Dokumen - Tips PBL Skenario 1 Hemato
Dokumen - Tips PBL Skenario 1 Hemato
1102011252
B-14
SEKENARIO 1
LI 1 MM Eritropoiesis
LO 1.1 proses pembentukan
ertropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel progenitor CFU GEMM (colony forming
unit granulocyte,erytrocyte,monocyte,megakaryocyte) atau unit pembentuk
koloni granulosit,eritroid,monosit,dan megakryosit, BFU E (burst-forming unit
erythroid) dan CFUE menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali
di sumsum tulang yaitu pronormoblas.
LO 1.2 faktor pembentukan
Faktor pembentuknya antara lain : vitamin B12 , asam folat , besi (Fe) , tembaga
(Cu) , cobalt (Co) , protein , hormon eritropoietin , dan kadar oksigen di udara
Vitamin B12
merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh tubuh dan pertumbuhan sel
jaringan pada umumnya karena B12 berperan dalam sintesis DNA. Karena
jaringan menghasilkan eritrosit paling cepat jika kekurangan B12 maka
penghasilan ertrosit berkurang kecepatannya. Kekurangan B12 juga bisa
mengakibatkan kegagalan dalam proses eritropoiesis. Sebenarnya hal
terseraing yang terjadi pada kegagalan pematangan eritrosit bukan karena
kekurangan B12 tetapi karena kurangnya penyerapan B12 dalam saluran
pencernaan, hal ini sering terjadi pada penderita anemia pernisiosa yg
menyebabkan atrofi mukosa lambung.
Pada tempat-tempat yang tinggi kadar oksigen sangat rendah maka dari itu
produksi eritrosit harus dipercepat untuk memenuhi keperluan oksigen dalam
jaringan.
Pengaruh Fe , Cu , Co
2. Warna
Kelainan morfologi eritrosit karena bentuk yang tidak bikonkaf sempurna dapat
dililihat dari warna / kepucatan eritrosit.
3. Bentuk
Normosit :
o
o
o
o
o
Ukuran 6-8 m
Bentuk Bikonkaf
Warna merah jambu
Normal 4,0-5,5/4,5-6,0 juta/mm3
Umur 120 hari
Retikulosit
o
o
o
o
o
Ukuran 8-12 m
Inti tidak ada
Bergranula halus sisa RNA
Pewarnaan Vital Staining (BCB)
N = 0,5-1,5 per 1000 eritrosit
Mikrosit
o Diameter 6 m
o Normal 10%
Makrosit
o Diameter 9-12 m
o Normal 10%
o Biasanya pada Anemi Def Vit12/ Def asam folat
Basofilik Stipling
o Eritrosit dengan granula biru-hitam granula ini dari kondensasi atau presipitasi
RNA ribosom akibat dari defective hemoglobin syntesis
Hipokrom
o
o
o
o
Eliptosit
o
o
o
o
Lakrimasit
Target Cell
o
o
o
o
o
Acantocyt
Burr Cell
Crenated Cell
Scistocyt
Stomatocyt
Sferosit
Cabot Ring
o
o
o
o
Howell Jolly
Leptosyt
Papenheimer
Sickle Cell
Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.
Reaksi haemoglobin dengan O2 menjadikanya sebagai suatu sistem pengangkut
O2 yang tepat.Hem yang merupakan ssusunan dari porfirin dengan inti fero.
Masingmasing dari tiap atom fero. Dalam pengikatan ini ion besi tetap berbentuk
ferro karenaitu reaksi yang terjadi dengan O2 adalah reaksi oksigenasi. Hb4 + 4
O2 Hb4O. Reaksi pengikatan ini berlangsung sangat cepat dan membutuhkan
waktu kurang dari0,01 detik Pada proses pengikatan O2 terbentuklah konfigurasi
rilex yang akan memaparkan lebih banyak tempat pengikatan O2. Dapat
meningkatkan affinitas terhadap O2 hingga 500 kali lipat. Pada reaksi
deoksihemoglobin unit globin akanterikat erat dalam konfigurasi tense / tegang
yang akan menurunkan affinitas terhadap O2.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengikatan
antara
oksigen
dan
hemoglobinadalah suhu, pH, dan 2,3 bifosfogliserat. Peningkatan pada suhu dan
penurunan pHakan menggeser kurva ke kanan. Jika kurva bergeser kanan maka
akan diperlukan PO2 yang lebih tinggi agar hemoglobin dapat mengikat sejumlah
O2. Penurunan suhudan peningkatan pH menggeser kurva oksigen ke kiri dimana
diperlukan lebih sedikit PO2
untuk mengikat sejumlah O2. Berkurangnya affinitas terhadap O2 ketika pH
darahturun sering disebut sebagai reaksi Bohr 2,3 bifosfogliserat banyak
terdapat pada eritrosit, merupakan suatu rantai anion bermuatan tinggi yang
berikatan pada -deoksihaemoglobin. Peningkatan 2,3 bifosfogliserat akan
menggerser kurva ke kanan yang akan mengakibatkan banyak O2 yang dilepas
ke jaringan. 2,3 bifosfogliserat akan menurun jika pH darah turun akibatdari
terhambatnya proses glikolisis. Hormon tiroid, pertumbuhan dan androgen
akanmeningkatkan kadar 2,3 bifosfogliseratMendaki ke prmukaan yang lebih
tinggi akan meningkatkan kadar 2,3 bifosfogliserat sehingga terjadi peningkatan
penyediaan O2 pada jaringan, hal initerjadi karena meningkatnya pH
darah.Kadar 2,3 bifosfogliserat akan meningkat pada anemia dan penyakit
yangmenimbulkan hipoksia kronik. Keaadaan ini akan memudahkan
pengangkutan O2 ke jaringan melalui peningkatan PO2 saat O2 dilepaskan di
kapiler perifer.
LI 3 MM Anemia
LO 3.1 definisi
Keadaan dimana massa eritrosit dan atau massa hemoglobin yang beredar tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
LO 3.2 klasifikasi
Ada dua klasifikasi:
1.Klasifikasi morfologik: dilihat dari morfologi eritrosit pada pemeriksaan apusan
darah tepi atau dengan melihat indeks eritrosit.
A. anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl; MCH , 27 pg)
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalassemia
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
B. anemia normokromik normositer (MCV 80 95 fl; MCH 27 34 pg)
1. Anemia pascaperdarahan akut
2. Anemia aplastik hipoplastik
3. Anemia hemolitik terutama bentuk yang didapat
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia mieloptisik
6. Anemia pada gagal ginjal kronik
7. Anemia pada mielofibrosis
8. Anemia pada sindrom mielodisplastik
9. Anemia pada leukimia akut
C. anemia makrositer (MCV > 95 fl)
1. Megaloblastik
a. Anemia defisiensi folat
b. Anemia defisiensi vitamin B12
2. Nonmegaloblastik
a. Anemia pada penyakit hati kronik
b. Anemia pada hipotiroid
c. Anemia pada sindroma mielodisplastik
2.klasifikasi etiopatogenesis: yang berdasarkan etiologi dan patogenesis
terjadinya anemia
A. produksi eritrosit menurun
1. Kekurangan bahan untuk eritrosit
a. Besi: anemia defisiensi besi
b. Vitamin B12 dan asam folat, disebut sebagai anemia megaloblastik
2. Gangguan utilisasi besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan jaringan sumsum tulang
a. Atrofi dengan penggantian oleh jaringan lemak: anemia aplastik/hipoplastik
b. Penggantian oleh jaringan fibrotik/tumor: anemia
leukoeritroblastik/mielodisplastik
4. Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui
a. Anemia diseritropoietik
b. Anemia pada sindrom mielodisplastik
B. Kehilangan eritrosit dari tubuh
1. Anemia pascaperdarahan akut
2. Anemia pascaperdarahan kronik
C. peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Antibodi terhadap eritrosit:
i. Autoantibodi-AIHA (autoimmune hemolytic anemia)
ii. Isoantibodi-HDN (hemolytic disease of the newborn)
b. Hipersplenisme
c. Pemaparan terhadap bahan kimia
d. Akibat infeksi bakteri/parasit
e. Kerusakan mekanik
2. Faktor intrakorpuskuler
a. Gangguan membran
i. Hereditary spherocytosis
ii. Hereditary elliptocytosis
b. Gangguan ensim
i. Defisiensi pyruvate kinase
ii. Defisiensi G6PD
c. Gangguan hemoglobin
i. Hemoglobinopati struktural
ii. Thalassemia
D. Bentuk campuran
E. bentuk yang patogenesisnya belum jelas
LO 3.3 etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan
tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab
anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan.
Gejala anemia
LO 3.5 gejala
1. gejala umum anemia
a. Sistem kardiovaskuler: 5L, palpitasi, takikardi, sesak waktu kerja, angina
pectoris dan gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang
kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu, perasaan dingin pada ekskreitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
2. gejala khas masing-masing anemia
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
Negatif
Anemia
akibat peny.
Kronik
/N
/N
/N
Positif
Trait
thalassemia
Anemia
sideroblastik
Normal
Normal/
Positif kuat
/N
/N
Normal
Normal/
Positif dengan
ring
sideroblast
Protoporfirin
eritrosit
Feritin
Serum
normal
normal
<20 g/dl
>50 g/dl
>50 g/dl
Elektrofoesis
Hb
transferin
Normal
20 200
g/dl
N
Hb. A2
<15%
10 20 %
>20%
>20%
MCV
MCH
Besi serum
TIBC
Saturasi
Besi sumsum
tulang
LO 4.7 penatalaksanaan
Mengetahui faktor penyebab : riwayat nutrisi, kelahiran, adanya perdarahan
yang abnormal, pasca pembedahan
Preparat besi : yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonas, ferous fumarat dan
ferous suksinat. Dosis besi elemntal 4 - 6 mg/kgBB/hari. Respon terapi dengan
menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulam yaitu kenaikan kadar Hb
sebesar 2g/dl atau lebih. Bila respon baik lanjutkan sampai 2 - 3 bulan.
Komponen besi elemental : Ferous fumarat : 33% merupakan besi elemental
Ferous glukonat : 11,6% besi elemental
Ferous sulfat : 20% merupakan besi elemental
Transfusi darah : Jarang diperlukan, hanya bila kadar Hb < 4 g/dl. Komponen
yang diberi PRC
LO 4.8 pencegahan
- Asi eksklusif selama 6 bulan
- Menunda pemberian susu sapi sampai usia 1 tahun
- Menggunakan sereal/ tambahan makanan yang difortifikasi (diberi tambahan
suplemen besi) tepat waktu yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun
- Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum
preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari bahan yang
menghambat absorbsi besi seperti teh, fosfat dan fitrat pada makanan.
- Menghindari minum susu berlebihan dan meningkatkan makanan yang