Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan kondisi seseorang yang ditandai
dengan kegagalan untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
fisiologisnya. Lansia merupakan tahapan akhir dari suatu proses dengan
ditandai

adanya

penurunan

kemampuan

untuk

beradaptasi

dengan

lingkungannya (efendi,2009). WHO menyatakan klasifikasi lansia terdiri dari


usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun,
lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) > 90 tahun. Jadi
seseorang yang telah mencapai usia 65 tahun atau lebih dapat dikatakan
sebagai lansia (nugroho,2009).
Lansia ditandai dengan adanya penuaan. Penuaan merupakan proses
alamiah yang berjalan terus- menerus dan berkelanjutan serta terjadinya
perubahan anatomis, fisiologis bahkan biokima dalam tubuh yang
mempengaruhi fungsi serta kemampuan tubuh secara umum. Penurunan
kognitif, kemunduran konsentrasi serta orientasi tempat, ruang dan waktu
merupakan kemunduran yang sering terjadi pada usia lanjut. Masalah
kesehatan merupakan salah satu masalah kesehatan populasi pada lansia.
Infeksi akut paru (pneumonia) dan kardiovaskuler merupakan penyakit yang
paling banyak ditemui pada lansia, namun bukan berarti penyakit lain seperti
penyakit kronis atau degeneratif tidak menyertainya (maryam,2008).
Salah satu penyakit degeneratif adalah diabetes mellitus (DM).diabetes
mellitus disebabkan karena meningkatnya kadar gula dalam darah secara
berkelanjutan atau terus menerus yang diakibatkan karena kekurangan
insulin didalam tubuh baik secara kuantitatif maupun kualitatif (tapan,2005).
Penyakit diabetes mellitus ini disebabkan karena gangguan pada sistem
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Terganggunya
metabolisme tersebut mengakibatkan produksi insulin menurun, insulin

diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi energi serta sistesis lemak
(lanywati,2001). Kondisi tersebut akan membuat penderitanya menjadi lemas,
komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah kerusakan pembuluh
darah, jantung, ginjal, saraf dan mata (tapan,2005).
Sesuai hal yang telah diuraikan diatas,

manajemen

asuhan

keperawatan pada lansia dengan masalah diabetes mellitus sangat diperlukan.


Manajemen asuhan keperawatan ini dapat membantu pasien maupun
mahasiswa keperawatan dalam mengelola pasien dengan masalah diabetes
mellitus.
B. Tujuan umum
Mengelola dan membuat manajemen asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dengan masalah diabetes mellitus.
C. Tujuan khusus
1. Mengatahui penyakit diabetes mellitus serta cara perawatannya
2. Mampu mengelola pasien lansia dengan masalah kesehatan dengan
depresi
3. Mampu mengelola pasien lansia dengan masalah kesehatan dengan
gangguan tidur
4. Mampu mengelola pasien lansia dengan masalah kesehatan dengan
gangguan nutrisi
5. Mampu mengelola pasien lansia dengan masalah kesehatan dengan resiko
jatuh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DIABETES MELLITUS
A. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolism karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis (Brunner, 2002).


Sumber lain mengatakan Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin. Kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan berupa organ tubuh, terutama mata, ginjal saraf,
jantung dan pembuluh darah (Sudoyo, 2007).
B. Epidemiologi
Diabetes Mellitus yang memprihatinkan dan merupakan salah satu
penyakit kronis di mata pemerintah Indonesia maupun dunia. Fakta-fakta dan
kondisi yang ada saat ini di lingkungan mengenai penyakit Diabetes Mellitus
(Almatsier, 2007):
1. Diabetes adalah penyakit yang bisa menyebabkan komplikasi serius
seperti jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi kaki.
2. Pada tahun 2000, sekitar 150 juta jiwa di dunia mengidap Diabetes
Mellitus.
3. Pada tahun 2005, penderita Diabetes Mellitus meningkat hampir 2 kali
lipat dari statistik tahun 2000.
4. Pada tahun 2005 penderita Diabetes Mellitus di indonesia mencapai 12
juta jiwa.
C. Etiologi Diabetes Melitus
Pada diabetes mellitus, tubuh kekurangan insulin sehingga untuk
pengaturan kadar gula darah menjadi tidak seimbang, meskipun kadar gula
darah sudah tinggi, pemecahan protein dan lemak menjadi glukosa
(glukoneogenesis) dihati tetap tidak bisa dihambat ( karena insulin kurang)
sehingga kadar gula darah semakin meningkat. Akibatnya terjadi gejala gejala khas diabetes mellitus, yaitu : poliuria, polidipsi,polifagia.
Khusus diabetes yang banyak dijumpai adalah NIDDM, yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Pada
awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel

pangkreas masih dapat mengkompensasi sehingga terjadi hiperinsulinemia,


kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat memenuhi criteria
diabetes mellitus. Adanya kelainan dasar pada NIDDM adalah resistensi
insulin, kenaikan produksi insulin dihati, sekresi insulin yang kurang.
(Waspadji 1999)
Sumber lain mengatakan penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya
produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak
dapat bekerja secara normal. atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin
berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60 120
mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/ dl pada dua jam sesudah makan
( orang normal) (Tjokropawiro, 2001)
Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil
atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pangkreas
yang berfungsi menghasilkan insulin. ada beberapa faktor yang menyebabkan
diabetes mellitus sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa sebagian besar diabetes mellitus
memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes
yang sudah dewasa, lebih dari 50 % berasal dari keluarga yang menderita
diabetes mellitus. Maka diabetes mellitus cenderung diturunkan tidak
ditularkan. Sesuai dengan ilmu genetika, bibit diabetes mellitus
mengunakan simbol D untuk normal dan symbol d untuk resesif Diabetes
mellitus merupakan penyakit yang terpaut oleh kromosom seks.
b. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini
dapat menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik
pada sel beta yang mengakibatkan destruksi (perusakan sel) juga melalui
reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
c. Bahan Toksin atau Beracun

Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk
dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong
yang merupakan sumber kalori utama kawasan tertentu. Singkong
mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan sianida
sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh. Sianida dapat
menyebabkan kerusakan pangkreas yang akhirnya menimbulkan gejala
diabetes mellitus jika disertai dengan kekurangan protein. Karenannya
protein dibutuhkan dalam proses detoksikasi sianida.
d. Nutrisi
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan
nutrisi, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang
berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui
menyebabkan diabetes mellitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya
Diabetes mellitus.
D. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan
sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau
Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang
sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak ada,
maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat
kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes mellitus tipe 1.

Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal,


bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan
sel kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya
kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa
dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan
DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,
kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan
jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM
juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.

E. Manifestasi klinis
Gejala Diabetes mellitus sangat bervariasi dan baru ditemukan pada saat
pemeriksaan penyaringan untuk penyakit selain diabetes mellitus. Umumnya
adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing terutama pada
malam hari(piliuria), dan sering lapar (polifagia), Berat badan naik, dapat
disertai dengan rasa mual, muntah. Gejala akut (mendadak) pada penderita
diabetes mellitus baru diketahui setelah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap Diabetes mellitus yang disebut gejala kronik atau menahun yang
disertai dengan tanda-tanda yaitu:
a. Kesemutan dan mati rasa (baal) yang diakibatkan neuropati,
b. kelainan ginekologi seperti keputihan yang diakibatkan adanya jamur
candida, kelainan kulit seperti gatal dan bisul didaerah genital atau lipatan
c.
d.
e.
f.

kulit seperti ketiak dan bawah payudara,


tubuh lemas dan mudah merasa lelah,
keluhan impotensi yang diderita kaum pria,
luka atau bisul yang tak kunjung sembuh,
katarak atau gangguan retreksi akibat perubahan-perubahan pada lensa

akibat hiperglikemia,
g. diabetes wanita hamil akan melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4kg.
F. Faktor resiko (Misnadiarly, 2006)
Faktor risiko untuk diabetes tipe 2
Identifikasi faktor risiko sangat

penting

untuk

keberhasilan

pelaksanaan program pencegahan primer. Faktor risiko untuk diabetes tipe 2


dapat diklasifikasikan sebagai dimodifikasi dan nonmodifiable. Subyek yang
kemudian mengembangkan diabetes memiliki perubahan yang merugikan
beberapa tingkat faktor risiko. Sebuah contoh yang baik adalah penelitian
kami dari 892 subyek Finlandia tua diikuti selama 3,5 tahun. Seperti
ditunjukkan dalam gambar 3 risiko tertinggi terkena diabetes dikaitkan dengan
IGT dan hiperinsulinemia. Selain itu, hipertrigliseridemia, obesitassentral, low
high-density lipoprotein (HDL) kolesterol, indeks massa tubuh yang tinggi,
hipertensi, dan riwayat keluarga diabetes merupakan faktor risiko untuk
diabetes.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko
tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan
lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi
yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap
tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 1. kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan Belum
pasti DM
110-199

>200

<90

90-199

>200

Kadar glukosa darah puasa

<110

110-125

>126

Plasma vena

<90

90-109

>110

Kadar

glukosa

DM
darah <110

DM

sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler

Darah kapiler

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :

1.

Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

2.

Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

3.

Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4.

Periksa glukosa darah puasa.

5.

Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit.

6.

Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.

7.

Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

(Mansjoer, 2007)
-

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan
kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika
terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada
hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang
berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara
pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang
satu dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4%
hingga 8%.

Pemeriksaan urin untuk glukosa


Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak
bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet

pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.


Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes
tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang

efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk
menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses
pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam
darah serta urin.(Price, 2005)
H. Penatalaksanaan
1. Obat obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
a. Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pancreas untuk
mengeluarkan insulin, golongan ini hanya bekerja bila sel sel beta utuh,
menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaranglukagon. Indikasi pemberian
obat golongan sulfoniluria adalah bila berat badan sekitar ideal kurang
lebih 10% dari berat badan ideal , bila kebutuhn insulin kurang dari 40
u/hari, bila tidak ada stress akut, seperti infeksi berat/perasi. (Junadi,
1982)
b. Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan
biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi noral dan
istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi. (junadi, 1982)
Efek samping penggunaan obat ini ( metformin) menyebabkan anoreksia,
nausea, nyeri abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien
dengan gangguan hati dan ginjal, penyalahgunaan alcohol, kehamilan atau
insufisiensi cardiorespiratory.
c. Alfa glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam
saluran cerna hingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus
dan tidak menyebabkan hipoglikemi dan idak berpengaruh pada kadar
insulin. Alfa glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas
metformin. Jika dibiarkan bersama pada orang normal.

d. Insulin sensitingzing Agent


Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
2. Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis yang
penting menurut cara kerjany, yakni menurut Junadi, 1982, diantaranya
adalah:
a. Yang kerjanya cepat : RI (regular Insulin) dengan masa kerja 2- 4 jam
contoh obatnya : Actrapid.
b. Yang kerjanya sedang: NPN, dengan masa kerja 6-12 jam.
c. Yang kerjanya lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya
18- 24 jam.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
dimulai dengan osis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine
dan glukosa darah.
Selalu dimulai dengan RI, diberikan 3 kali (misalnya 3x 8 unit)
yangdisuntikkan subkutan jam sebelum makan. Jika masih kurang dosis
dinaikkan sebanyak 4 unit per tap suntikan. Setelah keadaan atau lama PZI
mempunyai efek maksimum setelah 20 24 jam setelah penyuntikan.
PZI disuntik jam sebelum makan pagi dengan dosis 2/3 dari dosistotal
RI sehari. Dapat pula diberikan kombinasi RI dan PZI diberikan sekali
sehari. MIsalnya semula diberikan RI 3x 20 unit dapat diganti dengan
pemberian RI 20 dan PZI 30 unit.
3. Diet
1. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
a. Mencapai dan mempertahan kadar glukosa dasar mendekati kadar
normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d. Meningkatkan kualitas hidup.

2. Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:


a. Untuk menentukan diet kita harus tahu dulu kebutuhan energy dari
penderita Diabetes Militus. Kebutuhan itu dapat kita tentukan
sebagai berikut:
b. Pertama kita tentukan berat badan ideal pasien dengan rumus (Tinggi
Badan 100) 10% kg.
c. Kedua kita tentukan kebutuhan kalori penderita. Kalau wanita BB
ideal x 25. Sedangkan kalau laki laki BB ideal x 30.
d. Kalau sudah ketemu kebutuhan energy maka kita dapat menerapkan
makanan yang dapat dikonsumsi penderita diabetes militus dengan
berpatokan pada jumlah bahan makanan harian dari tiap makanan.
e. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung)yang dikonsumsi penderita
diabetes militus harus ditekankan adanya serat. Sumber serat yang
baik adalah baik buahan dan sayur sayuran.
f. lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner pada diabetes
militus. Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang
dan kalori lemak yang dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi
sepertiga dari total kalori lemak.
g. alcohol mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk
penderita

diabetes

militus.

Alcohol

dapat

memperburuk

hiperlipidemia, dan dapat mencetuskan hipoglikemia terutama jika


tidak makan.
h. natrium individu dengan diabetes militus dianjurkan tidak makan
lebih dari 3gr natrium setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan
cenderung akan timbul hiperensi.
i. bagi seorang muslim dianjurkan

berhenti

makan

sebelum

kekenyangan meskipun enak. Karena masih ada disekitar kita kaum


dhuafa yang membutuhkan makanan dari kita. Tuntunan ini selain
untuk mencegah kelebihan berat badan, kelebihan glukosa darah
juga dapat meningkatkan kualitashidup penderita untuk lebih
bermakna bagi orang lain.

4. Olah raga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensity
Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti,
otot otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE
minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang
lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya. Adanya
kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai
olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas dan harus didampingi
orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Penderita diabetes
militus yang memulai olahraga tanpa makan akan beresiko terjadinya
stravasi sel dengan cepat dan akan berdampak pada nekrosis sel.
Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00) karena
selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga
membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi.
Lebih baik lagi bagi seorang muslim bangun jam 03.30 untuk mendirikan
sholat malam sebagai sarana memperkuat mental dan jiwa serta
menimbulkan rasa optimism untuk hidup lebih berarti dihaddapan Allah
SWT Tuhan Yang Maha Kuasa. Olah raga yang teratur akan memperbaiki
sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah
sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel.
I. Komplikasi
a. Komplikasi yang bersifat akut
1. Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa
dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk
ke dalam sel.
2. Ketoasidosis

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari


sumber alternative untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada
glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
3. Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel karena banyak diekresi lewat urin.
b. Komplikasi yang bersifat kronik
1. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada
pembuluh darah besar dapat mengalami atherosclerosis sering terjadi
pada DMTTI/NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit
vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer.
2. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang
ditandai dengan penebalan dan kerusakan membrane diantara jaringan
dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang
terjadi neuropati,nefropati, dan retinopati.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan
fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus
dan glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria
ringan ke ginjal. Retinopati adanya perubahan dalam retina karena
penurunan protein dalam retina. Perubahan ini dapat berakibat
gangguan dalam penglihatan. Retinopati mempunyai dua tipe yaitu:
a. Retinopati background dimulai dari mikroneuronisma di dalam
pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b. Retinopati proliferative yang merupakan perkembangan lanjut dari
retinopati back ground, terdapat pembentukan pembuluh darah baru
pada retina akan berakibat pembuluh darah menciut dan
menyebabkan tarikan pada retina dan perdarahan di dalam rongga

vitreum. Juga mengalami pembentukan katarak yang disebabkan


oleh

hiperglikemia

yang

berkepangjangan

menyebabkan

pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.


3. Neuropati diabetika
Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolic
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik sarf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4. Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih
5. Kaki diabetic
Perubahan
mikroangiopati,

makroangiopati

dan

neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat


terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan sensasi
dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma
atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangrene.
II.

DEPRESI
A. PENGERTIAN
Depresi merupakan gangguan emosional yang mempengaruhi
perasaan tidak bahagia, terrekan, seddih merasa tidak berharga,
tidak bersemangat, tidak berarti dan psimis terhadap hidup. Depresi
pada lansia bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti kehidupan
ekonomi yang rendah, ketakutan akan diasingkan dari keluarga,
ketakutan tidak diperdulikan lagi, dan lain sebagainya.
Gejala biologis depresi yang sering muncul pada lansia
biasanya ditandai adanya perubahan pola tidur (penurunan jumlah
waktu tidur ddan sering terbangun dimalam hari), penurunan nafsu
makan dan berat badan, peruahan mood yang sering terjadi dalam
satu hari, kelambanan fisik dan mental, dan lain sebagainya.
B. TANDA DAN GEJALA
Pada umumnya, seseorang yang mengalami depresi dapat
ditandai dengan ciri-ciri berikut ini, yaitu:

Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk merasa

bahagia
Pesimis menghadapi masa depan
Memandang dirinya rendah
Mudah merasa bersalah dan berdosa
Mudah mengalah
Enggan bicara
Mudah merasa haru
Gerakan lamban
Mudah tegang
Serba cemas, khawatir, takut
Mudah tersinggung
Tidak ada kepercayaan diri
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang

akan dipakai pedoman adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala
penyerta lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya
episode depresi ulang ( Rusdi Maslim,2001 ).
1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
a. Efek depresi
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan
yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.
2. Gejala penyerta lainnya
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau
bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
C. KLASIFIKASI TINGKAT DEPRESI

Pedoman dalam mengkategorikan tingkatan depresi:


1. Pedoman diagnostic episode depresi ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya
kurang lebih 2 minggu
d. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
social yang biasanya dilakukannya
2. Pedoman diagnostic episode depresi sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada dua dan tiga gejala utama
b. Di tambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
c. Lamanya seruluh episode berlangsung minimum dua
minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
social, kerjaan dan urusan rumah tangga
3. Pedoman diagnostic episode depresi berat tanpa gejala psikotic
a. Semua tiga gejala utama depresi harus ada
b. Di tambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat
c. Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang
menyolok, maka pasien tidak mau/tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresi berat masih dapat di benarkan.
d. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
e. Kondisi psikologis klien yang depresi
Ciri-ciri kepribadian depresif tersebut di atas pada
setiap diri seorang tidak harus sama mencakup semua gejalagejala secara keseluruhan. Seseorang baru di katakan
mengalami gangguan depresi manakala yang bersangkutan
mengalami gangguan dibidang fisik (somatic) maupun psikis

sedemikan

rupa

sehingga

mengganggu

fungsi

dalam

kehidupannya sehari-hari.
D. PENANGANAN DEPRESI
Pada klien yang mengalami stress, kecemasan dan atau depresi
selain diberikan terapi psikofarmaka juga diberikan beberapa
terapi lain seperti :
1. Psikoterapi suportif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memberikan
motivasi,

semangat

dan

dorongan

agar

pasien

yang

bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta


percaya diri ( self confidence ) bahwa ia mampu mengatasi
stresor psiko sosial yang sedang dihadapinya.
2. Psikoterapi perilaku
Terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
perilaku yang maladaptive (ketidakmampuan beradaptasi)
akibat stresor psikososial yang dideritanya. Dari terapi ini
diharapkan klien yang bersangkutan dapat beradptasi dengan
kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara
wajar dalam kehidupannya sehari-hari dilingkungan sosialnya.
3. Psikoterapi keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kecemasan
dan atau depresi yang disebabkan oleh stresor psikosial faktor
keluarga. Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki
hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi
menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung bagi pemulihan pasien yang
bersangkutan. Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya
ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja, tetapi juga
terhadap anggota keluarga lainnya
4. Psikoterapi melalui pendekatan spiritual

Lansia

biasanya

memiliki

kecenderungan

akan

peningkatan pada aktivitas kegamaan karena diyakini agama


dapat memberikan jalan bagi setiap permasalahan yang
dialaminya. Pada saat lansia mengalami stress atau depresi,
inividu akan membtuthkan dukungan secara spiritual seperti
dengan sembahyang, mengaji dan aktivitas keagamaan lain
yang mampu memberikan perlindungan terhadap tubuh
(Hamid A, 2008). Dukungan spiritual ini dapat membantu
lansia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contohnya dengan memperbanyak dzikir, sembahnyang,
mengaji, pergi ke tempat ibadah, mengikuti kegiatan pengajian,
dan lain sebagainya.
Secara umum tujuan dari berbagai jenis psikoterapi adalah
untuk memperkuat struktur kepribadian, percaya diri, ketahanan
dan kekebalan baik fisik maupun mental serta kemampuan
beradaptasi dan menyelesaikan stresor psikososial pada diri
III.
IV.
V.

seseorang.
GANGGUAN TIDUR
KESEIMBANGAN NUTRISI
JATUH
a. Pengertian
Gangguan keseimbangan merupakan penyebab terbanyak
terjadinya jatuh pada lansia. Jatuh menyebabkan cedera fisik,
disability, hilang kemandirian dan terbatasnya kualitas hidup. Jatuh
merupakan kejadian yang tiba-tiba ataupun disertai dengan faktor
lainnya yang menyebabkan seseorang kehilangan kedaran atau
mendapatkan luka (Darmojo,2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek
yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan
tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau
kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik

yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam


keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006)
b. Faktor resiko penyebab jatuh (tamher,2009)
Pencahayaan :
- gelap/menyilaukan
- lokasi tombol lampu
Potensi kecelakaan :
- Lantai licin
- Keset
Perabotan :
- Tinggi kursi/meja
- Kursi tanpa pegangan
- Kekohan kursi/meja
- Letak perabot yang menghalangi
Tangga :
- Pencahayaan pada tangga
- Tombol lampu dekat tangga
- Kedudukan anak tangga yang tidak seragam
Toilet :
- Tanpa pegangan
- Ketinggian kloset tak sesuai
Kamar tidur :
- Ketinggian tempat tidur
- Letak kasur yang tidak kokoh
- Tempat tidur beroda tak terkunci
Dapur :
- Peralatan ditempatkan serampangan
- Kompor atau alat lain yang berisiko kecelakaan
c. Akibat jatuh dan komplikasi
Kerusakan fisik dan psikologis dapat terjadi karena berbagai
jenis cedera akibat jatuh. Patah tulang panggul, lengan atas dan pelvis
serta kerusakan jaringan lunak merupakan kejadi fisik yang paling
ditakuti dari kejadian jatuh. Syok setelah jatuh serta rasa takutakan
terjatuh lagi dapat menjadi dampak dari psikolonginya. Selian itu
hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari,
falafobia (fobia jatuh) juga menjadi konsekuensi dari kejadian jatuh itu
sendiri (stanley,2006)

Sedangkan darmojo, 2004 menyatakan adapun komplikasi dari


jatuh adalah :
Perlukaan (injury)
Rusaknya jaringan lunak dapat disebabkan kerana adanya
perlukaan ini, seperti luka robekan atau jaringan otot tertarik,

arteri/vena robek, patah tulang/fraktur.


Disabilitas
Penurunan mobilitas akibat disabilitas yang berhubungan
dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh
dapat terjadi seperti hilangnya kepercayaan diri serta

pembatasan gerak.
Meninggal dunia/ mati

d. Pencegahan Jatuh pada Lansia


Menurut Shobha (2005), pencegahan jatuh yang dapat
dilakukan oleh lansia antara lain sebagai berikut;
a. Latihan Fisik
Tujuan melakukan aktivitas fisik adalah meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan,
koordinasi,

dan

meningkatkan

reaksi

terhadap

bahaya

lingkungan. Latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik


yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya. Contonya adalah berjalan kaki, senam lansia,
dan latihan keseimbangan.
b. Magement obat-obatan
Mengurangi penggunaan obat yang sifatnya untuk waktu lama
misalnya obat tidur. Gunakan alat bantu berjalan jika memang
diperlukan selama pengobatan

c. Modifikasi Lingkungan
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panad atau terlalu
dingin untuk menghindari pusing
2) Taruh barang-barang yang memang sering diperlukan
berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi/jaga kebersihan
lantai agar tidak licin
4) Penerangan/cahaya memadai
5) Singkirkan barang-barang yang berserakan di lantai yang
biasa untuk melintas.
6) Jaga lantai agar tidak licin
7) Pasang pegangan tangan pada tempat yang diperlukan
misalnya kamar mandi
d. Memperbaiki Kebiasaan Lansia yang Buruk
1) Melakukan perubahan posisi dari posisi duduk atau
jongkok ke posisi berdiri jangan terlalu cepat
2) Jangan mengankat barang yang berat sekaligus
3) Ambil barang dengan cara yang benar dari lanti (dengan
cara jongkok, bukan membungkuk)
4) Hindari olahraga yang berat/berlebihan
e. Alas kaki
1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2) Jangan berjalan hanya dengan kaos kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3) Pakai sepatu antislip (alasnya kasar)
f. Alat Bantu Jalan

Gunakan alat bantu berjalan yang sesuai


g. Memelihara fungsi penglihatan dan pendenganran dengan baik
h. Memelihara kekuatan tulang
1) Berhenti merokok
2) Hindari konsumsi alcohol
3) Makan-makanan yang bergizi seperti buah, sayur, dan susu
untuk memelihara kekuatan tulang
e. Penanganan Jatuh Pada Lansia
Menurut Australian Government, Department of Health and
Ageing (2011) ada beberapa penanganan jatuh pada lansia antara lain:
a. Menolong diri sendiri jika jatuh
1) Tetap tenang
2) Periksa tubuh anda, apakah ada luka atau patah tulang
3) Jika anda terluka/mengalami cedera atau patah tulang maka
jangan bergerak dan tetaplah diam di tempat lalu teriak minta
tolong. Tetap tenang dan jangan panik
4) Jika tidak ada cedera/patah tulang, cari kursi/meja/tempat yang
kokoh di sekitar anda

5) Bergulinglah ke salah satu sisi

6) Merangkaklah atau geser tubuh ke kursi/meja/furniture yang


kokoh/kuat

7) Dengan posisi berlutut, letakkan lengan pada kursi dan pegang


erat

8) Letakkan salah satu lutut di depan dan lutut yang lain pada
lantai

9) Dorong ke atas dengan tangan dan kaki untuk mendekatkan


diri ke kursi. Putar bokong dan dekatkan ke kursi

10) Duduk dan istirahatlah sebelum mencoba bergerak/berpindah


kembali

11) Beritahu perawat anda jika ada telah terjatuh


b. Menolong Lansia Lain yang Jatuh
1) Jangan terburu-buru membangunkan orang yang terjatuh
2) Tenangkan lansia yang jatuh dan tenangkan diri sendiri
(penolong)
3) Periksa apakah ada cedera. Jika ada cedera segera panggil
bantuan

4) Jika lansia yang jatuh masih bisa bangun, ambil dua kursi
letakkan salah satu di dekat kepala dan satu lagi di dekat kaki
lansia yang jatuh.
Berikut ini adalah langkah-langkah menolong lansia
yang jatuh.
1) Pastikan lansia yang jatuh mampu bergerak dan melakukan
perintah

2) Penolong harus memandu dengan jelas, membantu lansia yang


jatuh untuk berguling ke salah satu sisi

3) Bantu lansia berlutut. Letakkan satu buah kursi di depan lansia.

4) Minta lansia untuk bertopang pada kursi tersebut dan arahkan


salah satu kaki ke depan, injakkan telapak kaki pada lantai.

5) Letakkan satu buah kursi lain di belakang lansia. Minta lansia


untuk sedikit mendorong diri ke belakang menggunakan

lengan dan kaki, kemudian duduk di kursi di belakang. Pandu


lansia untuk duduk, jangan mengangkat tubuh lansia.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama
2. Usia
3. Agama
4. Suku

: Ny. S
: 68 tahun
: Islam
: Jawa, indonesia

5. Jenis kelamin
: Perempuan
6. Nama wisma
: Panti wredha harapan ibu, ngaliyan
7. Pendidikan
: Sekolah dasar
8. Riwayat pekerjaan : Pekerja rumah tangga
9. Status perkawinan : Janda
10. Pengasuh wisma : Ny.khana
B. ALASAN BERADA DI PANTI
Klien mengatakan tidak punya siapa-siapa, tidak mempunyai saudara maupun
anak.Klien mengatakan berada dipanti karena sudah tidak mampu untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga.Klien diantar oleh majikannya masuk ke
panti wredha.
C. DIMENSI BIOFISIK
a. Riwayat penyakit (dalam 6 bulan terakhir)
Klien mengatakan tidak pernah sakit dalam beberapa bulan terakhir.Klien
mengatakan terkadang kepala terasa pusing dan sulit untuk tidur di malam
hari. Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit maag sejak masih
muda. Bila penyakit maag dirasa kambuh, klien meminta obat kepada
pengasuh. Pengasuh Panti mengatakan, Ny.S mempunyai riwayat
Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Selain itu klien juga mengatakan
sebelumnya pernah mengalami jatuh di kamar mandi namun klien sudah
lupa kapan tepatnya hal tersebut terjadi.
b. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mnegalami penyakit


maupun dirawat di rumah sakit. Klien mengatakan keluarganya meninggal
karena sudah usia tua dan tidak memiliki penyakit apapun. Klien
mengatakan sudah tidak mempunyai keluarga di Pati. Bapak klien sudah

meninggal lama. Ibu klien sudah meninggal karena sakit hipertensi. Kedua
saudara kandung klien sudah meninggal sejak klien masih remaja.
c. Riwayat pencegahan penyakit
1. Riwayat monitoring tekanan darah
Klien mengatakan mengecek

tensi

darah

jarang

sekali

dilakukan.Pengecekan tekanan darah dilakukan pada saat posyandu


lansia ketika Puskesmas datang berkunjung ke Panti Wredha.
Tanggal kontrol

Tekanan Darah

9 Juli 2015

140/80 mmHg

27 Juli 2015

110/70 mmHg

13 September 2015

130/80 mmHg

21 September 2015

140/100 mmHg

22 September 2015

140/90 mmHg

2. Riwayat vaksinasi
Klien mengatakan tidak mengingat kapan dia di vaksin apakah pernah
di vaksin apa tidak. Pengasuh panti juga mengatakan jika ada wabah
penyakit baru dilakukan vaksin.
3. Skrining kesehatan yang dilakukan
Pengasuh panti mengatakan kegiatan Posyandu yang diadakan satu
kali dalam sebulan meliputi pengontrolan tekanan darah, gula darah,
dan penimbangan berat badan.
Riwayat berat badan
Tanggal

Berat badan (Kg)

9 Juli 2015

30 Kg

27 Juli 2015

31 Kg

22 September 2015

30 Kg

d. Status gizi (IMT)


Antropometri :
BB : 30 kg
Tinggi lutut : 45 cm
Formula chumlea
TB

= 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut cm)


= 84,88 (0,24 x 68 tahun) + (1,83 x 45 cm)
= 84,88 16,32 + 82,35
= 150,91cm
= 1,509 m

IMT =
30 kg

Kurang

< 18,5

Normal

18,5 25,0

Lebih

> 25,0

1,509
= 13,157
Setelah dilakukan perhitungan IMT (indeks mass body) klien didapat
hasil 13,157 yang diinterpretasikan sebagai gizi kurang. Nilai normal dari
IMT ini adalah 18,5-25,0 sedangkan klien memiliki IMT yang kurang dari
nilai normalnya.
e. Masalah kesehatan terkait status gizi
Masalah pada mulut
Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan pada mulut.Klien
dapat memakan makanan yang diberikan oleh Panti Wredha dengan
pelan-pelan dan hati-hati karena gigi klien sudah tanggal dan tersisa 4
gigi.Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan dan kerongkongan
tidak terasa sakit ketika makan.

Perubahan berat badan


Klien mengatakan dahulu sewaktu masih muda, badan klien sehat
terasa berisi.Klien mengatakan saat ini porsi makan sudah cukup,
makan selalu dihabiskan namun badan tetap tidak ada perubahan.Klien
mengatakan pengasuh panti jarang menimbang berat badan dirinya.

Masalah nutrisi
Klien mengatakan tidak ada masalah pada saat makan. Klien
mengatakan jika makan telat dari waktu biasa makan, penyakit maag
akan kambuh. Ketika maag, perut hingga ulu hati terasa nyeri.Nyeri
terasa seperti tertusuk-tusuk.Klien tidak ada kesulitan saat makan.
Makan selalu dihabiskan dengan porsi yang cukup, klien tidak merasa
mual, tidak pernah muntah dan tidak ada kesulitan menelan.

f. Masalah kesehatan yang dialami saat ini


Klien mengatakan terkadang kepala terasa pusing dan berputar-putar.
Klien mengatakan penyebab pusing adalah dirinya yang sedang banyak
pikiran. Kepala yang terasa sakit sering menyebabkan klien sulit untuk
tidur di malam hari. Klien mengatakan jika telat makan, penyakit maag
kambuh dan perut hingga ulu hati terasa sakit sekali. Klien mempunyai
riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus
g. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Klien mengatakan memiliki penyakit maagh sehingga beliau harus minum
obat maagh setiap harinya. Namun beberapa hari terahir belum minum
lagi karena obat telah habis dan belum diberikan lagi.
h. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Klien mengatakan tidak sedang menjalani pengobatan atau terapi. Klien
mengatakan kondisinya baik-baiknya. Klien mengatakan tidak pernah
mendapat perawatan yang intensif dan sebagainya.
i. Status fungsional

Indeks Kemandirian Aktivitas Hidup Sehari-hari (INDEKS KATZ)


Nama klien/pasien

: Ny.S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: tidak tamat SD

Tanggal

: 21 September 2015

Umur

: 68 tahun

Gol.Darah

:-

Alamat

: Juwana, Pati. Jawa Tengah

Aktivitas

Mandiri

Tergantung (Skor 0) dengan Skor

(Skor 1) tanpa pengawasan, pengawasan, pengarahan, dan


pengarahan, atau bantuan orang bantuan orang lain
Mandi

lain
(Skor 1) melakukan mandi (Skor 0) perlu bantuan lebih 1
secara

mandiri

memerlukan
untuk

bagian

atau dari satu bagian tubuh, perlu

bantuan

hanya bantuan total

tertentu

saja

misalnya punggung atau bagian


Memakai

yang mengalami gangguan


(Skor 1) bisa memakai pakaian (Skor 0) perlu bantuan lebih 1

Pakaian

sendiri, kadang perlu bantuan dalam

Toletting/

untuk menalikan sepatu


bahkan perlu bantuan total
(Skor 1) bisa pergi ke toilet (Skor 0) perlu bantuan dalam 1

Tolilet

sendiri,

Berpindah

melakukan BAB, BAK sendiri


(Skor 1) bisa berpindah sendiri (Skor 0) perlu bantuan dalam 1

membuka

berpakaian

atau

pakaian, eliminasi

tanpa bantuan, alat bantu gerak berpindah dari bed ke kursi


diperkenankan

roda, bantuan dalam berjalan

Kontinensia (Skor

1)

bisa

mengontrol (Skor

eliminasi

sebagian

0)
atau

inkontinensia 1
total

baik

bladder maupun bowel


(Skor 1) bisa melakukan makan (Skor 0) perlu bantuan dalam 1

Makan

sendiri. Makan dipersiapkan makan, nutrisi parenteral


oleh oranglain diperbolehkan
Total poin = 6
Pembacaan hasil
Total Skor
6

Penilaian
Mandiri total

Kriteria
Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi
ke toilet, berpindah, kontinen, dan

5
4
3

Tergantung paling ringan

makan
Mandiri pada semua fungsi di atas,

Tergantung ringan

kecuali salah satu fungsi di atas


Mandiri pada semua fungsi di atas,

Tergantung sedang

kecuali mandi dan satu fungsi lainnya


Mandiri pada semua fungsi di atas,
kecuali mandi, berpakaian dan satu

Tergantung berat

fungsi lainnya
Mandiri pada semua fungsi di atas,
kecuali mandi, berpakaian, pergi ke

Tergantung paling berat

toilet dan satu fungsi lainnya


Mandiri pada semua fungsi di atas,
kecuali mandi, berpakaian, pergi ke

Tergantung total

toilet, berpindah dan satu fungsi lainnya


Tergantung pada 6 fungsi diatas

Berdasarkan hasil penilaian diatas dalam indeks KAZT didapatkan


hasil dengan total poin 6. Hal ini berarti klien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari dengan mandiri secara total, seperti mandiri dalam mandi,
berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinen, dan makan.

j. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Mobilisasi
Klien mengatakan dapat berjalan sendiri ke ruang-ruangan yang
terdekat seperti ke kamar mandi, ruang makan, aula dan halaman
panti. Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berjalan atau
berpindah. Klien dapat bangun dari tempat tidur sendiri dengan
berpegangan pada meja di sebelah tempat tidur. Klien mengatakan jika
ke kamar mandi pada malam hari, klien dapat pergi sendiri tidak perlu
ditemani orang lain. Klien tidak menggunakan alat bantu dalam
berpindah.

Berpakaian
Klien mengatakan dapat menyiapkan hingga memakai pakaian sendiri.
Klien jarang memakai sandal bila didalam ruangan. Klien dapat
memakai sandal dengan mandiri.

Makan dan minum


Klien mengatakan kegiatan makan dan minum dapat dilakukan secara
mandiri. Klien menyiapkan makan dibantu oleh pengasuh panti. Klien
dapat mengambil gelas minum disamping tempat tidur dengan
mandiri. Klien mengatakan makan selalu dihabiskan dan tidak ada
hambatan.

Toiletting
Klien mengatakan kegiatan BAK dan BAB dapat dilakukan secara
mandiri. Ketika klien merasa ingin buang air, klien dapat berjalan
sendiri menuju kamar mandi tanpa dibantu. Klien dapat membersihkan
anggota tubuh dengan benar.

Personal higiene
Klien mengatakan karena giginya sudah tanggal dan hanya bersisa 4
buah gigi, klien membersihkan giginya hanya dengan kain bersih.

Klien tidak menyikat gigi dengan sikat dan pasta gigi. Klien
membersihkan giginya setiap setelah mandi.

Mandi
Klien mengatakan dapat melakukan kegiatan mandi secara mandiri.
Klien mandi hanya sehari sekali yaitu pada saat pagi hari. Klien
mengatakan dapat menggosok semua anggota tubuh namun agak
sedikit susah karena otot sudah tidak kuat sewaktu masih muda. Klien
mandi menggunakan sabun dan keramas setiap seminggu sekali
menggunakan shampo.

k. Tes keseimbangan (balance test) dan fungsi koordinasi


Tes keseimbangan menggunakan BERG BALANCE SCALE
Nama : Ny. S
Tanggal : 21 september 2015
No
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

ITEM DESKRIPSI
Duduk ke berdiri
Berdiri tak tersangga
Duduk tak tersangga
Berdiri ke duduk
Transfer/berpindah
Berdiri dengan mata tertutup
Berdiri dengan kedua kaki rapat
Meraih kedepan dengan lengan terulur

SKOR (0-4)
4
3
4
3
4
4
2
3

9.
10.
11.
12.

maksimal
Mengambil objek dari lantai
Beralih untuk melihat kebelakang
Berbalik 360 derajat
Menempatkan kaki bergantian ke balok

4
3
1
2

13.

(step stool)
Berdiri dengan satu kaki didepan kaki 1

1.

yang lain
14. Berdiri satu kaki
TOTAL
INSTRUKSI UMUM

2
40

Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis


tes keseimbangan statisa dan dinamis dengan skala 0-4 (skala
didasarkan pada kualitas dan waktu yang diperlukan dalam
melangkapi tes). Alat yang dibutuhkan : stopwatch, kursi dengan
penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai, blok (step
stool) dan penanda. Waktu tes: 10 15 menit. Prosedur tes Pasien
dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria
yang dikembangkan oleh Berg.
1. DUDUK KE BERDIRI
Instruksi : Silahkan berdiri. Cobalah untuk tidak menggunakan
support tangan anda.
( ) 4 Mampu tanpa menggunakan tangan dan berdiri stabil
( ) 3 Mampu berdiri stabil tetapi menggunakan support tangan
( ) 2 Mampu berdiri dengan support tangan setelah beberapa kali
mencoba
( ) 1 Membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri stabil
( ) 0 Membutuhkan bantuan sedang sampai maksimal untuk dapat
berdiri
2. BERDIRI TAK TERSANGGA
Instruksi : Silahkan berdiri selama 2 menit tapa penyangga.
( ) 4 Mampu berdiri dengan aman selama 2 menit
( ) 3 Mampu berdiri selama 2 menit dengan pengawasan
( ) 2 Mampu berdiri selama 30 detik tanpa penyangga
( ) 1 Butuh beberapa kali mencoba untuk berdiri 30 detik tanpa
penyangga
( ) 0 Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa bantuan Jika subyek
mampu berdiri selama 2 menit tak tersangga, maka skor penuh
untuk item 3 dan proses dilanjutkan ke item 4
3. DUDUK TAK TERSANGGA TETAPI KAKI TERSANGGA
PADA LANTAI ATAU STOOL
Instruksi : Silahkan duduk dengan melipat tangan selama 2 menit.
( ) 4 Mampu duduk dengan aman selama 2 menit
( ) 3 Mampu duduk selama 2 menit dibawah pengawasan
( ) 2 Mampu duduk selama 30 detik
( ) 1 Mampu duduk selama 10 detik

( ) 0 Tidak mampu duduk tak tersangga selama 10 detik


4. BERDIRI KE DUDUK
Instruksi : Silahkan duduk.
( ) 4 Duduk aman dengan bantuan tangan minimal
( ) 3 Mengontrol gerakan duduk dengan tangan
( ) 2 Mengontrol gerakan duduk dengan paha belakang menopang
di kursi
( ) 1 Duduk mandiri tetapi dengan gerakan duduk tak terkontrol
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk duduk
5. TRANSFERS
Instruksi : Atur jarak kursi . Mintalah subyek untuk berpindah dari
kursi yang memiliki sandaran tangan ke kursi tanpa sandaran atau
dari tempat tidur ke kursi.
( ) 4 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan
minimal.
( ) 3 mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan
( ) 2 Dapat berpindah dengan aba-aba atau dibawah pengawasan
( ) 1 Membutuhkan satu orang untuk membantu
( ) 0 Membutuhkan lebih dari satu orang untuk membantu
6. BERDIRI TAK TERSANGGA DENGAN MATA TERTUTUP
Instruksi : Silahkan tutup mata anda dan berdiri selama 10 detik.
( ) 4 Mampu berdiri dengan aman selama 10 detik
( ) 3 Mampu berdiri 10 detik dengan pengawasan
( ) 2 Mampu berdiri selama 3 detik
( ) 1 Tidak mampu menutup mata selama 3 detik
( ) 0 Butuh bantuan untuk menjaga agar tidak jatuh
7. BERDIRI TAK TERSANGGA DENGAN KAKI RAPAT
Instruksi : Tempatkan kaki anda rapat dan pertahankan tanpa
topangan.
( ) 4 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama
1 menit
( ) 3 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama
1 menit dibawah pengawasan
( ) 2 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama
30 detik
( ) 1 Membutuhkan bantuan memposisikan kedua kaki, mampu
berdiri 15 detik

( ) 0 Membutuhkan bantuan memposisikan kedua kaki, tdk mampu


8.

berdiri 15 Detik
MERAIH KEDEPAN DENGAN LENGAN LURUS SECARA
PENUH
Instruksi : Angkat tangan kedepan 90 derajat. Julurkan jari-jari
anda dan raih kedepan. (Fisioterapis menepatkan penggaris dan
mintalah meraih sejauh mungkin yang dapat dicapai, saat lengan
mencapai 90 derajat. Jari tidak boleh menyentuh penggaris saat
meraih kedepan. Catatlah jarak yang dapat dicapai, dimungkinkan

melakukan rotasi badan untuk mencapai jarak maksimal).


( ) 4 Dapat meraih secara meyakinkan >25 cm (10 inches)
( ) 3 Dapat meraih >12.5 cm (5 inches) dengan aman.
( ) 2 Dapat meraih >5 cm (2 inches) dengan aman.
( ) 1 Dapat meraih tetapi dengan pengawasan
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika mencoba
9. MENGAMBIL OBYEK DARI LANTAI DARI POSISI BERDIRI.
Instruksi : Ambil sepatu/sandal yang berada di depan kaki anda.
( ) 4 Mampu mengambil dengan aman dan mudah
( ) 3 Mampu mengambil, tetapi butuh pengawasan
( ) 2 Tidak mampu mengambil tetapi mendekati sepatu 2-5cm (1-2
inches) dengan seimbang dan mandiri.
( ) 1 Tidak mampu mengambil, mencoba beberapa kali dengan
pengawasan
( ) 0 Tidak mampu mengambil, dan butuh bantuan agar tidak jatuh
10. BERBALIK UNTUK MELIHAT KEBELAKANG
Instruksi : Menoleh kebelakan dengan posisi berdiri ke kiri dan
kekanan Fisioterapis dapat menggunakan benda sebagai obyek
yang mengarahkan
( ) 4 Melihat kebelakang kiri dan kanan dengan pergeseran yang
baik
( ) 3 Melihat kebelakan pada salah satu sisi dengan baik, dan sisi
lainnya kurang
( ) 2 Hanya mampu melihat kesamping dengan seimbang
( ) 1 Membutuhkan pengawasan untuk berbalik
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tetap seimbang dan tidak jatuh
11. BERBALIK 360 DERAJAT

Instruksi : Berbalik dengan satu putaran penuh kemudian diam dan


lakukan pada arah sebaliknya.
( ) 4 Mampu berputar 360 derajat selama
( ) 3 Mampu berputar 360 derajat dengan aman pada satu sisi
selama 4 detik atau kurang
( ) 2 Mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan
( ) 1 Membutuhkan pengawasan dan panduan
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk berbalik
12. MENEMPATKAN KAKI BERGANTIAN KE STOOL DALAM
POSISI BERDIRI TANPA PENYANGGA
Instruksi : Tempatkan kaki pada step stool secara bergantian.
Lanjutkan pada stool berikutnya
( ) 4 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama 20 detik
( ) 3 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama >20 detik
( ) 2 Mampu malakukan 4 langkah tanpa alat bantu dengan
pengawasan ( ) 1 Mampu melakukan >2 langkah, membutuhkan
bantuan minimal
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tidak jatuh
13. BERDIRI DENGAN SATU KAKI DI DEPAN KAKI LAINNYA
Instruksi : (Peragakan kepada subyek) Tempatkan satu kaki
didepan kaki yang lainnya. Jika anda merasa kesulitan awali
dengan jarak yang luas.
( ) 4 mampu menempatkan dgn mudah, mandiri dan bertahan 30
detik
( ) 3 Mampu menempatkan secara mandiri selama 30 detik
( ) 2 mampu menempatkan dgn jarak langkah kecil, mandiri
selama 30 detik
( ) 1 Membutuhkan bantuan untuk menempatkan tetapi bertahan
15 detik
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketikan penempatan dan berdiri
14. BERDIRI DENGAN SATU KAKI
Instruksi : Berdiri dengan satu kaki dan pertahankan.
( ) 4 mampu berdiri dan bertahan >10 detik
( ) 3 mampu berdiri dan bertahan 5-10 detik
( ) 2 mampu berdiri dan bertahan = atau >3 detik
( ) 1 mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3 detik, tetapi
mandiri

( ) 0 Tidak mampu, dan membutuhkan bantuan agar tidak jatuh


( ) SKOR TOTAL (Maximum = 56)
Hasil skor keseimbangan diatas menunjukkan nilai skor klien 40
dari 56 skor total. Hal ini berarti ada masalah dalam keseimbangan
dan koordinasi klien baik secara statis maupun dinamis.
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif (SPMSQ)
No.
Pertanyaan
1.
Tanggal berapa hari ini?
2.
Hari apa sekarang ini?
3.
Apa nama tempat ini?
4.
Dimana alamat anda?
5.
Berapa umur anda?
6.
Kapan anda dilahirkan?
7.
Siapa nama presiden sekarang?
8.
Siapa nama presiden jaman muda anda?
9.
Siapa nama kecil ibu anda?
10.
Hitung mundur dari 10 ke 1?
Keterangan:

Jawaban
X
X
X
V
X
V
X
V
V
V

Jumlah kesalahan
0 - 2 kesalahan

: Baik

2 - 4 kesalahan

: Gangguan ringan

5 - 7 kesalahan

: Gangguan sedang

8 10 kesalahan

: Gangguan berat

Menurut data diatas, klien hanya dapat menjawab pertanyaan


dengan benar sebanyak 5 soal, sehingga 5 soal tentang status Kognitif
salah. Jadi dapat disimpulkan klien mengalami gangguan status kognitif/
intelektual sedang.

Klien hanya mampu mengingat masa lalunya dulu saat masih


muda dan bekerja. Hal tersebut dapat digambarkan ketika klien tidak
paham mulai hari apa sekarang, tanggal berapa sekarang, nama tempat ini
sekarang dan siapa presiden Indonesia sekarang. Akan tetapi klien masih
mempunyai ingantan tenang masa lalu, seperti kapan lahir, siapa presiden
dulu saat masih muda, siapa yang membawa ketempat ini, dimana dan
dengan siapa dulu tinggal.
2. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Klien hanya dapat mengingat hal-hal yang dulu, sedangkan hal yang
sekarang klien tidak tau.
3. Dampak Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Klien sering lupa saat menanaruh barang dan klien anggap di ambil oleh
orang lain, misalnya alas kaki. Klien juga berfikir tidak dapat pergi-pergi
karena tidak diperbolehkan oleh pengurus panti. Klien mengatakan
aktivitas klien terbatas hanya di lingkup panti. Klien mengatakan susah
untuk tidur dimalam hari.
4. Status Depresi (Skala Depresi / GDS)
No.
1.

Pertanyaan
Jawaban
Apakah pada dasarnya anda puas YA

2.

dengan kehidupan anda?


Sudahkah
anda
meninggalkan TIDAK

3.

aktivitas dan minat anda?


Apakah anda merasa bahwa hidup TIDAK

4.
5.

anda kosong?
Apakah anda sering bosan?
YA
Apakah anda mempunyai semangat YA

6.

setiap waktu?
Apakah anda takut sesuatu akan TIDAK

7.

terjadi pada anda?


Apakah anda merasa bahagia di setiap YA

8.
9.

waktu?
Apakah anda merasa jenuh?
TIDAK
Apakah anda lebih suka tinggal di TIDAK
rumah pada malam hari, daripada

10.

pergi melakukan sesuatu yang baru?


Apakah anda merasa bahwa anda YA
lebih banyak mengalami masalah
dengan ingatan anda daripada yang

11.

lainnya?
Apakah

12.

menyenangkan hidup sekarang ini?


Apakah anda merasa tidak berguna YA

13.

saat ini?
Apakah anda merasa penuh berenergi YA

14.

saat ini?
Apakah anda saat ini sudah tidak ada YA

15.

harapan lagi?
Apakah anda berfikir banyak orang YA

anda

berfikir

sangat TIDAK

yang lebih baik dari anda?


Keterangan : nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban
ya atau tidak setelah pertanyaan. Nilai 5 atau lebih dapat menandakan
depresi
Menurut data diatas, klien menjawab tidak sesuai sebanyak 9.
Maka dapat disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan depresi.
Klien merasa puas karena disini merasa ada yang memperhatikan
kondisinya dibanding ditempat tinggalnya dahulu. Klien merasa tidak
jenuh karena klien berfikir disini tempat tinggal dan mempunyai
semangat untuk melanjutkan disisa hidupnya saat ini.
Klien merasa tidak berguna pada hidupnya saat ini karena apa yg
terjadi dipasrahkan kepada Tuhan Yang Kuasa. Klien juga mengatakan

sering diam atau tidak berbaur dengan teman sepanti karena klien lebih
nyaman diam dibandingkan mengobrol dengan teman sepanti. Jika
mengobrol dan tidak sesuai dengan hatinya, klien akan mudah terpancing
amarahnya.
5. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien terkadang merasa bosan dengan kegiatan dipanti. Klien terkadang
hanya duduk dan merenung memikirkan jaman dulu saat muda. Klien
terkadang hanya di jenguk oleh pak RT yang mengantarnya ke panti dulu.
6. Dampak Yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien mengatakan masih mempunyai fikiran tentang masa lalunya seperti,
klien telah berbuat baik kepeda saudaranya akan tetapi saudaranya tidak
mau mengurusinya dan akhirnya klien dititipkan di panti oleh pak RT
ditempat tinggal sebelumnya.
Klien terkadang rindu dan ingin kembali seperti dulu keadaanya saat
masih muda. Klien ingin bertemu dengan saudara yang dulu tinggal
bersamanya akan tetapi tidak bisa.
7. Keadaan Emosi
PENGKAJIAN FOKUS KESEPIAN
PERTANYAAN

JAWABAN

Sumber-sumber sosial (dukungan):


Anda tinggal bersama siapa?

(klien
tidak
menjawab)

Kira-kira berapa kali anda berbicara pada orang lain (teman, Tidak, hanya pak
keluarga, orang lain) dalam 1 minggu yang lalu? Apakah anda yang RT yang biasa
menelepon atau keluarga yang menelepon? (jika ada telepon)
mengunjungi
Jika tidak ada alat komunikasi (telepon):
Minggu lalu berapa kali anda menghabiskan waktu bersama

seseorang yangtinggal bersama anda?


Apakah anda mengunjungi mereka? Atau mereka yang
mengunjungi anda? Ataukah kalian pergi bersama untuk melakukan
sesuatu?
Seberapa sering anda berbicara dengan orang lain atau pemilik 1x
panti? Topik apa yang dibicarakan?
Kepada siapa anda pergi mencari bantuan?

(klien
tidak
menjawab)

Adakah teman atau tenaga yang dapat diandalkan untuk keperluan Ya


pemenuhan makanan dan transportasi?
Apakah anda bertemu dengan teman atau keluarga sesering yang Tidak
anda inginkan?
Apakah anda merasa sedih karena jarang bertemu teman atau YA
keluarga?
Apakah sering berkunjung ke tempat teman di panti ini (ke ruangan TIDAK
lain)?

Keinginan untuk melakukan kontak lebih banyak dengan


manusia
Hubungan/komunikasi apa yang anda inginkan, sesama jenis atau (klien
tidak
lainn jenis?
menjawab)
Apakah sering berkomunikasi dnegan usia yang sama?

YA

Apakah anda mampu mengupayakan sesuatu untuk bertemu dengan (klien


tidak
orang baru atau pergi ketempat yang baru?
menjawab)
Aktivitas apa yang paling anda minati? Bepergian atau keagamaan?

Duduk di tempat
tidur

Apakah belum lama ini terjadi perceraian atau kematian (pasangan, TIDAK
anak, saudara kandung, teman, binatang piaraan)?

Hambatan pada kontak sosial:


Apakah anda tahu dimana tempat berkumpul dengan teman dipanti YA
ini?
Bagaimanan memulai pembicaraan dengan orang lain?

(klien
tidak
menjawab)

Apakah anda mengalami gangguan aktifitas?

YA

Apakah anda mengalami penurunan indera peraba?

TIDAK

Apaakah anda mengalami penurunan pendengaran?

TIDAK

Apakah anda mengalami penurunan penglihatan?

YA

Apakah anda mengalami penurunan kemampuan menulis?

TIDAK

Perubahan pengaturan tempat tinggal:


Apakah anda baru masuk ke panti?

TIDAK

Berapa lama di panti ini?

5 bulan lebih

No

Pertanyaan

Tidak
pernah
(1)

Jarang
(2)

Kadangkadang

Selalu
(4)

(3)

Apakah anda merasa


cocok dengan orangorang disekitar anda?

Apakah anda pernah


merasa tidak/kurang
memiliki teman?

Apakah anda pernah


merasa tidak ada seorang

pun yang dapat


dianddalkan / anda mintai
tolong?

Apakah anda pernah


merasa sendiri?

Apakah anda pernah


merasa menjadi bagian
dari kelompok temanteman anda?

Apakah anda merasa


bahwa anda memiliki
banyak persamaan
dengan orang-orang
disekitar anda?

Apakah anda pernah


merasa bahwa anda tidak
dekat dengan siapapun?

Apakah anda pernah


merasa minat dan ide
anda tidak dibagikan
dengan orang-orang
disekitar anda?

Apakah andda pernah


merasa ramah/mudah
bergaul dan bersahabat?

10

Apakah anda pernah

merasa dekat denga orang


lain?

11

Apakah anda pernah


merasa ditinggalkan?

12

Apakah anda pernah


merasa hubungan anda

dengan orang lain tidak


berharga?

13

Apkah anda pernah


merasa tak seorangpun
mengerti anda degan
baik?

14

Apakah anda pernah


merasa terasing dari
orang lain?

15

Apakah anda dapat


menemukan teman/
persahabatan ketika anda
menginginkannya?

16

Apakah anda merasa ada


seseorang yang benarbenar dapat mengerti
anda?

17

Apakah anda pernah


merasa malu?

18

Apakah anda pernah


merasa bahwa orangorang banyak disekitar
anda, tetapi tidak bersama
anda?

19

Apakah anda merasa ada


orang yang dapat anda
ajak bicara (mengobrol)?

20

Apakah anda merasa


bahwa ada orang yang
dapat anda andalkan /
mintai tolong?

Nilai Total : 53

Keterangan:
20 34

: Tidak Mengalami Kesepian

35 49

: Kesepian Rendah

50 - 64

: Kesepian Sedang

65 - 80

: Kesepian Berat
Dari kuesioner pengkajian kesepian yang diajukan kepada klien,
hasilnya adalah klien mengalami kesepian sedang dengan skor nilai 53.
Klien mengatakan selama di panti tidak ada yang menjenguknya
kecuali ketua RT dan di panti beliau jarang berkomunikasi dengan lansia
lain. Klien enggan mengobrol dengan lansia lain karena perbedaan sifat
sehingga lebih memilih untuk diam. Klien merindukan keluarganya dan
hanya berbicara sekali dalam sehari dengan pengasuh di panti.
a. Anxietas
Klien terlihat bingung dan berfokus pada hal-hal jaman dahulu saat
masih muda dan bekerja dulu. Klien merasa bingung bagaimana cara
untuk bertemu dengan saudaranya yg tidak pernah menjenguknya.
b. Perubahan Perilaku
Klien dalam aktivitas pemenuhan kebutuhannya dapat dilakukan
secara mandi. Hanya klien tidak diperbolehkan untuk pergi-pergi dari
panti sendiri.
c. Mood
Klien mempunyai keadaan mood yang berubah-ubah. Jika klien
merasa moodnya tidak baik misalnya, dibuat omongan maka klien
justru akan membalas omongan tersebut dengan marah-marah. Akan
tetapi jika saat senang klien terkadang mengobrol dengan teman
disamping tempat tidurnya

E. DIMENSI FISIK

1. Luas wisma
Lokasi yang digunakan untuk panti wredha ini memiliki luas tanah
3783 m2 dengan luas bangunan 2303 m2. Bangunan ini terdiri dari 4
bangunan utama. Bangunan tersebut adalah Aula, kantor yayasan, ruag
panti, kamar makan, ruang isolasi, musholla, kamar mandi, gudang,
dapur, ada 2 ruang yaitu ruang melati dan anggrek. Kemudian satu
ruang untuk lansia laki-laki, 1 ruang aula kantor, dan ruang kantor.
2. Keadaan lingkungan didalam wisma
a. Penerangan
Wisma ini menggunakan tegangan listrik 6000 watt untuk semua
kebutuhan yang berhubungan dnegan sumber listrik terutama
penerangan. Dari setiap ruang terdapat 7 lampu biasa dan 2 lampu
darurat. Sedangkan untuk sinar matahari, ruangan tersebut sudah
cukup mendapatkan sinar matahari karena terdapat banyak jendela.
b. Kebersihan dan kerapian
Demi menjaga kebersihan panti ada satu petugas yang bertanggung
jawab untuk mengepel, membersihkan jendela, halaman, ruangan
dan lainnya. Sementara diruangan lansia diajarkan untuk
membersihkan tempat tidur masing-masing (yang tidak bisa
dibantu), dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
Dengan cara ini , kebersihan dan kerapihan tetap terjaga.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Panti ini memiliki daya tampung 50 orang lansia dimana ruangan
lansia wanita dan pria sudah dibedakan. Dipanti ini terdapat 2
ruangan untuk lansia wanita dan 1 ruangan untuk lansia laki-laki.
Ruangan lansia wanita diantaranya ruang anggrek yang terdiri dari
16 orang lansia dan ruang mawar yang terdiri dari 22 lansia.
Sedangkan untuk ruang lansia laki-laki hanya terddapat satu lansia
laki-laki saja.

d. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang terdapat diruangan panti tidak begitu panas.
Jika ada lansia yang merasa panas mereka sudah menyediakan
kipas sendiri yang terbuat dari kertas atau diberikan oleh
keluarganya. Namun dari panti juga mnyediakan 2 kipas angin
berdiri. Ruangan ini memiliki 3 pintu yang semuanya biasa terbuka
dan memiliki 28 jendela. Dari 28 jendela ini, 14 diantaranya
dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara dan tirai semuanya
dibuka untuk membantu penerangan dari sinar matahari.
e. Keamanan
Keamanan daerah panti sudah tidak begitu dihiraukan. Mereka
percaya bahwa Tuhan lah yang akan melindunginya. Namun
daerah ini sering menjadi jalur alternatif jika jalan utama macet
seperti ketika ada kecelakaan. Mobil bis, tronton dan kendaraan
lainnya melewati daerah ini sehingga sangat ramai sekali. Biasanya
terjadi diwaktu malam hari. Untuk lansianya sendiri jarang dan
diusahakan untuk tidak keluar panti tanpa pengawasan demi
keamanan beliau.
Sementara untuk kondisi didalam panti itu sendiri masih perlu
ditingkatkan lagi karena belum adanya alarm tanda bahaya, alat
pemadam kebakaran (APAR), dan juga pegangan ketika berjalan
untuk menghindari jatuh. Klien mengeluh pernah jatuh karena
kondisi licin dikamar mandi.
f. Sumber air minum
Air yang digunakan di panti ini yaitu dengan sumber air sumur
sendiri (dengan kedalaman 50-100m). Air mengalir langsung dari
sumbernya, dan lokasinya pun jauh dari sumber pencemaran
sehingga aman digunakan untuk mandi, minum, masak dan
sebagainya.

g. Ruang berkumpul keluarga


Ruang tempat berkumpulnya lansia yaitu di aula depan ruangan
atau aula kantor yayasan jika memang terdapat dua kegiatan atau
lebih. Ruang Aula memiliki beberapa fasilitas seperti meja, kursi,
jam dinding, TV, ruangan yang luas, microphon. Sehingga ruangan
ini nyaman digunakan untuk tempat berkumpul.
3. Keadaan lingkungan diluar wisma
1. Pemanfaatan halaman
Halaman di wisma ini terdapat dua tempat yaitu halaman depan
dan halaman samping. Setiap pagi diwaktu tertentu halaman
digunakan untuk lansia berjemur guna mendapatkan paparan sinar
matahari pagi agar kesehatan tulang tetap terjaga. Lansia juga
diperkenalakan untuk melihat-lihat pemandangan luar sebagai
salah satu bentuk rekreasi. Selain itu jika ada mahasiswa yang
berkunjungn

dan

ingin

membantu

petugas

panti

seperti

mengadakan TAK, halaman ini depan atau samping juga bisa jadi
pilihan tempat yang baik sehingga lansia bisa lebih bebas dan
semangat untuk mengikuti instruksi mahasiswa. Misalnya TAK
namun dengan nuansa berkebun untuk menanam tanaman obat.
2. Pembuangan air limbah
Limbah yang ada dari panti ini semuanya dibuang di sungai
terdekat. Hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak dulu.
3. Pembuangan sampah
Dalam keseharian lansia di panti ini , mereka sudah diajarkan
untuk membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan
dibagian belakang kamar. Selanjutnya sampah yang sudah
terkumpul akan dibuang oleh salah satu petugas yang berjaga ke
tempat pembuangan sampah selanjutnya.
4. Sanitasi

Lokasi panti terdapat pembuangan air atau selokan diantara ruang


mawar dan anggrek.

Di dapur panti terdapat selokan yang

mengaliri aliran air dari dapur menuju ke luar panti, begitu pula
terdapat aliran selokan dari kamar mandi menuju ke luar panti.
5. Sumber pencemaran
Lokasi panti ini terletak jauh dari pabrik dan perusahaan sehingga
tidak ada sumber pencemaran terjadi di daerah ini. Lokasi ini
terletak didaerah perumahan bukan kawasan industri. Hanya saja
terdapat polusi udarakarena banyak yang melintas jalur di depan
panti.
F. DIMENSI SOSIAL
a. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Ny. S memiliki hubungan yang kurang baik dengan lansia lainnya. Hal
ini dikarenakan Ny.S tidak menyukai karakter mereka yang terkesan suka
ribut dan bertengkar. Klien juga tidak menyukai lansia di sebelahnya
yang sering BAB di tempat setiap malamnya. Klien biasanya mengajak
mengobrol lansia yang bernama NY.A dan beliau merasa nyaman
meskipun juga terdapat masalah diatara keduanya. Ny.S mengatakan
merasa tidak nyaman dan sendirian di tempat itu.
b. Hubungan lansia dengan lansia diluar wisma
Ny. S mengatakan tidak diperbolehkan untuk pergi keluar wisma ataupun
kembali ke tempatnya dulu. Beliau merasa tidak cocok dengan
lingkungan panti. Menurut beliau tidak ada yang baik kepadanya selain
petugas panti dan ketua RT setempat. Klien juga mengatakan sudah baik
kepada tetangganya namun orang tersebut malah meninggalkan beliau
dan tidak berbuat baik kepadanya sehingga ia sakit hati.
c. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Ny.S mengaku sudah tidak memiliki keluarga lagi. Klien mengatakan
tidak memiliki anak dan suaminya meninggal. Sebelumnya klien bekerja

sebagai pembantu dan tinggal bersama majikannya hingga akhirnya


berada di panti ini.
d. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Hubungan lansia dengan pengasuh lansia cukup baik dimana Ny.S
merasa sangat senang ketika diperhatikan oleh pengasuh wisma. Hal ini
di buktikan dengan pernyataan klien mas e kuwi lho apikan mbak,
biasane ngurusi aku.
e. Kegiatan organisasi sosial
Ny.S tidak mengikuti kegiatan oragnisasi sosial selama dipanti karena
beliau juga tidak begitu suka bergaul dengan orang lain.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU
1. Pola makan
Pola
Frekuensi

Makan
3 kali

Porsi

siang dan malam hari


dalam sehari
1 piring cukup dan gelas ukuran sedang

Kesulitan

dihabiskan
Mengunyah

sehari.

dengan

Minum
Pagi 3 gelas ukuran sedang

makanan Tidak

ada

kesulitan

pelan-pelan menelan

dan tidak ada kesulitan


Pola diet

menelan
Diet DM dan hipertensi Air putih dan susu di

Kualitas dan kuantitas

Klien

makan

dihabiskan,
pernah

pagi hari
selalu Susu
tidak dihabiskan

muntah

kadang
kadang

dan tidak dihabiskan s

tidak ada hambatan


2. Pola tidur
Jam tidur

Klien

mengatakan

tidak

mengetahui pasti jam berapa klien


tidur. Pada saat televisi sudah
dimatikan

dan

semua

teman-

temannya sudah tidur, klien masih


Lama tidur
Kesulitan dalam tidur

susah untuk tertidur


4-5 jam
Klien mengatakan sulit untuk tidur

Pola tidur

karena banyak pikiran


Klien tidak pernah tidur siang,

Kualitas dan kuantitas tidur

tidur hanya pada malam hari


Klien mengatakan tidak bisa tidur
meskipn TV sudah dimatikan dan
akan terbangun setiap jam 02.00
dinihari

untuk

memenuhi

kebutuhan BAK. Kemudian klien


tidur lagi dan bangun pukul 05.00
pagi untuk bersih-bersih. Jadi klien
hanya tidur kira-kira 4-5 jam setiap
harinya.
INDEKS KUALITAS TIDUR PITTSBURGH (PSQI)
Instruksi : pertanyaan berikut ini berhubungan dengan kebiasaan tidur
hanya selama 1 bulan terakhir saja. Jawaban anda harus menunjukkan
pengulangan yang paling tepat dari sebagian besar siang dan malam hari
pada bulan lalu. Jawablah semua pertanyaan.
1. Selama 1 bulan terakhir, pada pukul berapa Anda biasanya tidur di
malam hari?
Sampun sesasi niki kula susah tilem saben bangi Mbak. Biasane bar
mateni TV, wis dho podo turu kula mboten saged tilem. Mung
bengong, lungguh, utowo turon-turon. Kula mboten ngertos jam
pinten pase keturon.

sudah sebulan terakhir saya susah tidur kalau malam hari mbak.
Biasanya kalau tv sudah dimatikan dan semua orang disini sudah tidur
saya masih belum bisa tidur. Hanya bengong, duduk-duduk atau
berbaring saja. Saya tidak tau jam berapa tepatnya bisa tertidur
2. Selama 1 bulan terakhir, berapa lama (dalam menit) Anda
membutuhkan waktu untuk dapat tidur di malam hari?
Wah kula mboten ngertos mbak, nanging suwe. Iso 1-2 jam.
wah saya tidak tau mbak, tapi sih lama. Bisa 1-2 jam
Skor : 3
3. Selama 1 bulan terakhir, pada pukul berapa Anda biasanya bangun
tidur di pagi hari?
Kulo nek tangi esuk pisan mbak. Subuh sampun tangi, siram lanjut
sholat subuh. Sekitar jam 4 esuk mbak.
saya kalau bangun pagi sekali mbak. Subuh sudah bangun untuk
mandi lalu sembahyang subuh. Sekitar jam 4 pagi mbak
4. Selama 1 bulan terakhir, berapa jam Anda dapat tidur nyenyak di
malam hari? (ini mungkin berbeda dengan jumlah waktu yang
dihabiskan saat tidur?
Kula mboten ngertos mbak, mboten kula itung. Nanging saben jam 2
nglilir ping 2-3, mlampah kiyambak ning kamar mandi. Sakwise niku
kadang angel nggo turu meneh. Kinten-kinten sare munk 4 jam.
saya tidak tau mbak tidak menghitung. Tapi setiap jam 2 malam
sering terbangun untuk buang air kecil ke kamar mandi. Saya sering
terbangun 2-3 kali, berjalan sendiri ke kamar mandi. Lalu setelah itu
kadang-kadang sulit untuk tidur lagi. Kira-kira tidur hanya 4 jam
Skor : 3

5. Selama
terakhir,

bulan Tidak
seberapa terjadi

Kurang

atau

2 3 kali atau Skor

dari 1 kali kali dalam lebih

sering

anda selama

1 dalam

mengalami gangguan bulan

seminggu

tidur yang disebabkan terakhir


(skor 0)
karena....
a. Tidak dapat tidur

(skor 1)

dalam

waktu

menit
b. Terbangun

seminggu

dalam

(skor 2)

seminggu
(skor 3)

30
di

tengah malam atau


sangat pagi
c. Terbangun karena

ingin ke toilet
d. Tidak
dapat
bernapas

3
0

dengan

nyaman
e. Batuk

atau

mendengkur dengan
keras
f.Merasa

sangat

kedinginan
g. Merasa

sangat

kepanasan
h. Mimpi buruk

3
1

j.Alasan lain, jelaskan -

i.Merasa nyeri

: .....
Tidak

Kurang

terjadi

dari 1 kali kali dalam lebih

selama

1 dalam

bulan

seminggu

terakhir

(skor 1)

atau

2 3 kali atau Skor

seminggu

dalam

(skor 2)

seminggu
(skor 3)

(skor 0)
6. Selama

terakhir,

bulan

seberapa

sering

anda

mendapatkan masalah
agar tetap terjaga saat
berkendara,

makan,

atau ketika melakukan


aktivitas sosial
7. Selama
1
terakhir,

bulan

seberapa

sering

anda

mengkonsumsi

obat

tidur (resep ataupun


dari toko)

8. Selama
terakhir,

Tidak

Hanya

Agak

Masalah

menjadi

masalah

menjadi

besar (skor

masalah
(skor 0)

kecil (skor masalah


1)

3)

(skor 2)

bulan

Skor

seberapa

berat bagi anda agar


tetap
antusias/bersemangat
dalam

mengerjakan

sesuatu
Sangat

Cukup

cukup

Sangat

baik (skor baik (skor buruk

buruk

0)

(skor 3)

1)

(skor 2)

Skor

9. Selama

terakhir,

bulan

bagaimana

anda menilai kualitas


tidur

anda

secara

umum
Tidak ada Ada
teman

Ada, dalam Ada, teman

namun

di satu kamar satu

tidur atau kamar

namun

tempat

teman

yang

beda

tidur

sekamar

berbeda

tempat
tidur

10. Apakah

anda

punya

teman tidur atau teman


sekamar
Global PSQI score :
Sum of seven component = 18(moderate difficulty level)

3. Pola eliminasi
Keterangan

Fekal

Urine

Frekuensi

Sehari

biasanya

1x, Klien mengatakan tidak

setelah

makan

atau menghitung. Kira-kira 3

malam hari.
Konsistensi

kali sehari jika banyak

minum
Lembek, cair, kadang -s
agak keras.

Bau

Bau normal feses pada Bau normal urin pada

Warna

umumnya
Coklat, kuning, hitam

umumnya
coklat

Gangguan

Tidak ada keluhan

Tidak ada keluhan

4. Kebiasaan buruk lansia


Selama pengkajian terhadap klien, diperoleh data bahwa Ny.S memiliki
kebiasaan buruk suka melakukan kebutuhannya sendiri dan jarang untuk
melakukan interaksi dengan lansia lainnya. Klien juga mudah tersinggung
dan dendam sehingga lebih memilih untuk diam saja.
5. Pelaksanaan pengobatan
Klien mengatakan memiliki penyakit maagh dan biasa minum maagh
setiap harinya. Sedangkan klien belum mengetahui kalau beliau memiliki
diabetes sehingga belum ada pengobatan untuk penyakit diabetesnya.
6. Kegiatan Olahraga
Klien mengatakan kegiatan olahraga senam yang dilakukan setelah
bangun pagi. Klien juga melakukan olahraga senam bersama dengan
penghuni panti wreda yang lain rutin dilaksanakan pada hari jumat pagi
sekitar pukul 08.00-09.00. selain itu klien juga masih dapat melakukan
aktivitas secara mandi seperti mandi, BAB, BAK, membereskan tempat
tidur dan lain-lain. Hal tersebut juga klien anggap sebagai kegiatan
olahraga sehingga klien tidak hanya diam di tempat tidur.
7. Rekreasi
Klien mengatakan senang jika dijenguk oleh saudara dan terkadang
menonton televisi yang ada di dalam ruangan. Klien juga senang bercanda
dan mengobrol dengan penghuni panti samping tempat tidur klien.
8. Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan tidak boleh sesuka
hati klien, karena klien sering tidak diperbolehkan oleh pengurus panti.
Misalnya, ketika klien ingin ijin keluar membeli barang, klien sering tidak
diperbolehkan oleh pengurus panti.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Klien menyatakan bahwa tidak pernah untuk mencari pelayanan


kesehatan. Klien menyatakan bahwa dia sendiri jarang mengeluh
kesakitan kepada pengurus panti jadi, diapun jarang untuk
mendapatkan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan. Klien
menyatakan saat merasa pusing atau tidak enak badan, dia meminta
pengurus panti untuk membelikan obat di luar.
2. Sistem pelayanan kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Menurut informasi yang didapatkan bahwa tersedia fasilitas
kesehatan seperti posyandu lansia yang diadakan disetiap bulannya
diawal bulan. Posyandu lansia ini merupakan program dari
puskesmas pembantu di daerah Ngaliyan. Program yang biasa
dilakukan biasanya seperti pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
fisik, dan pemberian obat pada lansia yang sakit.
b. Jumlah tenaga kesehatan
Pengurus panti mengatakan seharusnya ada petugas kesehatan satu
orang yang bertugas untuk mengurus kesehatan para lansia seperti
melakukan pemerikasaan tekanan darah dan sebagainnya. Namun
pada kenyataannya di panti tidak tersedia tenaga medis yang
profesional. Tenaga medis di datangkan hanya ketika posyandu
lansia diadakan, sedangkan untuk keseharian tidak ada.
c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Di panti ini tidak ada program khusus untuk pencegahan penyakit.
Baik itu kegiatan fogging atau yang lainnya. Hanya saja yang akan
ditingkatkan adalah pencegahan untuk mengurangi resiko jatuh
dengan memberikan keset/alas kaki
d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Pengasuh panti mengatakan tidak ada pelayanan khusus yang
tersedia saat ini. Pelayanan diberikan ketika sedang diadakan
posyandu lansia. Jika untuk kesehariannya tidak ada pelayanan
kesehatan khusus yang diberikan.

e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan yang dilakukan di panti ini minimal
dilakukan 1 bulan sekali dari posyandu lansia yang merupakan
program dari puskesmas pembantu

I. PEMERIKSAAN FISIK
No

Bagian/region

Hasil pemeriksaan

Masalah

keperawatan

muncul
-

1. Kepala

Inspeksi : mesoshepal, kebersihan terjaga


Palpasi : tidak ada tukak

2. Wajah/ muka

Wajah oval, kulit wajah mulai mengendur, -

3. Mata

tidak ada kotoran karena Ny.S rajin mandi


Inspeksi : adanya lingkaran putih pada Resiko jatuh
bola mata (arcus senilis), terjadi penurunan
penglihatan

(penurunan

visus),

daya

akomodasi melambat, mata sebelah kiri

4. Telinga

tidak dapat melihat


Palpasi : tidak ada benjolan, mata cekung
Inspeksi : tidak ada serumen, kebersihan terjaga
Palpasi : tidak ada pembengkakan di

5. Mulut dan gigi

belakang telinga (tulang mastoid)


Tes weber : pendengaran berkurang
Inspeksi : mukosa kering, adanya karies -

6. Leher

gigi
Palpasi : tidak ada pembengakakan
Inspeksi : tidak terlihat adanya jaringan -

yang

7. Dada

parut
Palpasi : kelenjar tiroid tidak membesar
Inspeksi : dada simetris, pengembangan sama +/+
Palpasi : fremitus vokal melemah, tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : suara resonan dug-dug-dug
Auskultasi : suara trakheobronkhial

8. Jantung

(auskultasi pada trakea)


Inspeksi : bentuk prokordium simetri, retraksi dinding dada terlihat, iktus kordis
terlihat
Palpasi

IC

ada

pada Spatium

intercostal (SIC) V di sebelah medial linea


midklavikularis sinistra.
Perkusi :
- Kanan atas: SIC II Linea Para
-

Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para

Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis

Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio
Clavicularis Sinistra

9. Abdomen

Auskultasi : Bunyi jantung (BJ) I-II


Inspeksi : warna merata, tidak ada lesi, perbandingan dinding dada dengan dinding
paru DD>DP
Auskultasi : BU (+) 5 34

Perkusi : suara timpani


Palpasi : otot perut supel, hati tidak teraba,
empedu liver span normal
10. Ekstremitas

Tangan kanan terasa kebas, kekuatan otot 5 -

atas
11. Ekstremitas

Kaki kanan terdapat benjolan,

bawah

terdapat Resiko infeksi

dua jari berhimpit (telunjuk-jari tengah),


kekuatan otot 5

2. ANALISA DATA
Tanggal
21/09/15

Data fokus
DS:
- Klien

Dignosa keperawatan
Depresi
berhubungan
mengatakan

merasa

dengan status psikologis

bosan berada di panti


dan hubungan
Klien mengatakan suda di
lansia
yang
tinggal orang tuanya sejak
adekuat
kecil
Klien menagtakan hanya pak

RT yang menjenguknya
Kliien mengatakan merasa

tidak berguna saat ini


Klien mengatakan sudah tidak

memiliki

harapan,

dan

berharap ingin segera mati


-

saja
Klien
memiliki

mengatakan
dendam

masih
kepada

tetangga yang sudah ditolong


-

namun menelantarkannya
Klien mengatakan sering
bertemu dengan orang tuanya

yang sudah meninggal


Klien mengatakan merasa

sendirian di panti
Klien mengatakan tidak suka
bergaul dengan lansia yang

lainnya
Klien mengatakan tidaksusah
tidur dimalam hari karena
banyak beban pikiran

DO:

sosial
tidak

Klien tampak malu namun


antusias

saat

menceritakan

kisah hidupnya
Klien tampak murung saat

ditinggal sendirian
Klien tidak mengenal teman
lansia

lainnya

dalam

satu

ruangan
Data pengkajian status depresi

klien memiliki nilai GDS 9


Nilai
fokus
pengkajian
kesepian adalah 53 (kesepian
sedang)

21/09/15

DS:
Klien

Gangguan pola tidur


tidak berhubungan
dengan
mengetahui pasti jam berapa klien faktor psikologis dan
mengatakan

tidur. Pada saat televisi sudah suhu lingkungan sekitar


dimatikan dan semua teman- yang panas
temannya sudah tidur, klien masih
susah untuk tertidur
Klien mengatakan sulit untuk tidur
karena banyak pikiran
Klien tidak pernah tidur siang,
tidur hanya pada malam hari
Klien mengatakan tidak bisa tidur
meskipn TV sudah dimatikan dan
akan terbangun setiap jam 02.00
dinihari

untuk

memenuhi

kebutuhan BAK. Kemudian klien


tidur lagi dan bangun pukul 05.00
pagi untuk bersih-bersih. Jadi

klien hanya tidur kira-kira 4-5 jam


setiap harinya.
DO:
- Lama tidur 4-5 jam
- Hasil pengkajian kualitas tidur
menggunakan

Indeks

Kualitas

Tidur Pittsburgh (PISQ) adalah


kesulitan

sedang

(moderate

difficulty level)
21/09/15

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

kebutuhan

tubuh

dari
b.d

gangguan keseimbangan
insulin,
21/09/15

DS: - klien

makanan

aktivitas jasmani
Resiko jatuh b.d kondisi
mengatakan

memiliki

lingkungan
riwayat jatuh sebelumnya
fisiologis
klien
mengatakan
tinggal

sendirian
klien mengatakan mata sebelah
kiri tidak dapat melihat sama

sekali
DO:
- Klien berusia 65 tahun
- Lantai kamar mandi terlihat licin
- Hasil penilaian tes keseimbangan
-

klien dengan skor 40 dari 56


Kaki sebelah kanan klien
mengalami masalah pada jarijarinya

dan

sehingga

klien untuk berjalan

menyulitkan

dan

3.

PRIORITAS MASALAH
Dx. keperawatan
1. Resiko
Kesepian
berhubungan

Prioritas
Pembenaran
1. Resiko
Kesepian Kesepian yang dialami klien
berhubungan dengan diakibatkan

dengan

status

psikologis

dan

hubungan

sosial

lansia yang tidak


adekuat

oleh

depresi.

status psikologis dan Dari depresi tersebut klien


hubungan

sosial susah untuk tidur karena

lansia

tidak memikirkan masalahnya dan

adekuat

yang

sering terbangun pada malam


hari. hal ini membuat klien

2. Gangguan

pola

mengalami perubahan pola

tidur berhubungan

tidur. Dari pola tidur yang

dengan

faktor

kurang baik, berat badan

psikologis dan suhu

klien menurun dan klien juga

lingkungan sekitar

memiliki Diabetes sehingga

yang panas

berat

3. Ketidakseimbangan

badan

hanya

(underweight)

30kg
dan

nutrisi kurang dari

kekurangan nutrisi sehingga

kebutuhan

tubuh

muncul

diagnosa

gangguan

kurang

dari

b.d

nutrisi

kebutuhan.

keseimbangan

Nutrisi yang kurang juga

insulin,

makanan

mengakibatkan

dan

aktivitas

keseimbangan

jasmani
4. Resiko

dan
jatuh

b.d

tidak

meningkatkan

stabil
resiko

jatuh. Jadi untuk membantu

kondisi lingkungan

klien

dan fisiologis

mengurangi penyebab dari


akar

dengan
masalahnya

cara
yaitu

depresi.

Dengan

begitu

masalah yang lain juga akan


dapat

terselesaikan

penyebabnya
terselesaikan.

jika
sudah

4.
No
1.

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa kep.

Tujuan

Kode

Intervensi

Resiko Kesepian

Umum
Khusus
Setelah dilakukan 5. Nilai GDS klien

berhubungan

tindakan

menurun dari 9 menjadi

1. Kaji keadaan emosi klien

dengan status

keperawatan

2. Gunakan dukungan dan

psikologis dan

selama 3x24 jam

hubungan sosial

diharapkan

berkurang dari

lansia yang tidak

tingkat depresi

kesepian sedang

adekuat

klien menurun.

menjadi kesepian

NIC
5270

6. Tingkat kesepian klien

Emotional Support

komunikasi terapeutik untuk


menunjukkan empati
3. Dengarkan klien ketika
mengungkapkan perasaannya

ringan (skor 53 menjadi

4. Motivasi klien untuk dapat

45)

meredam emosi ketika teringat

7. Klien bersedia

sakit hati masa lalu dengan

berkomunikasi dan

berdzikir

mengenal lansia

5. Berikan reinforcement/pujian

lainnya

ketika klien dapat meredam


emosinya
5420

Spiritual support
6. Kaji kekuatan dan dukungan klien

dalam memenuhi kebutuhan


spiritual
7. Amati adanya ekspresi kesepian
dan ketidakberadayaan klien
8. Gunakan sumber kekuatan
spiritual yang dimiliki klien
seperti dzikir untuk memberikan
ketenangan
9. Anjurkan klien untuk berdzikir
ketika merasa sendiri dan sebelum
tidur
5100

Socialization Enhancement
10. Bantu klien dalam
mengembangkan hubungan
dengan orang lain
11. Ajak klien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok seperti
senam
12. Berikan reinforcement berupa
pujian ketika klien mampu

berkomunikasi dengan orang lain


13. Evaluasi perasaan klien setelah
berkomunikasi dengan orang lain
14. Anjurkan klien untuk
memperbanyak interaksi dengan
teman lansia di ruangan dan
2.

Gangguan pola

Setelah dilakukan

tidur b.d faktor

tindakan

psikologis dan suhu keperawatan

1. Jumlah jam tidur


dalam batas normal
6-8 jam/hari

lingkungan sekitar

selama 2.24 jam

yang panas

diharapkan

kualitas tidur dalam

tingkat

batas normal

kenyamanan

2. Pola tidur dan

3. Perasaan segar

klien dan

setelah tidur atau

kebutuhan

istirahat

istirahat tidur
dapat terpenuhi

1850

pengasuh
Sleep Enhancement :
1. Jelaskan pada klien tentang
pentingnya kebutuhan tidur
yang adekuat
2. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
3. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
4. Monitor kebutuhan tidur klien
setiap hari dan jam
5. Motivasi klien untuk
membaca al-quran sebelum
tidur untuk meningkatkan

3.

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan

1. Kebutuhan

nutrisi kurang dari

tindakan

sesuai

kebutuhan tubuh

keperawatan

komposisi diit

b.d gangguan

selama 2x24 jam

keseimbangan

diharapkan

insulin, makanan

asupan nutrisi

dan aktivitas

klien dapat

penurunan

jasmani

terpenuhi

badan

nutrisi 1100
dengan

1. Pantau

yang

dimakan

mencegah konstipasi

tanda malnutrisi

2. Anjurkan

terjadi

klien

untuk

meningkatkan protein

berat

3. Monitor

jumlah

nutrisi

dan

kandungan kalori

4. Asupan nutrisi ( zat

4. Berikan

gizi ) yang memadai


sesuai

dengan

asupan

memadai

informasi

mengenai

kebutuhan nutrisi
5. Kaji kemampuan klien untuk

kebutuhan
5. Makanan yang cukup
dan

diit

mengandung tinggi serat untuk

2. Tidak adanya tanda3. Tidak

kualitas tidur
Nutrition Management

mendapatkan

nutrisi

yang

dibutuhkan

cairan
1160

Nutrition Monitoring (1160)


1. Pantau BB klien
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan

4. Monitor turgor kulit


4.

Resiko jatuh b.d

Setelah dilakukan

kondisi lingkungan

tindakan

tinggal maupun kamar

dan fisiologis

keperawatan

mandi tidak licin

yang dapat meningkatkan resiko

selama 2x24 jam

(aman)

jatuh

diharapkan resiko
jatuh klien dapat
berkurang

1. Lingkungan tempat

2. Gerakan koordinasi
klien dapat kontinyu
3. Klien mengerti serta
paham dengan kejadian
jatuh atau keselamatan
4. Klien mampu
melakukan perilaku
keselamatan pribadi

6490

5. Monitor kalori dan intake nutrisi


Fall prevention
1. Mengidenktifikasi kondisi klien

2. Mengindentifikan faktor dan


perilaku klien yang dapat
menyebabkan jatuh
3. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat
menyebabkan jatuh
4. Mendorong klien untuk
mneggunakan tongkat ataupun
alat bantu berjalan
5. Menganjurkan klien untuk
meminta bantuan jika ada hal
yang diperlukan
6. Menganjurkan klien untuk
memakai alas kaki seperti sendal

atau selop
7. Melakukan pengawasan kepada
klien tiap kali melakukan aktivitas
8. Mengajarkan klien latihan senam
untuk menjaga keseimbangan
9. Mengajarkan klien jatuh untuk
meminimalkan resiko cidera
10. Mengajarkan klien tentang bahaya
jatuh
11. Kolaborasi dengan anggota
kesehatan lain tentang hal yang
perlu diperhatikan agar
meminimalisir resiko jatuuh

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No

Diagnosa kep.
Resiko jatuh

Tujuan
Umum
Setelah

b.d kondisi

dilakukan

tempat tinggal kondisi klien yang dapat

riwayat jatuh sebelumnya di

lingkungan

tindakan

maupun

meningkatkan resiko

kamar mandi

dan fisiologis

keperawatan

kamar mandi

jatuh. (22/9/15)

O: kamar mandi terlihat bersih,

selama 2x24

tidak licin

klien kooperatif dalam

jam

(aman)

berkomunikasi

diharapkan

Khusus
1. Lingkungan

Implementasi

Evaluasi formatif

1. Mengidenktifikasi

S: klien mengatakan memiliki

2. Gerakan

A: masalah belum teratasi

resiko jatuh

koordinasi

P: lanjutkakn intervensi dengan

klien dapat

klien dapat

mengidentifikasi perilaku klien

berkurang

kontinyu

yang dapat menyebabkan jatuh

3. Klien
mengerti

2. Mengindentifikan

S: klien mengatakan tidak

serta paham

faktor dan perilaku klien

memakai sendal ketika turun

dengan

yang dapat menyebabkan

dari tempat tidur ataupun masuk

kejadian

jatuh (22/9/15)

ke kamar mandi

jatuh atau

O: klien nampak tidak memiliki

keselamatan

alas kaki

4. Klien

A: masalah belum tertasi

mampu

P: lanjutkan intervensi dengan

melakukan

mneganjurkan klien untuk

perilaku

menggunakan alas kaki ketika

keselamatan

berjalan

pribadi
3. Menganjurkan klien

S: klien mengatakan tidak mau

untuk menggunakan alas

menggunakan alas kaki, klien

kaki ketika berjalan atau

berasalan sering hilang dan jari

memasuki kamar mandi

kakinya ada yang berhimpitan

(22/9/15)

membuat klien enggan untuk


menggunaka alas kaki (sendal)
O: klien nampak menolak
(menggelengkan kepala)
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dengan
memberikan informasi tentang
bahaya jatuh pada klien

4. Memberikan

S : klien mengatakan mengerti

informasi kepada klien

dan akan berhati-hati dalam

tentang bahaya jatuh

beraktivitas

serta cara menolong diri

O : klien mampu untuk

ketika terjatuh. (23/9/15)

mengulang kembali apa saja


bahaya dari jatuh
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi latihan
senam untuk keseimbangan
S: klien mengatakan senang

5. Melakukan latihan

bisa senam bersama-sama

senam bersama-sama

dengan yang lain

untuk melatih

O: klien nampak antusias dalam

keseimbangan klien

melakukan latihan

(25/9/15)

A : masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi dengan
menganjurkan klien untuk tetap
latihan bersama-sama

6. EVALUASI SUMATIF
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko jatuh b.d kondisi lingkungan dan

EVALUASI SUMATIF
S : klien mengatakan senang melakukan

fisiologis

aktivitas bersama-sama dengan lansia


lainnya seperti senam bersama, klien
mengatakan belum mampu sepenuhnya
mengikuti latihan senam karena pusing
ketika lama berdiri, klien mengatakan
akan berhati-hati melakukan aktivitas
agar tidak terjatuh lagi
O : klien terlihat bersemangat dan
senang bisa berbincang-bincang dengan
mahasiswa
A : masalah teratasi sebagian
P : anjurkan klien untuk mengikuti
latihan senam secara rutin, jika tidak
mampu berdiri dapat dilakukan dengan
posisi duduk

7. RENCANA TINDAK LANJUT


Nama lansia/ wisma : Ny.S /Panti Whredha Harapan Ibu
Alamat

: Ngaliyan, Semarang

Anggota

Masalah kesehatan

Intervensi yang telah

RTL

wisma
Ny.S

Resiko jatuh b.d

dilakukan
Melakukan latihan senam

kondisi lingkungan

bersama-sama untuk melatih

melakukan latihan dengan dibantu

dan fisiologis

keseimbangan klien

anggota panti lain yang mampu

Menganjurkan klien untuk rutin

menjadi instruktur
-

Meminta klien untuk barhati-hati


dalam berjalan atau melakukan
aktivitas lainnya

Paraf

BAB IV
PEMBAHASAN
Kemampuan seseorang untuk menunjang mobilitas sehari-hari sangat
tergantung pada keseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan dalam
mempertahankan suatu posisi atau sikap ketika diam atau bergerak. Tubuh dikatakan
seimbang ketika proyeksi dari pusat gravitasi tubuh jatuh ke dalam base of support
(landasan penunjang) dan resultan gaya yang bekerja sama dengan nol (Andi, 2005).
Lansia yang memiliki keseimbangan yang baik akan mengurangi resiko
terjadinya jatuh. Penurunan kekuatan otot menyebabkan penurunan mobilitas dan
keterbatasan gerak pada lansia karena hal ini bagian dari kemampuan melangkah,
berjalan dan keseimbangan (Kusnanto,dkk 2007). Keseimbangan sangat dibutuhkan
pada lansia. Lansia yang memiliki kebugaran jasmani dituntut untuk tidak memiliki
ketergantungan pada orang lain, sehingga diharapkan lansia masih bisa tetap berdiri
dan berjalan dengan baik tanpa bantuan (Khotimah, 2014).
Latihan fisik merupakan salah satu aktivitas olahraga berupa senam sehat bagi
lansia. Latihan ini membantu lansia untuk menjaga serta membiasakan otot dan sendi
agar tidak kaku dan tetap bergerak, karena dengan demikian secara tidak langsung
akan menjaga otot dan sendi agar tidak mengalami penurunan fungsi yang berdampak
pada penurunan kemampuan dalam menunjang mobilitas lansia. Senam sehat
indonesia termasuk kedalam aerobic low impact (menghindari gerakan loncat-loncat)
dengan intensitas ringan sampai sedang serta mengambil prinsip untuk menenangkan
pikiran serta mengendorkan otot yang dapat membangkitkan energi dasar dan
kemudian menyebarkannya keseluruh tubuh. Senam ini bermanfaat untuk
memperlancar peredaran darah keseluruh tubuh, merangsang keseimbangan kerja
jantung, mengatur keseimbangan daya kedua tangan dan kaki serta menguatkan otototot persendian (Adit,dkk 2015).

Journal of Sport Sciences and Fitness yang berjudul Peningkatan


Keseimbangan Postural Menggunakan Pengukuran Berg Balance Scale (BBS) Pada
Lansia Di Sasana Panti Mulyo Sragen, menyatakan bahwa latihan senam sehat
indonesia berpengaruh terhadap peningkatan keseimbangan tubuh lansia. Hasil
penelitian ini menunjukkan setelah dilakukan latihan senam sehat selama 16 kali
pertemuan memperlihatkan pengaruh terhadap keseimbangan lansia. Peningkatan
keseimbangan ini terjadi karena dalam setiap gerakan senam sehat indonesia terdapat
beberapa gerakan yang melatih keseimbangan kedua tangan dan kaki dalam
menopang tubuhnya.

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry ; Makhfudli.2009. keperawatan kesehatan komunitas : teori dan


praktik dalam keperawatan. Jakarta : salemba medika.
Nugroho, H. Wahjudi. 2009. Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta : buku
kedokteran EGC
Maryam, R.Siti ; Mia fatma Ekasari,dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan
perawatannya. Jakarta : salemba medika.
Lanywati,Endang. 2001. Diabetes mellitus penyakit kencing manis. Yogyakarta :
kanisius.
Tapan, Erik MHA. 2005. Kesehatan keluarga penyakit degeneratif. Jakarta :
Gramedia.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Pustaka Populer Obor : Jakarta.
Price,

Sylvia

Anderson.

2005. Patofisologi

Konsep

Klinis

Proses-Proses

Penyakit. Jakarta : EGC.


S.Tamher, Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta : salemba medika.
Darmojo & Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: FKUI

Shobha, S.R. 2005. Prevention of Falls in Older Patients. American Academy of


Family Physicians, 72, 81-8, 93-4
Australian Government, Department of Health and Ageing. 2011. Falls Can be
Preventen : A Guide to Preventing Falss for Older People. (Online),
(http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/E23F5F7BF8
F07264CA257BF0002043F5/$File/Don%27t%20fall%20for%20it.pdf,
diakses, 23 september 2015).
Andi Sugiarto Setiahardja. 2005. Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas
Kehidupan seharihari pada Lansia. Semarang: FK UNDIP
Kusnanto, Retno Indarwati, dan Nisfil Mufidah. 2007. Peningkatan Stabilitas Postural
Pada Lansia Melalui Balance Exercise. Surabaya : PSIK FK UNAIR.
Khotimah, Husnul. 2014. Pengaruh Latihan Senam Bugar Lansia Terhadap
Keseimbangan Statis Dan Keseimbangan Dinamis Wanita Usia 60 Tahun Ke
Atas Posyandu Lansia Lestari Bumiarjo. Surabaya :Universitas Negeri
Surabaya.
Praseto, Adit, dan Nanang Indardi. 2015. Peningkatan Keseimbangan Postural
Menggunakan Pengukuran Berg Balance Scale (Bbs) Pada Lansia Di Sasana
Panti Mulyo Sragen . Semarang : Unnes.

LAMPIRAN

A. PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN (MENOLONG DIRI SENDIRI


KETIKA JATUH)
a. Latar belakang masalah
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar
menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh
tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang mana jenis dan
konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami
jatuh (Stanley, 2006).
Kejadian jatuh ini dapat diminimalisir dengan melakukan latihan fisik,
modifikasi lingkungan yag dapat meningkatkan resiko tinggi terjadinya jatuh
serta memperbaiki kebiasaan buruk lansia yang membuat lansia tersebut
menjadi terjatuh. Menganjurkan lansia menggunakan alas kaki ketika
memasuki kamar mandi merupakan salah satu cara agar dapat menghindari
kejadian terjatuh di kamar mandi. Sebagaimana yang kita ketahui terjatuh
dikamar mandi merupakan hal yang paling sering terjadi pada lansia, hal ini
disebabkan karena lantai yang licin serta basah ataupun lansia yang tidak
menggunakan alas kaki ketika memasuki kamar mandi. Ketika lansia
mengalami hal tersebut kebanyakan orang menemukan kondisi lansia yang
tidak berdaya atau tidak sadarkan diri. Maka dari itu untuk meminimalisir
kejadian tersebut alangkah baiknya jika lansia juga mampu untuk menolong
dirinya sendiri ketika kejadian jatuh menimpa dirinya, sehingga lansia yang
terjatuh tidak harus menunggu lama agar seseorang datang menolong dirinya.
Dengan demikian dengan diberikannya gambaran tentang apa yang harus
dilakukan ketika terjatuh lansia mampu untuk menolong dirinya sendiri.

b. Tujuan instruksional umum


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x15 menit diharapkan Ny.S
mampu menolong dirinya sendiri ketika terjatuh
c. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan Ny.S mampu :
-

Mengulang kembali materi minimal 6 dari sebelas cara menolong diri


sendiri ketiak jatuh

Klien mampu mempraktekan cara-cara melakukan pertolongan sendiri

d. Pokok materi
Menurut Australian Government, Department of Health and Ageing
(2011) ada beberapa penanganan jatuh pada lansia antara lain:
1. Tetap tenang
2. Periksa tubuh anda, apakah ada luka atau patah tulang
3. Jika anda terluka/mengalami cedera atau patah tulang maka jangan
bergerak dan tetaplah diam di tempat lalu teriak minta tolong.
Tetap tenang dan jangan panik
4. Jika tidak ada cedera/patah tulang, cari kursi/meja/tempat yang
kokoh di sekitar anda
5. Bergulinglah ke salah satu sisi

6. Merangkaklah atau geser tubuh ke kursi/meja/furniture yang


kokoh/kuat

7. Dengan posisi berlutut, letakkan lengan pada kursi dan pegang erat

8. Letakkan salah satu lutut di depan dan lutut yang lain pada lantai

9. Dorong ke atas dengan tangan dan kaki untuk mendekatkan diri ke


kursi. Putar bokong dan dekatkan ke kursi

10. Duduk dan istirahatlah sebelum mencoba bergerak/berpindah


kembali

11. Beritahu perawat anda jika ada telah terjatuh

e. Rencana pelaksanaan

Menjelaskan cara menolong diri sendiri ketika jatuh


Sebelum mendemonstrasika cara menolong diri sendiri ketika jatuh,
klien diberikan penjelasan serta gambaran tentang bagaimana cara
menolong diri sendiri ketika jatuh. Satu anggota kelompok
menjelaskan anggota lain membantu pemahaman agar klien lebih
mengerti serta yang lain mengamati respon yang diberikan oleh klien.

Mendemonstrasikan cara menolong diri sendiri ketika jatuh

Setelah diberikan penjelasan bagaiamana cara melakukan penolongan


diri ketika terjatuh, anggota kelompok dan klien selanjutnya
melakukan demonstrasi bersama-sama.

Mengevaluasi kegiatan
Setelah bersama-sama melakukan demonstrasi, klien diminta untuk
mengulang kembali materi yang telah disamaikan serta mampu
melakukan demonstrasi dengan mandiri.

f. Struktur kegiatan
1. Pokok bahasan

: mengurangi resiko jatuh

2. Sub pokok bahasan

: cara menolong diri sendiri ketika terjatuh

3. Sasaran

: Ny.S

4. Tempat

: panti wredha harapan ibu ngaliyan, semarang

5. Hari /tanggal

: rabu/23 september 2015

6. Waktu

: 10.00-10.15 wib

7. Setting tempat

Keterangan
: mahasiswa
: Ny.S
: pemateri

8. Pembagian tugas

Sri wahyuni tyas pritami : penanggung jawab (materi serta demontrasi)


Siti nurkhalifah

peserta

dan

fasilitator

(ikut

serta

fasilitator

(ikut

serta

mendemontrasikan)
Aldelya intan

peserta

dan

mendemontrasikan)
Debby agung

: peserta dan dokumentasi

g. Strategi pelaksanaan
No Tahapan
1.

Kegiatan penyuluh

Kegiatan peserta

Orientasi (3 -

Mengucapkan

Menjawab salam

menit)

salam

Mendengarkan

Memperkenalkan

serta

diri

memperhatikan

Menjelaskan tujuan

Kontrak waktu

Melakukan

Kerja

(10

menit)

penjelasan
bahaya

jatuh
-

Memberikan
agar

cara

mampu

melakukan
penyelamatan
terhadap

Menyetujui
Ikut berperan aktif
(bertanya

Memberikan
mengenai

media
Diskusi

kontrak

apersepsi
2.

Metode/

diri

sendiri ketika jatuh

dan

menjawab)
Mendengarkan dan Diskusi ,
memperhatikan

demonstr

Ikut

asi,

mendemontrasikan

gambar-

bersama-sama

gambar

Melakukan
demontrasi

3.

Terminasi

(2 menit)

bersama-sama
Mengevaluasi
klien

tentang

pertanyaan

Mengevaluasi
perasaan
setelah

mampu Diskusi

menjawab

kegiatan
-

Klien

klie

dilakukan -

Klien mengutarakan
perasaanya
Klien

mampu

kagiatan

melakukan

Memberikan

demontrasi dengan

reinforment positif

bantuan

Kontrak

Klien

bersedia

selanjutnya

dengan

kontrak

Terminasi, salam

selanjutnya

waktu -

h. Evaluasi

Persiapan
1. Menyiapkan pre planning sebelum pelaksanaan
2. Melakukan kontrak dengan klien
3. Menyiapkan alat dan media
4. Menyiapkan tempat

Proses
1. Kegiatan dilaksanakan hari rabu tanggal 23 september 2015 pkl 10.0010.15 wib
2. Klien memperhatikan materi yang disampaikan
3. Klien kooperatif dalam diskusi

Hasil
1. Klien mampu mengulang kembali materi yang telah disampaikan

2. Klien mampu mendemonstrasikan kembali seperti yang dicontohkan


3. Klien mengatakan senang melakukan kegiatan bersama-sama
i. Alat /media yang digunakan
-

Kursi

Gambar-gambar

Anda mungkin juga menyukai