Anda di halaman 1dari 5

Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.

:






Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wataala, Rabb yang telah mengutus kepada kita
sebaik-baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya
tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain
Allah Subhanahu wataala semata yang memiliki al-asmaul husna. Saya juga bersaksi
bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang
telah menyampaikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di
atas agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah diajak
kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini telah diingatkan darinya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad
beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wataala dengan sebenarbenar takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu
bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan
tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar maruf
nahi mungkar.
Jamaah jumah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang

semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda,








Sesungguhnya Allah Subhanahu wataala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci
dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wataala meridhai kalian agar beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan
agama Allah Subhanahu wataalasemuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar
menasihati orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah)
membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak
bertanya, dan membuang-buang harta. (HR. Ahmad dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu
wataalameridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan
berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar
kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu
wataala dan berlepas diri dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang
harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan
seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat
amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak
bernilai di sisi Allah Subhanahu wataala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk
mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,










Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf:
59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wataala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar
kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena
itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam dan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan
ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak
dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal
tersebut tidak berarti diperbolehkan. Allah Subhanahu wataala telah memberikan jalan
keluar ketika terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,











Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik
akibatnya. (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbedabeda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram
dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman
Allah Subhanahu wataala,


Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka
(Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (alBayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wataala berfirman,



Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat. (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru
perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan.
Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang
satu, yaitu dengan
kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam
akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan
dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun
dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecahbelah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan

kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.
Khutbah Kedua







.






:

Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wataala ridha untuk kita menjalankannya
adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan
kebaikan untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan
masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang
memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa
dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. Allah Subhanahu wataala ridha kepada
kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang maruf serta untuk tidak
melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak bertentangan dengan syariat
AllahSubhanahu wataala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti
para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh
baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk
mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil
dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat
adalah karunia Allah Subhanahu wataala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa
yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa
tidak aman, dan ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi
sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka

dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami
dan diamalkan.
Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan
mendatangkan kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam
kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai