Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung 11,40 gram protein, kalori 582
Kcal, lemak 6,6 gram, serat 15,6 gram, kalsium 140 gram, fosfor 1,7 gram, besi 1 gram,
vitamin B2 0,14 gram, vitamin B1 10,27 gram, dan air 71,1 gram (Samsu 2001). Kedelai
segar merupakan satu-satunya sayuran yang mengandung sembilan jenis asam
amino esensial (isoleusin, lisin, leusin, fenilalanin, tirosin, metionin, sistin, treonin,
triptofan dan valin) yang dapat menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol
yang dapat mencegah penyakit jantung .Kedelai juga dapat meningkatkan metabolisme
dan kadar energi, dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu,
kedelai edamame juga mengandung isoflavone, beta karoten, dan serat. Isoflavon dalam
kedelai merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim kekebalan
dan menurunkan resiko pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi.
Hasil berbagai penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan bahwa wanita
Jepang yang mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker
payudara pada tingkat terendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai
(Stephan 2009). Oleh karena itu kebutuhan akan kedelai segar akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan makanan
bergizi.
Kedelai edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur
lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi,
sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen kedelai edamame relatif
singkat dibandingkan kedelai biasa,karena edamame dipanen pada saat kedelai masih
hijau (Soewanto et al 2007).
Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar,
baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar
terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus
produksi kedelai edamame. Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal
Indonesia terus meningkat (Zuprizal 2003). Menurut Benziger dan Shanmugasundaram
(1995) Jepang merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk
segar maupun beku. Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara
150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat dipenuhi
oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, Jepang
mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar
edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96%
kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan
edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.00070.000ton/tahun.
Peranan kedelai yang penting
sebagai
bahan
makanan
dan
untuk
kesehatan serta nilai ekonomi yang cukup tinggi, membuat kedelai edamame potensial
untuk dikembangkan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah untuk mempelajari teknik
budidaya kedelai edamame yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Megamendung.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapang dilaksanakan mulai tanggal 01 Agustus 2012 sampai dengan
tanggal 01September 2012 yang bertempat di lahan milik petani terdekat di
Kampung Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat.
1.4. Metodologi
Dalam praktik lapang ini mahasiswa secara aktif terlibat dalam kegiatan budidaya
edamame dilapangan. Selain itu dilakukan studi pustaka untuk menambah informasi
mengenai teknik budidaya kedelaiedamame.
II. TINJAUAN PUSTAKA
adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang
dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal
Taiwan (Soewanto et al. 2007).
Tanaman kedelai edamame memiliki sistem perakaran tunggang. Selain itu
kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah
hipokotil (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate yang
dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah berbunga, sedangkan tipe yang
kedua yaitu indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah
tanaman berbunga. Tinggi batang kedelai edamame +60 cm-150 cm (Adisarwanto 2005).
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai
anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan
(Irwan 2006). Daun kedelai ada yang berbentuk bulat (oval) dan lancip (lanceolate).
Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik(Andrianto dan Indarto 2004).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu dengan berwarna putih atau ungu. Tangkai
bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak
tangkai daun sangat beragam antara 2bunga-25 bunga tergantung kondisi lingkungan
tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama umumnyaterbentuk pada buku ke lima,
ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai
cukup lama yaitu 3 minggu-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2 minggu-3 minggu di
daerah tropik (Departemen Pertanian 1989)
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Jumlah
polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10
polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan
ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai
hijau. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyaiukuran 5,5
cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 cm sampai
11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
a.
Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain
soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
b.
Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun
subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku
minyak, susu dan makanan lain.
c.
Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah
subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk segar, polong
masih hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), berumur dua bulan.
Kelompok kedelai ini di Jepang disebut edamame. (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda,
dengan lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm. Warna biji kuning hingga hijau, bentuk
biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang (Shanmugasundaram et
al. 1991).
1.
2.
2.6. Panen
Kedelai edamame biasanya dipanen pada umur 63 hari setelah tanam
(HST) sampai 68 HST untuk polong segar, sedangkan unuk panen polong tua pada umur
90 HST (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) atau pada saat polong
berisi padat, atau sedikitnya 85% polong terisi penuh (Miles 2000).
Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang
pertama dipanendengan memilih polong yang besar dan berisi penuh. Setelah polong biji
muda diproses dan disortir lalu didinginkan dengan suhu di bawah 30 0C. Biji kedelai
yang sudah matang baru dapat diperoleh setelah kedelai masuk fase pematangan. Biji
kedelai dikeringkan hinggga mencapai 15% sampai 18% kadar airnya (Zufrizal 2003).
Menurut Soewanto et al (2007), persyaratan bahan baku edamame di sawah
sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan yaitu
Kualitas Bahan Baku Ekspor (BBE)
tidak terlalu tua dan terlalu muda
jumlah biji dalam polong 2 dan 3 biji
jumlah polong per 500 gram sebanyak 160 170 buah
bebas hama dan penyakit
tidak terdapat kerusakan fisik
bau khas edamame
bentuk polong normal
bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur dan lain-lain)
warna seragam (hijau normal)
kondisi polong segar/ tidak layu
Kualitas Bahan Baku Mukimame (BBM)
keluaran dari hasil grading BBE
semua polong berbiji satu
bersih dari kotoran
polong segar/tidak layu
kualitas polong bahan muki baik:
tekstur tanah, aerasi tanah, mendorong aktivitas mikroba tanah, membebaskan unsur
hara, menciptakan daerah perakaran tanaman yang baik, membenamkan sisa-sisa
tanaman dan mengendalikangulma (Mukhlis dan Rauf 2006).
Pembuatan bedengan dilakukan supaya pada saat hujan tanaman kedelai
edamame tidak tergenang air hujan dan untuk mempermudah pemeliharaan terutama
pada saat penyemprotan dan pemupukan. Bedengan juga dapat memperbaiki aerasi dan
drainase tanah (Haryono 2001). Hal ini baik untuk perkembangan akar tanaman, air di
dalam pori-pori tanah mudah bergerak menuju saluran drainaseyang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi.
Pada saat pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang + 7.500 kg untuk luas
lahan + 3.500 m2. Cara pemberian pupuk kandang (sebagai pupuk dasar) dilakukan
dengan cara ditaburkan di atas bedengan dan ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk
kandang bertujuan untuk memperbaiki tanah dan tanaman kedelai edamame. Pupuk
kandang diberikan seminggu sebelum penanaman kedelai edamame. Pemberian pupuk
kandang dapat membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah,
meningkatkan porositas tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur,
meningkatkan penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan (Marsono dan
Paulus 2001).
Pupuk kandang juga merupakan sumber hara dan sumber energi bagi aktifitas
mikroba dalam tanah. Selain itu, kelebihan dari pupuk kandang adalah dapat
memperbaiki sifat biologi, fisika dan kimia tanah (Hartatik 2006). Pemberian pupuk
kandang pada tanaman buncis, dapat mempercepat waktu pembungaan, mempengaruhi
jumlah polong, dan bobot biji (Pujiastuti 2005).
Pada saat pembuatan bedengan untuk budidaya tanaman kedelai diberikan
kapur dolomit. Cara pengapuran dilakukan dengan menyebar di atas permukaan tanah
secara merata dan diaduk dengan tanah sekitar kedalaman 20 cm. Pengapuran
dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Dosis kapur yang diberikan sebanyak 300 kg/ 3.500
m2. Pengapuran tanah dengan dolomit bertujuan untuk meningkatkan pH tanah.
Menurut pernyataan Hardjowigeno (2003), pengapuran bertujuan untuk menjadi
tanah kaya akan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu
peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan molibdenum (Mo) yang berperan
penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat
hubungannya dengan perkembangan bintil akar. Molibdenum dapat meningkatkan
pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik dan pembentukan protein.
Selain
pemberian pupuk
kandang
dan
dolomit
dilakukan
juga
insektisida atau nematisida sistemik dalam bentuk granul (furadan) pada saat
pengolahan tanah. Furadan diberikan sebanyak 6 kg untuk luas lahan 3.500 m 2. Furadan
diberikan dengan cara ditabur di atas permukaan tanah, kemudian diaduk dengan tanah.
Pemberian furadan bertujuan sebagai pelindung benih dari gangguan insektisida dan
nematisida tanah.
4.2 Penanaman
Dari lahan seluas 3.500 m2 diperoleh polong muda sebanyak + 500 kg. setiap
tanaman menghasilkan + 15-30 polong. Polong edamame ada yang berbiji satu, dua dan
tiga. Bobot perbiji mencapai 2 sampai 3 gram. Kedelai segar hijau edamame dapat
dipanen pada umur 65-75 hari setelah tanam (HST), ketika 90% polong telah terisi penuh
dan berwarna hijau segar. Di Australia kedelai edamame hijau dapat dipanen pada umur
68-86 HST tergantung pada waktu tanam, sedangkan di Indonesia umumnya dipanen
pada umur 65-70 HST (Nguyen 1998).
Kedelai edamame dipanen pada umur 65-75 HST. Mentreddy (2002) menyatakan
bahwa waktu optimum untuk pemanenan adalah ketika polong masih berwarna hijau,
belum matang dan padat dengan biji hijau yang telah berkembang secara penuh yang
biasanya terjadi pada fase pengembangan. Karakteristik fisik yang nampak pada saat
pemanenan adalah warna polong hijau terang dan agak sedikit abu-abu, ukuran panjang
sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4 cm dengan jumlah biji dua atau lebih.
Pada saat pemanenan dilakukan gradding yaitu pemilihan polong yang berbiji dua
dan tiga yang dipanen untuk dijual. Umumnya jumlah polong berbiji dua dan tiga sekitar
50% (7 sampai 15 polong per tanaman) dari seluruh polong yang dihasilkan. Menurut
Nguyen (1998), varietas edamame mampu menghasilkan polong rata-rata 40-50
polong/pohon dan jumlah polong tidak lebih dari 175 polong untuk setiap 500 gram.
Mentreddy (2002) menyatakan bahwa di tempat asalnya produksi kedelai
edamame dapat mencapai 8 ton-9 ton/hektar tergantung waktu tanam dan musimnya.
Produksi edamame ditempat praktik sekitar 1,5 ton/hektar.
4.5. Analisis Usahatani
Analisis usahatani kedelai edamame yang dilakukan oleh Bapak Daman di Desa
Sukagalih, untuk satu musim panen di sajikan pada Tabel. 1.
Tabel 1. Analisis Usahatani
No
Jenis Biaya
Biaya Tetap
1 Sewa Lahan
Volume
1
Jumlah
Satuan
Ha
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
800.000
800.000
30
kg
50.000
1.500.000
karung
10.000
700.000
250
250
250
250
30
kg
kg
kg
kg
kg
2500
2500
3000
1300
10.000
625.000
625.000
750.000
325.000
300.000
4
2,5
Botol
kg
125.000
160.000
500.000
380.000
10
10
10
8
10
10
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
25.000
15.000
15.000
15.000
25.000
15.000
250.000
150.000
150.000
120.000
250.000
150.000
70
Jumlah
Total Biaya Produksi
Hasil panen edamame
Harga jual edamame/ kg
Pendapatan
Keuntungan
BEP Produksi
BEP Harga
B/C Ratio
R/C Ratio
7.575.000
1.800
kg
6500
11.700.000
4.125.000
1.165/kg
4208/ kg
0,54
1,54
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta. Penebarswadaya.
Alimoeso S. 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Penerbit Komisi Pestisida
Departemen Pertanian, Koprasi Daya Guna.
Andrianto T T, Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau
Kacang Panjang. Penerbit. Yokgyakarta.
Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian 2004. Departemen Pertanian.
Jakarta. [8 Mei 2012]
Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi
Pertanian Sumatra Utara. Medan. [18 Oktober 2012]
Departemen Pertanian. 2007. Basis Data Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
[18 Oktober 2012]
Departemen
Pertanian.
2010.
Teknologi
Budidaya
Kedelai.
Provinsi
Kalimantan. http://distan.kalselprov.go.id/2010/02/teknologi-budidaya-kedelai/ .
[2 Mei 2012]
Harjono I. 2001. Sayur-sayur Daun Primadona. Penerbit CV. Aneka, Surakarta.
Hidajat O O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai Di dalam: Soma Atmaja, S., M.
Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi. 1985. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.