Disusun oleh:
Jonathan Ekaputra
1406566691
Nathaniel Argus
1406567845
Barneus W.S.
1406607760
Prana Batubara
1406532040
Eviana
1406556685
Fianna Utomo
1406552894
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya lah
kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini disusun sebagai tugas MPK Agama Kristen
Protestan semester 2 Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang berisikan pembahasan
mengenai Sains dan Agama. Kami merancang makalah ini dengan harapan agar makalah
ini dapat menjadi referensi bagi orang lain yang sedang mempelajari topik ini. Makalah ini
juga ditujukan untuk memberikan informasi mengenai permasalahan antara sains dengan
agama yang seringkali menjadi pergumulan yang berat pada saat ilmu pengetahuan dan iman
dihubungkan.
Kami juga ingin berterimakasih kepada Bapak Joel Betakore selaku dosen yang
membimbing kelas MPK Agama Kristen Protestan yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Tim penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...i
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISI..iii
BAB 1. PENDAHULUAN.1
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
BAB 2. ISI..3
2.1 Apa Itu Agama?
10
12
BAB 3. PENUTUP.15
3.1 Kesimpulan
15
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSAKA...16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling agung. Manusia memiliki akal
budi, kreativitas, dan moral. Hal ini dapat terjadi karena sesungguhnya Allah telah
menanamkan sifat sifat ini pada diri manusia. Kejatuhan Adam dan Hawa didalam
dosa membuat manusia kehilangan esensi dari kreativitas itu sendiri. Manusia
kehilangan bagamimana seharusnya menciptakan sesuatu tetapi tetap dalam batasan
kebebasan yang ditetapkan oleh Allah.
Kejatuhan manusia didalam dosa mempengaruhi segala aspek hidup manusia.
Mulai dari cara berpikir, berkreativitas, dan bermoral. Salah satu hasil pemikiran
manusia yang paling fenomenal adalah teori evolusi. Teori evolusi merupakan teori
yang dikemukakan oleh Charles Robert Darwin dalam bukunya yaitu The Origin of
Species. Dalam bukunya Darwin menjelaskan bahwa manusia berasal dari primata
atau sejenis kera. Hal ini menjadi sebuah pertentangan antara kaum agama dengan
kaum ilmuwan. Karena kaum agama khususnya islam dan kristen beranggapan bahwa
manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling agung. Merupakan suatu hal yang
tidak beretika jika beranggapan bahwa nenek moyang manusia adalah primata atau
sejenis kera.
Teori ini muncul ketika doktrin geosentris dipatahkan dengan doktrin
heliosentris. Hal ini membuat tingkat kepercayaan masyarakat akan gereja berkurang.
Timbul anggapan bahwa seseorang yang datang ke gereja bukanlah merupakan orang
dengan tingkat intelektualitas tinggi. Oleh sebab itu pada zaman teori evolusi ini
muncul banyak orang yang langsung percaya akan kebenaran akan teori Darwin,
khususnya bagi kaum atheis. Walaupun pada akhirnya Darwin sendiri mengakui
bahwa masih terlalu banyak asumsinya yang tidak dapat dibuktikan namun demikian
sudah banyak orang yang terlanjur mengerti teori evolusi sebagai kebenaran secara
ilmiah.
Pengertian tentang agama dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang
memiliki peran yang sangat krusial dalam kehidupan manusia. Hubungan akan
keduanya menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui karena mempengaruhi
cara pandang hidup manusia. Sebagai contoh pengaruh teori evolusi Darwin yang
masih dirasakan hingga saat ini. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan
1
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami hubungan antara ilmu
pengetahuan dengan agama. Karena agama dan ilmu pengetahuan sama sama
mempunyai dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan tidak dapat di bantah
bahwa terdapat sebuah hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama. Oleh sebab itu
melalui makalah ini pembaca diharapkan dapat lebih lagi memahami tentang
hubungan keduanya.
BAB II
ISI
Kepercayaan
1. Agama Wahyu
Agama wahyu adalah agama yang datangnya dari Tuhan. Disebut sebagai
wahyu karena pengertian yang tertulis dalam kitab agama tersebut merupakan firman
yang datangnya dari Allah, bukan intuisi, imajinasi, dan khayalan. Wahyu tersebut
biasa diberikan Tuhan kepada nabi atau rasul.
2. Agama Bumi
Agama bumi tidak mengenal akan surga atau neraka. Agama ini biasa disebut
agama primitif karena kemunculannya sudah ada sejak lama sekali. R.M. Lowie
mengatakan bahwa agama primitif dipengaruhi dan ditentukan bentuknya oleh
kesadaran tentang adanya hal yang misterius, supernatural, dan sesuatu yang luar
biasa.
1. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan
objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu
yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
ukuran kebenaran untuk segala hal dalam kehidupan sehari-hari dan seharusnya mengontrol
dan menyaring perkembangan ilmu pengetahuan, contohnya dalam proses penulisan Alkitab.
Yang mempunyai semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Acilla
Thelogia/abdi agama. Tumbuhnya dominasi iman atas ilmu pegetahuan kekristenan pada
abad pertengahan, di barat. Teologi yang menjadi acuan kehidupan iman orang kristen yang
di anggap ratu ilmu pengetahuan (queen of science).
Namun, para nabi menolak pengetahuan sekuler sehingga para tokoh gereja
menjatuhkan hukuman kepada Galileo karena dia mengatakan hal yang bertentangan, bahwa
bumilah yang mengelilingi matahari, bukan sebaliknya. Gelileo mengemukan temuan ilmu
pengetahuan, bahwa bumi mengelilingi matahari, maka gereja memegang otoritas kebenaran
teologi dan penemuan tersebut dianggap bertentangan dengan deskripsi Alkitab yang di
tafsirkan dengan literal (harfiah) yang dikenal dengan istilah Biblical Literalism. Akibatnya,
dalam zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan menjadi lambat.
Iman berfungsi sebagai norma kebenaran atau nilai-nilai tertinggi dalam kehidupan
orang beriman. Namun, iman kadang diartikan tidak harmonis dengan ilmu pengetahuan.
Penyebabnya adalah pendekatan yang salah terhadap Alkitab karena mempergunakan
pendekatan harafiah. Untuk menghindari hal tersebut dan supaya kita memahami hubungan
yang bermakna antara iman dan ilmu pengetahuan dari sudut pandang etika Kristen, maka :
a. Alkitab tidak boleh diperlakukan atau dituntut untuk memenuhi kriteria buku teks
ilmu pengetahuan.
b. Alkitab tidak boleh dipahami secara harafiah.
c. Alkitab harus diteliti dalam konteks bahasa asli dan naskah yang mendekati.
d. Meyakini Alkitab itu ditujukan untuk orang yang terdahulu dan pada masa kini.
e. Mengetahui bahwa Alkitab dalam pembuatannya menggunakan konsep dan sarana
zaman penulisan.
Iman dan ilmu pengetahuan seharusnya saling terbuka dan saling menghormati dan
perbedaan juga persamaan diantara keduanya harus dipahami sehingga keduanya bisa saling
mengisi dalam kehidupan manusia yang berilmu dan beriman. Kita juga harus menerapkan
9
analisis dan filosofis ilmu pengetahuan terhadap data keagamaan mengingat bahwa ruang
lingkup kerja ilmu pengetahuan dan tekhnologi terbatas yaitu dimulai dan berakhir pada
pengalaman manusia dan ilmu pengetahuan tekhnologi mempunyai keterbatasan legitimasi
yang tidak selamanya yang dibicarakannya itu benar. Meskipun tekhnologi kita butuhkan
untuk hidup dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap kita sebagai mahasiswa Kristen
terhadap perkembangan tekhnologi adalah tidak seharusnya orang Kristen mendewa-dewakan
tekhnologi karena tekhnologi bisa menjadi ancaman bagi kesejahteraan manusia dan kita
harus mendukungnya dengan sikap kritis, sikap yang mendukung dan harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, serta peduli akan pendidikan agar lingkungan hidup
terpelihara dan keadilan sosial terjamin.
11
materialisme
ilmiah
dan literalisme
alkitabiah. Penganut
materialisme ilmiah mengklaim bahwa dunia hanya terdiri dari materi semata, tidak
ada ruang bagi jiwa, roh atau Allah. Mereka juga mengklaim bahwa sains adalah
sebagai satu-satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan yang sebenarnya,
sedangkan agama tidak bisa mengungkapkan segala sesuatu yang benar-benar
berharga tentang hidup manusia. Sementara itu, penganut literalis alkitabiah percaya
bahwa Alkitab harus dibaca secara harfiah, tanpa penafsiran dan bahwa Alkitab itu
sendiri memberikan pengetahuan yang benar tentang dunia, kemanusiaan, dan Allah.
Mereka sering memandang sains sebagai tantangan terhadap keyakinan alkitabiah.
2. Kemandirian
Mengukuhkan bahwa sains dan agama menggunakan metode yang berlawanan
dan bahasa yang berbeda. Disinilah sains dan agama tetap tinggal terpisah sama sekali
satu dengan yang lain. Jadi, tidak ada konflik, tetapi juga tidak ada hubungan.
Beberapa pakar berargumen bahwa sains dan agama menggunakan metode penelitian
yang sama sekali berbeda, misalnya akal lawan iman dan bahwa sains berdasarkan
fakta, sedangkan agama berdasarkan nilai. Sains objektik, sedangkan agama subjektif.
Sains dapat dipalsukan, tetapi agama tidak. Bahasa ilmiah mengacu pada gambaran
tentang dunia ini, tetapi agama menggunakan bahasa untuk menggambarkan emosi,
harapan, dan kepercayaan.
3. Dialog
Sebagai medel untuk menghubungkan sains dan agama mencakup pertanyaanpertanyaan
seputar
batas
dan
kesejajaran
metodologi.
Walaupun
sains
mengungkapkan banyak hal tentang dunia, ada beberapa pertanyaan yang terletak
diujung atau batas sains, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan sains, tetapi ia
sendiri tidak pernah mampu menjawabnya. Apabila alam semesta memiliki awal,
apakah yang terjadi sebelum itu? Mengapa manusia merasakan belas kasihan?
12
Mengapa alam semesta itu ada? Pihak lain mengklaim bahwa cara-cara yang
digunakan sains untuk menguji teorinya tidak seluruhnya berbeda dari yang
digunakan teologi. Keduanya menggunakan data(fakta-fakta empiris untuk sains,
kitab suci, pengalaman religius, liturgi untuk agama). Keduanya melibatkan
komunitas cendekiawan yang bekerjasama untuk menemukan apa yang benar,
keduanya menggunakan akal dan juga nilai-nilai estetika untuk memilih sekian
banyak teori yang bersaing satu sama lain( dalam teologi, teori disebut doktrin) dan
seterusnya.
4. Integrasi
Mencakup teologi natural, teologi tentang alam dan sintesis sistematis.
Teologi natural adalah upaya untuk memulai dengan dunia dan menemukan sesuatu
tentang Allah, bahwa Allah ada, hakikat Allah, kehendak Allah dan maksudnya.
Suatu teologi natural mulai dengan teologi dan berupaya menggabungkan kedalamnya
temuan-temuan sains. Teologi natural melibatkan perumusan ulang teologi dari sudut
temuan-temuan itu. Tujuan sintesis sistematis adalah penggabungan teologi dan sains
ke dalam suatu kerangka tunggul. Sintesis sistematis ini sering menggabungkan
keduanya dengan menggunakan sistem metafisika tunggal, misalnya metafisika
proses seperi yang berasal dari filsafat Alfred North Whitehead atau metafisika
Thomistik. Dengan cara ini, konsep-konsep seperi ruang, waktu , materi, kausalitas,
pikiran, roh, bahkan Allah digunakan dengan cara-cara serupa baik dalam teori dan
penelitian teologis maupun ilmiah.
Pada kenyataanya memang tidak bisa mencampuradukkan pola pikir sains dan agama.
Terdapat perbedaan cara pikir agama dengan sains. Agama memang mengajarkan untuk
menjalani agama dengan penuh keyakinan. Sedangkan sebaliknya dalam sains, skeptisme dan
keragu-raguan justru menjadi acuan untuk terus maju, mencari dan memecahkan rahasia
alam. Sains seharusnya memang dapat diuji dan diargumentasi oleh semua orang tanpa
memandang apapun keyakinannya. Semua penganut agama harus memahami bahwa bumi
berputar mengelilingi matahari, dan bukan sebaliknya. Semua penganut agama harus paham
bahwa sinar matahari dapat dikonversi menjadi energi. Karena hal ini memang terbukti
melalui pendekatan sains. Belajar sains adalah juga belajar untuk memahami hakekat
kehidupan manusi, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Dengan belajar sains, kita
13
belajar untuk rendah hati. Oleh karena itu, pembelajaran sains seyogyanya ditujukan untuk
peningkatan harka kehidupan menusia sebagai penghuni alam semesta ini. Dan hal ini telah
secara eksplisist dikemukakan dalam semua kitab suci agama, tanpa perlu diperdebatkan atau
dikait-kaitkan dengan kaedah sains.
Sains sebenarnya dapat mempertebal keyakinan dan keimanan. Namun demikian
iman juga dapat digoyahkan oleh sains seandainya dicampuradukkan dengan pemahaman
agama. Pengkaitan fenomena alam dengan ayat-ayat suci secara serampangan bisa jadi malah
akan memberikan pemahaman yang salah. Bagi para agamawan yang kurang memahami
sains, tindakan itu akan menyesatkan. Sebaliknya, mengkaitkan sains dengan agama oleh
mereka yang tidak atau kurang dibekali agama, bisa membuat kesimpulan yang diambil
menjadi konyol dan menggelikan. Bila para ilmuwan perlu mempelajari dan mendalami
agama, para agamawan juga seharunya mempelajari ilmu pengetahuan alam. Dengan
demikian tidak terjadi benturan yang terlalu besar, atau jarak yang terlalu lebar, yang
memisahkan kedua prinsip dan sudut pandang antara sains dan agama.
Albert Einstein berkata dalam salah satu pidatonya bahwa ilmu pengetahuan tanpa
agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta. Melalui ungkapan Einstein tersebut,
tergambar bahwa sains dan agama adalah dua kajian yang berbeda, namun keduanya samasama memiliki peran yang signifikan bagi kehidupan manusia. Kelahiran agamalah yang
menjadikan umat manusia memiliki keimanan sehingga menjadikan hidupnya lebih terarah,
beretika, bermoral, dan beradab. Sementara itu, sains memberikan banyak ilmu pengetahuan
bagi manusia. Dengan semakin berkembangnya sains, akan memajukan dunia dengan
berbagai penemuan yang gemilang serta memberikan kemudahan fasilitas yang sangat
menunjang keberhasilan hidup manusia.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melalui pemaparan di atas, kami menyimpulkan bahwa agama dan sains merupakan
dua hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Keduanya dibutuhkan
manusia untuk tetap bertahan hidup. Meskipun sering bertentangan, baik agama dan sains
adalah dua aspek nilai dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Sains sebenarnya dapat mempertebal keyakinan dan keimanan. Namun
demikian iman juga dapat digoyahkan oleh sains seandainya dicampuradukkan dengan
pemahaman agama.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, kami menyarankan agar para pembaca dapat terus
mempertahankan imannya di tengah dunia yang semakin memuja teknologi ini.
Perkembangan sains yang begitu pesat harus diimbangi dengan perkembangan iman (agama),
karena Tuhanlah yang memberikan manusia akal budi untuk berpikir dan dapat memahami
ilmu pengetahuan. Tanpa adanya anugerah dari Tuhan, kita tidak dapat mengembangkan
sains hingga secanggih sekarang. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein bahwa Ilmu
pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Manusia dan Agama staff.uny.ac.id/sites/default/files/PAI - 1 Manusia dan
Agama_0.pdf (21 Mei 2015)
Anonim. Religiusitas.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23300/3/Chapter%20II.pdf (21 Mei 2015).
Asali,
Budi.
Kristen
dan
Agama
www.golgothaministry.org/katekisasi/katekisasi_04.htm (21 Mei 2015)
Lain.
Nolanda, Angelina. Hubungan Iptek dengan Firman Allah. Diakses di http://angelinalondafisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-74692-agamaHubungan%20Iptek%20Dan%20Firman%20Allah.html#ixzz3ajcTX0Y5 pada Kamis, 21
Mei 2015 pukul 09.07
Peters, Ted dan Gaymon Bennett (eds.). 2006. Bridging Science and Religion. Cetakan ke 2.
Diterjemahkan oleh: Pattinasarany, J.C. Jakarta: Gunung Mulia
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief
Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008
Stephani,
Esra.
Evaluasi
Halaman
317-318.
Diakses
di
http://esrastephani.blogspot.com/2009/11/evaluasi-hal-137-138.html pada Kamis, 21 Mei
2015 pukul 09.04
Suparman, Hendi. Makalah Ipteks dalam Konteks Kristen.
Diakses di
http://hendisuparman20.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
pada 19 Mei 2015 pukul 18.22
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.
Modul MPK Agama Kristen Universitas Indonesia Pokok Bahasan IV Iman, Budaya, dan
Ipteks
16