Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI DAN ATESTASI

AN INCOME STRATEGY APPROACH TO THEORY OF ACCOUNTING


STANDARD SETTING/CHOICE
Mark E. Zmijewski dan Robert L. Hargeman (1981)

Disusun oleh:
1. Yuni Rahmawati (0806479093)
2. Arief Jauhari

(0906498300)

PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
NOVEMBER 2009

Statement of Authorship
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas
bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama
NPM
Tanda Tangan

: Arief Jauhari
: 0906498300
:

Nama
NPM
Tanda Tangan

Yuni Rahmawati
: 0806479093
:

Mata Ajaran

: Teori Akuntansi dan Atestasi

Judul Makalah/Tugas

: An Income Strategy Approach to the Positive Theory of


Accounting Standard Setting / Choice

Tanggal

: 23 November 2009

Dosen

: Hilda Rossieta PhD

An Income Strategy Approach to the Positive Theory of Accounting


Standard Setting / Choice
Oleh: Mark E. Zmijewski dan Robert L. Hargeman (1981)
Ringkasan
Studi atau penelitian yang dilakukan oleh Mark E. Zmijewski dan Robert L.
Hagerman pada tahun 1981 memberikan bukti tambahan kepada teori positif pilihan
kebijakan akuntansi dengan mengkombinasikan prinsip akuntansi individual ke dalam
strategi pendapatan perusahaan. Strategi pendapatan merupakan variabel yang dependen
dalam suatu analisa probit dimana variabel independennya adalah ukuran, kompensasi
manajemen, rasio konsentrasi industri, risiko sistimatik, intensitas modal dan rasio total
hutang terhadap total aset. Hasil pengujian mereka juga menyimpulkan bahwa perusahaan
kecil atau perusahaan atau perusahaan yang mempunyai konsentrasi industri yang kecil tidak
membuat keputusan terhadap pilihan kebijakan akuntansi.

Hasil dari tes empiris yang

dilakukan oleh Zmijewski dan Hagerman (1981) mengindikasikan bahwa keempat variabel
independen tersebut tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan pilihan strategi
pendapatan perusahaan.
Watt dan Zimmerman didalam bukunya Positive Accounting Theory, menjelaskan
studi atau penelitian yang dilakukan oleh Smijewski dan Hagerman (1981) menggunakan tiga
hipotesis dari positive accounting theory, yaitu bonus plan hypothesis, debt covenant
hypothesis, dan political cost hypothesis untuk menjelaskan portofolio prosedur akuntansi
yang dipilih dan digunakan perusahaan. Ketiga hipotesis tersebut (bonus plan, debt/equity
dan size) mempengaruhi pilihan terhadap kumpulan prosedur akuntansi yang dilakukan
manajer.

Studi yang dilakukan mereka memfokuskan diri kepada penjelasan terhadap

pilihan, bukan penjelasan terhadap kumpulan prosedur akuntansi itu sendiri.


Pendahuluan
Suatu fenomena akuntansi tentang insentif ekonomi yang memotivasi manajer untuk
memilih prinsip-prinsip akuntansi diungkapkan pertama kali oleh Gordon (1964), yang
membuat teori bedasarkan fenomena akuntansi tersebut. Rangkaian tulisan dan penelitian

sesudahnya menguji fenomena akuntansi tersebut dan berusaha menentukan insentif-insentif


ekonomi yang memotivasi manajer untuk menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang
mempengaruhi penyusunan laporan keuangan.
Motivasi manajer dapat dilihat dari adanya aktivitas lobi untuk menerima dengan
pengecualian atau keringanan atau menolak suatu standar akuntansi (GAAP), mempengaruhi
GAAP yang dapat dipilih perusahaan, dan pilihan dan/atau perubahan dalam prinsip
akuntansi yang digunakan perusahaan. Kedua fenomena ini tentunya akan menimbulkan
biaya bagi perusahaan. Pertanyaan yang diajukan oleh Smijewski dan Hagerman (1981)
adalah dengan asumsi rasionalitas ekonomi, apakah keuntungan yang diperoleh dari
pembenaran timbulnya beban perusahaan atas aktivitas lobi dan pilihan dan/atau perubahan
prinsip akuntansi yang dilakukan manajer? Dalam menjawab pertanyaan tersebut mereka
menggunakan pendekatan teori positive accounting dalam menentukan dan memilih prinsipprinsip akuntansi yang dilakukan manajer.
Tujuan studi Smijewski dan Hagerman (1981) adalah untuk mengembangkan dan
menguji teori positif dengan menggunakan pendekatan strategi pendapatan. Melalui
pendekatan ini kumpulan dari pemilihan prinsip atau standar akuntansi diperlakukan sebagai
satu kesatuan keputusan yang diambil perusahaan. Penelitian ini juga untuk menguji apakah
teori positif juga berlaku secara umum untuk semua perusahaan.
Smijewski dan Hagerman (1981) menjelaskan teori positif akuntansi dapat menjawab
alasan perusahaan melakukan lobi untuk dapat memilih prinsip-prinsip akuntansi yang
digunakan. Teori tersebut dapat mengidentifikasikan motif-motif ekonomi dibalik pemilihan
prinsip akuntansi dan bagaimana motif-motif ekonomi (insentif) tersebut bisa diubah. Teori
ini dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana perusahaan dan pihak-pihak yang terkait
seperti auditor bereaksi terhadap perubahan dalam peraturan akuntansi dan dapat
memprediksi pengaruh ekonomi atas perubahan tersebut. Prediksi-prediksi tersebut dapat
membantu pembuat kebijakan, seperti FASB, untuk mengantisipasi perusahaan-perusahaan
mana yang akan melakukan lobi yang intensif atau yang menolak perubahan daam aturan
akuntansi yang diusulkan.

Teori Positif Pemilihan Kebijakan Akuntansi


Gordon (1964) adalah orang pertama yang tekun menganalisa motif ekonomi dibalik
pemilihan standar, prinsip dan prosedur akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan. Gordon (1964) menyimpulkan bahwa manajer akan memilih prinsip akuntansi
yang membuat rangkaian dari pendapatan atau laba dari tahun ke tahun yang tidak fluktuatif
(smooth). Analisa Gordon bersifat dugaan karena secara implisit mengasumsikan investor
tidak bisa atau tidak akan sepenuhnya menyesuaikan terhadap prinsip akuntansi alternatif.
Studi empiris yang dilakukan Ball (1972) dan Sunder (1975) dan yang lainnya
mengidikasikan, pada tingkat pasar agregat, penyesuaian-penyesuaian dilakukan menurut
efficient market hypothesis. Jadi manajer mungkin saja tidak termotivasi untuk memilih
prinsip akuntansi yang mengharuskan pendapatan yang landai (smooth) atau yang
bertumbuh dengan alasan ini (efficient market hypothesis).
Watt dan Zimmerman (1978) membangun suatu teori yang membuat hipotesa tentang
insentif ekonomi yang dimiliki manajer dalam memilih prinsip akuntansi dan membuat suatu
model yang dapat diuji.

W-Z menguji model terhadap posisi lobi manajer pada saat

menyerahkan tanggapan kepada FASB yang membuat exposure draft tentang General Price
Level Accounting. Hagerman dan Smijewski (1979) kemudian mengembangkan teori W-Z
terhadap pilihan menajer terhadap kebijakan akuntansi secara individual (satu kebijakan
akuntansi yang diterapkan).
Teori yang dikembangkan Watt dan Zimmerman berdasarkan proposisi manajer
berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya yang bisa dihubungkan langsung dengan
kompensasi yang mereka diperoleh, dalam hal ini kekayaan.

Kompensasi manajemen

meningkat dengan meningkatkan nilai dari saham yang mereka miliki melalui management
stock option plan dan/atau dengan meningkatkan nilai pembayaran tunai melalui insentif
berupa bonus dalam bentuk uang. W-Z berpendapat empat faktor yang dapat meningkatkan
kekayaan manajemen; 1) dengan mengurangi atau menunda pembayaran pajak, 2) dengan
regulasi pemerintah yang menguntungkan, 3) mengurangi biaya politik, seperti ancaman
nasionalisasi, expropriation, tuntutan anti trust, dan 4) meningkatkan laba yang digunakan
sebagai basis untuk menghitung bonus.

Meningkatnya arus kas perusahaan karena

pengurangan atau penundaan pembayaraan pajak, dengan faktor lain tidak berubah (ceteris

paribus) dapat meningktkan harga saham, sedangkan faktor yang keempat menghasilkan
peningkatan kompensasi manajemen secara langsung.
Berdasarkan logika dalam proposisi yang diterangkan pada paragraf sebelumnya,
manajer akan melobi dan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan
atau menunda pembayaran pajak, mengamankan peraturan-peraturan atau keputusankeputusan yang dikeluarkan regulator yang menguntungkan mereka, menurunkan biaya
politik, menurunkan biaya untuk menghasilkan infornasi dan/atau menghasilkan bonus tunai
buat mereka. Kecuali penurunan biaya untuk menghasilkan informasi yang secara langsung
mengurangi arus kas keluar, kebijakan-kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi ketiga
faktor lainnya melalui laba yang dilaporkan.

Suatu kebijakan akuntansi yang dapat

menurunkan laba dapat juga menurunkan atau menunda pembayaran pajak (asumsinya
kebijakan akuntansi diterapkan baik untuk tujuan akuntansi maupun perpajakan, contohnya
LIFO). Jika perusahaan diregulasi, kebijakan akuntansi yang menurunkan laba dapat menjadi
alasan yang dapat dibenarkan bagi manajemen untuk berargumen bahwa laba perusahaan
terlalu kecil sehingga harga harus dinaikkan. Laba yang kecil dapat menurunkan biaya
politik karena perusahaan menjadi terlalu kecil untuk dilihat dan kecil kemungkinannya
untuk diserang oleh aktivis-aktivis politik daripada perusahaan yang mempunyai laba yang
besar.

Terakhir untuk perusahaan yang memberikan insentif berdasarkan laba yang

dilaporkan, manajer mempunyai insentif yang kuat untuk menggunakan prosedur akuntansi
yang meningkatkan laba.
Watts (1977), menggunakan hasil penelitian Jensen dan Meckling (1976), merupakan
orang pertama yang mengusulkan syarat-syarat hutang (debt covenant) dapat mempengaruhi
pemilihan kebijakan akuntansi. Colllin, Rozeff

dan Dhaliwal (1980), Dhaliwal (1980),

Holthausen (1980) dan Keftwich (1980) berpendapat bahwa makin besar rasio hutang
terhadap modal suatu perusahaan, makin terikat dengan persyaratan hutang tersebut.
Perusahaan dapat melonggarkan persyaratan, seperti persyaratan pembagian dividen, dengan
memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Mereka mengajukan hipotesis
rasio hutang terhadap modal yang tinggi berhubungan dengan penggunaan alternatif
akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Mereka melakukan pengujian dan menemukan,
kecuali Holthausen (1980) bahwa rasio hutang terhadap modal memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hal-hal yang mereka uji.

Pengujian-Pengujian Empiris
Beberapa pengujian empiris yang dilakukan sebelumnya dengan mengggunakan teori
positif diterangkan dalam paragraf di bawah ini.
a.

Pengujian W-Z
W-Z melakukan pengujian terhadap posisi lobi yang dilakukan perusahaan yang

menyerahkan tanggapan kepada FASB mengenai standar akuntansi General Price Level
Accounting (GPLA). Mereka menguji hubungan empiris dari penyesuaian posisi lobi yang
dilakukan perusahaan atas pengaruh GPLA terhadap laba perusahaan, terhadap ukuran dan
pangsa pasar, yang merupakan variabel proksi untuk biaya politik, rencana pembagian
keuntungan manajemen (management profit-sharing plan) dua variabel proksi untuk adanya
kemungkinan pengaruh pajak, dan apakah perusahaan merupakan perusahaan yang diatur
dengan peraturan atau tidak.
Hasil dari pengujian diperoleh, variabel yang dapat mempunyai pembedaan yang
paling kuat adalah ukuran perusahaan, makin besar ukuran perusahaan makin besar lobi
untuk memperkecil pendapatan. Sedangkan variabel lainnya mempunyai explanatory power
yang kecil.
b. Pengujian hagerman dan Zmijewski (1979)
Hagerman dan Zmijewksi (1979) melakukan pengujian teori posotif akuntansi.
Mereka menggunakan analisa probit untuk menentukan jika pemilihan atas empat kebijakan
akuntansi secara sendiri-sendiri, yaitu depresiasi, metode persediaan, perlakukan terhadap
kredit pajak investasi dan amortisasi biaya jasa lalu (past service cost) di 300 perusahaan.
Model H-Z terdiri dari variabel firm size dan management incentive plan, sama seperti model
W-Z. H-Z menggunakan delapan firm concentration ratio sebagai pengganti pangsa pasar
dalam model W-Z. Concentration ratio diasumsikan sebagai variabel proksi kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan monopoli sewa (monopoly rents), yang dapat menimbulkan
biaya politik yang besar. Perusahaan yang menghasilkan dan melaporkan monopoli sewa
mempunyai kemungkinan yang besar untuk menghadapi aksi anti-trust dan masuknya
perusahaan lain. Kemudian dibuat hipotesa yang menyatakan perusahaan yang menghasilkan

monopoli sewa akan memilih prinsip dan prosedur akuntansi yang dapat meminimalkan laba
yang dilaporkan untuk mencegah masuknya perusahaan lain dan tuntutan hukum.
Dua variabel lain, risiko sistematis dan intensitas modal juga diuji. Perusahaan yang
lebih berisiko cenderung untuk mendapatkan hasil yang lebih besar untuk menutupi
tambahan risiko sistimatis yang perusahaan pikul. Dimana laba akuntansi mencerminkan
laba ekonomi, perusahaan yang lebih berisiko akan memiliki laba akuntansi yang lebih besar.
Perusahaan yang menggunakan capital intensive menghasilkan laba yang lebih tinggi
daripada perusahaan yang menggunakan labor incentive karena biaya modal dicatat pada sisi
neraca, bukan di laporan laba rugi. Karena perusahaan yang lebih berisiko dan mempunyai
capital intensive yang lebih besar mendapatkan abnormal profit, perusahaan akan memilih
prinsip dan prosedur akuntansi yang dapat menurunkan laba yang dilaporkan..
H-Z menguji metode persediaan LIFO, Penyusutan yang dipercepat, penangguhan
kredit pajak investasi dan amortisasi biaya jasa lalu selama periode kurang dari 30 tahunn
sebagai alternatif penurunan laba. Pilihan untuk meningkatkan laba adalah metode persediaan
FIFO, metode penyusutan garis lurus, metode flow-through untuk kredit pajak investasi dan
amortisasi selama 30 tahun atau lebih untuk biaya jasa lalu pensiun (pension past service
costs).
Model secara statistik berpengaruh signifikan kepada dua kebijakan akuntansi:
persediaan dan penyusutan. Hal yang mengganggu dalam penelitian adalah adanya variabel
yang sama tidak signifikan secara konsisten terhadap setiap kebijakan akuntansi yang diuji
(empat kebijakan). Bukti ini mengindikasikan variabel independen mungkin saja mempunyai
kekuatan untuk menjelaskan pada umumnya, tetapi variabel-variabel independen tersebut
secara sendiri-sendiri bukan merupakan penentu atas pilihan kebijakan akuntansi. Hal ini bisa
diinterpretasikan proses pengambilan keputusan yang berbeda digunakan untuk memilih
kebijakan akuntansi (hal yang tidak mungkin) atau kebijakan akuntansi yang diuji bukan
merupakan keputusan sendiri-sendiri.
Pendekatan Strategi Laba (Pendapatan)
1.

Strategi Laba

Banyak studi yang membahas pemilihan kebijakan akuntansi mengasumsikan bahwa


pemilihan kebijakan akuntansi bersifat independen, hal yang tidak mungkin bagi manajer
untuk melakukannya. Jika manajemen menggunakan model H-Z atau W-Z dalam melobi dan
keputusan untuk memilih kebijakan akuntansi, keputusan ini tidak akan independen karena
nilai-nilai dari variabel-variabel independen dari kedua model tersebut adalah indentik untuk
setiap keputusan.

Bedasarkan faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan, manajer

berusaha untuk mencapai level optimal laba yang dilaporkan dan akan memilih satu
kumpulan (set) kebijakan akuntansi tertentu. Esensinya, manajemen akan menggunakan
strategi laba yang multi dimensi untuk perusahaan, dengan setiap satu kebijakan akuntansi
merupakan satu dimensi dari strategi laba tersebut.
Model W-Z dan H-Z mengasumsikan independensi. Model W-Z tidak menjelaskan
pengaruh dari keputusan kebijakan akuntansi lain yang dibuat perusahaan. Perusahaan tidak
akan mengeluarkan biaya lobi jika perusahaan dapat mengatasi pengaruh dari keputusan yang
dibuat FASB dengan merubah kumpulan kebijakan akuntansi dan jika biaya untuk merubah
lebih sedikit dibandingkan biaya yang timbul dari melobi.
Model H-Z mengasumsikan manajer dapat memilih suatu prinsip akuntansi
berdasarkan pengaruh dari kebijakan akuntansi tersebut secara sendiri-sendiri terhadap laba
yang dilaporkan dan variabel-variabel ekonomi dari model tersebut. Karena kumpulan dari
variabel-variabel independen adalah sama untuk setiap perusahaan pada suatu waktu, model
akan memprediksikan semua kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan atau menurunkan
laba pada setiap perusahaan. Oleh karena itu, untuk satu perusahaan, model H-Z dapat
menyimpulkan suatu strategi laba perusahaan yang bersifat konservatif (menurunkan laba)
atau lliberal (menaikkan laba).
Zmijewski dan Hagerman (1981) kemudian membandingkan model W-Z dan H-Z
dalam sebuah tabel (terlampir) mengenai kombinasi empat kebijakan akuntansi dan strategi
laba.

Kombinasi kebijakan akuntansi mulai dari yang paling menurunkan laba sampai

dengan yang paling menaikkan laba dengan skala 1-16. Keempat kebijakan akuntansi dibagi
ke dalam dua kelompok besar yaitu yang dapat menaikkan laba (ditandai dengan angka 1)
dan yang dapat menurunkan laba (ditandai angka O).
Kebijakan

Menaikan Laba (0)

Menurunkan Laba (1)

Penyusutan
Persediaan
Amortisasi Biaya Lalu (Pensiun)
Kredit Pajak Investasi

Metode Dipercepat
LIFO
Kurang dari 30 tahun
Metode penangguhan

Metode Garis Lurus


FIFO
30 tahun atau lebih
Metode Flow-through

Dari tabel, hanya 12,33% dari sampel H-Z yang berada dalam kategori ekstrim
(3,33% most decreasing dan 9% most increasing). Hasil memperlihatkan mengikuti strategi
laba keseluruhan.
Strategi yang optimal diperoleh tidak berada dalam kondisi ekstrim karena adanya
trade-off antara variabel ukuran perusahaan yang menyebabkan manajer menurunkan laba
dan variabel kompensasi manajemen yang mendorong manajemen untuk meningkatkan laba.
Hasil dari trade-off mengartikan bahwa setiap kombinasi dari kumpulan GAAP yang tersedia
memberikan hasil yang optimal untuk perusahaan.
Jika perusahaan mengikuti keseluruhan strategi laba, maka strategi perusahaan
digunakan sebagai variabel dependen daam analisa statistik untuk menguji pilihan prinsip
akuntansi. Berdasarkan empat kebijakan akuntansi yang dianalisa dan dua pilihan untuk
setiap kebijakan, maka diperoleh 16 kombinasi yang dapat diikuti perusahaan dan diperingkat
dari 1 sampai dengan 16. Kumpulan strategi yang pertama yang diuji berdasarkan asumsi
pemilihan metode depresiasi dan persediaan, amortisasi biaya jasa lalu dan perlakuan kredit
pajak investasi, mempunyai pengaruh yang sama terhadap laba yang dilaporkan. Asumsi ini
menghasilkan 5 strategi alternatif, yang masing-masing mempunyai besaran pengaruh yang
berbeda terhadap laba yang dilaporkan. Kelima strategi tersebut adalah:
1. Penurunan laba untuk semua kebijakan akuntansi;
2. Kenaikan laba untuk satu kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk ketiga
kebijakan akuntansi;
3. Kenaikan laba untuk dua kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk kedua
kebijakan akuntansi;
4. Kenaikan laba untuk tiga kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk satu
kebijakan akuntansi; dan
5. Kenaikan laba untuk semua kebijakan akuntansi.
Asumsi semua alternatif kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh yang sama
terhadap laba yang dilaporkan bersifat arbiter. Meskipun demikian karena tidak mungkin
menghitung pengaruh secara tepat dari berbagai kombinasi prinsip akuntansi, Smijewski dan

Hagerman (1981), menambahkan dua asumsi mengenai pengaruh alternatif prinsip akuntansi
dan menguji kumpulan strategi untuk melihat apabila hasil pengujian sensitif terhadap
asumsi-asumsi dari kebijakan akuntansi secara sendiri-sendiri (individual) terhadap agregat
kebijakan akuntansi alternatif.
Tambahan asumsi yang pertama adalah alternatif prosedur akuntansi biaya pensiun
dan kredit pajak investasi mempunyai setengah dari pengaruh alteratif prosedur akuntansi
persediaan dan penyusutan. Tambahan asumsi ini menghasilkan tujuh strategi yang berbeda
yang disajikan pada tabel terlampir. Tambahan asumsi yang kedua adalah biaya pensiun dan
kredit pajak mempunyai pengaruh yang sama akan tetapi kurang dari setengah pengaruh
persediaan dan penyusutan terhadap laba yang dilaporkan. Alternatif tambahan asumsi yang
kedua menghasilkan sembilan strategi yang disajikan dalam tabel terlampir.
Smijewski dan Hagerman (1981) menguji model H-Z yang digunakan pada tahun
1979 tersebut dengan tambahan rasio hutang terhadap modal pada strategi laba yang
diterapkan perusahaan,

Smijewski dan Hagerman (1981) menilai keputusan pemilihan

kebijakan akuntansi dianalisa sebagai kesuluruhan strategi laba perusahaan, bukan yang
bersifat independen.
2.

Methhodological Consideration

Anda mungkin juga menyukai