Anda di halaman 1dari 14

3.

3 Garam Imidazolium
Perbedaan jenis dari imidazol yang tersubtitusi dapat terbentuk dari cairan ionik atau
kristal cair ionik dengan cara kuarternisasi, tetapi dari beberapa studi yang dilakukan mengenai
aturan thermal dari garam imidazolium telah dipersempit bahasannya menjadi garam 1-alkil-3metilimidazolium (47). Titik leleh cenderung menurun dengan bertambahnya panjang rantai alkil
dan mencapai minimum untuk rantai alkil yang mengandung delapan atom karbon. 132, 133
selanjutnya, bertambah panjangnya rantai alkil akan meningkatkan titik leleh. Interaksi van der
Waals pun akan meningkat dengan bertambah panjangnya rantai alkil, dan untuk interaksi van
der Waals pada panjang rantai yang mengandung 12 atom karbon berada diantara rantai alkil
yang memajukan pemisahan fasa mikro dari rantai alkil hidrofobik dan bagian yang bermuatan
dari molekul. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya fasa meso lamellar. Garam 1-alkil-3metilimidzolium dengan rentang panjang rantai antara C4H9 dan C10H21 mempunyai
kecenderungan yang kuat untuk pendinginan kuat menjadi fasa kaca yang daripada senyawa
dengan rantai alkil yang lebih pendek maupun yang lebih panjang. Faktanya, seringkali sulit
untuk mengubah garam imidazolium dengan ukuran panjang rantai sedang keluar dari bentuk
kristal. Terutama pada kasus ketika garam imidazolium berwujud cairan dalam suhu ruangan.
Rantai alkil yang dibuat bercabang akan meningkatkan titik leleh, karena senyawa dengan rantai
bercabang lebih efisien terkemas pada fasa kristal. Sebagai contoh, untuk membedakan isomer
dari 1-butil-3-metilimidazolium heksaflorofosfat, titik leleh dari senyawa dengan rantai n-butil
adalah 6,4C, sedangkan titik leleh senyawa dengan built-sekunder dan built-tersier secara
berturut-turut yaitu 83,3 dan 159,7C. ini juga menunjukkan bahwa entalpi leleh akan meningkat
dengan bertambahnya rantai bercabang. Titik leleh sangat bergantung pada anion yang dipilih.
Garam imidazolium dengan anion florin cenderung memiliki titik leleh yang lebih rendah
daripada senyawa yang anionnya bukan florin. Subtitusi simetris dari garam 1,3dialkilimidazolium memiliki titik leleh yang lebih tinggi daripada subtitusi simetris dari garam 1alkil-3-metilimidazolium. Pergantian atom hidrogen pada karbon-2 dalam cincin imidazolium
dengan gugus metil atau rantai alkil yang lebih panjang akan meningkatkan titik leleh. Metoda
komputasi dapat digunakan untuk memprediksi titik leleh dari garam imidazolium atau cairan
ionik lain dengan akurasi yang baik.135,136
Bowles dkk adalah yang pertama menyatakan adanya fasa meso dalam cairan ionic
imidazolium dengan rantai alkil yang panjang. 137 Ia meneliti garam 1-alkil-3-imidazolium
dengan ion lawan klorida, tetraklorokobaltat (II) (48) dan tetraklorinnikelat (II) (49). Untuk
cairan ionik yang memiliki rantai alkil kurang dari 12 atom karbon, tidak ditemukan fasa meso.
Senyawa dengan rantai C12H25, C14H29, C16H33, dan C18H37 menujukkan sebuah fasa smektik A
dengan rentang stabilitas thermal yang tinggi. Rentang suhuh fasa meso pada garam
tetraklorometalat meningkat dengan bertambahnya panjang rantai. Data ini menyarankan untuk
menggunakan pelarut krital-cair dalam reaksi kimia karena secara alami pelarut dapat berperan
sebagai katalis. Mesomorfis termotropik telah diamati untuk garam 1-alkil-3-metilimidazolium
dengan rantai alkilnya adalah C14H29, C16H33, dan C18H37 (50).138 Fase meso telah teridentifikasi

sebagai fasa smektik A dengan penuh intergitate. Untuk senyawa dengan rantai C10H21 atau
C12H25, berlaku keadaan padat polimorfis, tetapi tidak ada fasa meso. Gordon dkk meneliti sifat
fasa meso dari garam 1-alkil-3-metilimidazolium heksaflorofosfat [Cn-mim][PF6] (51).132
Senyawa ini disiapkan dengan cara reaksi metatesis antara halide imidazolium yang cocok dan
HPF6. Senyawa dengan rantai alkil yang lebih pendek dari C 14H29 tidak mesformik. Garam
dengan rantai alkil yang memiliki 14 atom karbon atau lebih menujukkan fasa meso
enantiotropik, yang teridentifikasi sebagai fasa smektik A. Ketika titik leleh meningkat sedikit
demi sedikit dengan bertambahnya panjang rantai alki, titik clearing meningkat dengan tajam.
Senyawa dengan rantai alkil terpanjang menujukkan rentang suhu fasa meso yang lebih luas
daripada senyawa dengan rantai alkill yang lebih pendek. Polimorfis tidak ditemukan dalam
keadaan padat. Fasa meso untuk garam [PF6]- telah ditemukan yang larut dengan garam garam
[CoCl4]2-. Penulis mencoba mengecilkan titik leleh dengan membuat campuran antara 1heksadesil-3-metilimidazolium heksaflorofosfat dan 1-heksadesilpiridium heksaflorofosfat.
Tidak ada penurunan titik leleh, tetapi diperoleh rentang fasa meso yang lebih besar untuk salah
satu campuran. Struktur kristal untun [C12-mim][PF6] menujukkan adanya diskrit anion dan
kation, dan terdiri dari lapisan-lapisan cincin imidazolium dan ion heksaflorofosfat, yang
terpisahkan oleh cincin dodesil interdigitated.132 CIncin imidazolium berupa planar, dan kation
[C12-mim] terdeskripsikan memiliki struktur bentuk sendok. Bentuk ini disebabkan oleh sifat
lurus yang disrupture dari rantai dari rantai dodesil yang dekat dengan cincin, yang menerapkan
konformasi bengkok. Rantai dodesil relative miring terhadap lapisan anion dan kation. Holbret
dan Seddon telah meneliti sifat thermal dari garam 1-alkil-3-metilimidazoliumtetrafloroborat,
[Cn-mim] [BF4](n = 0-18) (52).133 Garam imidazolium yang tersubtitusi dengan atom nitrogen
oleh sebuah proton, (n = 0) atau sebuah gugus metil (n = 1) merupakan padatan kristal dengan
titik leleh rendah. Garam dengan rantai alkil pendek (n = 2-11) berwujud cairan pada suhu ruang
dan membentuk kaca melalui pendinginan sampai suhu -80C, sedangkan garam dengan rantai
alkil yang lebih panjang (n = 12-18) merupakan padatan dengan titik leleh rendah yang
menunjukkan sebuah fasa meso ketika dipanaskan. Dengan menggunakan mikroskop optikal
polarisasi, tekstur cacat tersebut merupakan fasa meso yang teridentifikasi sebagai fasa smektik
A. sedangkan untuk [PF6]-, fasa meso hanya terdeteksi ketika rantai alkilnya terdiri dari 14 atau
lebih ataom karbon, untuk [BF4]- mesomorfism terdeteksi pada rantai dodesil (n = 12). Selain
itu, garam tetrafloroborat memiliki titik leleh yang lebih rendah daripada garam tetraflorofosfat.
Hal ini menujukkan bahwa sulitnya mengamati tekstur cacat dengan baik untuk fasa meso dari
kristal cair ionic menggunakan mikroskop optikal polarisasi karena garam cenderung
membentuk sebuah hemotropik tunggal secara spontan (yang memberikan bidang gelap diantara
polarizer yang berlawanan). Hal yang menarik, Holbrey dan Seddon menyatakan bahwa tekstur
akan teramati dengan baik ketika garam tetrafloroborat terpanaskan diantara dua kaca
mikroskop, sebagai lawan dari slide mikroskop dan slip penutup. 133 Tekanan dari berat slide
mikroskop yang menghancurkan deret homeotropik sampel.

De Roche dkk mempelajari sifat fasa dari 1-metil-3-tetradesilimidazolium dan 1heksadesil-3-metilimidazolium heksaflorofosfat menggunakan teknik analisis yang berbeda
termasuk spektroskopi Raman, XRD, dan penghamburan neutron quasi-elastik (QENS). 139
mereka menemukan transisi fasa padat yang tidak ditemukan oleh Gordon dkk. 132 Mereka
menyatakan bahwa transisi ini melibatkan penyusunan ulang struktur yang didorong oleh
naiknya aktifitas termal dari mobilitas molekul. Data QENS menujukkan bahwa peningkatan
gerak rantai alkil merupakan gaya yang mengatur transisi fasa padat ini. Tidak ada perubahan
struktur yang penting dari kristal tunggal yang dipelajari menggunakan XRD. Konduktifitas
ionik pada fasa padat dengan suhu tinggi membuat penulis menyimpulkan bahwa senyawa ini
berperan sebagai konduktor ionik ketika berwujud padat. Transisi wujud padat ini telah dipelajari
secara rinci dengan tingkat molekuler menggunakan perhitungan kuantum.140 Perhitungan ini
menujukkan bahwa transisi berkaitan dengan interkonvesi antara dua konformasi yang stabil dari
pasangan ion [C14-mim]+ [PF6]-. Fasa meso dari [C14-mim][PF6] teridentifikasi sebagai fasa
smektik A.139 Sudut-kecil dari hamburan sinar X yang dipelajari 141 dan pengukuran dari
konduktivitas ionik137 menujukkan bahwa beberapa agregat ionik harus bertahan dalam fasa
cairan isotropik dari [C16-mim][PF6].
Untuk meneliti pengaruh anion pada sifat mesomorfism dari garam imidazolium, Bradley
dkk menyiapkan sejumlah 1-alkil-3-metilimidazolium dengan variasi panjang rantai alkil, dan
dengan variasi anion klorida, bromida, triflat, dan bis(tri-florometansulfonil)imida. 142 Fasa meso
tidak terdeteksi untuk senyawa dengan anion bis(tri-florometansulfonil)imida (53), sedangkan
pada anion triflat ([OTf]-) (54), hanya terdeteksi fasa meso dengan rentang yang kecil untuk
senyawa dengan rantai C16H33 dan C18H37, tetapi tidak ditemukan fasa meso untuk panjang rantai
alkil yang lebih pendek. Garam tetrafloro borat, klorida, dan bromida terdeteksi fasa meso
(dengan rantai dodesil atau yang lebih panjang). Ketika titik leleh meningkat dengan bertambah
panjangnya rantai, titik clearing meningkat dengan cepat sebagai fungsi dari panjang rantai. Fasa
meso terdeteksi sebagai smektik A bilayer (SmA2). Pada fasa meso, jarat interlayer meningkatkan
secara monoton dengan panjang rantai alkil dan menurun dengan meningkatnya suhu, untuk
setiap anion. Jarak interlayer juga bergantung pada anion dan meningkat dengan urutan [OTf] - <
[BF4]- < Br- < Cl-. Aturan ini mencerminkan peningkatan kemampuan anion kisi tiga dimensi dari
ikatan hidrogen. Seperti pada kasusu [C16-mim][PF6],139 jarak lapisan (layer) dalam bentuk kristal
lebih kecil daripada fasa mesonya. Sifat termal dari garam imidazolium kloridan dan bromida
lebih rumit dibandingkan anion florin karena garam klorida dan bromida sangat higroskopik,
yang menyebabkan sulit diperolehnya garam tersebut dalam bentuk anhidrat. Sifat termal garam
anhidrat berbeda dengan garam hidratnya. Misalnya, garam anhidrat memiliki titik leleh dan
entalpi leleh yang lebih rendah daripada garam hidratnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta
yang menujukkan bahwa struktur garam hidrat terstabilkan oleh ikatan hidrogen antara ion
klorida (atau bromida) dan molekul air. Garam hidrat menujukkan perbedaan sifat termal setelah
pelelehan dan pendinginan daripada sebelum diberi perlakuan termal. Bradley dkk 142
mengindikasi bahwa garam klorida yang telah dipelajari oleh Bowlas dkk 137 yang menyatakan
pada faktanya garam tersebut bahwa garam hidrat lebih banyak daripada garam anhidratnya.

Sebuah studi tentang rantai panjang 1-alkil-3metilimidazolium klorida menujukkan bahwa sifat
termal dari garam klorida hidrat bergantung pada sejarah termalnya karena mengubah
konformasi pada gugus imidazolnya.143 Dua struktur lapis yang berbeda telah diteliti dengan
simetri triklinik untuk garam klorida. Jarak interlayer dalam salah satu fasa akan dua kali lebih
besar dari fasa lainnya. Ini menunjukkan bahwa dalam dasar model stuktur dimana satu fasa
yang mengandung stuktur bilayer dengan rantai alkil terinterdiget dan fasa struktur bilayer lain
dengan rantai alkil yang terkemas ujung-ke-ujung. Ikatan hidrogen karena adanya molekul air
merupakan faktor penting dalam polimorfism garam imidazolium klorida. Untuk lebih
memahami perbedaan dari jarak layer, Li dkk melakukan eksperimen dengan time-resolved dari
hamburan sinar X untuk mempelajari sifat kristal dari 1-heksadesil-3-metilimidazolium klorida
dan 1-metil-3-oktadesilimidazolium klorida.144 SAXS dan pola WAXS diukur selama eksperimen
kristalisasi isothermal. Ditemukan empat fasa denga stabilitas termodinamika yang berbeda:
sebuah struktur triklinik bilayer yang diperpanjang, sebuah stuktur triklinik bilayer ganda,
sebuah struktur ortorombik tegak lurus bilayer ganda, dan sebuah struktur transisi rotator bilayer
ganda (Gambar 8).

Fasa transisi yang muncul di sekitar pendinginan fasa smektik menujukkan ketidakstabilan
termodinamika pada setiap suhu. Molekul memiliki mobilitas tinggi pada fasa transisi, dan
struktur pada fasa ini sebanding dengan fasa rotator dari n-alkana. Fasa transisi berfungsi sebagai
inti dari pembentukkan tiga struktur kristal lainnya. Adanya air dalam sampel memberikan efek
pada ukuran kristal yang terbentuk dalam fasa transisi. Pengaruh air pada struktur merupakan
efek kinetika. Kristal kecil ditransformasikan menjadi struktur triklinik bilayer yang lebih
panjang, sedangkan kristl besar ditransformasikan menjadi struktur ortorombik bilayer.
Reflektivitas dari n sinar X dipelajari pada film tipis yang dilapisi garam 1-alkil-3metilimidazolium yang mengindikasikan bahwa film hanya bias diperoleh setelah senyawa
dilelehkan dalam kondisi isotropik dan didinginkan menjadi fasa meso atau krital. 145 hal ini juga
berfungsi pada rantai alkil yang tetap teratur ketika molekul imidazolium mengkristal dari fasa
meso. Antarmuka garam-air dan substrat-garam mengandung sejumlah ion. Antarmuka tersebut
mengandung baik sejumlah anionik maupun sejumlah kationik. Rantai alkil berorientasi missal.

Meskipun posisi raltif anion berkaitan dengan kation imidazolium bias diturunkan dari struktur
kristal tunggal yang ditentukan dari garam imidazolium, satu hal yang bisa diharapkan bahwa
adanya perbedaan yang besar pada posisi padat dan cair. Namun, pengukuran difraksi neutron
dalam leburan non-mesogenik 1,3-dimetilimidazolium klorida menujukkan bahwa muatan yang
diatur secara signifikan ada pada wujud cairan dan mirip dengan wujud padatan. 146 Hal yang
sama ditemukan oleh Bradley dkk bahwa pada fasa isotropik dari rantai panjang garam 1-alkil-3imidazolium beberapa structural asosiatif dengan rentang-pendek masih ditemukan sampai saat
ini.142
Diagram fasa biner dari mesomorfism cairan ionik 1-metil-3-oktadesilimidazolium
tetrafloroborat dan nonmesomorfis cairan ionik 1-etil-3-metilimidazolium tetrafloroborat
menujukkan bahwa fasa meso smektik dari [C 18-mim][BF4] ada dalam campuran yang
mengandung [C2-mim][BF4] sampai fraksi molnya 0,6.147 Namun, titik clearing menurun drastis
dengan bertambahnya jumlah [C2-mim][BF4]. Hal yang sama ditunjukkan oleh garam
heksaflorofosfat bahwa fasa meso pada campuran biner sampai fraksi molnya 0,4 untuk [C 2mim][PF6]. Konduktivitas ionik dari 1-metil-3-oktadesilimidazolium tetrafloroborat dan
campurannya dengan [C2-mim][BF4] (dengan rasio molar 3:2) telah terukur. Konduktivitas ionik
dari sampel homeotropik dalam fasa smektik A lebih besar dari sampel polidomain. Adanya
pergerakan cairan ionik [C2-mim][BF4] dalam [C18-mim][BF4] meningkatkan konduktivitas ionik
dengan besar 1 orde. Ohno dkk meneliti sifat fasa meso dari 1-etil-3-dodesilimidazolium
dodesilsulfonat dan campurannya dengan litium tetrafloroborat.148 penambahan LiBF4
meningkatkan titik clearing pada fasa smektik A. hal ini disebabkan oleh interaksi elektrostatik
intermolekuler yang kuat dalam layer ionik karena ion Li+. Pada waktu yang sama, fasa meso
menunjukkan resistensi pada kristal setelah pendinginan. Konduksi ion anisotropik telah diteliti
dalam fasa meso, dan konduktivitasnya lebih tinggi dalam fasa meso dibandingkan dalam
isotropik. Garam 1-alkil-3-metilimidazolium dengan rantai alkil yang panjang dan dengan ion
lawan tetrafloroboran dan heksaflorofosfat digunakan sebagai penunjang elektrolit polimer
emisi-sinar dioda (PLEDs).149 Hanya ketika rantai alkilnya dodesil atau lebih panjang, cairan
ionik kompatibel dengan polimer emisi-sinar. Cairan ionik dengan rantai pendek (butil)
memberikan fasa pemisahan.
Hal ini tidak diperlukan untuk memiliki rantai alkil yang panjang dalam cincin imidazol
untuk menginduksi mesomorfis, tetapi anion dengan rantai alkil panjang dapat digunakan.
Misalnya, 1,3-dimetilimidazolium dodesilsulfonat (55) menujukkan sebuah fasa smektik A.150

Sifat fasa dari kristal cair 1,3-dimetilimidazolium dodesilsulfonat bisa diatur dengan
dimasukkannya gugus metil pada cincin imidazol. Dimana gugus metil pada kristal cair dengan
posisi-2 dihilangkan (56), gugus metil pada posisi-4 efektif untuk menekan kristalisasi (57).
Tekanan tinggi dari karbon dioksida dapat menurunkan titik leleh kristal cair ionic [C 16-mim]
[PF6].151 Pada tekanan 70 bar dari CO 2, titik leleh dari senyawa ini menurun dari 75 menjadi
50C. Penulis mengasumsikan bahwa CO2 ini mengganggu interaksi antara anion-kation dan
ekor-ekor yang berperan sebagai pengotor. Fasa smektik A tetap terbentuk dalam kondisi ini.

Bunzli dkk meneliti sifat spekroskopis dari garam europorium (III) yang berbeda dan
dilarutkan pada 1-alkil-3-metilimidazolium klorida dan kristal cair ionik nitrat. 152 Kristal cair
ionik murni menujukkan florensi biru (emisi ligan) setelah diradiasi dengan sinar UV.
Penambahan garam europorium (III) memadamkan sebagian florensi biru ini, tetapi dalam waktu
yang sama teramati pendaran merah luminensen dari europorium (III). Hal ini disebabkan oleh
transfer energi dari energi yang tereksitasi pada kromofor organik untuk ion europorium (III).
Dengan panjang gelombang eksitasi dan ion lawan yang tepat, warna emisi dapat diatur dari biru
hingga merah. Hal yang utama adalah garam klorida karena pada suhu ruang ia berwujud kristal
cair ionik, yang sesuai dengan garam nitrat yang bewujud padatan dalam suhu ruang. Peleburan
garam europorium (III) hanya berpengaruh sedikit pada sifat mesogenik dari beberapa cairan
ionik, asalhak konsetrasi garamnya lebih rendah dari 10 %mol. Hal ini mengindikasi bahwa
senyawa 1-alkil-3-metilimidazolium klorida memiliki kemungkinan untuk melarutkan sejumlah
garam anorganik.
1-sitronelil-3-tetradesilimidazolium bromida (58) merupakan contoh dari senyawa kiral
yang dibuat dari prekusor yang mudah diperoleh di alam.153 Namun, fasa meso smektiknya tidak
kiral. Selain itu, senyawa ini merupakan dopan kiral yang mampu menginduksi fasa kiral pada
senyawa smektogenik 1-dodesil-3-metilimidazolium bromida. Garam kiral 1-sitronelil-3alkilimidazolium bromida dengan rantai alkil lebih dari 14 atom karbon tidak menujukkan fasa
meso. 1,3-di-sitronelil-1H-imidazolium bromida (59) tidak memiliki fasa meso. 1-asetamido-3alkilimidazolium bromida (60), garam heksaflorofosfat dan tetrafloroborat self-assamble dengan
gugus amida primer untuk polimer pita ikatan hidrogen yang menunjukkan fasa meso dengan
rentang suhu yang besar.154 Fasa mesonya merupakan fasa smektik A untuk semua senyawa yang
diteliti. Untuk panjang rantai alkil yang sama, titik leleh meningkat pada [BF4]- < [PF6]- < Br-.

Sebagian besar garam imidazolium kristal cari smektik yang dijelaskan sejauh ini adalah
garam 1-alkil-3-metilimidazolium, tetapi sifat termal dari garam imidazolium jenis lainpun telah
diteliti. Dzyuba dan Bartsch menyiapkan garam 1,3-dialkilimidazolium dengan ion lawan
bromida dan heksaflorofosfat, dengan rantai alkil lebih dari C10H21,155 tetapi tidak ditemukan
senyawa yang mesomorfis. Lin dkk melaporkan bahwa mesomorfis dari 1,3-dialkilimidazolium
(61, X = Br, I, PF6) dan garam 1,3-dialkilbenzimidazolium (62, R = CnH2n+1, Cl, Br, I, Pf6).156
Fasa meso terdeteksi untuk garam klorida dan bromida tetapi tidak untuk garam iodida dan
heksaflorofosfat. Rentang stabilitas fasa meso dari garam 1,3-dialkilimidazolium lebih kecil
daripada garam 1-alkil-3-metilimidazolium. Penulis mengambarkan bahwa fasa meso sebagai L
fasa meso lamellar bilayer dan L, perbedaannya yaitu ada keteraturan dalam fasa L, tetapi tidak
pada fasa L. Fasa smektik A terdeteksi dengan rentang suhu yang luas untuk garam 1,4dialkilimidazolium dengan ion lawan [CuCl4]2- dan [PdCl4]2-: [(CnH2n+1)-im]2[[CuCl4] dan
[(CnH2n+1)-im]2[PdCl4].157 Sifat kristal cair dari campuran senyawa tembaga (II) dan palladium (II),
serta campuran logam yang mengandung kristal cair ionik dengan garam klorida, telah diteliti.
Campuran memiliki rentang fasa meso yang lebih kecil dari pada senyawa murninya. Anion
campuran memiliki pengaruh yang lebih besar dalam suhu clearing daripada suhu leleh. Logam
yang mengandung kristal cair ionik menujukkan dekomposisi termal yang dekat dengan titik
clearing. Untuk palladium (II), komplek karben dan dikarben-imidazolium yang dihasilkan
melalui proses dekomposisi termal. Penulis dari tim yang sama melaporkan bahwa sifat termal
dari garam N-alkilimidazolium (63, R = CnH2n+1, Cl, BF4, NO3).158 Struktur kristal dari
[C14H20imH][NO3] telah digambarkan. Senyawa membetuk struktur lamellar bilayer dengan
rantai alkil intergitat kuat. Garam nitrat dengan rantai C14H29, C16H33, dan C18H37 merupakan
mesomorfis yang berupa fasa smektik A. Untuk garam klorida, fasa meso ditemukan dengan
rantai C10H29. Selain itu, senyawa ini berwujud krital cair pada suhu ruang. Garam [BF 4]- dengan
rantai C12H25 menujukkan sebuah fasa smektik A monotropik, sedangkan garam dengan rantai
alkil yang lebih panjang membentuk fasa smektik A enantiotropik. Ketika pengaruh ion
dibandingkan, garam klorida memiliki rentang suhu fasa meso yang luas. Hal ini dihubungkan
dengan anion klorida dan kation imdazolium. Garam nitrat dengan rantai C 12H25 dan garam
klorida dengan rantai C10H21, C12H25, dan C14H29 menunjukkan fasa meso liotropik dalam air, air
asam, dan THF.

Yoshizawa dkk menghubungkan gugus mesogenik kalamatik dari 4-butoksibifenil


melalui spacer gugus metalin 8 atau 12 ke garam 1-metilimidazolium (64, n = 8, 12).159 senyawa
dengan anion bromida atau tetrafloroborat menujukkan polimorfis smektik: sebuah fasa smektik
E terdeteksi di bawah fasa smektik A. Fasa smektik A adalah jenis interdigitat. Adanya gugus
butoksil difenil menghasilkan pembentukkan fasa meso smektik order tinggi. Meningkatnya
panjang dari spacer alkil fleksibel memperbaiki stabilitas fasa meso dan fasa meso yang
dibentuk oleh garam bromida lebih stabil daripada fasa meso yang dibentuk oleh garam
tetrafloroborat. Fasa meso sangat bergantung kuat dengan pendinginan super untuk membentuk
kaca.

Sedangkan sebagian besar studi tentang kristal cair garam imidazolium dibatasi pada
senyawa yang membentuk fasa meso smektik, penelitian baru-baru ini tentang garam
imidazolium fasa meso kolom. Kato dkk mendeteksi fasa meso kolom heksagonal dalam garam
1-metilimidazolium dengan tri-alkoksi yang tersubtitusi oleh gugus benzil yang terikat pada
atom nitrogen, dan dengan [BF4]- sebagai ion lawan (65, R = C8H17, C12H25).160 senyawa tersebut
berwujud kristal cair pada suhuh ruang, dan fasa mesonya stabil dengan rentang suhu yang luas.

Jenis lain dari garam imidazolium menujukkan sebuah fasa meso kolom yang diperoleh
dengan N-alkilasi dari 1-metilimidazolium dengan heksakis(10-bromodesiloksi) trifenilen,
diikuti dengan pertukaran anion dari Br- oelh [BF 4]- (66).161 oleh kovalen yang menambahkan
gugus imidazolium ke fasa mesogen trifenilen yang distabilkan dibandingkan dengan trifenilen
yang digantikan oleh rantai gugus alkoksi. Yang menarik, penambahan 1-heksil-3metilimidazolium tetrafloroborat ke dalam kristal cair ionik memperbesar rentang suhu fasa
meso dari 47 ke 111C menjadi 4-117C. Namun, pada saat 1-heksil-3-metilimidazolium

tetrafloroborat dicampurkan dengan trifenilen yang digantikan oleh enam gugus alkoksi, terjadi
fasa pemisahan. Sejauh ini, fasa meso kolom diperoleh dengan mesogen dsikotik labuh ke garam
imidazolium. Pada prinsipnya, ini juga memungkinkan untuk memperoleh fasa meso kolom
dengan gugus imidazolium sebagai inti kaku dalam kristal cair.

Garam imidazolium berhubungan dekat dengan garam imidazolium, tetapi muatan positif
tidak sepenuhnya terdelokalisasi oleh lima cincin heterosiklik pada garam yang terbentuk.
Berbeda dengan garam imidazolium, data tentang sifat fasa meso dari garam imidazolium ini
sangat langka. Kraft dkk menyiapkan kompleks imidazolium diskotik dengan mereaksikan
sebuah basa tris(imidazolin) dan asam aromatik karboksilat. 162 Asam aromatik yang digunakan
adalah asam 3,4,5-tris-(dodeksilosi)benzoat (67), 3,4-bis-(dodeksilosi)benzoate, dan asam 4dodeksilosibenzoat. Struktur dari kompleks yang dibentuk oleh self-assembly melalui ikatan
hidrogen. Kristal cair supermolekular menujukkan fasa meso kolom., yang mirip simetris
heksagonal.

8.3 Dendrimer Kristal Cair Ionik


Kristal cair ionic berdasarkan dendrimer telah dibuat dengan interaksi pada asam karboksilat
dengan dendrimer yang difungsikan dalam kelompoknya dengan gugus amino. Sebuah pasangan
ion yang terbentuk dengan transfer proton dari asam karboksilat ke gugus amino, menghasilkan
garam dari senyawa seperti dendrimer. Secara komersil dendrimer poli(amidoamin) (dednrimer
PAMAM) atau dendrimer poli(propilen amin) (dendrimer PPI atau DAB) yang berbeda generasi
telah diteliti. Tsiourvas dkk telah menggambarkan karakter kristal cair dari garam yang
dihasilkan dari interaksi dendrimer poli(propilena amin) dengan asam 3-kloresteriloksikarbonilpropanoat (209).564 Dendrimer kristal cair ini membawa gugus kolesteril mesogenik
yang menujukkan fasa smektik C* (fasa smektik C kiral) dan fasa smektik A. faktor yang
terpenting bahwa menentukan sifat fasa adalah derajat protonasi dari gugus amino primer yang
dibandingkan dengan tersier. Protonasi dari gugus amino tersier dari dendrimer PPI lebih jelas
untuk dendrimer generasi yang lebih tinggi daripada dendrimer generasi rendah. Sebuah gugus
mesogenik tidak diperlukan untuk keadaan fasa meso pada dendrimer kristal cair ionik. Ujie dkk
memperoleh dendrimer kristal cair ionik dari interaksi antara dendrimer PAMAM generasi ketiga
dan asam alkanoat (asam tetradekanoat, heksadekanoat, dan oktadekanoat).565 Ketiga dendrimer
menujukkan fasa smektik A. Serrano dkk membuat studi komperensif untuk pembentukan fasa
meso dengan interaksi dendrimer PAMAM dan PPI dari generasi yang berbeda dengan asam
dekanoat, tetradekanoat, dan oktadekanoat.566 Kebanyakan dendrimer ionik menujukkan fasa
smektik A, tetapi fasa kolom telah diteliti untuk garam dendrimer PPI generasi keempat
(mengandung 64 terminal gugus NH2). Sebuah fasa kolom heksagonal telah ditemukan untuk
garam yang dibentuk dengan asam oktadekanoat dan asam tetaradekanoat. Garam dekanoat-PPI
berwujud kristal cair ionik dalam suhu ruangan. Suhu transisi meningkat dengan bertambahnya
panjangn rantai alkanoat. Gram turunan dari dendrimer PAMAM memiliki suhu transisi yang
lebih tinggi daripada garam PPI karena adanya ikatan hidrogen dalam stuktur dendrimer
PAMAM. Kenyataannya fasa kristal cair diperoleh pada dendrimer ionik, meskipun tidak ada
gugus mesogenik aromatik, menujukkan bahwa interaksi ionik berperan penting pada kestabilan
fasa meso.
Tschieke dkk menyiapan kristal cair ionik dengan struktur mesofasa tidak konvensional
oleh interaksi dendrimer poli(propilena imina) dengan asam karboksilat amfifilik berbentuk T,
yang mengandung inti p-terfenil (210).567 Stuktur mesofasa diatur oleh faktor yang berbeda
seperti suhu, generasi dendrimer tersebut, rasio dendrimer untuk asam karboksilat, dan panjang
rantai polieter lateral dalam asam karboksilat berbentuk T. Fasa meso diamati meliputi fasa
smektik A, dua fasa kolum persegi yang berbeda (p4mm dan simetri p4gm), fasa meso sebuah
menggabungkan struktur lapisan dengan organisasi heksagonal kolom, dan dua fasa meso
dengan stuktur yang tidak diketahui.

Struktur tiga dimensi yang kompleks yang diamati oleh Percec dkk untuk logam alkali
garam karboksilat minidendritik (generasi pertama monodendron), yang sebenarnya garam
logam alkali dari asam 3,4,5-trialkoksibenzat.568 Senyawa self-assembly pada suhu rendah ke
supramolekul silinder yang mengorganisir diri dalam dua dimensi kolom persegi panjang
(simetri c2mm) dari kisi kolom heksagonal (simetri p6mm). Di suhu tinggi senyawa ini selfassembly dalam kisi kubik tiga dimensi dari Pm3n atau simetri Im3m. Fasa kolom persegi
panjang dibentuk oleh senyawa natrium saja. The struktur fasa meso kubik garam rubidium dari
monodendron generasi kedua yang berisi kelompok karboksilat dan alkil sebagian fluorinated
rantai ditentukan (211).569

Lattermann dkk menyelidiki fasa meso yang sifat kompleks logam transisi bercabang
poliamina complexes.570,571 ligan ini (212, 213) dapat dianggap sebagai pertama dan kedua
dendrimers generasi. Kompleks dengan CoCl2, NiCl2, Ni (NO3)2, ZnCl2, CuCl2, Cu (SCN)2, dan
Cu (NO3)2 telah disusun. Dua jenis kompleks terbentuk: kompleks ionik pentrakoordinat
[MX(L)]+X- dan kompleks netral heksakoordinat [MX2(L)]. The dendrimers adalah ligan
tetradentate. Koordinasi polyhedron dari pentacoordinate yang kompleks dapat berupa bipyramid
trigonal atau piramida persegi, sedangkan kompleks heksakordinat memiliki segi delapan
koordinasi polihedron. The nikel (II) kompleks memiliki koordinasi oktahedral, sedangkan
kobalt (II) dan tembaga (II) kompleks memiliki koordinasi trigonal bipiramidal. Koordinasi seng
(II) kompleks tidak dapat ditentukan jelas. Semua kompleks dari generasi pertama dendrimer
ligan 212 yang mesomorfis (fasa heksagonal kolom), kecuali kompleks Ni(NO 3)2. Ligan itu
sendiri adalah non-mesomorfis. Metallomesogens ini membentuk fasa meso di moderat suhu.
Beberapa bahkan pada suhu kamar berwujud kristal cair. Kompleks baik bentuk segelas dalam
keadaan padat, yang kadang-kadang mengkristal setelah pemanasan di atas transisi kaca
temperatur. Generasi kedua dendrimer 213 adalah kristal cair monotropis (fasa kolom
heksagonal), dan kompleks dengan CuCl2 menunjukkan fasa meso kolom enantiotropik
heksagonal. Koordinasi polihedron tembaga (II) diasumsikan menjadi trigonal bipiramid di
kompleks ini. Dalam semua ini contoh, jelas bahwa pembentukan kompleks dengan ion logam
yang bermanfaat untuk kehadiran fasa meso: mesomorphism baik diinduksi dalam ligan nonmesomorfis atau fasa meso monotropis distabilkan ke mesofasa enantiotropis.

9.3 Fungsional Bahan Berstuktur Nano dari Self-Asembly Ionik


Ionik self-assembly (ISA) adalah structural kopling blok bangunan yang berbeda dengan
elektrostatik interaksi. Salah satu blok bangunan sering surfaktan kationik seperti garam
amonium kuaterner, sedangkan blok bangunan lainnya bisa menjadi negatif dibebankan pewarna
ionik, polielektrolit, atau negatif kompleks logam bermuatan. Penggunaan ionik self-assembly
untuk sintesis supramolekul dan berstrukturnano bahan telah diulas dalam yang sangat baik
review oleh Faul dan Antonietti.591 Keuntungan ini metode adalah ketersediaan komersial

(relatif) blok murah bangunan (surfaktan kationik, pewarna, polielektrolit, ...) dan kesederhanaan
sintesis (selain rapi dan stoikiometri koperasi pengendapan produk kemurnian tinggi). Bahan
dapat diolah kembali oleh redissolution dalam pelarut organik atau bahkan dalam keadaan cairkristal. Fungsional bahan dengan menarik optik, listrik, sifat magnetik, termal, struktural, atau
mekanis dapat dirancang oleh pilihan yang tepat dari bangunan blok. ISA harus dibedakan dari
garam sederhana asosiasi. ISA sering disertai dengan koperasi mekanisme yang mengikat dalam
arti bahwa yang pertama obligasi merangsang lanjut mengikat molekul bermuatan menuju
struktur rakitan akhir. Tentu saja, tidak semua bahan disiapkan oleh ISA pameran sifat kristal
cair. Kehadiran atau tidak adanya fasa meso sebagian besar ditentukan oleh jenis surfaktan
kationik digunakan. Sebuah aturan praktis adalah bahwa garam amonium dengan dua alkil
panjang rantai (misalnya, dimetildioktadesilammonium bromida) adalah pilihan yang lebih baik
daripada
garam
ammonium
dengan
satu
rantai
alkil
panjang
(misalnya,
oktadesiltrimetilammonium bromida) ketika seseorang ingin mendapatkan mesomorfis ionik
struktur rakitan. Beberapa contoh kristal cair ionik disiapkan oleh ISA metode telah dijelaskan
dalam bab-bab yang berbeda di atas, misalnya, kompleks berbasis perilena, 122 berdasarkan
kompleks trisikloquinazolin, 123 berdasarkan kompleks asam benzenheksakarboksilat, 121 dan
kompleks polielektrolitesurfakan(bagian 8.2).

Anda mungkin juga menyukai