I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian belum sepenuhnya memberikan
hasil yang nyata terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani, khususnya petani padi. Pengusahaan tanaman padi pada lahan
sawah secara monokultur sepanjang tahun tanpa dibarengi dengan
diversifikasi usahatani akan dapat mengurangi tingkat produktivitas lahan
sawah tersebut, karena sifat fisika kimia tanah terganggu yang akhirnya
membawa konsekuensi logis terhadap pendapatan dan kesejahteraan
petani .
Perkembangan usaha peternakan di Indonesia memberikan
harapan yang lebih baik bagi para peternak. Hal ini tercermin dari
kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja,
peningkatan pendapatan petani dan terutama sekali dalam pemenuhan
kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut
dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan
dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk
kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola
peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk
pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak. Integrasi
hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha
yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi,
mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong
satu
sistem
usaha
tani
yang
dapat
mendukung
II
Model Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) Padi dan Itik
Sistem produksi peternakan memerlukan sumber daya lahan dan
air yang cukup, di mana sekitar 33% dari lahan yang dapat ditanami
tanaman pangan dipergunakan untuk pakan ternak (feedcrops) atau
secara
keseluruhan
sekitar
70%
dari
lahan
pertanian
di
dunia
daratan
sepertiga
dari
seluruh
wilayahnya
(dua
pertiga
merupakan lautan), hanya memiliki daratan seluas 1,9 juta km2 atau 190
juta ha (Badan Pusat Statistik 2008b). Luas sawah sekitar 8 juta ha,
perkebunan 20 juta ha, dan kehutanan 140 juta ha. Lahan untuk
peternakan tidak tersedia secara khusus sehingga peternakan tidak
memiliki kawasan khusus. Akibatnya pemeliharaan ternak menjadi
tersebar dan dikembangkan secara terintegrasi dengan berbagai tanaman
yang ada.
Pengembangan usaha pertanian terintegrasi, selanjutnya disebut
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, khusus pada usaha pertanian padi
disebut dengan Sistem Integrasi Padi Ternak, adalah intensifikasi sistem
usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2010), model integrasi tanaman
ternak yang dikembangkan di lokasi beberapa daerah dan negara
berorientasi pada konsep zero waste production system yaitu seluruh
limbah dari ternak dan tanaman didaur ulang dan dimanfaatkan kembali
ke dalam siklus produksi.
Teknologi intensifikasi padi dengan itik adalah suatu sistem mix
farming yang merupakan suatu terobosan intensifikasi padi dengan
menggunakan ternak itik. Ternak itik difungsikan sebagai fertilizer,
pestisider, herbisider dan tenaga untuk menyiangi padi, di lain pihak
ternak itik mendapatkan area umbaran, dimana dewasa ini area umbaran
semakin sempit karena beralihnya fungsi tanah pertanian. Pada penelitian
terdahulu teknologi Inditik dapat menekan pakan itik sampai 50% dan
produksi padi dapat meningkat 35% dibanding intensifikasi padi biasa
(MAHFUDZ et al., 1999). Teknologi INDITIK selain menekan biaya
produksi dan meningkatkan hasil juga meningkatkan efisiensi, karena
pada lahan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan dapat
diproduksi 2 (dua) komoditas sekaligus yaitu padi dan itik.
Ternak itik diintegrasikan dengan padi dengan memanfaatkan
limbah dari padi. setelah padi di panen ternak itik digembalakan di lahan
sawah tersebut. kondisi ini menunjukan bahwa itik dapat memanfaatkan
sisa-sisa padi yang rontok dan tertinggal saat panen sebagai pakannya.
ternak itik juga mengkonsumsi rumput-rumputan yang tumbuh di sawah,
serangga, dan keong sawah. disisi lain, padi sawah memperoleh
keuntungan dari berkurangnya serangan hama berupa gulma, serangga
dan lain-lain karena sudah dimakan oleh itik. selain itu juga, diperoleh
pupuk organik berupa kotoran dari ternak itik pada saat digembalakan.
menurut Wardhani et al (2006), kehadiran ternak dalam sistem usahatani
yang ramah lingkungan dapat mendorong petani untuk mengelola
usahataninya secara optimal. Peluang pengembangan itik cukup besar,
hal ini disebabkan tersedianya pasar untuk daging dan telur itik
Model integrasi ternak itik dengan tanaman padi
Sumber pupuk,
pembasmi
hama
PADI
ITIK
By produk :
jerami, sekam,
dedak
LIMBAH
Sumber pakan,
tempat umbaran
Integrasi
antara
tanaman
maupun
dengan
ternak
saling
cacing
sehingga
membantu
penggemburan tanah
selain
III
Strategi Pengembangan Integrasi Padi dan Itik di Masyarakat
Ada tiga komponen utama dalam SITT yaitu (a) teknologi dan
manajemen budidaya ternak, (b) teknologi dan manajemen budidaya padi,
dan (c) teknologi pengolahan jerami dan kompos. Ketiga komponen
tersebut dapat diintegrasikan secara sinergis, maka pengembangan SITT
ini dilaksanakan dengan pendekatan kelembagaan (Haryanto dkk., 2002).
Keberhasilan usahatani integrasi tanaman ternak sifatnya sangat
kondisional, pendekatan usahatani integrasi tanaman ternak di suatu
wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Sebagai implementasi
dalam pengembangan usahatani integrasi tanaman-ternak berbasis padi
pada lahan sawah irigasi dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan in-situ dan pendekatan ex-situ:
1. Pola pengembangan dengan pendekatan in-situ
Pendekatan in-situ yaitu ternak yang diusahakan secara fisik
berada dalam hamparan usahatani padi. Hal ini dimaksudkan agar limbah
jerami padi yang akan dijadikan pakan ternak tidak memerlukan biaya
yang tinggi dan tenaga yang banyak dalam pengangkutannya. Begitu juga
kompos hasil fermentasi dapat dengan mudah didistribusikan ke lahan
sawah. Dengan demikian akan diperoleh efisiensi yang tinggi.
2. Pola pengembangan dengan pendekatan ex-situ
Usahatani integrasi tanaman ternak secara ex-situ, ternak (sapi)
dipandang sebagai pabrik pengolah limbah pertanian, lahan sawah
dipandang sebagai penyedia utama pakan ternak (jerami). Wujud
keterkaitan antara tanaman dengan ternak terletak pada kompos yang
dihasilkan oleh ternak, kompos ini dikembalikan ke tanah untuk perbaikan
kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia. Sasaran pengembangan
usahatani integrasi tanaman ternak secara ex-situ adalah pemodal besar.
Strategi
wilayah
pengembangan
berdasarkan
kelembagaan
peternakan,
petani
komoditas
peternak,
optimalisasi
peternakan
ternak
adalah
pengembangan
unggulan,
pengembangan
peningkatan
pemanfaatan
dan
usaha
dan
pengamanan
industri
serta
yang
ramah
lingkungan
(Pambudy
dan
Sudrajat,
2000).
IV
Penutup
Sistem Integrasi Tanaman Ternak merupakan intensifikasi sistem
usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Pada
prinsipnya pengertian terpadu disini adalah bagaimana sistem
pengelolaan limbah peternakan dapat memberikan kontribusi hubungan
timbal balik antara limbah sebagai bahan sisa proses/aktivitas di satu sisi
dan limbah sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan di sisi lain.
Adanya sistem integrasi itik-padi sangat membantu petani dalam
hal pemanfaatan limbah pertanian dan menambah pendapatan. Serta
dalam hal teknisnya pun mudah dilakukan serta secara ekonomis
menguntungkan, ramah lingkungan dan berkelanjutan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejaheraan petani. Sehingga sistem integrasi
antara tanaman dan ternak dan juga sistem integrasi lainnya dapat
dijadikan tumpuan untuk dapat memperoleh pendapatan optimal.
Tujuan pengembangan sistem integrasi tanaman ternak adalah
untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat sebagai
bagian untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian.
Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau
keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak.
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pola pengembangan in-situ
dan ex-situ
Dengan demikian, integrasi ternak itik dengan padi diharapkan
dapat merupakan salah satu jalan keluar dalam upaya meningkatkan
produktifitas ternak dan sekaligus dapat tetap mempertahankan usaha
tani padi yang berkelanjutan (sustanaible agriculture). Disamping juga
mempertimbangkan aspek-aspek ramah lingkungan (environmentally
tolerable). Secara sosial diterima masyarakat (socially acceptable), secara
ekonomi layak (economically feasible) dan diterima secara politik
(politically desirable)
Daftar Pustaka
Direktorat Pengembangan Kawasan Ditjen Penataan Ruang Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Pendekatan dan
Program Pengembangan Wilayah. Bulletin Kawasan Edisi 2.
Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal,
Deputi Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional
BAPPENAS. Jakarta.
Haryanto, B., I. Inounu, Arsana B, dan K. Dwiyanto, 2002. Sistem Integrasi
Padi-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta.
MAHFUDZ, L.D., W. SARENGAT dan B. SRIGANDONO. 1999.
Penggunaan ampas tahu sebagai penyusun ransum ayam broiler.
Pros. Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Pambudy, R dan Sofyan Sudardjat D. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah
Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia; Peduli Peternak
Rakyat, Yayasan Agroindo Mandiri. Jakarta
Pasandaran, E., Djajanegara, A., Kariyasa, K., dan Kasryno F. 2006.
Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Pranadji, T. 1994. Institusi Lokal dan sustainibilitas Pengembangan
Peternakan Rakyat di Pedesaan. Sain Tekks. Majalah Ilmiah
Universitas Semarang
Retnandari dan Tjokrowinoto. 1991. Kopi, Kajian Sosial Ekonomi.
Yogyakarta : Aditya Media.
Steinfeld, H. ; Gerber, P. ; Wassenaar, T. ; Castel, V. ; Rosales, M. ; de
Haan, C., 2006. Livestock's long shadow,. FAO, Rome 2006
Wardhani, N.K., A. Musofie and E. Winarti, 2006. Pemanfaatan Limbah
Kandang Itik Sebagai Pupuk Untuk Tanaman Padi di Lahan Pantai
Daerah Istimewa Yogyakarta, Makalah disampaikan pada seminar
nasional teknologi peternakan dan veteriner tahun 2006.