Papilionaceae Genus Glycine, species Glycine max (L.) Merill (Adisarwanto 2005).
Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia antara lain
Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga varietas Ryokkoh

adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang
dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal
Taiwan (Soewanto et al. 2007).
Tanaman kedelai edamame memiliki sistem perakaran tunggang. Selain itu
kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah
hipokotil (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate yang
dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah berbunga, sedangkan tipe yang
kedua yaitu indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah
tanaman berbunga. Tinggi batang kedelai edamame +60 cm-150 cm (Adisarwanto 2005).
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai
anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan
(Irwan 2006). Daun kedelai ada yang berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate).
Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik(Andrianto dan Indarto 2004).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu dengan berwarna putih atau ungu. Tangkai
bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak
tangkai daun sangat beragam antara 2bunga-25 bunga tergantung kondisi lingkungan
tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama umumnyaterbentuk pada buku ke lima,
ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai
cukup lama yaitu 3 minggu-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2 minggu-3 minggu di
daerah tropik (Departemen Pertanian 1989)
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah
polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10
polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan
ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai
hijau. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyaiukuran 5,5
cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 cm sampai
11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
a.
Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain
soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
b.
Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun
subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku
minyak, susu dan makanan lain.
c.
Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah
subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk segar, polong
masih hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), berumur dua bulan.
Kelompok kedelai ini di Jepang disebut edamame. (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda,
dengan lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm. Warna biji kuning hingga hijau, bentuk
biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang (Shanmugasundaram et
al. 1991).

2.3. Syarat Tumbuh


Suhu yang optimal untuk proses perkecambahan kedeai sekitar 30C,
sedangkan untuk pembungaan 24-25C. Tanaman kedelai termasuk tanaman hari
pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam
perhari. Varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang
hari 14-16 jam bila ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka
varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi
pendek yaitu dari umur 50 hari-60 hari menjadi 35 hari -40 hari setelah tanam (Rubatzky
dan Yamaguchi 1998).
Pada
umumnya pertumbuhan
tanaman kedelai akan
baik
pada pada
ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kedelai edamame
dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol.
Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan
tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0 (Nazzarudin 1993).
2.4. Teknik Budidaya
Persiapan lahan untuk tanaman kedelai dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah
bila ditanam di sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan
keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan
pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan
cara menyebar di permukaan tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah + 15
cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam dengan dosis 2-3 ton/ha.
Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah
sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan (Deptan 2010).
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Bila
ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila
ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim
penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai
pertengahan musim kemarau. Jarak tanam untuk penanaman kedelai dengan ukuran 20
cm-40 cm dan yang biasa dipakai adalah 30 cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, atau 20 cm x 20
cm. Benih ditanam dengan cara ditugal dan dimasukan benih 2-3 biji/lubang tanam
(Deptan 2010).
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan.
Pemupukan ini meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan pupuk susulan. Penebaran
pupuk kandang dilakukan 5-7 hari sebelum tanam, disebar rata diatas permukaan
bedengan, dengan dosis 10-20m3 pupuk kandang/ha. Penebaran pupuk dasar anorganik
dilakukan 2-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas bedengan dan
diaduk sampai tercampur dengan tanah. Pupuk dasar yang digunakan secara umum
adalah: urea 50-75 kg/ha, ZK 50-75 kg/ha, dan SP36 150 -250 kg/ha. Pemupukan
susulan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa pertumbuhan, yaitu
masa pertumbuhan vegetatif atau sebelum fase pembungaan (umur 14-20 HST). Takaran
pupuk susulan secara umum adalah : urea 25-50 kg/ha, ZA 50-75 kg/ha, ZK 50-75 kg/ha
(Soewanto et al. 2007).

2.5. Hama dan Penyakit


Menurut Meidyawati (2007) hama tanaman kedelai secara umum adalah lalat
kacang, penggerek batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae,), penggerek
pucuk (Agromyza
dolichostigma,
Melanogromyza
dolichostigma dan Shoot
borer), kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa), ulat grayak(Spodoptera litura,
Prodenia litura dan Army worm), ulat penggulung daun (Lamprosema indicata atau leaf
Roller insect), penggerek polong (Etiella zinckenella, E. Hobsoni, Pod Borer, atau Lima
bean Borer), kutu kebul (Bemisia tabacci dan Whitefly). Penyakit utama yang
menyerang tanaman kedelai adalah karat kedelai (Phakopsora pachyrhizi, Uromuces
sojae, Uredo sojae, P. Sojae, P. Vignae, P. Crotalaria, Phusopella concors, Rust
Disease, atau Soybean Rust), mosaik kedelai (Soybean Mosaik disebabkan oleh virus
mosaik kedelai atau Soybean Mosaik Virus (SMV).

1.

2.

2.6. Panen
Kedelai edamame biasanya dipanen pada umur 63 hari setelah tanam
(HST) sampai 68 HST untuk polong segar, sedangkan unuk panen polong tua pada umur
90 HST (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) atau pada saat polong
berisi padat, atau sedikitnya 85% polong terisi penuh (Miles 2000).
Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang
pertama dipanendengan memilih polong yang besar dan berisi penuh. Setelah polong biji
muda diproses dan disortir lalu didinginkan dengan suhu di bawah 30 0C. Biji kedelai
yang sudah matang baru dapat diperoleh setelah kedelai masuk fase pematangan. Biji
kedelai dikeringkan hinggga mencapai 15% sampai 18% kadar airnya (Zufrizal 2003).
Menurut Soewanto et al (2007), persyaratan bahan baku edamame di sawah
sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan yaitu
Kualitas Bahan Baku Ekspor (BBE)
tidak terlalu tua dan terlalu muda
jumlah biji dalam polong 2 dan 3 biji
jumlah polong per 500 gram sebanyak 160 170 buah
bebas hama dan penyakit
tidak terdapat kerusakan fisik
bau khas edamame
bentuk polong normal
bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur dan lain-lain)
warna seragam (hijau normal)
kondisi polong segar/ tidak layu
Kualitas Bahan Baku Mukimame (BBM)
keluaran dari hasil grading BBE
semua polong berbiji satu
bersih dari kotoran
polong segar/tidak layu
kualitas polong bahan muki baik:

warna biji hijau segar


biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis)
polong bernas (tidak kepak)
polong tidak tua
III. GAMBARAN UMUM PETANI
3.1. Keadaan Petani
Bapak Daman adalah salah satu petani hortikultura di Kampung Cihanjawar,Desa
Sukagalih,
Kecamatan
Megamendung yang
membudidayakan tanaman kedelai
edamame. Sebelum
membudidayakan
kedelai
edamame
Pak
Daman
membudidaya jagung, wortel dan bayam.Pak Daman mulai membudidayakan kedelai
edemame pada tahun 2000 karena peluang harga yang lebih menguntungkan. Bapak
Daman pada awalnya membudidayakan edamame bermitra dengan PT.Saung
Mirwan dengan menjual hasil panennya ke perusahaan tersebut. Mulai tahun 2011 pak
Daman menjual hasil panen kedelai edamame ke pengumpul yang membeli langsung ke
kebun dengan harga yang sama sehingga tidak memerlukan ongkos
lagi. Budidaya kedelai edamame yang dilakukan oleh Pak Daman dilakukan secara
monokultur maupun tumpangsari.
3.2. Letak Geografis Kebun
Kebun bapak Daman berlokasi di Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih,
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, seluas 3.500 m2. Lokasi ini berada
di ketinggian + 670 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1800
mm /tahun, suhu harian rata-rata 220C-300C dan kelembaban relatif 48% sampai 92 % .

IV. TELAAH LAPANG DAN PEMBAHASAN


4.1. Persiapan Lahan
Kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya edamame adalah pembersihan
gulma dan sisa-sisa tanaman. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu
memotong gulma menggunakan kored dan cangkul sampai bersih. Lahan yang
telah bersih dari gulma kemudian diolah secara manual dengan dicangkul. Permukaan
tanah dicangkul sedalam + 30 cm dibalik menjadi bongkahan dan tanah digemburkan.
Tanah yang telah diolah dan gembur dibuat bedengan untuk pertanaman, dengan ukuran
lebar permukaan + 1 meter, tinggi bedengan 20 cm, panjang 8 meter dengan lebar
parit + 40 cm.
Bersamaan pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang berupa kotoran
kambing dan pengapuran dengan dolomit. Pupuk kandang dan dolomit dibiarkan selama
satu minggu sebelum benih ditanam.Pengolahan tanah bertujuan untuk meremahkan
struktur tanah agar benih kedelai edamame yang berkecambah dan akar yang tumbuh
mudah menembus tanah. Selain itu pengolahan tanah bertujuan untukmemperbaiki

tekstur tanah, aerasi tanah, mendorong aktivitas mikroba tanah, membebaskan unsur
hara, menciptakan daerah perakaran tanaman yang baik, membenamkan sisa-sisa
tanaman dan mengendalikangulma (Mukhlis dan Rauf 2006).
Pembuatan bedengan dilakukan supaya pada saat hujan tanaman kedelai
edamame tidak tergenang air hujan dan untuk mempermudah pemeliharaan terutama
pada saat penyemprotan dan pemupukan. Bedengan juga dapat memperbaiki aerasi dan
drainase tanah (Haryono 2001). Hal ini baik untuk perkembangan akar tanaman, air di
dalam pori-pori tanah mudah bergerak menuju saluran drainaseyang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi.
Pada saat pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang + 7.500 kg untuk luas
lahan + 3.500 m2. Cara pemberian pupuk kandang (sebagai pupuk dasar) dilakukan
dengan cara ditaburkan di atas bedengan dan ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk
kandang bertujuan untuk memperbaiki tanah dan tanaman kedelai edamame. Pupuk
kandang diberikan seminggu sebelum penanaman kedelai edamame. Pemberian pupuk
kandang dapat membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah,
meningkatkan porositas tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur,
meningkatkan penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan (Marsono dan
Paulus 2001).
Pupuk kandang juga merupakan sumber hara dan sumber energi bagi aktifitas
mikroba dalam tanah. Selain itu, kelebihan dari pupuk kandang adalah dapat
memperbaiki sifat biologi, fisika dan kimia tanah (Hartatik 2006). Pemberian pupuk
kandang pada tanaman buncis, dapat mempercepat waktu pembungaan, mempengaruhi
jumlah polong, dan bobot biji (Pujiastuti 2005).
Pada saat pembuatan bedengan untuk budidaya tanaman kedelai diberikan
kapur dolomit. Cara pengapuran dilakukan dengan menyebar di atas permukaan tanah
secara merata dan diaduk dengan tanah sekitar kedalaman 20 cm. Pengapuran
dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Dosis kapur yang diberikan sebanyak 300 kg/ 3.500
m2. Pengapuran tanah dengan dolomit bertujuan untuk meningkatkan pH tanah.
Menurut pernyataan Hardjowigeno (2003), pengapuran bertujuan untuk menjadi
tanah kaya akan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu
peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan molibdenum (Mo) yang berperan
penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat
hubungannya dengan perkembangan bintil akar. Molibdenum dapat meningkatkan
pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik dan pembentukan protein.
Selain
pemberian pupuk
kandang
dan
dolomit
dilakukan
juga
insektisida atau nematisida sistemik dalam bentuk granul (furadan) pada saat
pengolahan tanah. Furadan diberikan sebanyak 6 kg untuk luas lahan 3.500 m 2. Furadan
diberikan dengan cara ditabur di atas permukaan tanah, kemudian diaduk dengan tanah.
Pemberian furadan bertujuan sebagai pelindung benih dari gangguan insektisida dan
nematisida tanah.
4.2 Penanaman

Benih edamame ditanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk


kandang dan pupuk dasar. Sebelum benih ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam
dengan cara ditugal. Alat tugal terbuatdari kayu bulat yang berdiameter + 5 cm
dan panjang + 1 meter. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman+ 3 cm dengan jumlah
baris lubang tanam 5, dengan jarak tanam + 20 cm x 20 cm. Benih kedelai edamame
ditanam 2 biji/lubang tanam dan ditutup dengan tanah secara merata dan tidak
dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada ditempatnya dsn menjaga
kelembaban benih).
Penanaman benih kedelai edamame yang dilakukan di lahan pada pagi
hari, karena pada saat itu kondisi tanah masih lembab (basah) dan dilakukan secara
serentak (Mashar 2010). Penanaman kedelai edamame dilakukan dengan cara ditugal,
benih kedelai edamame ditanam 1 atau 2 biji/lubang tanam. Penanaman yang dilakukan
sesuai dengan pernyataan Susila (2006), bahwa benih cukup ditanam 2 biji /lubang
tanam.
4.3. Pemeliharaan Kedelai Edamame
4.3.1. Pemupukan
Pemupukan tanaman kedelai edamame menggunakan pupuk: 100 kg Ponska
(pupuk N), 100 kgTSP, 100 kg KCl, 10 kg NPK mutiara (15-15-15) dan 100 kg ZA per
3500 m2. Pupuk diberikan secara bertahap pada saat tanaman berumur 2 dan 6 minggu
setelah tanam (MST). Pupuk diberikan dengan cara keempat jenis pupuk
dicampurkan kemudian ditaburkan secara merata di sekitar perakaran tanaman.
Pupuk yang digunakan pada tanaman kedelai edamame adalah pupuk
kandang dan pupuk buatan.Jenis pupuk kandang yang digunakan yaitu kotoran kambing
dan pupuk buatan yang digunakan untuk tanaman kedelai edamame adalah TSP, KCl,
ZA, Ponska, dan NPK. Pemupukan dengan pupuk buatan dilakukan dua kali
pemupukan. Menurut Sarwono (2003), pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah
tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam dua atau tiga kali pemupukan.
Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam
(MST), dan pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST. Banyaknya
pupuk yang diberikan untuk tanaman kedelai edamame pada saat pemupukan pertama
dan kedua yaitu 50 kg KCl, 50 kg ZA, 50 kg Ponska, 50kg TSP, dan 5 kg NPK.
Pemupukan dilakukan dengan cara mencampur semua pupuk dan ditebar secara merata
ke semua tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditebarkan bertujuan untuk
efisiensi waktu dan tenaga kerja. Adapun kekurangan dari pemberian pupuk secara top
dressed ini, apabila terjadi hujan pupuk akan mudah tercuci dan pada saat kondisi cuaca
panas akan mudah terjadi penguapan pada pupuk.
Tanaman kedelai dapat memperoleh hara N dari tanah, dari pupuk (organik dan
anorganik) yang ditambahkan, maupun dari N udara melalui fiksasi bakteri Rhizobium
dalam bintil akar kedelai. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting
bagi tanaman. Tanaman dapat menyerap unsur hara nitrogen dalam bentuk protein
(bahan organik), senyawa-senyawa amino, nitrat (NO 3-) dan amonium (NH4+)

(Hardjowigeno 2003). Dalam keadaan aerasi baik senyawa-senyawa N akan diubah ke


dalam bentuk NO3(Nyakpa et al. 1988)
Pada kondisi optimum, 60% kebutuhan N kedelai dapat dipenuhi dari mekanisme
fiksasi N-udara oleh bakteri Rhizobium dalam bintil akar tersebut
(Balai Penelitian
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian 2012). Akan tetapi untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil yang maksimum tanaman kedelai masih harus ditambahkan
sejumlah pupuk nitrogen yang diberikan melalui pemupukan (Baharsjah 1983).
Nitrogen
berfungsi
dalam
memperbaiki
pertumbuhan
vegetatif
tanaman, pembentukan protein, klorofil,asam nukleat dan mengaktifkan koenzmi.
Tanaman yang kekurangan nitrogen akan menampakan pertumbuhan kerdil,
pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur (Hardjowigeno 2003).
Kelebihan N, biasanya membuat daun berwarna gelap, sukulen, pertumbuhan vegetatif
yang hebat dan membuat tanaman mudah rusak (Nyakpa et al. 1988).
4.3.2. Penyulaman
Penyulaman tanaman kedelai edamame dilakukan 1 minggu setelah
tanam (MST). Tanamankedelai
yang
tidak
tumbuh atau
kena
hama
dan
penyakit dilakukan
penyulaman. Penyulaman tanamanbertujuan untuk
mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dan mengganti tanaman
yangpertumbuhannya kurang
baik yang
disebabkan
serangan
hama
dan
penyakit. Penyulaman kedelai edamame yang dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST)
dengan mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara pindah tanaman dari tanaman
kedelai edamame yang tumbuh dua tanaman perlubang. Penyulaman yang dilakukan
sesuai pernyataan Mashar (2010) yaitu pindah tanam dari tanaman yang seumur
merupakan cara penyulaman terbaik, dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 hari
setelah tanam (HST).
4.3.3. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma tanaman kedelai edamame mulai dilakukan pada saat
tanaman berumur 3 minggu setelah tanaman (MST). Pembersihan berikutnya
dilakukan berdasarkan pertumbuhan gulma. Pembersihan gulma dilakukan secara
manual dan sederhana menggunakan alat kored.
Pengendalian gulma yang dilakukan secara mekanik dengan cara mencabut dan
atau menggunakan kored bersamaan dengan penggemburan tanah di sekitar
tanaman. Pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya bertujuan untuk
menghindarkan kompotisi bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman seperti cahaya, nutrisi,
air, gas CO2, dan ruang yang dapat merugikan tanaman utama(Moenandir 1993).
Gulma yang banyak terdapat di sekitar tanaman kedelai edamame yaitu : babadotan
(Ageratum conyzoides), jajagoan (Echinochloa celonum), jampang piit, ramusa, dan
rumput seminggu.
4.3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)

Pak Daman melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman kedelai


edamame secara kimia dengan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 minggu dan seterusnya setiap dua minggu sekali. Pestisida
yang yang digunakan yaitu Antracol dan Agrimec.
Penyemprotan pestisida dilakukan dengan cara melarutkan pestisida ke dalam air
dengankonsentrasi 1-2 cc/liter air. Pestisida yang telah dilarutkan dalam ember
selanjutnya dimasukkan ke dalam tengki sprayer kapasitas 17 liter. Sprayer yang telah
berisi larutan pestisida kemudian dipompa dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman
secara merata.
Pengendalian hama penyakit tanaman kedelai edamame menggunakan agrimec
18 EC dan antracol 70 WP. Agrimec merupakan insektisida racun kontak untuk
mengendalikan hama penggerek polong, penggorok daun, dan penggerek daun. Agrimec
dicairkan dengan dosis 1-2 cc/liter air, kemudian dimasukkan ke sprayer gendong dengan
volume 17 liter. Selain menggunakan agrimec, digunakan juga antracol. Menurut
Alimoeso (1999) Antracol merupakan fungisida racun kontak untuk mengendalikan
penyakit bercak daun, rebah batang, dan busuk daun. Waktu penyemprotan dilakukan
pada pagi hari untuk menghindari angin dan tingginya penguapan daun tanaman yang
akan menyebabkan pestisida tidak menempel pada daun.
4.4. Panen
Panen polong kedelai edamame dilakukan setelah polong terisi penuh. Panen
dilakukan secara bertahap, panen pertama pada umur 75 hari setelah
tanam (HST) kemudian panen berlanjut sampai polong habis (pada umur 105 hari
setelah tanam). Panen polong edamame dilakukan secara manual dengan cara dipetik.
Proses pemanenan juga dapat menggunakan gunting atau pisau sehingga lebih mudah
untuk melepaskan polong dari pohon. Hasil panen polong kedelai edamame dikumpulkan
dalam karung dan langsung dijual ke tengkulak atau ke PT Saung Mirwan.

Dari lahan seluas 3.500 m2 diperoleh polong muda sebanyak + 500 kg. setiap
tanaman menghasilkan + 15-30 polong. Polong edamame ada yang berbiji satu, dua dan
tiga. Bobot perbiji mencapai 2 sampai 3 gram. Kedelai segar hijau edamame dapat
dipanen pada umur 65-75 hari setelah tanam (HST), ketika 90% polong telah terisi penuh
dan berwarna hijau segar. Di Australia kedelai edamame hijau dapat dipanen pada umur
68-86 HST tergantung pada waktu tanam, sedangkan di Indonesia umumnya dipanen
pada umur 65-70 HST (Nguyen 1998).
Kedelai edamame dipanen pada umur 65-75 HST. Mentreddy (2002) menyatakan
bahwa waktu optimum untuk pemanenan adalah ketika polong masih berwarna hijau,
belum matang dan padat dengan biji hijau yang telah berkembang secara penuh yang
biasanya terjadi pada fase pengembangan. Karakteristik fisik yang nampak pada saat
pemanenan adalah warna polong hijau terang dan agak sedikit abu-abu, ukuran panjang
sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4 cm dengan jumlah biji dua atau lebih.
Pada saat pemanenan dilakukan gradding yaitu pemilihan polong yang berbiji dua
dan tiga yang dipanen untuk dijual. Umumnya jumlah polong berbiji dua dan tiga sekitar
50% (7 sampai 15 polong per tanaman) dari seluruh polong yang dihasilkan. Menurut
Nguyen (1998), varietas edamame mampu menghasilkan polong rata-rata 40-50
polong/pohon dan jumlah polong tidak lebih dari 175 polong untuk setiap 500 gram.
Mentreddy (2002) menyatakan bahwa di tempat asalnya produksi kedelai
edamame dapat mencapai 8 ton-9 ton/hektar tergantung waktu tanam dan musimnya.
Produksi edamame ditempat praktik sekitar 1,5 ton/hektar.
4.5. Analisis Usahatani
Analisis usahatani kedelai edamame yang dilakukan oleh Bapak Daman di Desa
Sukagalih, untuk satu musim panen di sajikan pada Tabel. 1.
Tabel 1. Analisis Usahatani

No

Jenis Biaya

Biaya Tetap
1 Sewa Lahan

Volume

1
Jumlah

Satuan

Ha

Harga Satuan
(Rp)

Jumlah
(Rp)
800.000
800.000

Biya Tidak Tetap


1 Benih
3 Pupuk Organik
a. Pupuk Kandang
4 Pupuk Sintetik
a. Ponska
b. TSP
c. KCl
d. ZA
e. NPK
5 Pestisida
a. Agrimex
b. Antracol
6 Tenaga Kerja
a. Pengolahan Tanah
b. Penanaman
c. Pemupukan
d. Penyiangan
e. Penyemprotan
Pemanenan

30

kg

50.000

1.500.000

karung

10.000

700.000

250
250
250
250
30

kg
kg
kg
kg
kg

2500
2500
3000
1300
10.000

625.000
625.000
750.000
325.000
300.000

4
2,5

Botol
kg

125.000
160.000

500.000
380.000

10
10
10
8
10
10

HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK

25.000
15.000
15.000
15.000
25.000
15.000

250.000
150.000
150.000
120.000
250.000
150.000

70

Jumlah
Total Biaya Produksi
Hasil panen edamame
Harga jual edamame/ kg
Pendapatan
Keuntungan
BEP Produksi
BEP Harga
B/C Ratio
R/C Ratio

7.575.000
1.800

kg
6500
11.700.000
4.125.000
1.165/kg
4208/ kg
0,54
1,54

Berdasarkan hasil perhitungan analisis usahatani kedelai edamame untuk luas


lahan 1Ha dalam satu kali musim panen, memerlukan biaya produksi sebesar 7.575.000
dengan pendapatan sebesar 11.700.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp4.125.000. Break event point (BEP) akan dicapai pada produksi 1.165 kg. Budidaya
kedelai edamame ini menguntungkan karena nilai B/C > 0, dan R/C > 1.
Menurut Sutiyoso (2006), ada tiga parameter yang biasa digunakan dalam
perhitungan analisis usahatani yaitu:
1. break event point (BEP) yang menunujukkan suatu usaha tidak untung ataupun rugi..
2. Return cost retio (R/C) yang merupakan perbandingan jumlah penerimaan dengan
perbandingan jumlah total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan untung apabila
R/C > 1.
3. Benefit cost ratio (B/C) suatu usaha akan dianggap untung apabila hasil dari B/C rasio >
0.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang masih harus ditingkatkan
dari teknologi budidaya dan pemeliharaannya. Teknologi budidaya yang harus
ditingkatkan yaitu pemberian pupuk yang sesuai dengan dosis yang telah
direkomendasikan oleh kementrian pertanian untuk tanaman kedelai edamame.
Sedangkan dalam pemeliharaan tanaman, penggunaan pestisida dan pengendalian
gulma dapat dilakukan secara terpadu.
Dari luas lahan 1 Ha menghasilkan 1.800 kg kedelai edamame hijau segar.
Berdasarkan hasil analisis usahatani kedelai edamame selama satu musim panen
didapat keuntungan Rp.4.125.000,00. Keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya
kedelai edamame sangat menarik untuk dikembangkan, mengingat harga kedelai
edamame segar lebih mahal dibanding harga kedelai lokal segar.
5.2 Saran
Budidaya kedelai edamame di tempat praktik lapang sebaiknya dilakukan rotasi
tanaman. Penggunaan pestisida dalam pengendalian hama penyakit tanaman kedelai
edamame sebaiknya dikurangi, dan budidaya lebih diarahkan kekonsep pertanian
organik. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
kedelai edamame organik akan lebih menarik konsumen dan meningkatka harga jual.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta. Penebarswadaya.
Alimoeso S. 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Penerbit Komisi Pestisida
Departemen Pertanian, Koprasi Daya Guna.
Andrianto T T, Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau
Kacang Panjang. Penerbit. Yokgyakarta.
Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian 2004. Departemen Pertanian.
Jakarta. [8 Mei 2012]
Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi
Pertanian Sumatra Utara. Medan. [18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2007. Basis Data Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
[18 Oktober 2012]
Departemen
Pertanian.
2010.
Teknologi
Budidaya
Kedelai.
Provinsi
Kalimantan. http://distan.kalselprov.go.id/2010/02/teknologi-budidaya-kedelai/ .
[2 Mei 2012]
Harjono I. 2001. Sayur-sayur Daun Primadona. Penerbit CV. Aneka, Surakarta.
Hidajat O O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai Di dalam: Soma Atmaja, S., M.
Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi. 1985. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik.


Jakarta. Bina Angkasa.
Marwoto, KK, S. Swastika dan P. Simatupang. 2005. Pengembangan Kedelai dan
Kebijakan Penelitian di Indonesia. Seminar Nasional Peningkatan Produksi
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mendukung kemandirian pangan. Bogor.
Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian.
Mashar A Z. 2010. Budidaya kedelai dengan teknologi bio perforasi. [6 Oktober
2012 ]
Meidyawati. 2007. Hama Utama dan Musuh Alami pada Tanaman Kedelai Edamamedi
Desa Sukamaju, Megamendung, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Miles CA, Lumkin TA, Zenz L. 2000. Edamame Departemen of Natural Resources.
(http://foodfarm.wsu.edu.html). [7 Mei 2012]
Moenandir, H. J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta. Raja
Grafindo. Pesada.
Musa, L, Mukhlis, dan Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundamental of Soil
Science) Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara,
Medan.
Nazarudin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Nguyen VQ. 1998. Edamame ( Vegetable Green Soybean). RIRDC: The New Rular
Industries.(http://www.rirdc.gov.au/pub/handbook/edamame.html). [8 Mei 2012]
Noertjahyo. J. 2002. Swasembada Kedelai itu Mudah. Kompas. [10 Mei 2012]
Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara organik. Kanisius
Pujiastuti SR. 2005. Efesiensi Pemupukan NPK dan Pupuk Kandang terhadap Produksi
dan Viabilitas Benih Buncis (Phaseolus Vulgaris L). Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
Richard. J.D., J.G. Louis, and Henry. 1984. Soybeans Crop Production. 5thedition.
Engelwood Cliffs, N.J.: Practice Hall. Inc.
Rubatzky, V.E., dan M., Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi.
Jilid ke 2. Catur Herison.Bandung. Penerbit ITB.
Samsu, H. S. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame ( vegetable
soybean). Graha Ilmu dan Florentina. Jember
Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Presindo.
Sharma, O.P. 1993. Plant Taxonomy. New Delhi. Tata McGraw Hill Publishing Company
Limited.
Soewanto, Prasongko dan Sumarno. 2007. Kedelai Teknik Produksi dan
Pengembangannya (agribisnis edamame untuk ekspor). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Susila A D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman
Departemen Agronomi dan Horticultura, IPB.
Sutiyoso, Y. 2006. Rakit Apung. Jakarta. Penebar Swadaya.
Zufrizal A. 2003. Jepang Tunggu Kedelai Edamame Indonesia (http://www.Bisnis. Com.)
[3 Mei 2012]

Terimakasih telah membacanya, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai