An Income Strategy Approach To The Positive Theory of Acct Standard Setting Choice
An Income Strategy Approach To The Positive Theory of Acct Standard Setting Choice
Disusun oleh:
1. Yuni Rahmawati (0806479093)
2. Arief Jauhari
(0906498300)
Statement of Authorship
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas
bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama
NPM
Tanda Tangan
: Arief Jauhari
: 0906498300
:
Nama
NPM
Tanda Tangan
Yuni Rahmawati
: 0806479093
:
Mata Ajaran
Judul Makalah/Tugas
Tanggal
: 23 November 2009
Dosen
dilakukan oleh Zmijewski dan Hagerman (1981) mengindikasikan bahwa keempat variabel
independen tersebut tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan pilihan strategi
pendapatan perusahaan.
Watt dan Zimmerman didalam bukunya Positive Accounting Theory, menjelaskan
studi atau penelitian yang dilakukan oleh Smijewski dan Hagerman (1981) menggunakan tiga
hipotesis dari positive accounting theory, yaitu bonus plan hypothesis, debt covenant
hypothesis, dan political cost hypothesis untuk menjelaskan portofolio prosedur akuntansi
yang dipilih dan digunakan perusahaan. Ketiga hipotesis tersebut (bonus plan, debt/equity
dan size) mempengaruhi pilihan terhadap kumpulan prosedur akuntansi yang dilakukan
manajer.
menyerahkan tanggapan kepada FASB yang membuat exposure draft tentang General Price
Level Accounting. Hagerman dan Smijewski (1979) kemudian mengembangkan teori W-Z
terhadap pilihan menajer terhadap kebijakan akuntansi secara individual (satu kebijakan
akuntansi yang diterapkan).
Teori yang dikembangkan Watt dan Zimmerman berdasarkan proposisi manajer
berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya yang bisa dihubungkan langsung dengan
kompensasi yang mereka diperoleh, dalam hal ini kekayaan.
Kompensasi manajemen
meningkat dengan meningkatkan nilai dari saham yang mereka miliki melalui management
stock option plan dan/atau dengan meningkatkan nilai pembayaran tunai melalui insentif
berupa bonus dalam bentuk uang. W-Z berpendapat empat faktor yang dapat meningkatkan
kekayaan manajemen; 1) dengan mengurangi atau menunda pembayaran pajak, 2) dengan
regulasi pemerintah yang menguntungkan, 3) mengurangi biaya politik, seperti ancaman
nasionalisasi, expropriation, tuntutan anti trust, dan 4) meningkatkan laba yang digunakan
sebagai basis untuk menghitung bonus.
pengurangan atau penundaan pembayaraan pajak, dengan faktor lain tidak berubah (ceteris
paribus) dapat meningktkan harga saham, sedangkan faktor yang keempat menghasilkan
peningkatan kompensasi manajemen secara langsung.
Berdasarkan logika dalam proposisi yang diterangkan pada paragraf sebelumnya,
manajer akan melobi dan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan
atau menunda pembayaran pajak, mengamankan peraturan-peraturan atau keputusankeputusan yang dikeluarkan regulator yang menguntungkan mereka, menurunkan biaya
politik, menurunkan biaya untuk menghasilkan infornasi dan/atau menghasilkan bonus tunai
buat mereka. Kecuali penurunan biaya untuk menghasilkan informasi yang secara langsung
mengurangi arus kas keluar, kebijakan-kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi ketiga
faktor lainnya melalui laba yang dilaporkan.
menurunkan laba dapat juga menurunkan atau menunda pembayaran pajak (asumsinya
kebijakan akuntansi diterapkan baik untuk tujuan akuntansi maupun perpajakan, contohnya
LIFO). Jika perusahaan diregulasi, kebijakan akuntansi yang menurunkan laba dapat menjadi
alasan yang dapat dibenarkan bagi manajemen untuk berargumen bahwa laba perusahaan
terlalu kecil sehingga harga harus dinaikkan. Laba yang kecil dapat menurunkan biaya
politik karena perusahaan menjadi terlalu kecil untuk dilihat dan kecil kemungkinannya
untuk diserang oleh aktivis-aktivis politik daripada perusahaan yang mempunyai laba yang
besar.
dilaporkan, manajer mempunyai insentif yang kuat untuk menggunakan prosedur akuntansi
yang meningkatkan laba.
Watts (1977), menggunakan hasil penelitian Jensen dan Meckling (1976), merupakan
orang pertama yang mengusulkan syarat-syarat hutang (debt covenant) dapat mempengaruhi
pemilihan kebijakan akuntansi. Colllin, Rozeff
Holthausen (1980) dan Keftwich (1980) berpendapat bahwa makin besar rasio hutang
terhadap modal suatu perusahaan, makin terikat dengan persyaratan hutang tersebut.
Perusahaan dapat melonggarkan persyaratan, seperti persyaratan pembagian dividen, dengan
memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Mereka mengajukan hipotesis
rasio hutang terhadap modal yang tinggi berhubungan dengan penggunaan alternatif
akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Mereka melakukan pengujian dan menemukan,
kecuali Holthausen (1980) bahwa rasio hutang terhadap modal memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hal-hal yang mereka uji.
Pengujian-Pengujian Empiris
Beberapa pengujian empiris yang dilakukan sebelumnya dengan mengggunakan teori
positif diterangkan dalam paragraf di bawah ini.
a.
Pengujian W-Z
W-Z melakukan pengujian terhadap posisi lobi yang dilakukan perusahaan yang
menyerahkan tanggapan kepada FASB mengenai standar akuntansi General Price Level
Accounting (GPLA). Mereka menguji hubungan empiris dari penyesuaian posisi lobi yang
dilakukan perusahaan atas pengaruh GPLA terhadap laba perusahaan, terhadap ukuran dan
pangsa pasar, yang merupakan variabel proksi untuk biaya politik, rencana pembagian
keuntungan manajemen (management profit-sharing plan) dua variabel proksi untuk adanya
kemungkinan pengaruh pajak, dan apakah perusahaan merupakan perusahaan yang diatur
dengan peraturan atau tidak.
Hasil dari pengujian diperoleh, variabel yang dapat mempunyai pembedaan yang
paling kuat adalah ukuran perusahaan, makin besar ukuran perusahaan makin besar lobi
untuk memperkecil pendapatan. Sedangkan variabel lainnya mempunyai explanatory power
yang kecil.
b. Pengujian hagerman dan Zmijewski (1979)
Hagerman dan Zmijewksi (1979) melakukan pengujian teori posotif akuntansi.
Mereka menggunakan analisa probit untuk menentukan jika pemilihan atas empat kebijakan
akuntansi secara sendiri-sendiri, yaitu depresiasi, metode persediaan, perlakukan terhadap
kredit pajak investasi dan amortisasi biaya jasa lalu (past service cost) di 300 perusahaan.
Model H-Z terdiri dari variabel firm size dan management incentive plan, sama seperti model
W-Z. H-Z menggunakan delapan firm concentration ratio sebagai pengganti pangsa pasar
dalam model W-Z. Concentration ratio diasumsikan sebagai variabel proksi kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan monopoli sewa (monopoly rents), yang dapat menimbulkan
biaya politik yang besar. Perusahaan yang menghasilkan dan melaporkan monopoli sewa
mempunyai kemungkinan yang besar untuk menghadapi aksi anti-trust dan masuknya
perusahaan lain. Kemudian dibuat hipotesa yang menyatakan perusahaan yang menghasilkan
monopoli sewa akan memilih prinsip dan prosedur akuntansi yang dapat meminimalkan laba
yang dilaporkan untuk mencegah masuknya perusahaan lain dan tuntutan hukum.
Dua variabel lain, risiko sistematis dan intensitas modal juga diuji. Perusahaan yang
lebih berisiko cenderung untuk mendapatkan hasil yang lebih besar untuk menutupi
tambahan risiko sistimatis yang perusahaan pikul. Dimana laba akuntansi mencerminkan
laba ekonomi, perusahaan yang lebih berisiko akan memiliki laba akuntansi yang lebih besar.
Perusahaan yang menggunakan capital intensive menghasilkan laba yang lebih tinggi
daripada perusahaan yang menggunakan labor incentive karena biaya modal dicatat pada sisi
neraca, bukan di laporan laba rugi. Karena perusahaan yang lebih berisiko dan mempunyai
capital intensive yang lebih besar mendapatkan abnormal profit, perusahaan akan memilih
prinsip dan prosedur akuntansi yang dapat menurunkan laba yang dilaporkan..
H-Z menguji metode persediaan LIFO, Penyusutan yang dipercepat, penangguhan
kredit pajak investasi dan amortisasi biaya jasa lalu selama periode kurang dari 30 tahunn
sebagai alternatif penurunan laba. Pilihan untuk meningkatkan laba adalah metode persediaan
FIFO, metode penyusutan garis lurus, metode flow-through untuk kredit pajak investasi dan
amortisasi selama 30 tahun atau lebih untuk biaya jasa lalu pensiun (pension past service
costs).
Model secara statistik berpengaruh signifikan kepada dua kebijakan akuntansi:
persediaan dan penyusutan. Hal yang mengganggu dalam penelitian adalah adanya variabel
yang sama tidak signifikan secara konsisten terhadap setiap kebijakan akuntansi yang diuji
(empat kebijakan). Bukti ini mengindikasikan variabel independen mungkin saja mempunyai
kekuatan untuk menjelaskan pada umumnya, tetapi variabel-variabel independen tersebut
secara sendiri-sendiri bukan merupakan penentu atas pilihan kebijakan akuntansi. Hal ini bisa
diinterpretasikan proses pengambilan keputusan yang berbeda digunakan untuk memilih
kebijakan akuntansi (hal yang tidak mungkin) atau kebijakan akuntansi yang diuji bukan
merupakan keputusan sendiri-sendiri.
Pendekatan Strategi Laba (Pendapatan)
1.
Strategi Laba
berusaha untuk mencapai level optimal laba yang dilaporkan dan akan memilih satu
kumpulan (set) kebijakan akuntansi tertentu. Esensinya, manajemen akan menggunakan
strategi laba yang multi dimensi untuk perusahaan, dengan setiap satu kebijakan akuntansi
merupakan satu dimensi dari strategi laba tersebut.
Model W-Z dan H-Z mengasumsikan independensi. Model W-Z tidak menjelaskan
pengaruh dari keputusan kebijakan akuntansi lain yang dibuat perusahaan. Perusahaan tidak
akan mengeluarkan biaya lobi jika perusahaan dapat mengatasi pengaruh dari keputusan yang
dibuat FASB dengan merubah kumpulan kebijakan akuntansi dan jika biaya untuk merubah
lebih sedikit dibandingkan biaya yang timbul dari melobi.
Model H-Z mengasumsikan manajer dapat memilih suatu prinsip akuntansi
berdasarkan pengaruh dari kebijakan akuntansi tersebut secara sendiri-sendiri terhadap laba
yang dilaporkan dan variabel-variabel ekonomi dari model tersebut. Karena kumpulan dari
variabel-variabel independen adalah sama untuk setiap perusahaan pada suatu waktu, model
akan memprediksikan semua kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan atau menurunkan
laba pada setiap perusahaan. Oleh karena itu, untuk satu perusahaan, model H-Z dapat
menyimpulkan suatu strategi laba perusahaan yang bersifat konservatif (menurunkan laba)
atau lliberal (menaikkan laba).
Zmijewski dan Hagerman (1981) kemudian membandingkan model W-Z dan H-Z
dalam sebuah tabel (terlampir) mengenai kombinasi empat kebijakan akuntansi dan strategi
laba.
Kombinasi kebijakan akuntansi mulai dari yang paling menurunkan laba sampai
dengan yang paling menaikkan laba dengan skala 1-16. Keempat kebijakan akuntansi dibagi
ke dalam dua kelompok besar yaitu yang dapat menaikkan laba (ditandai dengan angka 1)
dan yang dapat menurunkan laba (ditandai angka O).
Kebijakan
Penyusutan
Persediaan
Amortisasi Biaya Lalu (Pensiun)
Kredit Pajak Investasi
Metode Dipercepat
LIFO
Kurang dari 30 tahun
Metode penangguhan
Dari tabel, hanya 12,33% dari sampel H-Z yang berada dalam kategori ekstrim
(3,33% most decreasing dan 9% most increasing). Hasil memperlihatkan mengikuti strategi
laba keseluruhan.
Strategi yang optimal diperoleh tidak berada dalam kondisi ekstrim karena adanya
trade-off antara variabel ukuran perusahaan yang menyebabkan manajer menurunkan laba
dan variabel kompensasi manajemen yang mendorong manajemen untuk meningkatkan laba.
Hasil dari trade-off mengartikan bahwa setiap kombinasi dari kumpulan GAAP yang tersedia
memberikan hasil yang optimal untuk perusahaan.
Jika perusahaan mengikuti keseluruhan strategi laba, maka strategi perusahaan
digunakan sebagai variabel dependen daam analisa statistik untuk menguji pilihan prinsip
akuntansi. Berdasarkan empat kebijakan akuntansi yang dianalisa dan dua pilihan untuk
setiap kebijakan, maka diperoleh 16 kombinasi yang dapat diikuti perusahaan dan diperingkat
dari 1 sampai dengan 16. Kumpulan strategi yang pertama yang diuji berdasarkan asumsi
pemilihan metode depresiasi dan persediaan, amortisasi biaya jasa lalu dan perlakuan kredit
pajak investasi, mempunyai pengaruh yang sama terhadap laba yang dilaporkan. Asumsi ini
menghasilkan 5 strategi alternatif, yang masing-masing mempunyai besaran pengaruh yang
berbeda terhadap laba yang dilaporkan. Kelima strategi tersebut adalah:
1. Penurunan laba untuk semua kebijakan akuntansi;
2. Kenaikan laba untuk satu kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk ketiga
kebijakan akuntansi;
3. Kenaikan laba untuk dua kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk kedua
kebijakan akuntansi;
4. Kenaikan laba untuk tiga kebijakan akuntansi dan penurunan laba untuk satu
kebijakan akuntansi; dan
5. Kenaikan laba untuk semua kebijakan akuntansi.
Asumsi semua alternatif kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh yang sama
terhadap laba yang dilaporkan bersifat arbiter. Meskipun demikian karena tidak mungkin
menghitung pengaruh secara tepat dari berbagai kombinasi prinsip akuntansi, Smijewski dan
Hagerman (1981), menambahkan dua asumsi mengenai pengaruh alternatif prinsip akuntansi
dan menguji kumpulan strategi untuk melihat apabila hasil pengujian sensitif terhadap
asumsi-asumsi dari kebijakan akuntansi secara sendiri-sendiri (individual) terhadap agregat
kebijakan akuntansi alternatif.
Tambahan asumsi yang pertama adalah alternatif prosedur akuntansi biaya pensiun
dan kredit pajak investasi mempunyai setengah dari pengaruh alteratif prosedur akuntansi
persediaan dan penyusutan. Tambahan asumsi ini menghasilkan tujuh strategi yang berbeda
yang disajikan pada tabel terlampir. Tambahan asumsi yang kedua adalah biaya pensiun dan
kredit pajak mempunyai pengaruh yang sama akan tetapi kurang dari setengah pengaruh
persediaan dan penyusutan terhadap laba yang dilaporkan. Alternatif tambahan asumsi yang
kedua menghasilkan sembilan strategi yang disajikan dalam tabel terlampir.
Smijewski dan Hagerman (1981) menguji model H-Z yang digunakan pada tahun
1979 tersebut dengan tambahan rasio hutang terhadap modal pada strategi laba yang
diterapkan perusahaan,
kebijakan akuntansi dianalisa sebagai kesuluruhan strategi laba perusahaan, bukan yang
bersifat independen.
2.
Methhodological Consideration