BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
-
Mengetahui
perbedaan
antara
metamorfosis
sempurna
dan
Tipe metamorfosis ini terdapat pada serangga dari ordo collembolan, ordo
tysanurusa, dan ordo protura.
53
54
terjadi secara normal. Nyatanya hanya sebagian kecil dari otak kira-kira dua lusin
sel yang dapat melakukan pekerjaan itu. Percobaan ini memberikan kesan bahwa
sel-sel otak khusus ini menghasilkan hormon yang diperlukan untuk terjadinya
pupasi. Hormon ini tidak memicu pupasi secara langsung, tetapi beraksi pada
sepasang kelenjar yang terdapat di dalam dada yang disebut kelenjar protorasik,
karena aksinya hormon otak ini disebut hormon protorasikotropik atau PTTH.
Bila di rangsang oleh PPTH, kelenjar protorasik mengeluarkan hormone kedua,
suatu steroid yang disebut ekdison. Ekdison inilah yang secara langsung memulai
pergantian kulit dan pembentukkan pupa (Kimball, 1983).
Peranan JH dilukiskan dengan baik pada suatu percobaan yang pertama
kali dilakukan oleh ahli fisiologi serangga berkebangsaan Inggris V.B.
Wiggiesworth. Serangga dewasa secara normal tidak berganti kulit, tetapi bila
PTTH diberikan dengan jumlah lebih dan normal pada Rhodmius, maka hewan
ini dapat dipaksa berganti kulit. Bila JH pertama-tama diberikan pada eksoskleton
serangga, bagian-bagian yang dipengaruhinya kembali ke tipe larva pada
pergantian kulit ini. Ini menunjukkan bahwa gen-gen untuk pembuatan struktur
larva terdapat di dalam sel-sel dewasa meskipun secara normal aksinya dibedakan
(Kimball, 1983).
Metamorfosis dewasa sebelum waktunya tidak hanya memperpendek fase
larva serangga. Yang merusak, tetapi yang dewasa juga menjadi abnormal,
misalnya betina menjadi steril (mandul). Hal ini konsisten dengan peragaan
kebutuhan JH untuk perkembangan normal ovari. Hormon pada Artropoda, ada
bukti-bukti percobaan mengenai adanya sejumlah hormon yang mengatur
penyebaran kromatin, pergantian kulit, pertumbuhan, reproduksi secara seksual,
dan perkembangan. Sejumlah hormon krustacea, seperti hormon yang mengatur
penyebaran kromatin dilepas dari kelenjar yang ada di tangkai mata. Semua
Artropoda dalam perkembanganya mengalami suatu rangkaian pergantian kulit,
karena eksoskleton itu kaku dan kuat maka hewan-hewan tersebut hanya dapat
tumbuh dengan meninggalkan eksoskleton besar. Sebelum eksoskleton yang lama
di tinggalkan di bawahnya telah tumbuh yang baru, banyak insect seperti ngengat,
55
kupu-kupu, lalat dan sebagainya melewati urutan tahap yang satu sama lain
(Villee et all, 2006).
Dari telur menetaslah larva sepeti cacing, yang disebut dengan ulat
(ngengat) yang merayap kesembarang tempat, sangat banyak, berganti kulit
beberapa kali dan tiap kali menjadi larva yang lebih besar, pergantian kulit
terakhir menghasilkan pupa yang tidak bergerak dan tidak makan larva ngengat
dan larva kupu-kupu merajut kokon dan diganti kulit untuk menghasilkan pupa di
dalamnya. Selama pupasi, struktur larva di rumbak dan di pakai sebagai bahan
baku dalam pembentukkan bagian-bagian dari hewan dewasa. Tiap bagian yaitu:
kaki sayap, antenna dan seterusnya, berkembang dari sekelompok sel yang disebut
disk yang berkembang langsung dari telur. Sel-sel ini tidak pernah merupakan
bagian fungsional dan larva, tetapi istirahat. Selama tahap pupa, disk ini tumbuh
dan berdiferensiasi menjadi struktur hewan dewasa, tetapi struktur hewan ini tetap
terlipat. Jika hewan tersebut menetas dari kotak pupa, maka darah di pompakan
kedalam struktur ini, lipatan terbuka dan membesar, dan ekosistem kitin
mengeras. Perubahan bentuk yang menyolok dari larva ke hewan dewasa disebut
metamorfosis (Villee et all, 2006).
Organ utama yang menyebabkan pergantian kulit pada insecta adalah
kelenjar interserebral yang terdapat dipermukaan otak. Akson dan sel
neurosekretor ini menuju kearah posterior menuju korpus kardium yang terdiri
atas ujung akson yang melebar. Kelenjar interserebral mensekresi beberapa
hormon yang mengatur berbagai aktivitas tubuh, salah satu hormon ini, hormon
PTTH dilepas dari kopus kardika dan menyebabkan proses pergantian kulit
dengan merangsang kelenjar protorasik. Kelenjar protorasik, mensekresikan
eksdison, suatu steroid yang disentesis dari kolesterol. Kondisi yang
menstumulasi aktivitas kelenjar interserebral telah dipelajari pada kutu
penghisapdarah. Reseptor tegangan didalam abdomennya di rangsang sesudah
kutu tersebut mendapat makanan sejumlah besar darah, dan ini merangsang
kelenjar interserebral untuk menjadi aktif (Villee et all, 2006).
56
57
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat
Toples
Plastik kresek
Karet gelang
Alat tulis
2.2 Bahan
Telur kupu-kupu
Larva
Daun pisang
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Perlakuan pada larva
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Diambil larva1 yang sudah melekat pada daun pisang
58
59
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Tabel 1. Pengamatan Larva I
No.
Objek
Waktu
1.
Pengamatan
Larva I
Pengamatan
25 Nopember 2011
Pengamatan
Bentuk
Silinder
(larva)
Keterangan
Deskripsi
Terdapat
serbuk
disekitar
tubuh
Kepala hitam
Tubuh
besar,
Larva I
28 Nopember 2011
Kepompong
Warna kuning
Ulat berubah
menjadi
kepompong
Warna
putih
kekuningan
Terdapat
3.
Larva I
29 Nopember 2011
serbuk putih
Kepompong Warna putih
kekuningan
Terdapat
serbuk putih
Daun berubah
menjadi
4.
Larva I
01 Desember 2011
Kepompong
kuning
Warna ujung
60
ekornya
kecoklatan
Masih
5.
Larva I
03 Desember 2011
Kepompong
ada
serbuk putih
Warna ujung
ekornya
kecoklatan
Masih
ada
serbuk putih
Sayap
6.
Larva I
05 Desember 2011
Kepompong
mulai
terlihat
Sayap mulai
terlihat
Masih
ada
serbuk putih
Warna
ujung
ekornya
kecoklatan
7.
Larva I
06 Desember 2011
Kepompong
Warnanya
kuning
Sayap
mulai
terlihat
Serbuk
putih
masih ada
8.
Larva I
07 Desember 2011
Kepompong
Sayap
mata
dan
mulai
terlihat
9.
Larva I
08 Desember 2011
Kupu-kupu
Warna coklat
Warna coklat
61
tua
Sayap
dalam
berwarna
kuning
Mata merah
3.1.2 Tabel 2. Pengamatan Larva II
No.
1.
Objek
Waktu
pengamatan
Larva II
Pengamatan
25 Nopember 2011
Pengamatan
Bentuk
Silinder
(larva)
Keterangan
Deskripsi
Terdapat
serbuk
putih
disekitar
tubuh
Kepala hitam
Tubuh
besar,
Larva II
28 Nopember 2011
Kepompong
Warna kuning
Ulat
sudah
berubah
menjadi
kepompong
Warna
putih
kekuningan
Terdapat
3.
Larva II
29 Nopember 2011
serbuk putih
Kepompong Warna putih
kekuningan
Terdapat
serbuk putih
Daun berubah
menjadi
62
4.
Larva II
01 Desember 2011
kuning
Kepompong Serbuk
putih
mulai
berkurang
Sayap
mulai
terlihat
Warna
5.
Larva II
03 Desember 2011
putih
kekuningan
Kepompong Serbuk putih
mulai
berkurang
Sayap
mulai
terlihat
Warna
6.
Larva II
05 Desember 2011
putih
kekuningan
Kepompong Serbuk putih
berkurang
Sayap
mulai
terlihat
Warnanya
7.
Larva II
06 Desember 2011
kuning
Kepompong Serbuk
putih
mulai hilang
Warna
berubah
menjadi coklat
Sayap
sudah
terlihat,
berwarna
8.
Larva II
07 Desember 2011
Kupu-kupu
coklat
Warna coklat
63
tua
Sayap
dalam
berwarna
kuning
Mata
berwarna
merah
3.1.3 Tabel 3. Pengamatan Telur
No.
1.
Objek
Waktu
pengamatan
Telur
Pengamatan
01 Desember 2011
Pengamatan
Bentuk
Telur
Keterangan
Deskripsi
Warna
ada
yang
merah,
Telur
03 Desember 2011
Telur
telur
Warna
berubah
menjadi putih
semua
Pada
permukaan
telur terdapat
3.
Telur
05 Desember 2011
Telur
bulatan
Terdapat
bercak coklat
64
Pada
permukaan
telur terdapat
bulatan
Terdapat
garis-garis
4.
Telur
06 Desember 2011
Telur
dipermukaan
Pada
permukaan
telur terdapat
bulatan
Warna
mulai
berubah
5.
Telur
07 Desember 2011
Telur
menjadi coklat
Warna
berubah
menjadi coklat
Pada
permukaan
telur terdapat
6.
Telur
09 Desember 2011
Telur
bulatan
Terdapat lubat
Telur
busuk
dan berwarna
hitam
3.2 Pembahasan
Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva
atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai imago
dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabola dan
holometabola.
65
66
tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses
kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase
remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya
hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di
bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan
metamorfosis tidak sempurna.
Metamorfosis amfibi
Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut
akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas
menjadi Berudu.berudu hidup di air Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai
insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang
berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu
akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12
minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ingsang tak berfungsi lagi ekornya
menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru.maka bentuk dari muka akan
lebih jelas Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan
berubah menjadi katak dewasa dan kembali berkembang biak.
Ada beberapa hal yang berbeda dari daur amfibi pada umumnya. Beberapa
spesies salamander tidak perlu bermetamorfosis untuk menjadi dewasa
sepenuhnya secara seksual, dan hanya akan bermetamorfosis dalam tekanan
kondisi lingkungan tertentu. Banyak spesies kodok tropis meletakkan telurnya di
darat, di mana kecebong bermetamorfosis di dalam telur. Ketika mereka menetas,
mereka menjadi dewasa yang belum benar-benar matang, kadang-kadang masih
memiliki ekor yang dalam beberapa hari kemudian diserap kembali.
Metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi hewan baru (fase sempurna)
yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum
sederhana. Pertama-tama mulai ari telur yang di letakkan oleh kupu-kupu pada
daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan
nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga
67
mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa/ kepompong dan dalam
beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru.
TELUR
Telur akan menetas antara 3 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun
tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi
cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya Kulit luar dari larva
tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat
larva akan berganti kulit.
LARVA (ULAT)
Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi
cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva
tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat
larva akan berganti kulit.
Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 6 kali, dan
periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar.
Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar
berbentuk silindris, dan terkadang memepunyai rambut, duri, tuberkel atau
filamen.
Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan,
berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau
daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan
melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.
PUPA ( KEPOMPONG)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam
pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya
keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa
berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) .
Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 20 hari
tergantung spesiesnya.
KUPU-KUPU
68
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
69
pada
praktikum
selanjutnya
tidak
hanya
mengamati
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Metamorfosis kupu-kupu. http: // mysciencebiogs. Com/ kids/
metamorfosis. Kupu-kupu. Di akses pada tanggal 20 Desember.
70