Anda di halaman 1dari 8

Nama Peserta : dr.

Arif Pebrianto
Nama Wahana: RS TK IV Zainal Arifin Bengkulu
Topik

: KEJANG DEMAM SEDERHANA

Tanggal (kasus): 14 desember 2014


Nama Pasien
: An. R

No.

Tanggal Presentasi: 27 februari 2015

Nama Pendamping: dr. Oksy Methas

Tempat Presentasi : Ruang Serbaguna RS TK IV Zainal Arifin Bengkulu


Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus

Keterampilan
Manajemen
Bayi

Penyegaran
Masalah
Anak

Tinjauan Pustaka
Istimewa
Remaja

Dewasa Lansia

Bumil

Deskripsi: Anak usia 4 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan kejang sejak sekitar 10 menit SMRS. Kejang terjadi 1
kali dalam 24 jam dan diawali demam 1 hari yang lalu. Kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas dan terjadi selama sekitar 5
menit. Setelah kejang pasien menangis. Kejadian ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Mual dan muntah tidak ada,
BAB dan BAK normal.

Tujuan: menatalaksanakan pasien dengan dehidrasi


Bahan bahasan:

Tinjauan Pustaka

Cara membahas:

Diskusi

Data pasien:

Kasus

Presentasi dan diskusi

Nama: An. R

Nama klinik: RS TK IV Bengkulu

Riset

Audit

Email

Pos

Nomor Registrasi:
Telp:

Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Kejang demam
Kejang 1 kali dalam 24 jam, seluruh tubuh, setelah kejang pasien menangis
Diawali demam 1 hari sebelumnya
Tidak ada muntah maupun diare selama sakit sekarang ini

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Keluhan ini merupakan kejang yang pertama dialami pasien
4. Riwayat keluarga: Pasien adalah anak kedua. Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan: -

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN): 7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): Menurut ibu pasien, riwayat imunisasi lengkap
8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
Suhu: 38,5 C
Laboratorium
Hb
Leukosit

: 11,2 gr/dL
: 12.200 U/L

Trombosit : 393.000 /m

Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. Pusponegoro H.D, Widodo D.P, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Edisi II. Unit Kerja Koordinasi Neurologi
Badan Penerbit IDAI: 2006; Jakarta
2. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Tatalaksana Kejang. Hal 16. Edisi I. WHO Indonesia: 2009; Jakarta

Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosa Kejang Demam

2. Penatalaksanaan saat Kejang Demam

3. Penatalaksanaan lanjutan Kejang Demam


4. Pencegahan Kejang Demam

SUBJEKTIF
Anak usia 3 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan kejang sejak sekitar 10 menit SMRS. Kejang terjadi 1 kali dalam 24
jam dan diawali demam 1 hari yang lalu. Kejang seluruh tubuh,mata mendelik ke atas dan terjadi selama sekitar 15 menit.
Setelah kejang pasien menangis. Kejadian ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Mual dan muntah tidak ada, BAB
dan BAK normal.
OBJEKTIF
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Denyut nadi

: 120 kali/menit

kualitas nadi : kuat angkat, teratur

Frekuensi nafas

: 20 kali/menit

kualitas nafas : adekuat, reguler

Suhu

: 38,3 C

Berat badan

Pemeriksaan sistematis

13 kg

Kepala

: Normocephal

Mata

: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), air mata (+), cekung (-)

Hidung

: Pernapasan cuping hidung (-), discharge (-)

Telinga

: Discharge (-)

Mulut

: Bibir basah, lidah kotor (-), tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis.

Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, distensi (-), nyeri tekan (-), turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi

: BU (+) normal

Hepar

: Tidak teraba membesar

Lien

: Tidak teraba membesar

Extremitas : Akral hangat, akrosianosis (-), capillary refill < 2

ASSESMENT
Kejang Demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam dan bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Pada kasus ini dari anamnesa
terhadap ibunya didapatkan pasien mengalami kejang demam. Kejang yang terjadi diawali oleh demam sejak 1 hari sebelumnya. Tidak ada
riwayat muntah ataupun diare sejak sakit yang sekarang ini. Dari segi usia pasien masih masuk dalam kriteria kejang demam yaitu 4 tahun.
Kejang demam dibagi menjadi 2, kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure).
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau
klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam. Sedangkan kejang demam kompleks terjadi lebih lama yaitu lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Pada kasus ini, pasien mengalami Kejang Demam
Sederhana, demam kemungkinan besar disebabkan oleh faringitis, kejang demam ini terjadi sebanyak 1 kali dalam 24 jam, selama 5 menit, saat
kejang mata mendelik ke atas dan melibatkan seluruh tubuh serta setelah kejang pasien menangis yang menandakan tidak ada defisit neurologis.
PLANNING
1. Penegakan diagnosis kejang demam
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penegakan diagnosis kejang demam juga dapat melalui pemeriksaan penunjang dengan
tujuan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari kejang yang dialami pasien. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain
pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari darah perifer, elektrolit dan gula darah. Selain itu juga dapat dilakukan pungsi lumbal untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas, namun bila yakin bukan meningitis secara

klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
2. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB perlahan-lahan dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kgBB/kali , bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus di rawat di ruang rawat intensif.
3. Penatalaksanaan lanjutan kejang demam
Bila kejang telah teratasi pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor risikonya. Tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut: kejang lama (>15 menit), adanya
kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, kejang fokal, kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang
demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam 4 kali atau lebih per tahun. Pemberian fenobarbital atau asam valproat
setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dalam jangka pendek.

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis. Pengobatan rumatan diberikan selama 1
tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
4. Edukasi
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa
anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis
baik, memberitahukan cara penanganan kejang, memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali, pemberian obat untuk
mencegah rekurensi. Jika anak mengalami demam tinggi kompres dengan air biasa (suhu ruangan) dan berikan parasetamol secara rektal
10-15 mg/kgBB, jangan berikan pengobatan secara oral sampai kejang bisa ditanggulangi (bahaya aspirasi).

Anda mungkin juga menyukai