Anda di halaman 1dari 11

25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Untuk menenetukan tahap siklus estrus yang sedang dialami oleh mencit
betina.
1.2 Tinjauan Pustaka
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia
dan banyak primata lain mempunyai siklus mentsruasi, semakin mamalia lain
mempunyai siklus estrus. Pada kedua kasus itu ovulasi terjadi pada suatu waktu
dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan terdiri banyak darah,
karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Suatu
perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika
kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari
uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut

sebagai

menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan
tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell et all, 2004).
Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang
terjadi dalam uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode menstruasi
perempuan atau hari pertama menstruasi, dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus
tersebut. Fase aliran menstruasi siklus tersebut, saat pendarahan menstruasi terjadi
umumnya berlangsung beberapa hari. Kemudian sisa endometrium yang tipis
lainnya mulai mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu atau dua
minggu. Fase tersebut dinamakan fase ploriferasi siklus menstruasi. Selama fase
berikutnya yaitu fase sekresi yang umumnya berlangsung dua minggu lamanya,
endometrium terus menebal, mengandung lebih banyak pembuluh, dan
mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan yang kaya akan glikogen.
Jika embrio masih belum terimplantasi dalam dinding uterus pada akhir fase
sekresi, maka aliran menstruasi baru akan dimulai, yang menandai hari 1 siklus
barikutnya (Campbell et all, 2004).

26

Hormon mengkoordinasikan siklus menstruasi dan ovarium sedemikian


rupa sehingga pertumbuhan volikel dan ovulasi disingkronisasikan dengan
persiapan dinding uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Lima hormone
berpartisipasi dalam suatu skema rumit yang melibatkan baik umpan balik negatif
maupun umpan balik positif. Hormon-hormon tersebut adalah hormone pembebas
gonadrotopin, yang disekresikan oleh hormon hipotalamus yang merupakan
hormon perangsang folikel (FSH) dan hormone luteinisasi (LH), yang merupakan
dua gonadrotopin yang dihasilkan oleh pituitari anterior dan estrogen (sebuah
keluarga dari hormon yang saling berkerabat dekat), dan progesteron, yaitu dua
hormon kelamin betina yang disekresikan oleh ovarium. Kadar relatif hormon
pituitary dan hormon ovarium dalam plasma darah digambarkan bersama-sama
dengan siklus ovarium dan siklus menstruasi (Campbell et all, 2004).
Pada mamalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur estrus. Daur
ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang seperti setelah dibicarakan
didepan, terdiri dari dua fase folikel dan lutein (Yatim, 1990).
Banyak hewan memiliki daur estrus sekali dalam setahun, disebut
monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang, harimau, serigala, kucing hutan dan
sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut
polyestrus yang belakangan terdapat pada rodentia dan hewan yang sudah turuntemurun dipiara, seperti kucing dan anjing. Anjing memiliki daur 2-3 kali setahun,
kucing bisa sampai 4 kali (Yatim, 1990).
Daur estrus terutama yang polyestrus dapat dibedakan atas tahap berikut :
1. Proestrus
2. Estrus
3. Diestrus (Yatim, 1990).
Proestrus ialah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak
estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan seluler pada alat kelamin
tumbuhan, terutama pada vagina dan uterus (Yatim, 1990).
Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap
menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang
memerlukan rangsangan seksual terlebih dahulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu
ini betina lebih jadi birahi atau panas (estrus sama dengan panas) (Yatim, 1990).

27

Kalau terjadi coitus dan pembuahan, estrus diiringi oleh masa hamil.
Dimasa hamil atau haid berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum
dalam ovarium giat menghasilkan progesteron (Yatim, 1990).
Pada kebanyakn mamalia, jika tiada kehamilan maka ovarium dan alat
kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali pada suasana
istirahat, tenang, yang disebut diestrus (Yatim, 1990).
Beberapa daur estrus memiliki masa metestrus atau anestrus. Ini adalah
perpanjangan masa diestrus, yang setelah selesai satu daur estrus tak segera
dimulai proestrus baru daur berikutnya. Masa istirahat atau masa non-fertil ini
berlangsung 1-2 hari berminggu, atau sampai berbulan. Tikus 1-2 hari, orang 1015 hari, dan anjing 40-50 hari (yatim, 1990).
Ada pula diestrus penyusunan, yang terjadi pada masa betina menyusukan
bayi. Masa itu alat kelaminpun tidak giat menempuh daur estrus berikut. Tapi tak
selalu pada masa menyusukan itu alat kelamin tidak giat, seperti dijumpai banyak
pada orang (Yatim, 1990).
Suatu kejadian penting dalam daur estrus mamalia tingkat rendah dan daur
menstruasi primata adalah ovulasi, yaitu pelepasan sebuah telur yang matang dari
folikel dalam ovarium. Telur ini harus dilepaskan jika ada kemungkinan telah
terdapat sperma dalam oviduk dan jika lapisan uterus, endimetrium berada dalam
keadaan yang baik untuk memungkinkan implantasi telur yang telah dibuahi.
Koordinasi kejadian-kejadian itu, disamping mekanisme saraf melibatkan
setengah lusin hormon. Ovulasi disebabkan sentakan LH yang disekresi oleh
pituitari sebagai respon terhadap GnRh yang disekresi oleh hipotalamus. Dan ini
disebabkan oleh sentakan ekstradiol yang bekerja dengan kontrol umpan balik
positif untuk memulai pelepasan GnRh dan LH. Pemberian berlanjut ekstradiol
atau progesterone dalam jumlah yang tetap pada wanita, seperti pil kontraseptif,
dapat mengandung sentakan LH dan dengan demikian mencegah ovulasi. Suatu
peningkatan yang tajam pada ekstradiol harus terjadi untuk mempengaruhi pusat
umpan balik positif dalam hipotalamus sehingga pituitary dirangsang untuk
mensekresi LH. Teori ini diperkuat dengan percobaan dimana satu dosis estrogen

28

menyebabkan ovulasi pada hewan yang ovariumnya telah diberi FSH dan LH
dalam dosis yang tepat (Barnes, 1984).
Pola pelepasan gonadotropin pada mamalia betina merupakan suatu terapi
pada jantan tidak. Pada tikus, pola pelepasan gonadotropin pada jantan-betina
ditentukan dalam awal kehidupan postnatal. Hipotalamus baik pada tikus jantan
(XY), maupun batina (XX), akan mengembangkan pola daur pelepasan betina
dalam awal kehidupan postnatal tidak terkena testosteron. Tetapi seorang wanita
dengan hyperplasia korteks adrenal kongenital yang telah terkena sejumlah besar
androgen selama kehidupan fetus, jika diobati dengan kortisol selanjutnya akan
mengembangkan daur ovulasi yang normal (Barnes, 1984).
Lapisan pada tiap masa menstruasi tersebut menjadi paling tipis sesudah
menstruasi. Pada waktu itu dibawah pengaruh FSH, satu atau lebih folikel dalam
ovarium mulai tumbuh dengan cepat. Sel folikular memproduksi ekstradiol yang
merangsang pertumbuhan emdometrium dan sedikit pertumbuhan kelenjar uterus
dan pembuluh darah ovulasi terjadi sebagai respon terhadap sentakan LH dari
pituitari dan pada manusia hal ini terjadi kira-kira 14 hari sebelum dimulainya
daur menstruasi berikutnya. Korpus luteum berkembang dan dibawah stimulus
LH dan prolaktin, mensekresikan progesteron dan ekstradiol, yang membantu
pertumbuhan endometrium lebih lanjut. Kelenjar endometrium mulai bereaksi,
dan pembuluh darah menjadi panjang dan berkelok-kelok. Progesteron
menurunkan aktivitas otot uterus dan menjadikan keadaan uterus sedemikian rupa
sehingga embrio yang sedang berkembang dari telur yang sedang dibuahi dapat
mengalami

implantasi

dan

perkembangan.

Progesterone

menghambat

perkembangan folikel lain. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka
korpus luteum surut dan produksi progesteron berkurang. Endometrium yang
tidak mendapat lagi progesteron yang cukup, mulai mengelupas dan
menyebabkan menstruasi (Barnes, 1984).
Fastrogen dan progesteron menghambat ovulasi tidak dengan pengaruh
langsung pada ovarium tetapi dengan mencegah sekresi hormon pelepas
gonadotropin dari hipotalamus. Seandainya seorang wanita yang sudah hamil
berovulasi lagi dan telur kedua ini juga membuahi, maka dalam uterus aka nada

29

dua fetus, yang satu, beberapa bulan kemudian akan lebih muda dari yang lain.
Pada waktu proses kelahiran kedua fetus akan dikeluarkan, dan fetus lebih muda
akan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Kejadian demikian itu dapat
dicegah dengan ovulasi, sekian konsepsi telah terjadi, kadar progesterone dan
estrogen yang tinggi selama kahamilan mencegah terjadinya sentakan LH
(Barnes, 1984).
Betina dari sebagian besar spesies mamalia mempunyai daur masa nafsu
birahi dan keinginan kawin pada waktu-waktu tertentu, yang disebut masa estrus
atau masa birahi, ketika keadaan optimal bagia penyatuan telur dengan sperma.
Sebagian besar hewan liar mempunyai masa estrus sekali setahun, anjing dan
kucing tiga atau empat kali, dan tikus tiap empat atau lima hari. Estrus ditandai
dengan meningkatnya nafsu birahi, ovulasi dan perubahan dalam dinding vagina
dan uterus. Setelah estrus, dinding uterus menebal, dan kelenjar-kelenjar serta
pembuluh-pembuluh darahnya berkembang untuk menyediakan lingkungan yang
optimal bagi embrio. Sebaliknya, daur primata pendarahan vagina yang disebut
menstruasi, yaitu akibat dari degenerasi dan mengelupasnya lapisan endometrium
dari uterus. Tidak seperti mamalia lain, primate sedikit atau tidak menunjukan
daur perubahan dalam nafsu birahi dan kawin pada setiap waktu dalam daur
menstruasi (Barnes, 1984).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia
dan banyak primata lain mempunyai siklus mentsruasi, semakin mamalia lain
mempunyai siklus estrus. Pada kedua kasus itu ovulasi terjadi pada suatu waktu
dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan terdiri banyak darah,
karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Suatu
perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika
kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari
uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut

sebagai

menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan
tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell et all, 2004).
BAB II

30

METODE KERJA
2.1 Alat

Pipet tetes
Objek glass
Kaca preparat
Mikroskop
Alat tulis

2.2 Bahan

Mencit (Mus musculus)


Nacl 0,9%
Methylen blue 1%
Aquadest

2.3 Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan


Dipipet larutan Nacl 0,9%
Dimasukkan ke vagina mencit (Mus musculus)
Disemprotkan dan diamkan beberapa menit
Disedot kembali larutan setelah beberapa menit dari vagina mencit (Mus

musculus)
Diteteskan diatas kaca preparat
Dikering anginkan
Diteteskan zat warna Methylen blue 1% dan diamkan beberapa menit
Dibuang kelebihan Methylen blue dan dibilas dengan aquadest
Dikering anginkan
Diamati apusan vagina dibawah mikroskop
Digambar dan diberi keterangan hasil yang didapat
Dibandingkan apusan vagina mencit yang diperoleh dengan hasil yang
didapat pada kelompok lain.

31

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok

Epitel

Lendir

Epitel

Leukosit

siklus

32

1 dan 2
3 dan 4
5

Berinti
+++

Menanduk
++++

Estrus awal

+++

++++

+++

Diestrus

Proestrus

+++
+
Keterangan : - Banyak sekali = ++++
- Banyak
- Sedikit
- Tidak ada

= +++
=+
=-

3.1.2 Hasil Yang Didapat


Keterangan :
1. Lendir
2. Leukosit
3. Epitel berinti

3.2 Pembahasan
Daur estrus atau tahap-tahap siklus estrus dapat dibedakan atas tahap
berikut :
1. Proestrus

Fase proestrus dimulai dengan regenerasi corpus luteum dan berhentinya


progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi
pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini ada efek estrogen pada
sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati.
Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat dan berinti. Dan
leukosit tidak ada atau sedikit.

33

2. Estrus
Estrus merupakan klimaks fase folikel, pada fase inilah betina siap
menerima jantan. Dan saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang
memerlukan rangsangan seksual labih dahulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu
ini betina jadi birahi atau panas. Karakteristik sel pada saat estrus yaitu
penampakan histology dari semear vagina didominasi oleh sel-sel super fisial,
pada saat nukleus mengecil membentuk pyknotic maka sel ini dapat
diklasifikasikan pada sel superficial.
3. Metestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus umumnya pada fase
ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum, selain itu pada fase ini juga
terjadi peristiwa sebagai metestrus bleeding. Karakteristik dari sel-sel pada fase
metestrus yaitu : bentuknya bundar atau oval, mempunyai bagian nucleus yang
lebih besar dari pada sitoplasma, sitoplasma biasanya tampak tebal, secara umum
dengan pewarnaan pada fase metestrus ini berwarna gelap.
4. Diestrus
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal, fase
ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase
yang terpanjang didalam siklus estrus.
Dalam hasil pengamatan pada apusan vagina mencit (Mus musculus) yang
telah dilakukan terdapat hasil yang diperoleh pada masing-masing kelompok
yaitu pada kelompok 1 dan 2 diperoleh siklus estrus awal yang ditunjukan ciriciri pada preparat terdapat epitel berinti yang banyak, epitel menanduk terdapat
banyak sekali, sedangkan leukosit dan lendir tidak ditemukan pada preparat
tersebut. Pada kelompok 3 dan 4 termasuk siklus diestrus, dimana pada preparat
ditemukan epitel berinti dengan jumlah yang banyak, begitu pula dengan leukosit
yang juga ditemukan dalam jumlah yang banyak, namun yang paling
mendominasi adalah lendir yang ditemukan dengan jumlah yang banyak sekali
namun tidak ditemukan adanya epitel menanduk. Sedangkan pada kelompok 5
pada preparatnya ditemukan epitel berinti dengan jumlah yang banyak dan epitel
menanduk dengan jumlah yang sedikit, namun pada preparat kelompok 5 tidak

34

ditemukan adanya lendir maupun leukosit, oleh sebab itu dapat digolongkan pada
siklus proestrus.
Pada fase metestrus dan diestrus tidak terjadi kehamilan karena pada fase
metestrus birahi mencit mulai berhenti, dan aktivitasnya mulai tenang, pada
keadaan ini mencit betina sudah tidak tertarik lagi untuk melakukan perkawinan
dengan jantan. Fase diestrus juga metupakan fase istirahat, dan juga merupakan
fase persiapan uterus untuk kehamilan, hal ini dimulai ketika konsentrasi
progesteron darah dapat di deteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum,
sama halnya dengan fase metestrus, pada fase ini juga tidak akan terjadi
pembuahan karena betina tidak ingin melakukan perkawinan dengan jantan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa tahap siklus yang dialami oleh mencit betina sedang berada pada fase
diestrus. Dimana pada preparat apusan vagina yang telah diamati terdapat
epitel berinti dengan jumlah yang banyak, begitu pula leukosit juga
ditemukan dengan jumlah yang banyak, namun pada preparat terdapat lendir
dengan jumlah yang sangat banyak, sedang epitel menanduk tidak ditemukan

35

adanya. Sehingga secara keseluruhan pada preparat apusan vagina mencit


(Mus musculus) yang diamati hanya terdapat epitel berinti, lendir dan leukosit
saja, tanpa disertai adanya epitel menanduk.
4.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum berikutnya tidak hanya digunakan sampel
apusan vagina dari mencit saja, melainkan juga digunakan sampel lain seperti
kucing atau kambing agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan.

DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R. D. 1984. Zoologi Umum. Erlangga : Jakarta.
Campbell, N.A. J.B. Reece, L.G, Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Erlangga : Jakarta.
Yatim, W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai