Anda di halaman 1dari 19

52

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
-

Mengetahui

perbedaan

antara

metamorfosis

sempurna

dan

metamorfosis tidak sempurna.


-

Mengetahui contoh hewan yang termasuk dalam metamorfosis


sempurna maupun yang termasuk dalam metamorfosis tidak sempurna.

Mengetahui apa yang dimaksud dengan pupa.

1.2 Tinjauan Pustaka


Metamorfosis adalah perubahan perkembangan yang dramatik dan larva
hingga dewasa. Proses perkembangan yang mengubah pradewasa instar pertama
menjadi dewasa disebut metamorfosis, yang artinya adalah perubahan bentuk.
Perubahan bentuk itu bisa berangsur-angsur (gradual), yaitu bentuk pradewasa
secara umum hampir sama dengan bentuk dewasanya, atau tiba-tiba (abrupt),
yaitu bentuk pradewasanya sangat berbeda dengan dewasanya dan perubahan ini
terjadi pada instar akhir pradewasa (Anonim, 2008).
Metamorfosis dikelompokkan dalam empat tipe, yaitu
a. Tanpa metamorfosis/ametamorfosis (ametabola): pada tipe ini beberapa
spesies serangga tidak memperlihatkan adanya metamorfosis, maksudnya
segera setelah menetas maka lahir serangga muda yang mirip dengan
induknya kecuali ukurannya yang masih kecil dan perbedaan pada
kematangan alat kelaminnya.
-

Kemudian setelah tumbuh besar dan mengalami pergantian kulit, baru


menjadi serangga dewasa (imago) tanpa terjadi perubahan bentuk hanya
mengalami pertambahan besar ukurannya saja.

Serangga pradewasa sering disebut dengan istilah gaead.

Tipe metamorfosis ini terdapat pada serangga dari ordo collembolan, ordo
tysanurusa, dan ordo protura.

53

b. Metamorfosis bertahap serangga yang mengalami perubahan bentuk secara


paurometabola selama siklus hidupnya mengalami 3 stadia pertumbuhan,
yaitu stadia telur, limfa dan imago.
c. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola): hemimetabola memiliki hidup
yang hampir sama dengan paunometabola, hanya habitat dari serangga
pradewasanya berbeda dengan imagonya.
d. Metamorfosis sempurna (holometabola): pada tipe ini serangga memiliki
empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa
(kepompong), dan imago (Anonim, 2008).
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, serangga berganti bentuk
selam perkembangan pasca-embrio, dan instar-instar yang berbeda tidak
semuanya serupa, perubahan ini disebut metamorfosis. Perubahan selama
metamorfosis dilaksanakan oleh dua proses, hitolisis dan histogenesis. Histolisis
adalah suatu proses dimana struktur larva terpecah hancur menjadi bahan yang
dapat digunakan dalam perkembangan struktur-struktur dewasa. Histogenesis
adalah proses perkembangan struktur-struktur dewasa dari produk-produk
histolisis. Sumber-sumber utama dan bahan untuk histogenesis dalam hemolimfa,
lemak badan, dan jaringan-jaringan larut seperti urat-urat daging larva.
Metamorfosis serangga dikontrol oleh 3 hormon, yaitu: PTTH (hormon
protorasikrotrofik), JH (hormon juvenil) dan hormon ekdison (Anonim, 2008).
Pada serangga kendali pertumbuhan dan metamorfosis serangga hanya
dapat tumbuh dengan menanggalkan eksoskleton secara berkala dalam
proses/periode yang disebut pergantian kulit, proses ini terjadi berulang kali
selama periode perkembangan larva. Pada akhir pergantian kulit, organisme yang
terbentuk adalah organisme dewasa. Metamorfosis yang terjadi selama stadium
dorman disebut pupa metamorfosis terjadi di dalam kokon sutera yang dirajut oleh
larva yang telah matang (Kimball, 1983).
Bila otak ulat cecropia dewasa, salah satu jenis ulat sutera liar, dibuang
dengan pembelahan sebelum urat sutera merajut kokonnya, stadium pupa tidak
terjadi, ini bukan semata-semata suatu akibat dari pembelahan karena bila jaringan
otak tersebut ditempelkan kembali pada beberapa bagian tubuh, pupasi akan

54

terjadi secara normal. Nyatanya hanya sebagian kecil dari otak kira-kira dua lusin
sel yang dapat melakukan pekerjaan itu. Percobaan ini memberikan kesan bahwa
sel-sel otak khusus ini menghasilkan hormon yang diperlukan untuk terjadinya
pupasi. Hormon ini tidak memicu pupasi secara langsung, tetapi beraksi pada
sepasang kelenjar yang terdapat di dalam dada yang disebut kelenjar protorasik,
karena aksinya hormon otak ini disebut hormon protorasikotropik atau PTTH.
Bila di rangsang oleh PPTH, kelenjar protorasik mengeluarkan hormone kedua,
suatu steroid yang disebut ekdison. Ekdison inilah yang secara langsung memulai
pergantian kulit dan pembentukkan pupa (Kimball, 1983).
Peranan JH dilukiskan dengan baik pada suatu percobaan yang pertama
kali dilakukan oleh ahli fisiologi serangga berkebangsaan Inggris V.B.
Wiggiesworth. Serangga dewasa secara normal tidak berganti kulit, tetapi bila
PTTH diberikan dengan jumlah lebih dan normal pada Rhodmius, maka hewan
ini dapat dipaksa berganti kulit. Bila JH pertama-tama diberikan pada eksoskleton
serangga, bagian-bagian yang dipengaruhinya kembali ke tipe larva pada
pergantian kulit ini. Ini menunjukkan bahwa gen-gen untuk pembuatan struktur
larva terdapat di dalam sel-sel dewasa meskipun secara normal aksinya dibedakan
(Kimball, 1983).
Metamorfosis dewasa sebelum waktunya tidak hanya memperpendek fase
larva serangga. Yang merusak, tetapi yang dewasa juga menjadi abnormal,
misalnya betina menjadi steril (mandul). Hal ini konsisten dengan peragaan
kebutuhan JH untuk perkembangan normal ovari. Hormon pada Artropoda, ada
bukti-bukti percobaan mengenai adanya sejumlah hormon yang mengatur
penyebaran kromatin, pergantian kulit, pertumbuhan, reproduksi secara seksual,
dan perkembangan. Sejumlah hormon krustacea, seperti hormon yang mengatur
penyebaran kromatin dilepas dari kelenjar yang ada di tangkai mata. Semua
Artropoda dalam perkembanganya mengalami suatu rangkaian pergantian kulit,
karena eksoskleton itu kaku dan kuat maka hewan-hewan tersebut hanya dapat
tumbuh dengan meninggalkan eksoskleton besar. Sebelum eksoskleton yang lama
di tinggalkan di bawahnya telah tumbuh yang baru, banyak insect seperti ngengat,

55

kupu-kupu, lalat dan sebagainya melewati urutan tahap yang satu sama lain
(Villee et all, 2006).
Dari telur menetaslah larva sepeti cacing, yang disebut dengan ulat
(ngengat) yang merayap kesembarang tempat, sangat banyak, berganti kulit
beberapa kali dan tiap kali menjadi larva yang lebih besar, pergantian kulit
terakhir menghasilkan pupa yang tidak bergerak dan tidak makan larva ngengat
dan larva kupu-kupu merajut kokon dan diganti kulit untuk menghasilkan pupa di
dalamnya. Selama pupasi, struktur larva di rumbak dan di pakai sebagai bahan
baku dalam pembentukkan bagian-bagian dari hewan dewasa. Tiap bagian yaitu:
kaki sayap, antenna dan seterusnya, berkembang dari sekelompok sel yang disebut
disk yang berkembang langsung dari telur. Sel-sel ini tidak pernah merupakan
bagian fungsional dan larva, tetapi istirahat. Selama tahap pupa, disk ini tumbuh
dan berdiferensiasi menjadi struktur hewan dewasa, tetapi struktur hewan ini tetap
terlipat. Jika hewan tersebut menetas dari kotak pupa, maka darah di pompakan
kedalam struktur ini, lipatan terbuka dan membesar, dan ekosistem kitin
mengeras. Perubahan bentuk yang menyolok dari larva ke hewan dewasa disebut
metamorfosis (Villee et all, 2006).
Organ utama yang menyebabkan pergantian kulit pada insecta adalah
kelenjar interserebral yang terdapat dipermukaan otak. Akson dan sel
neurosekretor ini menuju kearah posterior menuju korpus kardium yang terdiri
atas ujung akson yang melebar. Kelenjar interserebral mensekresi beberapa
hormon yang mengatur berbagai aktivitas tubuh, salah satu hormon ini, hormon
PTTH dilepas dari kopus kardika dan menyebabkan proses pergantian kulit
dengan merangsang kelenjar protorasik. Kelenjar protorasik, mensekresikan
eksdison, suatu steroid yang disentesis dari kolesterol. Kondisi yang
menstumulasi aktivitas kelenjar interserebral telah dipelajari pada kutu
penghisapdarah. Reseptor tegangan didalam abdomennya di rangsang sesudah
kutu tersebut mendapat makanan sejumlah besar darah, dan ini merangsang
kelenjar interserebral untuk menjadi aktif (Villee et all, 2006).

56

Perbandingan lama metamorfosis


Spesies
Telur Larva/Nimfa
Pupa
Dewasa
Lalat rumah
1 hari 2 minggu
1 minggu
2 minggu
Kepik
4 hari 2 minggu
2 minggu
3-9 bulan
Monarch Butterfly 4 hari 2 minggu
10 hari
2-6 minggu
Periodical Cicada 1 bulan 13/17 tahun
2 bulan
Mayfly
1 bulan 3 tahun
tidak melewati tahapan ini 1 hari
Kecoa
1 bulan 3 bulan
9 bulan

57

BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat

Toples

Plastik kresek

Karet gelang

Alat tulis

2.2 Bahan
Telur kupu-kupu
Larva
Daun pisang
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Perlakuan pada larva
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Diambil larva1 yang sudah melekat pada daun pisang

Diamati karakteristik dan ciri-ciri larva

Dicatat hasil yang sudah diperoleh


Diambil gambar awal larva menggunakan kamera atau foto
Dimasukkan kedalam toples yang sudah disediakan
Ditutup menggunakan plastik kresek dan diikat dengan karet gelang
Diberi lubang-lubang kecil pada permukaan plastik
Dilakukan pengamatan setiap hari sampai menjadi kupu-kupu
Dilakukan perlakuan yang sama pada larva 2
2.3.2 Perlakuan pada telur kupu-kupu
Disipkan alat dan bahan yang akan digunakan
Diambil telur kupu-kupu yang sudah melekat pada daun pisang

58

Diamati karakteristik dan ciri-ciri telur


Dicatat hasil yang diperoleh
Diambil gambar awal telur menggunakan kamera atau foto
Dimasukkan kedalam toples yang sudah disediakan
Ditutup menggunakan plastik kresek dan diikat dengan karet gelang
Diberi lubang-lubang kecil pada permukaan plastik
Dilakukan pengamatan setiap hari selama 10 hari
Dihentikan pada hari ke-10 jika tetap tidak terjadi perubahan

59

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Tabel 1. Pengamatan Larva I
No.

Objek

Waktu

1.

Pengamatan
Larva I

Pengamatan
25 Nopember 2011

Pengamatan
Bentuk
Silinder
(larva)

Keterangan
Deskripsi
Terdapat
serbuk
disekitar
tubuh
Kepala hitam
Tubuh

besar,

ada bulu tipis


2.

Larva I

28 Nopember 2011

Kepompong

Warna kuning
Ulat berubah
menjadi
kepompong
Warna

putih

kekuningan
Terdapat
3.

Larva I

29 Nopember 2011

serbuk putih
Kepompong Warna putih
kekuningan
Terdapat
serbuk putih
Daun berubah
menjadi

4.

Larva I

01 Desember 2011

Kepompong

kuning
Warna ujung

60

ekornya
kecoklatan
Masih
5.

Larva I

03 Desember 2011

Kepompong

ada

serbuk putih
Warna ujung
ekornya
kecoklatan
Masih

ada

serbuk putih
Sayap
6.

Larva I

05 Desember 2011

Kepompong

mulai

terlihat
Sayap mulai
terlihat
Masih

ada

serbuk putih
Warna

ujung

ekornya
kecoklatan
7.

Larva I

06 Desember 2011

Kepompong

Warnanya
kuning
Sayap

mulai

terlihat
Serbuk

putih

masih ada
8.

Larva I

07 Desember 2011

Kepompong

Sayap
mata

dan
mulai

terlihat
9.

Larva I

08 Desember 2011

Kupu-kupu

Warna coklat
Warna coklat

61

tua
Sayap

dalam

berwarna
kuning
Mata merah
3.1.2 Tabel 2. Pengamatan Larva II
No.
1.

Objek

Waktu

pengamatan
Larva II

Pengamatan
25 Nopember 2011

Pengamatan
Bentuk
Silinder
(larva)

Keterangan
Deskripsi
Terdapat
serbuk

putih

disekitar
tubuh
Kepala hitam
Tubuh

besar,

ada bulu tipis


2.

Larva II

28 Nopember 2011

Kepompong

Warna kuning
Ulat
sudah
berubah
menjadi
kepompong
Warna

putih

kekuningan
Terdapat
3.

Larva II

29 Nopember 2011

serbuk putih
Kepompong Warna putih
kekuningan
Terdapat
serbuk putih
Daun berubah
menjadi

62

4.

Larva II

01 Desember 2011

kuning
Kepompong Serbuk

putih

mulai
berkurang
Sayap

mulai

terlihat
Warna
5.

Larva II

03 Desember 2011

putih

kekuningan
Kepompong Serbuk putih
mulai
berkurang
Sayap

mulai

terlihat
Warna
6.

Larva II

05 Desember 2011

putih

kekuningan
Kepompong Serbuk putih
berkurang
Sayap

mulai

terlihat
Warnanya
7.

Larva II

06 Desember 2011

kuning
Kepompong Serbuk

putih

mulai hilang
Warna
berubah
menjadi coklat
Sayap

sudah

terlihat,
berwarna
8.

Larva II

07 Desember 2011

Kupu-kupu

coklat
Warna coklat

63

tua
Sayap

dalam

berwarna
kuning
Mata
berwarna
merah
3.1.3 Tabel 3. Pengamatan Telur
No.
1.

Objek

Waktu

pengamatan
Telur

Pengamatan
01 Desember 2011

Pengamatan
Bentuk
Telur

Keterangan
Deskripsi
Warna
ada
yang

merah,

ada yang putih


Terdapat
garis-garis
dipermukaan
telur
Terdapat
bulatan di atas
2.

Telur

03 Desember 2011

Telur

telur
Warna
berubah
menjadi putih
semua
Pada
permukaan
telur terdapat

3.

Telur

05 Desember 2011

Telur

bulatan
Terdapat
bercak coklat

64

Pada
permukaan
telur terdapat
bulatan
Terdapat
garis-garis
4.

Telur

06 Desember 2011

Telur

dipermukaan
Pada
permukaan
telur terdapat
bulatan
Warna

mulai

berubah
5.

Telur

07 Desember 2011

Telur

menjadi coklat
Warna
berubah
menjadi coklat
Pada
permukaan
telur terdapat

6.

Telur

09 Desember 2011

Telur

bulatan
Terdapat lubat
Telur

busuk

dan berwarna
hitam
3.2 Pembahasan
Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva
atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai imago
dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabola dan
holometabola.

65

Metamorfosis tidak sempurna pada belalang


Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut
larva/nimfa. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies
serangga, hanya fase pertama yang disebut larva/nimfa. Pada hemimetabolisme,
perkembangan nimfa berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis
(pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabola juga dikenal dengan
metamorfosis tidak sempurna.
Pada holometabola, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga
yang melakukan holometabola melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak
aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa (imago).
Holometabola juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam
pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan
tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan

66

tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses
kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase
remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya
hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di
bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan
metamorfosis tidak sempurna.
Metamorfosis amfibi
Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut
akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas
menjadi Berudu.berudu hidup di air Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai
insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang
berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu
akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12
minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ingsang tak berfungsi lagi ekornya
menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru.maka bentuk dari muka akan
lebih jelas Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan
berubah menjadi katak dewasa dan kembali berkembang biak.
Ada beberapa hal yang berbeda dari daur amfibi pada umumnya. Beberapa
spesies salamander tidak perlu bermetamorfosis untuk menjadi dewasa
sepenuhnya secara seksual, dan hanya akan bermetamorfosis dalam tekanan
kondisi lingkungan tertentu. Banyak spesies kodok tropis meletakkan telurnya di
darat, di mana kecebong bermetamorfosis di dalam telur. Ketika mereka menetas,
mereka menjadi dewasa yang belum benar-benar matang, kadang-kadang masih
memiliki ekor yang dalam beberapa hari kemudian diserap kembali.
Metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi hewan baru (fase sempurna)
yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum
sederhana. Pertama-tama mulai ari telur yang di letakkan oleh kupu-kupu pada
daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan
nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga

67

mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa/ kepompong dan dalam
beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru.
TELUR
Telur akan menetas antara 3 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun
tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi
cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya Kulit luar dari larva
tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat
larva akan berganti kulit.
LARVA (ULAT)
Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi
cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva
tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat
larva akan berganti kulit.
Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 6 kali, dan
periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar.
Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar
berbentuk silindris, dan terkadang memepunyai rambut, duri, tuberkel atau
filamen.
Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan,
berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau
daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan
melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.
PUPA ( KEPOMPONG)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam
pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya
keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa
berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) .
Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 20 hari
tergantung spesiesnya.
KUPU-KUPU

68

Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga


sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan
mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan
kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang.
Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

69

Perbedaan metamorphosis sempurna dan metamorphosis tidak sempurna


terletak pada fase pupa (kepompong), dimana pada metamorfosis
sempurna melalui fase ini, sedangkan pada metamofhosis tidak sempurna
tanpa melalui fase pupa melainkan dari tahap nimfa akan berlanjut ke fase
imago (dewasa).
Contoh hewan pada metamorphosis sempurna antara lain : Nyamuk, kupukupu, dan lebah madu, sedangkan contoh hewan pada metamorfosis tidak
sempurna yaitu belalang, jangkrik, dan kecoa.
Pupa atau kepompong merupakan tahap jaringan larva mengalami
pembelahan dan diferensiasi sel-sel yang sebelumnya tidak aktif pada
tahap larva menjadi organ tubuh.
4.2 Saran
Sebaiknya

pada

praktikum

selanjutnya

tidak

hanya

mengamati

metamorfosis sempurna saja, tetapi juga metamorfosis tidak sempurna seperti


mengamati jangkrik atau belalang, agar dapat dibandingkan hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Metamorfosis kupu-kupu. http: // mysciencebiogs. Com/ kids/
metamorfosis. Kupu-kupu. Di akses pada tanggal 20 Desember.

70

Kimball, J. W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid Dua. Erlangga; Jakarta.


Villee, Claude, A., Warren, F., Walker, Jr. Robert, D. Barnes. 2006. Zoologi Umum
Edisi Keenam Jilid 1. Erlangga; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai